Anda di halaman 1dari 11

BUAH PARE (PARIA)

Paria atau pare adalah tumbuhan merambat yang berasal dari wilayah Asia Tropis, terutama daerah India bagian barat, yaitu Assam dan Burma. Anggota suku labulabuan atau Cucurbitaceae ini biasa dibudidayakan untuk dimanfaatkan sebagai sayuran maupun bahan pengobatan. Nama Momordica yang melekat pada nama binomialnya berarti "gigitan" yang menunjukkan pemerian tepi daunnya yang bergerigi menyerupai bekas gigitan. Pare mudah tumbuh dimana saja. Pare dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian 1-1.5--m dpl. Tanah yang cenderung asam justru disukainya sehingga tidak perlu dilakukan pengapuran. Pare dapat tumbuh optimal pada pH tanah 5-6. Bila derajat keasamannya dibawah 5, tanaman pare masih dapat tumbuh baik. Tanaman ini tidak memerlukan banyak sinar matahari, sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang agak terlindung.

1.

Nama Latin Momordica charantia

2.

Nama Lokal Jawa: paria, pare, pare pahit, pepareh Sumatera: prieu, fori, pepare, kambeh, paria Nusa Tenggara: paya, truwuk, paitap, paliak, pariak,

pania, dan pepule Sulawesi: poya, pudu, pentu, paria belenggede, serta palia 3. Pemerian dan Ekologi Peria dengan adalah yang sejenis tumbuhan dan merambat pada buah panjang runcing

ujungnya serta permukaan bergerigi. Peria tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di tanah terlantar, tegalan, dibudidayakan, atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar. [6] Tanaman ini tumbuh merambat atau memanjat dengan sulur berbentuk spiral, banyak bercabang, berbau tidak enak serta batangnya berusuk isma. Daun tunggal, bertangkai dan letaknya berseling, berbentuk bulat panjang, dengan panjang 3,5 - 8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkalnya berbentuk jantung, serta warnanya hijau tua.Bunga merupakan bunga tunggal, berkelamin

dua

dalam

satu

pohon, 8-10

bertangkai kuning.Buahnya rusuk

panjang, bulat

mahkotanya memanjang,

berwarna dengan

memanjang,

berbintil-bintil tidak beraturan, panjangnya 8-30 cm, rasanya pahit, warna buah hijau, bila masak menjadi oranye yang pecah dengan tiga daun buah. 4. Kegunaan
Di negara-negara Asia Timur, seperti Jepang, Korea, dan Cina, peria dimanfaatkan untuk pengobatan, antara lain sebagai obat gangguan pencernaan, minuman penambah semangat, obat pencahar dan perangsang muntah, bahkan telah diekstrak dan dikemas dalam kapsul sebagai obat herbal/jamu. Buahnya mengandung albuminoid, karbohidrat, dan pigmen. Daunnya mengandung momordisina, momordina, carantina, resin, dan minyak. Sementara itu, akarnya mengandung asam momordial dan asam oleanolat, sedangkan bijinya mengandung saponin, alkaloid, triterprenoid, dan asam momordial. Peria juga dapat merangsang nafsu makan,menyembuhkan penyakit

kuning,memperlancar pencernaan, dan sebagai obat malaria. [10] Selain itu, peria juga mengandung beta-karotena dua kali lebih besar daripada brokoli sehingga berpotensi mampu mencegah timbulnya penyakit kanker dan mengurangi risiko terkena serangan jantung ataupun infeksi virus. Daun peria juga bermanfaat untuk menyembuhkan mencret pada bayi,

membersihkan darah bagi

wanita yang baru melahirkan,

menurunkan demam, mengeluarkan cacing kremi, serta dapat menyembuhkan batuk. Buahnya yang berasa pahit biasa diolah sebagai sayur, misalnya pada gado-gado, pecel, rendang, atau gulai. Di Cina peria diolah dengan tausi, tauco, daging sapi, dan cabai sehingga rasanya makin enak atau diisi dengan adonan daging dan tofu, sedangkan di Jepang peria jadi primadona makanan sehat karena diolah menjadi sup, tempura, atau asinan sayuran. Ekstrak biji peria selain digunakan sebagai bahan obat, ternyata juga dapat digunakan sebagai pembasmi larva alami yang merugikan seperti larva Aedes aegypti yang menyebarkan penyakit demam berdarah dengue atau DBD.

5.

Keanekaragaman Peria gajih adalah jenis peria yang paling banyak dibudidayakan dan paling disukai. Jenis ini biasa disebut juga pare putih atau pare mentega yang berasal dari India dan Afrika dengan bentuk buah panjang berukuran 30 - 50 cm, diameter 3 - 7 cm, berat rata-rata antara 200-500 gram/ buah. Peria hijau berbentuk lonjong, kecil dan berwarna hijau dengan bintil-bintil agak halus. Buah peria ini mempunyai panjang 15 - 20 cm, rasanya pahit dan daging buahnya tipis. Peria hijau ini mudah sekali pemeliharaannya, tanpa lanjaran atau para-para tanaman ini dapat tumbuh dengan baik. Peria ular atau peria belut dapat dikenali dengan

buahnya

yang

berbentuk

bulat

panjang,

agak

melengkung dan panjangnaya mencapai 60 cm. Permukaan kulit buahnya berwarna belang-belang, yaitu hijau keputih-putihan mirip kulit ular dan rasa dagingnya tidak begitu pahit. 6.
Energi Karbohidrat - Gula - Serat pangan Lemak - tak jenuh - tak jenuh tunggal - tak jenuh majemuk Protein Air Vitamin A equiv. Thiamine (Vit. B1) Riboflavin (Vit. B2) Niacin (Vit. B3) Vitamin B6 Folate (Vit. B9) Vitamin B12 Vitamin C Vitamin E Vitamin K Calcium Iron Magnesium Phosphorus Potassium Sodium Zinc

Kandungan Peria
Nilai nurtrisi per 100 g (3.5 oz) 79 kJ (19 kcal) 4,32 g 1,95 g 2,0 g 0,18 g 0,014 g 0,033 g 0,078 g 0,84 g 93.95 g 6 g (1%) 0.051 mg (4%) 0.053 mg (4%) 0.280 mg (2%) 0.041 mg (3%) 51 g (13%) 0 g (0%) 33.0 mg (55%) 0.14 mg (1%) 4.8 g (5%) 9 mg (1%) 0.38 mg (3%) 16 mg (4%) 36 mg (5%) 319 mg (7%) 6 mg (0%) 0.77 mg (8%)

Persentase merujuk kepada rekomendasi Amerika Serikat untuk dewasa.

7.

Klasifikasi Ilmiah
Klasifikasi ilmiah

Kerajaa Plantae n: Divisi: Kelas: Ordo: Famili: Magnoliophyta Magnoliopsida Violales Cucurbitaceae

Genus: Momordica Spesies: M. charantia

Nama binomial Momordica charantia

8.

Pemeliharaan Tanaman pare yang berumur 2-3 minggu perlu diberi

rambatan. Setiap tanaman diberi bambu. Keempat ujung bambu disambung dengan bambu lain. Tinggi parapara bambu ini sekitar 2 m. Tinggi dan model para-para bisa dimodifikasi berbeda. Bunga yang tumbuh terhimpit akan luput dari proses pembuahan. Pemangkasan tanaman pare dilakukan 2 kali. Pertama saat tanaman berumur 3 minggu. Cabangcabang dipotong dan diarahkan agar tunasnya tumbuh menyebar. produksi Cabang yang yang menyebar dan penting di untuk setiap buah banyak merata sendiri untuk luasan pertanaman yang

percabangan. Pangkasan berikutnya dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu. Pada saat ini cabang yang tua dan tidak tumbuh lagi dipotong. Selain itu, daun yang tua dibuang, begitu juga cabang yang rusak, patah, atau terkena serangan penyakit. Pembungkusan pare muda dilakukan untuk menjaga kualitas buah, terutama sebagai upaya melindungi buah pare dari serangan lalat buah atau serangga lainnya. kualitas Bila terlambat yang dilakukan, dihasilkan. dapat Sebagai mengurangi buah

pembungkus pare, dapat digunakan dedaunan, kertas koran, plastik tipis, ataupun bahan pembungkus lain. Penutup buah dibiarkan hingga tiba masa panen. Pemupukan Tanaman pare perlu dipupuk agar mampu berproduksi dengan baik. Jenis pupuk yang diperlukan tak hanya pupuk organik, melainkan juga anorganik. Pupuk kandang sebagai pupuk organik diberikan saat pengolahan tanah sebanyak 10-15 ton/ha. Selain itu tambahkan pupuk NPK sebanyak 20 g/lubang tanam atau sekitar 170-200 kg/ha. Penyiangan gulma dilakukan dengan mencabut atau mengored rumput-rumput liar yang tumbuh di areal penanaman. Karena jarak tanam yang digunakan tergolong lebar, maka gulma akan lebih banyak tumbuh. Itulah sebabnya penyiangan harus rutin, paling tidak seminggu sekali. Sambil melakukan pencabutan rumput lakukan pula pendangiran. Tanah di sekitar pertanaman dibalik dan dikored agar gembur.

Bagan hal. 107:

Marketing Objective: Meningkatkan PR Objective: Meningkatkan kesadaran pada masyarakat mengenai manfaat dan variasi masakan buah pare PR Strategies:

penggunaan

dan konsumsi

buah

pare

dalam variasi masakan masyarakat

Mengikutsertakan

variasi

makanan

yang

dapat

dibuat buah pare dalam festival makanan Menghubungkan konsumsi buah pare dengan hidup sehat PR Programs:

-Mengundang pembicara ternama di bidang kuliner dan kesehatan -Press release

-Publikasi lokal dan nasional -Workshops -Menggunakan seorang role model terkenal dan

sesuai (artis atau petinggi masyarakat) sebagai icon

pengkonsumsi buah pare

Bagan Hal: 146 Marketing Objective: Meningkatkan penjualan buah pare Marketing Strategy: Meningkatkan konsumen buah pare PR Objective: Mempersuasi masyarakat tentang manfaat dan gizi buah pare PR Strategy: Menjelaskan kepada masyarakat mengenai keuntungan mengkonsumsi dan variasi masakan yang dapat dibuat menggunakan buah pare PR Programs: Festival kuliner Mengundang pembicara ternama di bidang kuliner Kontes variasi masakan buah pare Penghargaan untuk reseach gizi buah pare

Publikasi Publikasi lokal dan nasional

TUGAS Marketing Public Relations

Buah Parea
Nama : Yogi Nugraha Widhi NPM : 210110090313 Kelas : Humas B

Jurusan Humas Fakultas Ilmu Komunikasi Kampus Bandung Universitas Padjadjaran 2012

Anda mungkin juga menyukai