Anda di halaman 1dari 2

Apa Jam Matahari Itu ?

Sundial (Jam Matahari) adalah seperangkat alat yang digunakan sebagai petunjuk waktu semu lokal (local apparent time) dengan memanfaatkan MATAHARI yang menghasilkan bayang-bayang sebuah gnomon (batang atau lempengan yang baying-bayangnya digunakan sebagai petunjuk waktu). Gnomon tersebut dipasang sedemikian rupa sehingga sejajar dengan sumbu bumi, menunjuk kea rah kutub-kutub langit. Pada saat Sundial terkena sinar MATAHARI, bayang-bayang gnomon jatuh diatas sebuah bidang bertanda (bidang dial). Waktu semu local dapat diketahui dengan membaca di bagian mana jatuhnya baying-bayang gnomon tersebut pada bidang dial.

Aneka Ragam Sundial Sebagai piranti penunjuk waktu, sundial terdiri dari beberapa jenis, yaitu sundial horosontal, vertical, ekuatorial dan meridian. Masing-masing sundial memiliki aturan tersendiri dalam pembuatannya. Sundial Kota Baru Parahyangan adalah jenis Sundial pertama di Indonesia yang berfungsi sebagai sundial jenis horizontal dan vertical terpadu, juga sebagai sundial terbesar di Indonesia (Sertifikat Museum Rekor Indonesia: Mei 2002). Dengan Lokasi Proyek yang terletak pada lintang 6o51 LS dan bujur 107 o19BT, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam Design Sundial ini, antara lain : Sundial Vertikal Penentuan Kemiringan Bidang Dial Penentuan posisi dan panjang Gnomon Penentuan Garis Jam (hour lines) dibidang dial Sundial Horisontal Penentuan posisi dan ketinggian gnomon disesuaikan dengan ukuran bidang dial yang ada Penentuan garis jam (hour lines) di bidang dial Penentuan garis Zodiak di bidang dial Sejarah Tidak ada yang mengetahui kapan jam matahari pertama dibuat, tetapi jam matahari merupaka salah satu instrument ilmiah pertama yang ditemukan manusia. Di tahun 1728, Jantar Mantar, seorang astronom, menemukan jam matahari kuno dengan tinggi gnomon sekitar 30 m, di kota Jaipur, India.Sebelum jam modern diciptakan, orang menentukan waktu dengan menandai bayangan sesuatu benda atau lubang jendela pada dinding dimana

bayangan itu jatuh, baik itu bayangan matahari maupun bayangan Bulan Purnama. Sampai saat ini, jam matahari di Jaipur terkenal sebagai jam matahari horizontal terbesar. Teknologi jam matahari ini, berkembang diantara Kebudayaan Kuno Babylonia, Yunan, Mesir dan Romawi. Masing-masing memiliki bentuk sendiri-sendiri,tergantung dari perkembangan pengetahuan astronomi dan matematika mereka. Hal ini menunjukan perbedaan periode sejarah yang saling mempengaruhi. Jam Matahri juga berkembang di Timur Jauh seperti Cina dan Jepang, tetapi tidak banyak diketahui oleh sejarah, sebagaimana jam matahari di Kebudayaan Barat. Jam Matahari tertua yang pernah ditemukan, kebanyakan berasal dari Yunani, berupa sebuah bentukan sirkular dengan penanda di tengah yang ditemukan oleh Chaldean Berosis, yang hidup sekitar 340 SM. Beberapa artefak jam matahari lain ditemukan, di Tivoli Italy tahun 1746, di Castel Nuovo tahun 1751, di Rigano tahun 1751, dan di Pompeii tahun 1762. Sampai saat ini jam matahari masih dipakai orang lebih sebagai ornament yang memberikan aksentuasi tentang keantikan dan keilmuan yang terus terpelihara mengenai bagaimana orang mengidentifikasikan waktu mereka, yang bahkan terus terabadikan dalam sejarah kebudayaan manusia modern. Jam matahari kemudian banyak dibangun dan digunakan sebagai landmark atau elemen penanda dalam tat ataman kampus-kampus ternama seperti Cambridge tahun 1642, yang terus dikembangkan sampai sekarang, bahkan fisikawan Sir Isaac Newton (16421727) turut terlimbat dalam pembuatannya. Jam matahari umumnya terbatas penggunaannya, dan lebih banyak menganduk akademik disbanding funsinya. Akan teteapi studi tentang jam matahari (gnomonics) ini merupakan dasar pemahaman tentang astronomi.

Anda mungkin juga menyukai