Anda di halaman 1dari 25

TRANSPARANSI DALAM PENENTUAN BESARAN BIAYA PENDIDIKAN PER SISWA SD NEGERI SEBAGAI PRODUK PELAYANAN PUBLIK DI KAB.

BINTAN, PROV. KEPRI

MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Financial Management for Public Sector (Schools) Dosen: Prof. Dr. Abdul Halim, M.B.A., Akt.

Oleh: JOKO PRASETIYO NIM: 11/327329/PEK/16768 NO REG: 11 KD 233

MAGISTER MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS GADJAH MADA 2012
Joko Prasetiyo Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri

DAFTAR ISI

Halaman Judul .. i Daftar Isi . ii 1. Pendahuluan 1 2. Rumusan Masalah 2 3. Pembahasan . 4 4. Kesimpulan . 20 Daftar Pustaka . 22

Joko Prasetiyo

Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri

TRANSPARANSI DALAM PENENTUAN BESARAN BIAYA PENDIDIKAN PER SISWA SD NEGERI SEBAGAI PRODUK PELAYANAN PUBLIK/PEMERINTAH DI KAB. BINTAN PROV. KEPRI

Oleh: Joko Prasetiyo

1. Pendahuluan Pelayanan jasa baik di sektor bisnis maupun di sektor publik/pemerintah tentunya tidak akan lepas dari timbulnya biaya, demikian pula pelayanan di bidang pendidikan, tentunya juga akan menimbulkan adanya biaya pendidikan baik yang ditanggung oleh pemerintah maupun oleh orang tua siswa/masyarakat. Hampir dapat dipastikan bahwa proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dukungan biaya yang memadai. Implikasi diberlakukannya kebijakan desentralisasi pendidikan, membuat para pengambil keputusan sering kali mengalami kesulitan dalam mendapatkan referensi tentang komponen biaya pendidikan. Kebutuhan tersebut dirasakan semakin mendesak sejak dimulainya pelaksanaan otonomi daerah yang juga meliputi bidang pendidikan. Masalah pembiayaan ini sangat menentukan kesuksesan program manajemen berbasis sekolah (MBS) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang saat ini diberlakukan. Secara umum pembiayaan pendidikan adalah sebuah kompleksitas, yang di dalamnya akan terdapat saling keterkaitan pada setiap komponennya, yang memiliki rentang yang bersifat mikro ( satuan pendidikan ) hingga yang makro ( nasional ), yang meliputi sumbersumber pembiayaan pendidikan, sistem dan mekanisme pengalokasiannya, efektivitas dan efisiensi dalam pengguanaannya, akuntabilitas hasilnya yang diukur dari perubahanperubahan yang terjadi pada semua tataran, khususnya sekolah, dan permasalahan-

Joko Prasetiyo

Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri

permasalahan yang masih terkait dengan pembiayaan pendidikan, sehingga diperlukan studi khusus untuk lebih spesifik mengenal pembiayaan pendidikan ini. Gelombang demokratisasi mempunyai konsekuensi lebih lanjut dalam desentralisasi penyelenggaraan pendidikan. Desentralisasi pendidikan bukanlah merupakan suatu yang mudah dilaksanakan, namun demikian sejalan dengan arus demokratisasi di dalam kehidupan manusia, maka desentralisasi pendidikan akan memberi efek terhadap kurikulum, efisiensi administrasi, pendapatan dan biaya pendidikan, serta pemerataan. Meskipun demikian, desentralisasi memang sangat perlu di dalam menumbuhkan sikap demokrasi. Akan tetapi, desentralisasi pendidikan belumlah segala-galanya kalau tidak diikuti dengan usaha-usaha perbaikan di berbagai bidang yang berkaitan. Decentralization is necessary but not sufficient to improve the quality of education. ( Tilaar H.A.R, 2000:88 ). Undang-Undang Dasar 1945 Perubahan pada pasal 31 ayat (1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, ayat (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Ujung tombak pelaksanaan UUD tersebut ialah di daerah. Seperti juga bunyi Undang-Undang otonomi Daerah No 32 Tahun 2003, pendidikan dasar dan menengah telah diserahkan ke daerah. Pelaksanaan pendidikan dasar yang bebas untuk semua orang merupakan perwujudan dari deklarasi hak-hak asasi manusia (PBB tahun 1948). Hak asasi untuk memperoleh pendidikan ini kemudian diperkuat dengan keputusan konferensi UNESCO di Yom Tjen (Thailand) pada tahun 1990 dan konferensi Dakkar (Tilaar, 2006:164). Dalam konsep dasar pembiayaan pendidikan, ada dua hal penting yang perlu dikaji atau dianalisis, yaitu biaya pendidikan secara keseluruhan (total cost) dan biaya satuan per siswa (unit cost).

Joko Prasetiyo

Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri

Biaya satuan di tingkat sekolah merupakan aggregate biaya pendidikan tingkat sekolah baik yang bersumber dari pemerintah, orang tua, dan masyarakat, yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan pendidikan dalam satu tahun pelajaran. Biaya satuan per murid merupakan ukuran yang menggambarkan seberapa besar uang yang dialokasikan sekolah secara efektif untuk kepentingan murid dalam menempuh pendidikan. Analisis mengenai biaya satuan dalam kaitannya dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya dapat dilakukan dengan menggunakan sekolah sebagai unit analisis. Dalam penentuan besaran biaya pendidikan per siswa SD Negeri sebagai produk pelayanan publik/pemerintah di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau tentunya harus dihitung berdasarkan kebutuhan riil dari masing masing sekolah, tidak bisa hanya disama ratakan besarannya biayanya, karena masing-masing sekolah memiliki kebutuhan

pengembangan sekolah yang berbeda-beda antara sekolah yang ada di daerah perkotaan dan pedesaan, antara sekolah yang berstatus Sekolah Standar Nasional (SSN) dan yang belum berstatus SSN, antara sekolah yang merupakan Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) tentunya membutuhkan anggaran yang berbeda-beda.

2. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas pada makalah ini adalah: 1. Pengertian dan karakteristik pelayanan publik/pemerintah. 2. Bagaimana cara penentuan besaran biaya pendidikan per siswa SD Negeri sebagai produk pelayanan publik/pemerintah di Kab. Bintan Prov. Kepri.

Joko Prasetiyo

Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri

3. Transparansi penentuan besaran biaya pendidikan per siswa SD Negeri sebagai produk pelayanan publik/pemerintah di Kab. Bintan Prov. Kepri, serta penggunaan dana tersebut.

3. PEMBAHASAN 3.1 Pengertian, Karakteristik Pelayanan Publik 3.1.1 Pengertian Pelayanan Publik Pengertian pelayanan publik/pemerintah menurut UU No 25 tahun 2009 adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan / atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Pengertian pelayanan publik menurut Wikipedia adalah Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan organisasi yang menyelenggarakannya, pelayanan publik atau pelayanan umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi privat, adalah semua penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan oleh swasta, seperti misalnya rumah sakit swasta, Perguruan Tinggi Swasta, perusahaan pengangkutan milik swasta. (2) Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh organisasi publik, yang dapat dibedakan lagi menjadi :

Joko Prasetiyo

Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri

(a) Yang bersifat primer dan,adalah semua penyediaan barang/jasa publik yang diselenggarakan oleh pemerintah yang di dalamnya pemerintah merupakan satu-satunya penyelenggara dan pengguna/klien mau tidak mau harus memanfaatkannya. Misalnya adalah pelayanan di kantor imigrasi, pelayanan penjara dan pelayanan perizinan.
(b) Yang bersifat sekunder, adalah segala bentuk penyediaan barang/jasa publik

yang diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi yang di dalamnya pengguna/klien tidak harus mempergunakannya karena adanya beberapa penyelenggara pelayanan.

3.1.2. Karakteristik Pelayanan Publik Menurut Wikipedia, ada lima karakteristik yang dapat dipakai untuk membedakan ketiga jenis penyelenggaraan pelayanan publik tersebut, yaitu: 1. Adaptabilitas layanan. Ini berarti derajat perubahan layanan sesuai dengan tuntutan perubahan yang diminta oleh pengguna. 2. Posisi tawar pengguna/klien. Semakin tinggi posisi tawar pengguna/klien, maka akan semakin tinggi pula peluang pengguna untuk meminta pelayanan yang lebih baik. 3. Tipe pasar. Karakteristik ini menggambarkan jumlah penyelenggara pelayanan yang ada, dan hubungannya dengan pengguna/klien. 4. Locus kontrol. Karakteristik ini menjelaskan siapa yang memegang kontrol atas transaksi, apakah pengguna ataukah penyelenggara pelayanan. 5. Sifat pelayanan. Hal ini menunjukkan kepentingan pengguna atau penyelenggara pelayanan yang lebih dominan.

Joko Prasetiyo

Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri

Jasa publik dalam ketentuan ini sebagai contoh, antara lain pelayanan kesehatan (rumah sakit dan puskesmas), pelayanan pendidikan (sekolah dasar, sekolah menengah pertarna, sekolah menengah atas, dan perguruan tinggi).

3.2 Landasan Hukum Tentang Pendanaan Pendidikan Adapun landasan hukum yang mengatur tentang pendanaan pendidikan adalah: a. Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. b. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. c. Undang-undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. d. Undang-undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara e. Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. f. Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. g. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan. h. Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. i. Permendagri 62 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS). j. Peraturan Menteri Keuangan No. 2001/PMK.07/2011 tentang Pedoman dan Alokasi BOS Tahun Anggaran 2012. k. Permendikbud No. 51 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Penggunanan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Laporan Keuangan BOS Tahun 2012.

Joko Prasetiyo

Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri

3.3 Profil Pendidikan Dasar di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Kabupaten Bintan merupakan salah satu kabupaten di wilayah provinsi Kepulauan Riau yang merupakan provinsi ke 32 yang berdiri sejak tahun 2002 dari hasil pemekaran dari provinsi Riau. Kabupaten Bintan memiliki 10 wilayah kecamatan dengan 51 desa/kelurahan yang tersebar di Pulau Bintan dan pulau-pulau di sekitarnya. Pada tahun 2010 penduduk Bintan tercatat sebanyak 127.404 jiwa dengan kepadatan 65 jiwa per km (BPS Kabupaten Bintan, 2010). Secara umum masalah kependudukan yang dihadapi adalah besarnya angka pengangguran dan kemiskinan, di mana pada tahun 2009 sekitar 4,63 persen dari penduduk usia kerja merupakan pengangguran. Dan angka kemiskinan pada tahun 2010 tercatat sebanyak 6,48 persen. Namun demikian, di bidang pendidikan telah mengalami kemajuan. Hal ini ditunjukkan dengan kecilnya angka buta huruf yaitu sekitar 4,53 persen, dan penambahan jumlah sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan perkembangan pembangunan di kabupaten Bintan. Di bawah ini disajikan tabel banyaknya Sekolah Dasar (SD) negeri, jumlah murid dan guru menurut kecamatan dan status di kabupaten Bintan.

Joko Prasetiyo

Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri

Sumber: BPS Kabupaten Bintan, 2010.

Joko Prasetiyo

Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri

10

3.4 Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri Sebagai Produk Pelayanan Publik/Pemerintah Di Kab. Bintan Prov. Kepri

Salah satu tugas pokok pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat (public services). Pemberian pelayanan public pada dasarnya dapat dibiayai melalui dua sumber, yaitu: (1) pajak, dan (2) pembebanan langsung kepada masyarakat sebagai konsumen jasa publik (charging of services). Dalam memberikan pelayanan publik, pemerintah dapat dibenarkan menarik tariff untuk pelayanan tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung melalui perusahaan milik pemerintah. Beberapa pelayanan public yang dapat dibebankan tariff pelayaanan misalnya: pendidikan, penyediaan air bersih, transportasi publik, energi dan listrik, perumahan rakyat, jalan tol, fasilitas rekreasi, pelayanan kesehatan, pengelolaan sampah, dan lain-lain (Mardiasmo, 2009:107). Praktik pembebanan pelayanan public berbeda-beda untuk setiap Negara, antara jasa yang disediakan langsung oleh pemerintah dan yang disediakan oleh perusahaan milik Negara, dan antar pemerintah pusat dan daerah. Pembebanan langsung kepada masyarakat (charging for service) merupakan salah satu sumber penerimaan bagi pemerintah. Menurut Fattah (2000:27) di dalam menentukan biaya satuan pendidikan terdapat dua pendekatan, yaitu : pendekatan makro dan pendekatan mikro. Pada pendekatan makro, faktor utama yang menentukan perhitungan biaya satuan dalam sistem pendidikan adalah kebijakan dalam pengalokasian anggaran pendidikan di setiap negara. Pada pendekatan mikro, menganalisis biaya pendidikan berdasarkan pengeluaran total (total cost) dan jumlah biaya satuan (unit cost) menurut jenis dan tingkat pendidikan. Biaya total merupakan gabungangabungan biaya per komponen input pendidikan di tiap sekolah. Satuan biaya pendidikan
Joko Prasetiyo Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri

11

merupakan biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk melaksanakan pendidikan di sekolah per murid per tahun anggaran. Satuan biaya ini merupakan fungsi dari besarnya pengeluaran sekolah serta banyaknya murid sekolah.

3.4.1. Jenis Pembiayaan Pendidikan Sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Dalam bagian ini akan diuraikan jenis-jenis biaya pendidikan sesuai dengan PP Nomor 48 Tahun 2008 tersebut. Biaya pendidikan dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu Biaya Satuan Pendidikan, Biaya Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan, serta Biaya Pribadi Peserta Didik. 1) Biaya Satuan Pendidikan adalah biaya penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan yang meliputi: a) Biaya investasi adalah biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap. b) Biaya operasional, terdiri dari biaya personalia dan biaya nonpersonalia. Biaya personalia terdiri dari gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan-tunjangan yang melekat pada gaji. Biaya non personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dll. c) Bantuan biaya pendidikan yaitu dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang orang tua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikannya.

Joko Prasetiyo

Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri

12

d) Beasiswa adalah bantuan dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang berprestasi. 2) Biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan adalah biaya penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau penyelenggara/satuan pendidikan yang didirikan masyarakat. 3) Biaya pribadi peserta didik adalah biaya personal yang meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Dalam penyelenggaraan pendidikan, biaya memiliki peranan yang sangat menentukan. Biaya merupakan suatu keharusan, karena tanpa biaya proses pendidikan tidak akan berjalan. Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen masukan instrumental (instrumental input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Dalam setiap upaya pencapaian tujuan pendidikan, baik tujuan yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, biaya pendidikan memiliki peranan yang sangat menentukan (Supriadi, 2004:3). Lebih lanjut Suriadi mengatakan, hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peranan biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya proses pendidikan terutama di sekolah tidak akan berjalan. Biaya (cost) pada pendidikan dasar dan menengah memiliki cakupan yang luas, yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga (yang dapat dihargakan dengan uang), misalnya, iuran siswa jelas merupakan biaya, dan sarana fisik, buku dan guru juga merupakan biaya. Pembangunan pendidikan pada hakekatnya adalah pembangunan sumber daya manusia. Konsekuensi pembiayaan pembangunan pendidikan merupakan juga akumulasi

Joko Prasetiyo

Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri

13

akibat porsi anggaran pendidikan di Indonesia yang terlampau minim selama beberapa dekade. Hal itu semakin membuat mahalnya upaya revitalisasi pendidikan, termasuk di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau.

3.4.2 Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri Secara rinci anatomi biaya pendidikan sekolah, khususnya di tingkat SD dan SMP atau yang sederajat pada umumnya meliputi : (1) Biaya Sarana Prasarana, 2. Biaya Gaji, (3). Biaya Operasional Sekolah, (4). Biaya Pengembangan Mutu (Supriyadi Yudi, 2011). Biaya sarana prasarana meliputi : (1). Gedung (Ruang kelas atau ruang belajar, Ruang laboratorium, Ruang perpustakaan, Ruang praktek senam, Ruang praktek kesenian, Ruang praktek ketrampilan, Ruang multimedia, Ruang pelayanan BK, Ruang Kepala Sekolah, Ruang guru, Ruang P3K/UKS, Kamar mandi/WC), (2). Lapangan Olahraga (Lapangan sepakbola, Lapangan tenis, Lapangan basket, Lapangan badminton, Lapangan atletik lompat/loncat), (3) Lahan Atau Tempat Praktek (Labor IPA Fisika, Labor bahasa, dll). Biaya Kewajiban, Daya dan Jasa meliputi: Listrik, PAM, Telepon dan jasa internet, Pajak-pajak, Pemeliharaan Gedung dan peralatan, Rehabilitasi ringan. Gaji dan tunjangan meliputi: (1) gaji guru, 2. Gaji karyawan, (3). Insentif Biaya Operasional meliputi: (1) Pendaftaran siswa baru, (2). Rapat-rapat dan perjalanan, (3). Komite sekolah, (4). Kegiatan belajar mengajar, (5). Kegiatan BK, (6). Kegiatan pengembangan pribadi, (7). Kegiatan ekstrakurikuler, (8). Media pelajaran, (9). Pengadaan buku pelajaran, (10) Alat pelajaran, (11) Alat laborat, (12) Bahan praktek/laborat, (13) ATK, (14) Administrasi KS dan guru, (15) Kegiatan outdoor, (16) Penyelenggaraan UAS, (17) Penyelenggaraan ujian, (18) Kegiatan studi tour, (19) Kegiatan try out ujian, (20)

Joko Prasetiyo

Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri

14

Kegiatan lomba, (21) Inhouse Training bagi guru, (22) Kegiatan kerjasama lembaga dan kehumasan, dan lain-lain. Biaya Pengembangan Mutu meliputi: (1) Pembina dan pelatih, (2) Penelusuran bakat dan minat, (3) Training center, (4) Pengiriman kontingen, (5) Beasiswa, (6) Bantuan khusus siswa, (7). Pelatihan guru, (8) Bimtek guru dan pelatih, (9) Lomba siswa, guru, dan sekolah, (10) Pengembangan kurikulum, (11) Akreditasi sekolah, (12). Pengembangan dan inovasi, (13) Kerjasama sekolah/lembaga, (14) Kepengawasan, (15) Stimulasi, asistensi dan advokasi, (16) Pengembangan tenaga non kependidikan, (17) Pengembangan perpustakaan sekolah, (18) Pengembangan jaringan pendidikan nasional (Jardiknas), (19). Pengembangan sekolah standar nasional dan internasional, (20) Pengembangan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), (21) Pengembangan sekolah bercirikan khusus, (29) Evaluasi dan monitoring, dan lain-lain. Selama ini sekolah dasar di kabupaten Bintan memperoleh biaya pendidikan dari : 1) Pemerintah Pusat (Dana BOS) 2) Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau 3) Pemerintah Kabupaten Bintan 4) Sumbangan masyarakat dan bantuan lain yang sifatnya tidak mengikat. Secara sederhana formulasi penentuan besaran biaya pendidikan per siswa SD Negeri sebagai produk pelayanan publik/pemerintah di kabupaten Bintan provinsi Kepri dirumuskan sebagai berikut: Jumlah Total Biaya Sekolah Biaya per Siswa = ---------------------------------------------Jumlah Total Siswa

Pada umumnya kita mengharapkan bahwa penyediaan barang publik seperti pertahanan, kesehatan publik, dan jasa kepolisian seharusnya diberikan secara gratis, dalam
Joko Prasetiyo Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri

15

arti dibiayai dari pajak. Sementara barang privat yaitu jasa untuk kepentingan individu seperti listrik, telpon transportasi umum ditarik sebesar harga pemulihan biaya totalnya (full cost recovery price). Untuk barang campuran (mixed/merit good), seperti pendidikan menengah, penyembuhan kesehatan, sanitasi disediakan sebagian melalui pajak dan sebagian lagi dari tarif. Pembebanan tarif pendidikan dasar (SD Negeri dan SLTP Negeri) pembiayaannya ditanggung pemerintah melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Berdasarkan Permendikbud No 51 tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan dana BOS dan Laporan Keuangan BOS tahun anggaran 2012, Besaran biaya satuan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tahun anggaran 2012 yang diterima oleh sekolah termasuk BOS buku dihitung berdasarkan jumlah siswa dengan ketentuan: 1) SD/SDLB 2) SMP/SMPLB/SMPT/SATAP : Rp. 580.000,-/siswa/tahun : Rp. 710.000,-/siswa/tahun

Pendidikan yang baik tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Jadi kurang tepat jika ada istilah pendidikan harus murah bahkan gratis, tetapi yang manjadi masalah adalah apabila dana BOS yang telah diberikan oleh pemerintah pusat ternyata tidak bisa mencukupi biaya operasional sekolah dan biaya lain yang diperlukan oleh sekolah, maka kekurangan biaya pendidikan pendidikan juga harus ditanggung oleh pemerintah daerah, orangtua /masyarakat secara proporsional. Dengan menganalisis biaya satuan, memungkinkan kita untuk mengetahui efisiensi dalam menggunakan sumber-sumber sekolah, keuntungan dari investasi pendidikan, pemerataan pengeluaran masyarakat, dan pengeluaran pemerintah untuk pendidikan. Di

Joko Prasetiyo

Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri

16

samping itu, juga dapat menjadi penilaian bagaimana alternatif kebijakan dalam upaya perbaikan atau peningkatan sistem pendidikan.

3.5 Transparansi Dalam Penentuan Besaran Biaya Pendidikan dan Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) 3.5.1. Transparansi 3.5.1.1. Pengertian Transparansi adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah (Hamid Muhammad 2007). Prinsip transparansi menciptakan kepercayaan timbalbalik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Informasi adalah suatu kebutuhan penting bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sekolah. Berkaitan dengan hal tersebut sekolah perlu proaktif memberikan informasi lengkap tentang kebijakan dan layanan yang disediakannya kepada masyarakat (Surya Darma 2007). Sekolah perlu mendayagunakan berbagai jalur komunikasi seperti melalui brosur, leaflet, pengumuman melalui koran, radio serta televisi lokal. Sekolah perlu menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara mendapatkan informasi. Kebijakan ini akan memperjelas bentuk informasi yang dapat diakses masyarakat ataupun bentuk informasi yang bersifat rahasia, bagaimana cara mendapatkan informasi, lama waktu mendapatkan informasi serta prosedur pengaduan apabila informasi tidak sampai kepada masyarakat. Menurut Logos (2003) transparansi dan akuntabilitas merupakan konsep yang berkaitan erat satu dengan yang lain, karena tanpa transparansi tidak mungkin ada akuntabilitas. Sebaliknya transparansi tidak akan banyak bermanfaat tanpa dilengkapi dengan
Joko Prasetiyo Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri

17

akuntabilitas. Seperti halnya di bidang kebijakan publik yang lain, keberadaan transparansi dan akuntabilitas merupakan syarat mutlak untuk membangun kebijakan dan institusi yang efektif, efisien, dan adil (equitable). Lingkup transparansi dan akuntabilitas harus menjangkau beberapa tingkat kebijakan mulai dari perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, sampai pada pelaksanaannya yang terjadi di segenap institusi. Menurut Surya Darma (2007) transparan berarti adanya keterbukaan. Transparan di bidang manajemen berarti adanya keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan. Di lembaga pendidikan, bidang manajemen keuangan yang transparan berarti adanya keterbukaan dalam manajemen keuangan lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya, rincian penggunaan, dan pertanggungjawabannya harus jelas sehingga bisa memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya. Transparansi keuangan sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan dukungan orangtua, masyarakat dan pemerintah dalam penyelenggaraan seluruh program pendidikan di sekolah (Surya Darma 2007). Di samping itu transparansi dapat menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah, masyarakat, orang tua siswa dan warga sekolah melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai. Beberapa informasi keuangan yang bebas diketahui oleh semua warga sekolah dan orang tua siswa misalnya rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS) bisa ditempel di papan pengumuman di ruang guru atau di depan ruang tata usaha sehingga bagi siapa saja yang membutuhkan informasi itu dapat dengan mudah mendapatkannya. Orang tua siswa bisa mengetahui berapa jumlah uang yang diterima sekolah dari orang tua siswa dan

Joko Prasetiyo

Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri

18

digunakan untuk apa saja uang itu. Perolehan informasi ini menambah kepercayaan orang tua siswa terhadap sekolah (Surya Darma, 2007). Dalam kontek pendidikan, istilah transparansi sangatlah jelas yaitu kepolosan apa adanya, tidak bohong, jujur dan terbuka terhadap publik tentang apa yang dikerjakan oleh sekolah (Hamid Muhammad, 2007), dimana data yang dilaporkan sekolah mencerminkan realitas yang sebenarnya dan setiap perubahan harus diungkapkan secara sebenarnya dan dengan segera kepada semua pihak yang terkait (stakeholders).

3.5.1.2. Tujuan Transparansi Transparansi ditujukan untuk membangun kepercayaan dan keyakinan kepada sekolah bahwa sekolah adalah organisasi pelayanan pendidikan yang bersih dan berwibawa, bersih dalam arti tidak ada Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) dan berwibawa dalam arti professional. Transparansi bertujuan untuk menciptakan kepercayaan timbal balik antara sekolah dan publik melalui informasi yang memadai dan menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat (Hamid Muhammad 2007).

3.5.1.3. Upaya-upaya Peningkatan Transparansi Transparansi sekolah perlu ditingkatkan agar publik memahami situasi sekolah sehingga mempermudah publik untuk berpartisipasi dalam penyelenggaraan sekolah. Adapun upaya-upaya yang perlu dilakukan dalam meningkatkan transparansi sekolah kepada publik menurut Hamid Muhammad (2007) antara lain :

Joko Prasetiyo

Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri

19

1). Pendayagunaan berbagai jalur komunikasi baik langsung maupun tidak langsung melalui temu wicara maupun media cetak maupun elektronik. 2). Menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara mendapatkan informasi, bentuk informasi yang dapat diakses publik dan informasi yang bersifat rahasia. 3). Membuat prosedur pengaduan apabila informasi tidak sampai ke publik. 4). Membuat peraturan yang menjamin hak publik untuk mendapatkan informasi sekolah, fasilitas data base dan sarana informasi dan komunikasi.

3.5.1.4. Indikator keberhasilan Transparansi Masih menurut Hamid Muhammad (2007) bahwa keberhasilan transparansi sekolah ditunjukkan oleh indikator sebagai barikut : 1). Meningkatnya keyakinan dan kepercayaan publik kepada sekolah bahwa sekolah adalah bersih dan berwibawa. 2). Meningkatnya partisipasi publik dalam penyelenggaraan sekolah. 3). Bertambahnya wawasan dan pengetahuan publik terhadap penyelenggaraan sekolah dan. 4). Berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku. Adapun prinsip-prinsip manajemen keuangan sekolah yang baik adalah: a. Value for money (ekonomis, efisien, efektif) b. Akuntabilitas c. Transparansi d. Keadilan e. Kejujuran (Depdikbud, 2011)

Joko Prasetiyo

Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri

20

Dana merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi, serta mempertanggung jawabkan

pengelolaan dana secara transparan. Dalam penyelenggaraan pendidikan, sumber dana merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian pengelolaan pendidikan. Fungsi dana dalam Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada dasarnya untuk menunjang penyediaan sarana dan prasarana, seperti tanah, bangunan, laboratorium, perpustakaan, media belajar, operasi pengajaran, pelayanan administratif dan sebagainya. Dana pendidikan sebenarnya tidak selalu identik dengan uang (real cost), tetapi segala sesuatu pengorbanan yang diberikan untuk setiap aktivitas dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan pendidikan (Mulyasa, 2005:168). Jenis-jenis biaya pendidikan yang ditanggung oleh pemerintah maupun orang tua siswa baik yang langsung dibayarkan kepada sekolah maupun yang dibelanjakan sendiri oleh siswa sangat perlu untuk diketahui oleh pengelola sekolah. Hal ini penting untuk diketahui dalam rangka menentukan kebijakan yang lebih operasional tentang pembiayaan pendidikan pada tingkat sekolah. Bila jumlah pengeluaran siswa untuk masing-masing komponen tersebut diketahui, maka dalam rangka mengurangi beban keluarga miskin, pemerintah dapat menetapkan manakah di antara komponen-komponen tersebut yang dapat disubsidi dan untuk berapa banyak subsidi tersebut diberikan. Biaya yang dikeluarkan oleh orang tua dalam rangka menunjang pendidikan anaknya, baik langsung maupun tidak langsung dibayarkan kepada sekolah, sangat bermanfaat dalam

Joko Prasetiyo

Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri

21

rangka meningkatkan mutu pendidikan di SD Negeri di Kabupaten Bintan. Seperti kita ketahui bahwa proses pendidikan tidak dapat berjalan tanpa dukungan biaya yang memadai.

4. KESIMPULAN Dari pembahasan dan analisis mengenai Transparansi dalam penentuan besaran biaya pendidikan per siswa SD Negeri sebagai produk pelayanan publik/pemerintah di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas) 9 tahun gratis bukanlah seperti yang diasumsikan oleh masyarakat pada umumnya seperti tidak membayar uang sekolah berikut segala keperluannya seperti buku, seragam, dan transportasi, maupun biaya operasional sekolah. Namun, Wajar Dikdas gratis adalah hanya mencakup biaya operasional sekolah seperti uang sekolah dan gaji guru, serta biaya investasi yang meliputi penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap yang penggunaannya lebih dari satu tahun. 2. Walaupun telah diatur dalam UUD 1945 terutama dijelaskan pemerintah dalam pasal 31 ayat (2) bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Namun, dikarenakan anggaran yang masih minim untuk pendidikan dalam APBN dan APBD menyebabkan amanah konsitusi ini belum terwujudkan. Sehingga, pemerintah membuat perturan yang berkenaan dengan pendanaan pendidikan yang tertuang didalam PP Nomor 48 Tahun 2008

Joko Prasetiyo

Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri

22

tentang Pendanaan Pendidikan, yang mana pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. 3. Sumber pendanaan Sekolah Dasar Negeri di Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau memperoleh biaya pendidikan dari : (a) Pemerintah Pusat (Dana BOS), (b) Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau, (c) Pemerintah Kabupaten Bintan, (d) Sumbangan masyarakat dan bantuan lain yang sifatnya tidak mengikat. 4. Transparansi penggunaan dana pendidikan oleh sekolah bertujuan untuk membangun kepercayaan dan keyakinan kepada sekolah bahwa sekolah adalah organisasi pelayanan pendidikan yang bersih dan berwibawa, bersih dalam arti tidak ada Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) dan berwibawa dalam arti professional. Dari kesimpulan yang dikemukakan di atas dapat diketahui biaya minimum ideal yang diperlukan oleh sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Di samping itu, biaya yang dikeluarkan oleh orang tua siswa baik langsung maupun tidak langsung dibayarkan ke sekolah, mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Penting untuk diperhatikan oleh pihak pengelola sekolah, yaitu mencari sumber dana di luar dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), hal itu dilakukan karena keterbatasan penggunaan dari dana BOS. Apabila sumber dana di luar BOS bisa diupayakan, maka akan bisa dipakai untuk membiayai kegiatan-kegiatan sekolah di luar ketentuan BOS.

Joko Prasetiyo

Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri

23

DAFTAR PUSTAKA BPS Kabupaten Bintan. 2010. Bintan Dalam Angka 2010. Bintan: Bappeda Kab. Bintan dan BPS Kab. Bintan.
Darma.Surya. 2007. Manajemen Keuangan sekolah, Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional.

Depdikbud. 2011. Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan BOS Buku. Jakarta: Depdiknas, Departemen Agama Depdikbud. 2012. Pertanggungjawaban Keuangan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Tahun 2012. Jakarta: Depdiknas -----------. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekjen Depdiknas. -----------. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Fatah, Nanang. 2000. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Hamid, Muhammad. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Depdiknas

Halim, Abdul. 2008. Seri Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah: Analisis Investasi (Belanja Modal) Sektor Publik-Pemerintah Daerah. Yogyakarta: UPP STIM YKPN Hasbullah. 2007. Otonomi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Jones, Bernard. 1996. Financial Management in The Public Sector. London: Mc Graw Hill.
Logos. 2003. Transparansi, Akuntabilitas, dan Kontrol Dalam Pembiayaan Pertahanan (Problem dan Rekomendasi).

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Offset. Mulyasa, E. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan. 2008. Jakarta: Depdiknas. Peraturan menteri pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2011 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Laporan Keuangan Bantuan Operasional Sekolah Tahun Anggaran 2012.
Joko Prasetiyo Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri

24

Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Supriyadi, Yudi. 2011. Anatomi Biaya Persekolahan Dan Pelayanan Pendidikan SD dan SMP atau yang sederajat. http://yudisupriadisangpengabdi.blogspot.com/2011/12/anatomi-biaya-persekolahandan.html. Diakses tanggal 8 Juni 2012. Supriadi, Dedi. 2003. Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Tilaar, H.A.R. 2000. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Rineka Cipta ----------------. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Rineka Cipta UU No 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Wikipedia. 2012. Definisi Layanan Publik. http://id.wikipedia.org/wiki/Pelayanan_publik#Definisi. Diakses tanggal 9 Juni 2012.

Joko Prasetiyo

Penentuan Besaran Biaya Pendidikan Per Siswa SD Negeri

25

Anda mungkin juga menyukai