Anda di halaman 1dari 5

Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial & Strategi Advokasi Perburuhan

Apakah mungkin melegalisasi sistem klas dalam sebuah masyarakat yang terbagi secara klas dan menjadikannya sebuah komponen dalam sistem hukum ? Bisakah negara mengakui ide tentang klas namun tetap " netral " ? Tidakkah pada akhirnya konflik akan menghancurkan sistem hukum atau hukum yang merepresi konflik ? ( Sir Otto Kahn-Freud, 1981 )

Undang-Undang No.2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial mengatur 4 (empat) jenis perselisihan, yaitu sebagai berikut ; 1. Perselisihan Hak Yaitu perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau petafsiran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. Perselisihan hak ini sering juga disebut perselisihan yang bersifat normatif, yaitu perselisihan terhadap permasalahan yang sudah ada pengaturannya atau dasar hukumnya. Contoh Perselisihan Hak: Peraturan Perundangan, antara lain :

Waktu Kerja Kerja lembur/Upah lembur Upah Minimum THR Keagaman Keterlambatan pembayaran Upah Jamsostek Hak Mogok Hak Kebebasan Berserikat Waktu istirahat dan cuti K3, dan lain-lain

Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan dan PKB antara lain :


Tunjangan Jabatan Tunjangan Keluarga (anak dan istri/suami) Tunjangan Transpot Kenaikan Upah Premi Bonus/Gratifikasi Uang Makan Insentif

2. Perselisihan Kepentingan Yaitu perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan dan atau perubahan mengenai syarat-syarat kerja yang ditetapkan dam perjanjian kerja, atau peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. Contoh Perselisihan Kepentingan Antara Pekerja dan Pengusaha Tuntutan pembuatan dan atau perubahan syarat kerja dalam Perjanjian Kerja atau Peraturan Perusahaan antara lain :

Kenaikan Upah Kenaikan uang makan, uang transpot Perbaikan benefit, Jaminan Sosial dan fasilitas kesejahteraan lainnya.

Antara Serikat Buruh (SB) dengan Pengusaha Tuntutan pembuatan atau perubahan syarat kerja dalam PKB, meliputi antara lain: - Perbaikan upah/Sistem pengupahan - Pemberian/perbaikan tunjangan-tunjangan - Pemberian fasilitas (jemputan, seragam dll) dan kesejahteraan 1. Perselisihan PHK Yaitu perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja oleh salah satu pihak. Kasus PHK yang sering terjadi antara lain: - Sebab-sebab PHK meliputi: pelanggaran tata tertib perusahaan, pengaturan sanksi, prosedur/mekanisme mutasi (rotasi, promosi, dan demosi), efisiensi, pengalihan perusahaan, perusahaan tutup, dll. - Prosedur PHK serta sahnya PHK - Hak-hak pekerja yang terkena PHK (upah selama proses/skorsing) 2. Perselisihan antar SP/SB Yaitu perselisihan antara serikat pekerja/serikat buruh dengan serikat pekerja/serikat buruh lain hanya dalam satu perusahaan, karena tidak adanya persesuaian paham mengenai keanggotaan pelaksanaan hak dan kewajiban keserikatpekerjaanan. Contoh Perselisihan SP/SB: - Verifikasi/validasi keanggotaan (bukti keanggotaan, keanggotaan ganda) - Pelaksanaan hak dan kewajiban dalam menyalurkan aspirasi anggota - Keterwakilan dalam Tim Perunding PKB - Keterwakilan dalam perselisihan kepentingan Mekanisme Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial menurut UU No 2 tahun 2004:

Luar Pengadilan (Non-Litigasi) 1. Bipartit : Sepakat: Perjanjian Bersama Gagal 2. Gagal: catatkan ke Disnaker setempat, memilih Konsiliasi atau Arbitrase 3. Bila tidak sepakat memilih, dilimpahkan ke Mediator Dalam Pengadilan (Litigasi) 1. Pengadilan Hubungan Industrial (Tingkat I) 2. Mahkamah Agung (Tingkat Kasasi) & 3. Mahkamah Agung (Tingkat Peninjauan Kembali) Catatan : PHI merupakan pengadilan khusus yang berada di lingkungan peradilan Umum. A. Penyelesaian melalui Bipartit: - Semua keempat jenis perselisihan harus diselesaikan terlebih dahulu melalui Bipartit yang harus diselesaikan dalam waktu 30 hari kerja. - Apabila di tingkat Bipartit telah tercapai kesepakatan maka dibuatkan Perjanjian Bersama didaftarkan ke Pengadilan Hubungan Industrial sesuai dengan wilayah hukumnya untuk mendapatkan akta bukti pendaftaran perjanjian bersama. - Apabila Perjanjian Bersama tidak dilaksanakan oleh satu pihak maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada Ketua Pengadilan Hubungan Industrial. - Apabila di tingkat Bipartit tidak tercapai kesepakatan salah satu pihak atau kedua belah pihak mencatatkan perselisihannya ke Disnaker setempat dengan melampirkan bukti upaya penyelesaian melalui bipartit, B. Penyelesaian melalui Mediasi (Pasal 8 s.d 16): - Bisa untuk Perselisihan Hak, Perselisihan Kepentingan, Perselisihan PHK dan Perselisihan antar Serikat Pekerja/Serikat Buruh diselesaikan dalam waktu 30 hari kerja. - Apabila tidak tercapai kesepakatan untuk memilih Konsiliasi atau Arbitrase, penyelesaian melalui Mediasi - Apabila di tingkat Mediasi tidak tercapai kesepakatan mediator mengeluarkan anjuran tertulis selambat-lambatnya 10 hari kerja sejak sidang mediasi, kepada para pihak harus sudah memberikan jawaban yang isinya menyetujui anjuran selambat-lambatnya 10 hari kerja, jika tidak memberikan pendapatnya dianggap menolak anjuran dan dalam menyetujui anjuran maka dalam waktu selambat-lambatnya 3 hari dibuatkan perjanjian bersama yang sifatnya mengikat dan menjadi hukum bagi para pihak kemudian perjanjian bersama tersebut didaftarkan ke Pengadilan Hubungan Industrial sesuai dengan wilayah hukumnya untuk mendapatkan akta bukti pendaftaran perjanjian bersama, apabila Perjanjian Bersama tidak dilaksanakan oleh satu pihak maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada Ketua Pengadilan Hubungan Industrial. C. Penyelesaian melalui Konsiliasi (Pasal 17 s.d 28): - Hanya untuk Perselisihan Kepentingan, Perselisihan PHK dan Perselisihan antar Serikat Pekerja/Serikat Buruh diselesaikan dalam waktu 30 hari kerja. - Penyelesaian melalui musyawarah untuk mufakat, bila dicapai kesepakatan dibuat Perjanjian Bersama (PB) dan didaftar di Pengadilan Hubungan Industrial

- Jangka waktu penyelesaian sama dengan mediasi D. Penyelesaian melalui Arbitrase (Pasal 29 s.d 54): - Atas kesepakatan kedua belah pihak hanya untuk penyelesaian Perselisihan Kepentingan dan Perselisihan Antar SP/SB - Sepakat Akta Perdamaian didaftar di Pengadilan Hubungan Industrial - Arbitrase mengeluarkan Putusan yang bersifat Final (mengikat dan berkekuatan hukum tetap). - Terhadap putusan arbitrase dapat mengajukan pembatalan ke Mahkamah Agung, apabila putusan diduga mengandung unsur-unsur adanya surat atau dokumen yang dinyatakan palsu, setelah putusan ditemukan dokumen yang menentukan yang disembunyikan pihak lawan, putusan diambil dari ipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak, putusan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. E. Pengadilan Hubungan Industrial : Merupakan Peradilan khusus dalam lingkungan peradilan umum. Menggunakan hukum acara perdata murni atau hukum acara yang diatur khusus dalam UU No.2/2004, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Tidak dikenakan biaya perkara dan biaya eksekusi yang nilai gugatannya dibawah 150 juta. 2. Susunan Majelis Hakim terdiri dari: - Hakim Pengadilan Negeri dan Hakim Ad hoc Sedangkan pada Mahkamah Agung terdiri dari: - Hakim Agung dan Hakim ad hoc pada Mahkamah Agung 3. Gugatan perselisihan hubungan industrial diajukan kepada PHI pada Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat buruh bekerja. 4. Gugatan perselisihan hubungan industrial wajib dilampiri risalah penyelesaian melalui mediasi atau konsiliasi. 5. Yurisdiksi PHI adalah: a. Tingkat I : Perselisihan Hak b. Tingkat I : Perselisihan PHK c. Tingkat I & Terakhir : Perselisihan Kepentingan d. Tingkat I & Terakhir : Perselisihan antar SP/SB 6. Dalam hal perselisihan hak dan/atau perselisihan kepentingan diikuti dengan perselisihan PHK, maka PHI wajib memutus terlebih dahulu perkara perselisihan hak dan/atau perselisihan kepentingan. 7. PHI tidak mengenal pengadilan banding namun untuk perselisihan tertentu langsung Kasasi ke Mahkamah Agung. 8. Serikat Pekerja/serikat buruh dan atau organisasi pengusaha dapat bertindak sebagai kuasa hukum, mewakili anggotanya untuk beracara di PHI. 9. Majelis Hakim PHI wajib memberikan putusan dalam waktu selambat-lambatnya 50 hari kerja terhitung sejak sidang pertama, sedangkan pada tingkat Mahkamah Agung selambat-lambatnya 30 hari kerja (?). Apakah ini terjadi????Permohonan kasasi selambat-lambatnya 14 hari kerja (sesuai dengan UU 2/2004) sedangkan penyerahan memori kasasinya selambat-lambatnya 14 hari biasa (sesuai dengan UU MA).

Disarikan dari berbagai sumber dan disampaikan pada pelatihan DPC GESBURI Bekasi, 19 Februari 2011

Anda mungkin juga menyukai