Anda di halaman 1dari 15

Efek Industrialisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat dan Perkembangan Perusahaan Risqi Noor Hidayati Putri dan Ardiansyah S

I.

LATAR BELAKANG

Aktivitas ekonomi masyarakat kadangkala sering menimbulkan dampak terhadap masyarakat lainnya, baik dampak negatif maupun positif. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia. Perkembangan sektor industri selain memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional juga memberikan dampak negatif. Ketika pengaruhnya terhadap lingkungan kurang baik, eksternalitas tersebut disebut sebagai eksternalitas negatif. Ketika pengaruhnya pada lingkungan mendatangkan manfaat dan ataupun keuntungan, eksternalitas tersebut disebut sebagai eksternalitas positif. Perkembangan sektor industri Indonesia pasti akan sangat berpengaruh terhadap keadaan sosial masyarakat sekitar pabrik industri yang bersangkutan. Menurut data dari Badan Pusat Statistik mengenai jumlah perusahaan menurut subsektor mengalami fluktuasi, dalam artian jumlah perusahaan menurut subsektor mengalami kenaikan dan penurunan sejak tahun 2001 sampai denagan tahun 2009, akan tetapi meski demikian jumlah perusahaanperusahaan yang ada tetap akan berdampak pada timbulnya eksternalitas. Anggota Lembaga Penelitian, Pengembangan, dan Pengkajian Ekonomi Indonesia, Kamar Dagang dan Industri Indonesia, Ina Primiana, menyatakan kontribusi sektor industri terhadap produk domestik bruto tahun 2011 adalah 24,38 persen terhadap PDB (Tempo.com). Jumlah perusahaan-perusahaan di Indonesia pada tahun 2001 sebanyak 21.396, tahun 2002 sebanyak 21.146, tahun 2003 sebanyak 20.324, tahun 2004 sebanyak 20.685, tahun 2005 sebanyak 20.729, tahun 2006 sebanyak 29.468, tahun 2007 sebanyak 27.998, tahun 2008 sebanyak 25.694, dan tahun 2009 sebanyak 25.077. Diketahui dari data diatas tersebut terlihat bahwa perkembangan jumlah perusahaan-perusahaan di Indonesia mengalami penurunan dari tahun 2001 sampai tahun 2005 sebanyak 667 perusahaan, dan kemudian ada kenaikan drastis pada tahun 2007 sebanyak 8.739 perusahaan, akan tetapi mengalami penurunan kembali sampai tahun 2009 sebanyak 4.391 perusahaan (Badan Pusat Statistik, Jumlah Perusahaan Menurut SubSektor, 2001-2009). Banyaknya jumlah perusahaan di Indonesia tersebut pasti tidak terlepas dari akan timbulnya dampak atau efek bagi sosial masyarakat ataupun bahkan pada perusahaan lainnya yang sejenis. Di mana akan terjadi eksternalitas negatif, jika harga barang atau jasa tidak menggambarkan biaya sosial tambahan (marginal social cost) secara sempurna pada sumber daya yang dialokasikan dalam produksi. Contoh dari eksternalitas negatif tersebut adalah seperti permasalahan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Ini terjadi karena dalam setiap proses produksi suatu industi menghasilkan limbah yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Akibat dari eksternalitas negatif itu berujung pada masalah kesehatan masyarakat yang akan menurun.

Jurnal Efek Industrialisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat dan Perkembangan Perusahaan

Lain halnya dengan eksternalitas positif dimana eksternalitas positif merupakan keuntungan terhadap pihak ketiga selain bagi industri sebagai penjual dan masyarakat sebagai pembeli barang atau jasa yang tidak direfleksikan dalam tingkat harga. Ketika terjadi eksternalitas positif, maka harga tidak sama dengan keuntungan sosial tambahan (marginal sosial benefit) dari barang dan jasa yang ada. Dengan adanya eksternalitas positif industi yaitu pertumbuhan industri meningkat, bukan hanya industri itu sendiri yang merasakan, tetapi juga pihak lain, seperti masyarakat yang menjadi tenaga kerja di industri itu, serta pengaruh pada kenaikan produk domestik bruto. Telah jelas bahwa eksternalitas dapat menyebabkan inefisiensi atau kegagalan pasar, di mana harga gagal merefleksikan semua manfaat dan biaya yang terkait dengan transaksi pasar. Kegagalan pasar ini muncul ketika pihak ketiga dipengaruhi oleh produksi atau konsumsi satu barang. Hal ini karena eksternalitas akan menimbulkan masalah ketika produsen atau konsumen menyebabkan pengaruh eksternal, yakni ketika aktivitas produsen maupun konsumen dapat menyebabkan biaya ataupun manfaat pada orang lain yang dikarenakan oleh biaya ataupun manfaat eksternal tersebut yang tidak dimasukkan dalam perhitungan dalam aktivitasnya. II. PERMASALAHAN Persoalan muncul ketika dampak negatif dari aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh industri tidak diantisipasi secara ekonomis atas besarnya kerugian yang harus ditanggung oleh individu lainnya. Bila terjadi biaya eksternal, maka pemerintah dapat mengenakan pajak sebesar biaya eksternal tambahan terhadap pihak yang menimbulkan eksternalitas negatif. Berbeda dengan adanya eksternalitas positif dari aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh industri akan berdampak pada timbulnya manfaat eksternal sehingga pemerintah dapat menginternalisasi eksternalitas ini dengan pengenaan subsidi. Berdasarkan analisis terhadap jurnal terdahulu dalam hal ini studi kasus pada isu lingkungan dalam dinamika industri pulp, mengenai perkembangan industri pulp yang senantiasa meningkat setiap tahunnya, maka ada beberapa masalah yang perlu diperhatikan dalam pembangunan industri pulp yaitu apakah dampak eksternalitas yang terjadi akibat industri pulp, yang erat kaitannya dengan aspek kelestarian lingkungan ? Disamping itu juga pada spillover effect oleh perusahaan multinasional yang berupa teknologi transfer yang meliputi management know how dan export marketing acess strategy yang dberdampak pada pelaku usaha lokal, bagaimana dampak yang ditimbulkan bagi perusahaan lokal sejenis dengan adanya transfer teknologi tersebut ? III. KERANGKA KONSEPTUAL Industri adalah salah satu sektor usaha yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian. Perkembangan sektor industri di Indonesia beberapa tahun terakhir dinilai cukup baik. Dalam perkembangan ekonomi Indonesia, sektor industri menjadi salah satu komponen penting yang memberikan kontribusi yang patut diperhitungkan terhadap pendapatan negara. Akan tetapi selain memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi, perkembangan industri di indonesia juga dapat menimbulkan suatu permasalahan yaitu di mana sering disebut sebagai eksternalitas.

Jurnal Efek Industrialisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat dan Perkembangan Perusahaan

INDUSTRIALISASI

dampak

EKSTERNALITAS

Peran Perkembangan

Positif

Negatif

pajak subsidi regulasi


Eksternalitas bisa berbentuk positif ataupun negatif, dan diperlukan bentuk internalisasi melalui beberapa kebijakan oleh pemerintah untuk meminimalisir dari adanya dampak yang akan timbul, seperti kebijakan dalam hal regulasi dengan larangan atau kewajiban perilaku tertentu bagi pihak-pihak tertentu, atau dengan subsidi dan pajak untuk menginternalisasikan bentuk dari eksternalitas positif dan negatif. 3.1 Analisa Hasil Penelitian Terdahulu Perkembangan sektor industri secara umum tidak dapat terlepas dari adanya eksternalitas, baik dalam hal eksternalitas positif maupun negatif. Eksternalitas negatif dapat berupa permaslahan pencemaran atau polusi terhadap lingkungan. Sedangkan eksternalitas positif dapat berupa perkembangan perushaan akibat dari adanya pengembangan teknologi dari perusahaan lainnya yang sejenis ataupun dalam hal pengembangan manajemen produksi dalam rangka peningkatan jumlah produksi. Jurnal yang dirujuk pada slah satu industri di Indonesia yaitu industri pulp adalah salah satu contoh dari aktivitas industri pengolahan yang menimbulkan dampak bagi sosial masyarakt sekitar, yang tidak saja merusak hutan Indonesia, akan tetapi juga menyebabkan terjadinya pencemaran pada sungai-sungai oleh emisi yang berasal dari pabrik (Candra Musi, Dampak Industri Pulp Terhadap Pembangunan Daerah : Studi Kasus Propinsi Riau, 2001). Sedangkan adanya eksternalitas positif dari adanya suatu industri terlihat pada jurnal yang dirujuk mengenai eksternalitas spillover effect. Dimana spillover effect merupakan dampak dari adanya tindakan sebuah perusahaan dalam industri yang diikuti oleh respon perusahaan lainnya dalam suatu industri. Dan respon yang dilakukan oleh perusahaan lain tersebut merupakan dasar dari proses belajar (learning) untuk bertahan. Dalam hal ini adalah eksternalitas spillover effect oleh perusahaan multinasional dengan adanya proyek PRIMA pada indusrti pengolahan kakao di Sulawesi (Sri rahayu, 2007).

Jurnal Efek Industrialisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat dan Perkembangan Perusahaan

internalisasi

KEBIJAKAN

(-) : studi kasus indusrti pulp (+) : studi kasus spillover effect perusahaan multinasional

Pada jurnal penelitian terdahulu tersebut dijelaskan mengenai dampakdampak yang ditimbulkan oleh industri yang pengaruhnya secara langsung kepada kehidupan sosial masyarakat sekitar pabrik serta dampak bagi perusahaan sejenis akibat perkembangan teknologi dari perusahaan lainnya. Bagaimana suatu aktivitas industri pengolahan hingga berakibat pada timbulnya suatu eksternalitas negatif bagi lingkungan masyarakat serta bagaimana suatu transfer teknologi spillover effect oleh perusahaan multinasional dapat berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan lokal sejenis di Indonesia. 3.2 Landasan Teori Rosen (1998) menyatakan bahwa eksternalitas merupakan konsekuensi dari ketidakmampuan seseorang untuk membuat suatu propert right. Dimana eksternalitas terjadi ketika aktivitas suatu satu kesatuan mempengaruhi kesejahteraan kesatuan yang lain yang terjadi di luar mekanisme pasar. Tidak seperti pengaruh yang ditransmisikan melalui mekanisme harga pasar, eksternalitas dapat mempengaruhi efisiensi ekonomi. Eksternalitas merupakan dampak dari suatu tindakan pihak tertentu terhadap pihak lain baik dampak yang menguntungkan maupun yang merugikan. Eksternalitas terjadi apabila tindakan seseorang menimbulkan dampak terhadap orang lain atau sekelompok orang tanpa ada kompensasi apapun sehingga timbul inefisiensi dalam alokasi faktor produksi. Eksternalitas timbul pada dasarnya karena aktivitas manusia yang tidak mengikuti prinsip-prinsip ekonomi yang berwawasan lingkungan (Daraba, 2001). Dapat disimpulkan bahwa eksternalitas terjadi karena adanya perbedaan antara marginal social dan private cost sehingga diperlukan intervensi dari pemerintah dalam bentuk penetapan pajak atau subsidi yang berfungsi untuk mengoreksi dampak-dampak dari eksternalitas. Metode pengendalian eksternalitas dengan membentuk unit tunggal dari pihak yang terkena disebut internalisasi, yang memastikan bahwa biaya pribadi dan sosial menjadi sama. Internalisasi diupayakan baik untuk eksternalitas produksi dan eksternalitas konsumsi untuk yang bersifat positif ataupun negatif. Internalisasi selalu menyiratkan pembangunan yang lebih besar dalam ekonomi dan upaya dalam peningkatan konsekuensi dalam kekuatan pasar. Hilangnya kesejahteraan karena kekuatan pasar tersebut telah diperhitungkan dengan keuntungan dari menghilangkan efek eksternalitas. Internalisasi akan menghilangkan konsekuensi dari eksternalitas dengan cara yang sangat langsung dengan memastikan bahwa biaya pribadi dan sosial yang disamakan. Sebaran sesama industri (inter-industry) dikenal juga sebagai keuntungan lokalisasi. Glaeser memaparkan dua hipotesis dalam menerangkan sebaran pengetahuan. Kedua hal ini melibatkan efek sebaran diantara perusahaanperusahaan dalam industri yang mentransfer ide dan teknik dalam suatu kluster industri. Menurut teori eksternalitas Marshall-Arrow-Romer (MAR), sebaran pengetahuan (knowledge spillover) terjadi di antara perusahaan-perusahaan yang berdekatan dan kemudian mendorong pertumbuhan industri. Sebaran pengetahuan ini diperoleh lewat komunikasi yang terus berlangsung antar perusahaan yang memungkinkan adanya imitasi atau peniruan dan perpindahan tenaga kerja terampil antar perusahaan.

Jurnal Efek Industrialisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat dan Perkembangan Perusahaan

IV.

METODE

4.1 Pendekatan Penelitian Metode penelitian pada kajian ini adalah menggunakan pendekatan penelitian deskriptif, di mana menurut Whitney (dalam Nazir, 1985: 63-65) metode dekriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian dskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai dampak eksternalitas positif maupun negatif yang di sebabkan industri pulp dan spillover effect oleh perusahaan multinasioanal. Eksternalitas negatif berupa pencemaran lingkungan oleh limbah dan eksternal positif berupa transfer teknologi kepada para pelaku usaha lokal. Dengan metode deskriptif ini diselidiki kedudukan fenomena atau faktor dan melihat hubungan antara satu faktor dengan faktor lain, di mana pengungkapan data yang dianalisis merupakan uraian-uraian bukan berupa angka-angka. 4.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini digunakan untuk memperoleh data analisis mengenai eksternalitas baik eksternalitas positif maupun negatif dari industrialisasi di Indonesia oleh perusahaan-perusahaan yang memunculkan eksternalitas tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber seperti beberapa jurnal terkait. 4.3 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder dikumpulkan melalui badan di tingkat pusat, yang berhubungan dengan industrialisasi di Indonesia. Untuk lebih mengarahkan kepada pelaksanaan kajian sehingga tujuan kajian dapat dicapai, yaitu mengetahui efek industrialisasi terhadap lingkungan sosial, dampak eksternalitas dari industri itu sendiri, dan spillover effect oleh perusahaan multinasional. 4.4 Metode Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Bogdan dan Tylor (dalam Moleong, 2007:280)). Penelitian ini menggunakan dan menganalisis jurnal penelitian terdahulu yang bertujuan untuk mengetahui dampak nyata dari keberadaan industri-industri yang ada di Indonesia dimana dalam hal ini merujuk jurnal dari industri pulp di Indonesia, dengan melakukan analisis terhadap dampak sosial lingkungan dan dampak terhadap masyarakat sekitar. Sedangkan dalam hal eksternalitas positif merujuk dari jurnal spillover effect oleh perusahaan multinasioanal dimana pengaruhnya atas transfer teknologi kepada para pelaku usaha lokal.

Jurnal Efek Industrialisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat dan Perkembangan Perusahaan

Dilakukan identifikasi terhadap beberapa faktor, yang meliputi faktor eksternal dan faktor internal. Yang dilakuakan secara deskriftif terhadap faktorfaktor strategis yang terdiri dari peluang dan ancaman dalam pengembangan industri itu sendiri serta beberapa rekomendasi kebijakan akan dihasilkan untuk menuju efisiensi pasar akibat eksternalitas. V. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Fenomena Perkembangan Industrialisasi di Indonesia Perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk menghasilkan barang atau jasa. Visi pembangunan Industri Nasional sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional adalah Indonesia menjadi Negara Industri Tangguh pada tahun 2025, dengan visi antara pada tahun 2020 sebagai Negara Industri Maju Baru, karena sesuai dengan Deklarasi Bogor tahun 1995 antar para kepala Negara APEC pada tahun tersebut liberalisasi di negara-negara APEC sudah harus terwujud. Tabel 5.1 dibawah ini menunjukkan perkembangan jumlah perusahaan di Indonesia dari tahun ke tahun menurut subsektor masing-masing perusahaan. Dapat dilihat pada tahun 2001 jumlah perusahaan yang ada di Indonesia sebanyak 21.396 perusahaan dan terjadi kenaikan mencapai sebanyak 25.077 perusahaan di tahun 2009. Terlihat bahwa dari tahun ke tahun jumlah perusahaan di Indonesia mengalami fluktuasi dengan naik turunnya jumlah perusahaan yang ada
Tabel 5.1. Jumlah Perusahaan di Indonesia, Menurut SubSektor, 2001-2009
Subsektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Makanan dan minuman Tembakau Tekstil Pakaian jadi Kulit dan barang dari kulit Kayu, barang dari kayu, dan anyaman Kertas dan barang dari kertas Penerbitan, percetakan, dan reproduksi Batu bara,minyak & gas bumi,bahan bakar nuklir Kimia dan barang-barang dari bahan kimia Karet dan barang-barang dari plastik Barang galian bukan logam Logam dasar Barang-barang dari logam dan peralatannya Mesin dan perlengkapannya Peralatan kantor, akuntansi, dan pengolahan data Mesin listrik lainnya dan perlengkapannya Radio, televisi, dan perlatan komunikasi Peralatan kedokteran, alat ukur, navigasi, optik, dan jam Kendaraan bermotor Alat angkutan lainnya Furniture dan industri pengolahan lainnya 2001 4559 810 1901 2123 564 1668 388 537 48 1089 1416 1657 239 906 529 9 235 141 69 216 354 1914 2002 4551 814 1892 2028 533 1629 340 593 40 1014 1466 1612 223 930 474 9 244 167 52 270 329 1898 2003 4414 788 1847 1883 512 1450 375 545 54 1003 1422 1518 209 896 390 8 247 206 49 256 334 1855 2004 4639 810 1892 1908 492 1411 394 535 48 1020 1487 1507 230 880 408 7 249 219 47 261 323 1856 2005 4722 858 1934 1922 491 1325 413 545 52 1011 1477 1523 211 859 410 7 252 191 47 262 297 1865 2006 6615 1286 2809 3256 813 1782 526 897 73 1179 1847 2047 276 1020 477 10 279 227 61 336 380 3135 2007 6341 1208 2820 2917 764 1648 553 789 96 1151 1774 1916 260 981 436 10 285 227 70 302 380 2914 2008 6063 1131 2355 2655 685 1435 477 748 84 1082 1715 1783 237 902 435 9 271 205 70 305 333 2569 2009 e) 5 819 1 657 1 949 2 045 619 1 566 535 607 44 886 2 199 1 373 218 600 332 34 261 320 69 271 475 3 106

Jurnal Efek Industrialisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat dan Perkembangan Perusahaan

23

Daur ulang Jumlah

24 21396

38 21146

63 20324

62 20685

55 20729

137 29468

156 27998

145 25694

92 25 077

e : angka perkiraan Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)

Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi/setengah jadi, dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa industri/makloon dan pekerjaan perakitan (assembling). Dimana golongan pokok dari industri pengolahan adalah antara lain makanan dan minuman, tembakau, tekstil, pakaian jadi, kulit, kayu, kertas, penerbitan, batubara, pengilangan minyak murni pengolahan gas bumi, kimia, karet, barang galian bukan logam, mesin, radio, televisi, peralatan kedokteran, alat-alat ukur, peralatan navigasi, peralatan optik, kendaraam bermotor, furnitur, dan daur ulang.
Tabel 5.1.2 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah), 2004-2011
Lapangan Usaha
3. Industri Pengolahan a. Industri Migas 1). Pengilangan Miyak Bumi 2). Gas Alam Cair (LNG)

2004
644,342.6 94,263.4 59,062.0 35,201.4

2005
760,361.3 138,440.9 89,629.6 48,811.3

2006
919,539.3 172,094.9 117,952.2 54,142.7

2007
1,068,653.9 182,324.3 122,118.3 60,206.0

2008
1,376,441.7 237,771.6 145,942.6 91,829.0

2009
1,477,541.5 209,841.1 129,455.7 80,385.4

2010*
1,595,779.4 211,139.0 122,403.0 88,736.0

2011**
1,803,486.3 249,437.4 129,934.3 119,503.1

b. Industri Bukan Migas 1). Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 2). Industri Tekstil, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 3). Industri Kayu 4). Industri Produk Kertas 5). Industri Produk Pupuk 6). Industri Produk Semen dan Penggalian Bukan Logam 7). Industri Logam Dasar Besi & Baja 8).Industri Peralatan, Mesin dan PerlengkapanTransportasi 9). Produk Industri Pengolahan Lainnya Sumber : Badan Pusat Satistik

550,079.2 163,553.7 71,474.1 31,225.9 31,036.3 64,012.6 21,588.3 16,154.6 145,971.3 5,062.4

621,920.4 177,753.1 77,087.2 35,247.5 33,898.8 76,213.6 24,589.1 18,382.7 172,957.1 5,791.3

747,444.4 212,738.0 90,116.5 44,602.6 39,637.0 94,078.8 29,013.3 20,687.0 209,460.1 7,111.1

886,329.6 264,100.5 93,598.4 54,880.9 45,403.1 110,769.6 32,814.3 22,907.7 254,278.4 7,576.7

1,138,670.1 346,185.6 104,829.7 73,196.2 51,912.3 154,117.2 40,178.7 29,213.1 329,911.7 9,125.6

1,267,700.4 420,363.3 116,547.0 80,197.9 61,154.6 162,879.2 43,530.7 26,806.6 346,403.0 9,818.1

1,384,640.4 465,367.9 124,204.2 80,541.6 65,822.2 176,212.4 45,514.5 26,853.9 389,600.1 10,523.6

1,554,048.9 547,005.3 143,385.2 84,481.4 69,407.6 189,700.0 50,790.5 31,101.1 426,899.4 11,278.4

Seperti terlihat pada tabel 5.2 diatas bahwa produk domestik bruto industri pengolahan di Indonesia rata-rata mengalami kenaikan dari tahun ke tahun baik pada industri migas ataupun industri non migas. Hanya saja pada industri migas pada tahun 2009 mengalami penurunan dari 237,771.6 miliar rupiah menjadi 209,841.1 miliar rupiah. Laju pertumbuhan ini mengindikasikan bahwa industri pengolahan di Indonesia dari tahun ke tahun senantiasa mengalami perkembangan yang cukup signifikan yang berdampak pada

Jurnal Efek Industrialisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat dan Perkembangan Perusahaan

kenaikan PDB dari tahun ke tahun sebagai sumbangan pendapatan terhadap negara. Akan tetapi dengan adanya perkembangan sektor industri dengan beberapa jenis industri diatas secara umum tetap tidak dapat terlepas dari adanya eksternalitas negatif yang dapat ditimbulkan. Salah satu contoh eksternalitas negatif tersebut adalah berupa pencemaran lingkungan oleh limbah. Limbah cair dan padat yang dihasilkan oleh industri apabila tidak mengalami proses daur ulang akan berdampak pada pencemaran tanah, air permukaan dan air tanah. Sedangkan gas berbahaya yang dihasilkan dan mencemari udara dapat menyebabkan acid rain yang berbahaya bagi makhluk hidup termasuk manusia. 5.2 Eksternalitas Negatif oleh Industri Pengolahan Dengan hadirnya industri-industri yang ada di Indonesia tentu akan menghasilkan limbah akibat proses produksinya, dan besar kecilnya limbah tersebut merupakan wujud nyata ketidakefisienan dalam memanfaatkan bahan baku sehingga akan menimbulkan masalah dalam penanggulangannya. Sehingga jelas bahwa industri-industri yang mengeluarkan limbah harus diatasi agar dampak yang ditimbulkan selama proses produksi tidak akan membahayakan lingkungan dan sosial masyarakat disekitar pabrik industri yang bersangkutan. Eksternalitas negatif terjadi ketika pencemaran atas limbah dilakukan oleh suatu perusahaan dengan membuang limbahnya ke dalam sungai, dan pada prinsipnya pajak dapat dikenakan kepada perusahaan yang menyebabkan kerusakan yang diderita oleh masyarakat. Instansi pemerintah yang mengenakan pajak atau menyediakan subsidi harus mengetahui teknologi produksi dari semua unit usaha yang terlibat. Kedua belah pihak harus mengetahui pengaruh pembuangan limbah terhadap kehidupan lingkungan sekitar sehingga pajak dikenakan tepat dan sehingga jumlah pembuangan limbah dapat dikurangi hingga jumlah yang tepat. Pada kurva 5.1 di bawah ini menjelaskan tentang pajak atau subsidi atas pencemaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Pajak atau tarif limbah (charge) yakni dengan tarif per unit limbah sebesar OF, produsen tidak akan membuang limbah OX dan dapat menghemat anggaran sebesar AFB karena tidak dikenakan pembayaran tarif limbah. Di sebelah kanan titik B, produsen memilih membayar tarif limbah dan membuang limbah. Sepanjang AB produsen memilih tidak membuang limbah dan tidak membayar tarif atau pajak, sepanjang BC produsen memilih membayar tarif tetapi membuang limbah. Misalnya suatu produsen menghasilkan limbah buangan OW : dengan membayar tarif limbah sebesar OF, maka industri akan berupaya mengurangi limbah sebesar OX dan hanya membuang limbah sebanyak XW. ZBZW merupakan kompensasi masyarakat terhadap kerusakan akibat limbah XW. Besarnya subsidi adalah OF, agar tidak terjadi pencemaran. OX = Produsen akan membersihkan /mengolah limbahnya dengan biaya sebesar OF. Pada zone OW, pemberian subsidi kepada produsen akan mendorongnya mengurangi jumlah buangan limbah hingga setara dengan OX, karena ia dapat untung. Kondisi di sebelah kanan X berarti produsen membuang limbah yang mengakibatkan pencemaran, dan jika biaya XWZB tidak diberi kompensasi maka produsen akan memilih membuang limbah XW.

Jurnal Efek Industrialisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat dan Perkembangan Perusahaan

Kurva 5.1 Pajak atau Subsidi Pencemaran Pajak, Rp

Biaya , Kerusakan
Kurva MSC: Marginal Social Cost Pengurangan limbah dengan cara optimal

F B Z
C MSC pembuangan limbah

Jumlah pengurangan buangan limbah


Sumber : Prof Dr Ir Soermarno MS, Eksternalitas Pengelolaan SDA, 2011

Fakta pada kasus yang dirujuk pada jurnal industri pulp di Indonesia adalah aktivitas industri pulp tidak saja merusak hutan Indonesia, akan tetapi juga menyebabkan terjadinya pencemaran pada sungai-sungai oleh emisi yang berasal dari pabrik. Kasus yang terjadi pada masyarakat di Perawang (lokasi PT IKPP) dimana masyarakat disekitar industri pada umumnya adalah memiliki mata pencaharian sebagai nelayan, sehingga akibat adanya pencemaran tersebut yang awalnya sebelum industri tersebut berdiri, para nelayan mampu menangkap ikan sebanyak 8-10 kilogram, namun setelah pabrik industri tersebut berdiri adalah masih untung jika masih bisa menangkap ikan sebanyak 1-2 ekor (bukan kilo) (Forest Conservation News, 2001). Dampak lingkungan lainnya adalah terdapat sedikitnya 97 orang yang keracunan zat kimia chlorine, dimana zat ini sebagai akibat gangguan dari fungsi pompa sehingga zat ini keluar melalui cerobong Unit Chlor Alkali. Unit Chlor Alkali adalah unit yang mengolah sisa-sisa chlorine menjadi zat lain seperti natrium haifo yang dapat digunakan untuk pembersihan air (kompas, 1996). Apabila tidak ada usaha penanganan yang baik terhadap keberadaan limbah tersebut, dikhawatirkan akan sangat berdampak bagi kehidupan makhluk hidup yang berada di sekitar pabrik industri tersebut (Candra Musi, Dampak Industri pulp terhadap Pembangunan Daerah : Studi Kasus Provinsi Riau, 2001). 5.3 Eksternalitas Positif Spillover Effect oleh Perusahaan Multinasioanal Berbeda dengan pengaruh dari adanya perusahaan multinasional dimana bahwa perusahaan multinasional di berbagai negara berkembang dipercaya memiliki kapasitas penguasaan teknologi dan manajemen yang diharapkan bisa berinteraksi dengan pelaku usaha lokal. Pada awal 1990-an, Bank Dunia sempat memberi regulasi mengenai perilaku investasi asing. Regulasi tersebut diantaranya adalah tentang strategi kebijakan negara berkembang untuk bisa

Jurnal Efek Industrialisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat dan Perkembangan Perusahaan

memanfaatkan kehadiran dari perusahaan multinasional (Shatz and Venables, 2000). Sehingga setelah adanya regulasi tersebut, banyak negara berkembang yang mulai membuka diri untuk masuknya berbagai perusahaan multinasional. Dampak positif yang diperoleh dari adanya perusahaan multinasional bagi para pelaku usaha lokal adalah dapat berupa teknologi transfer yang meliputi management know how dan export marketing acess strategy. Spillover effect sendiri merupakan dampak dari adanya tindakan sebuah perusahaan dalam industri yang diikuti oleh respon perusahaan lainnya dalam suatu industri. Dan respon yang dilakukan oleh perusahaan lain tersebut merupakan dasar dari proses belajar (learning) untuk bertahan.Tindakan yang dilakukan oleh perusahaan multinasional dapat berwujud inovasi ataupun pembentukan infrastruktur.

IMMITATIN G

MODIFIYIN G

IMPROVIN G

INVENTING
Sumber : Sri Rahayu, Eksternalitas Spillover Effect : Kajian Proyek PRIMA, 2007

Pada saat sebuah perusahaan multinasional melakukan inovasi (produk, teknologi, manajemen), perusahaan lain yang sejenis atupun terkait akan melakukan proses learning yang dimulai dengan proses meniru (immitating) yang selanjutnya dengan melakukan modifikasi (modifiying) hingga proses pengembangan (improving) dan bahkan dapat menemukan sesuatu yang lebih baru (inventing) (Black, 2001). Hal ini menunjukkan bahwa spillover effect adalah sebuah eksternalitas, dimana perusahaan yang melakukan reaksi tidak harus membayar kompensasi secara ekonomi kepada perusahaan yang melakukan aksi. Fakta pada kasus yang dirujuk pada jurnal eksternalitas spilover effect oleh perusahaan multinasioanal adalah terdapat pengaruh secara horizontal dan vertikal dalam industri pengolah kakao di Sulawesi. Industri pengolah kakao di Sulawesi terdiri dari lima pemain, di mana setengahnya adalah perusahaan milik asing (termasuk PT Effem). PT Efferm mengerahkan sumber dayanya untuk memperbaiki kelangkaan bahan baku dengan program PRIMA. PRIMA telah memberi dampak bagi industri, khususnya untuk industri sejenis milik investor lokal. Dampak spillover yang dinikmati oleh perusahaan sejenis terdiri dari kesempatan untuk menjadi free rider dan terbentuknya potensi untuk aktivitas peniruan. Program ini menggunakan direct purchasing yang bersifat terbuka, sehingga pembeli selain PT Effem pun dapat mengumpulkan biji kakao dari tempat yang sama sehingga keunikan bahan baku yang didapat dari PRIMA tidak dapat dinikmati sendiri oleh PT Effem (Sri Rahayu, Kajian Proyek PRIMA di Industri Prngolahan Kakao di Sulawesi, 2007).

Jurnal Efek Industrialisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat dan Perkembangan Perusahaan

10

Pengetahuan baru didapat petani pada umumnya melalui program penyuluhan lapangan (school field), pembaharuan tanaman kakao lama (plant renewing) dan pengenalan obat pengontrol hama dari bahan alami yang tergabung dalam program farmer development. Sehingga hal ini semua berdampak pada perbaikan produktivitas biji kakao sehingga berakibat pada kenaikan produksi yang lebih tinggi. Jadi jelas bahwa dalam perspektif yang lebih luas, ada semacam konsep yang disepakati bersama di antara negara-negara host country bahwa perusahaan multinasional menghasilkan technology spillover dalam bentuk produk, proses produksi, proses distribusi, sistem manajemen, dan strategi pemasaran (Blomstrom dan Kokko, 1998). Sebaran pengetahuan (knowledge spillover), dimana selama perusahaanperusahaan saling memberikan keuntungan di antara mereka dalam hal inovasi dan ide, maka perekonomian akan terus tumbuh. Menurut paradigma New Growth kemajuan teknologi dianggap endogen sebab diciptakan oleh tindakan sengaja dari pelaku ekonomi. Kemajuan teknologi yang menurut Schumpeter (Ray:1995:66) diciptakan oleh tekanan persaingan antar individu/antar perusahaan yang ingin memaksimalkan laba untuk membuat inovasi, dianggap sebagai akibat langsung dari fenomena ekonomi. Perbedaan lain dalam teori pertumbuhan baru disamping akumulasi modal, adalah dimasukkannya dampak eksternalitas. Jika investasi dari satu perusahaan atau individu membangkitkan sebaran pengetahuan yang tidak bisa ditangkap secara penuh oleh perusahaan atau individu tersebut, maka stok pengetahuan umum yang ditingkatkan dapat dimanfaatkan perusahaan-perusahaan lain untuk meningkatkan produksi. Kenyataannya dalam ekonomi modern pengetahuan merupakan faktor produksi. Jenis teknologi tertentu apabila bisa diperoleh dengan biaya minimal maka increasing returns to scale akan terjadi. Adanya ekternalitas ini juga dikemukakan Todaro ( 2000: 121). 5.3 Kebijakan Internalisasi 5.3.1 Pajak Pigovian Dalam literatur ekonomi, pajak yang khusus diterapkan untuk mengoreksi dampak dari suatu eksternalitas negatif, seperti kerusakan terhadap lingkungan, disebut sebagai pajak pigovian (pigovian tax), mengambil nama ekonom pertama yang merumuskan dan menganjurkannya, yakni Arthur Pigou (1877-1959). Untuk mencapai batas pencemaran limbah ataupun polusi, pemerintah akan menghitung tingkat pajak yang paling tepat untuk ditetapkan. Semakin tinggi tingkat pajaknya, akan semakin banyak penurunan polusi yang terjadi. Jika pajaknya terlalu tinggi, semua pabrik pasti akan dapat mengurangi limbah sehingga pencemaran limbah atau polusi akan berkurang menjadi nol. Pajak pigovian merupakan cara terbaik untuk menekan kerusakan lingkungan, seperti menurunkan pencemaran atas limbah atau polusi. Sebuah pabrik, misalnya, apabila polusinya sudah berada di bawah batas maksimal, pabrik itu tidak akan mau membuang biaya lebih besar agar polusinya bisa ditekan lebih rendah lagi. Sebaliknya, pajak akan memberi insentif kepada pabrik tersebut terus mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan. Mereka akan terus mendorong menurunkan polusi, karena semakin rendah polusi yang mereka ciptakan, akan semakin sedikit pula pajak yang harus mereka bayar.

Jurnal Efek Industrialisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat dan Perkembangan Perusahaan

11

5.3.2 Subsidi Pemerintah memberi subsidi untuk kegiatan-kegiatan yang memunculkan eksternalitas positif. Pemberian subsidi hendaknya pula mempertimbangkan besarnya dampak ekonomi maupun eksternalitasnya. Aktivitas ekonomi yang disubsidi tersebut hendaknya pula harus mampu menciptakan terwujudnya aktivitas perekonomian lainnya yang mendukung atau masih berkaitan dengan aktivitas ekonomi yang disubsidi. Selain harus bisa menciptakan dampak ekonomi maupun eksternalitas yang positif, kebijakan subsidi pula harus dapat memberikan manfaat perekonomian berupa kemampuan untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Kinerja perekonomian yang dimaksudkan dapat pula berupa peningkatan efisiensi produksi dari komoditi-komoditi yang diberikan subsidi. Pemerintah dalam menyediakan subsidi harus mengetahui teknologi dari semua unit usaha yang terlibat. Mereka harus mengetahui pengaruh dari ekternalitas negatif maupun positif suatu industri. Agensi pemerintah akan berusaha mencapai hasil-hasil yang direncanakan dengan jalan menentakan subsidi yang tepat. Sedangkan perusahaan atau siapa saja yang berminat untuk turut memanfaatkan teknologi baru itu harus meminta izin kepada penemunya, dan membayar sejumlah royalti. Dengan cara ini, hukum paten memberikan insentif atau subsidi lebih besar kepada semua perusahaan, untuk mencurahkan lebih banyak dana dan perhatian untuk menemukan teknologi-teknologi baru yang bermanfaat. 5.3.3 Regulasi Selain kebijakan pajak, untuk mengatasi suatu ekternalitas bisa dilakukan melalui regulasi (command-and-control policies). Sebagai contoh sederhana, untuk mengatasi kebiasaan membuang limbah ke sungai, pemerintah bisa menyatakan perbuatan tersebut sebagai tindakan kriminal dan akan menghukum pelakunya. Regulasi pemerintah yang dapat dilakukan untuk mengatasi suatu eksternalitas adalah dengan melarang atau mewajibkan perilaku tertentu dari pihak-pihak tertentu. Pemerintah harus mengetahui spesifikasi dari setiap jenis atau sektor industri, dan berbagai alternatif teknologi yang dapat diterapkan oleh industri yang bersangkutan, dalam rangka mengurangi atau membatasi eksternalitas yang muncul. Akan tetapi salah satu contoh dari penerapannya adalah regulasi yang mewajibkan semua pabrik mengurangi polusinya dalam jumlah yang sama, padahal penurunan yang sama rata, bukan merupakan cara termurah dalam menurunkan polusi. Ini dikarenakan kapasitas dan keperluan setiap pabrik untuk berpolusi berbeda-beda. Karena itu, kalangan ekonom umumnya lebih menyukai pajak pigovian daripada regulasi. Dikarenakan biaya penerapan pajak lingkungan jauh lebih murah bagi masyarakat secara keseluruhan. Pengendalian lingkungan melalui regulasi tidak akan memberikan insentif bagi pabrik-pabrik pencipta polusi untuk berusaha mengatasi polusi semaksimal mungkin.

Jurnal Efek Industrialisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat dan Perkembangan Perusahaan

12

5.4 Rekomendasi Kebijakan Tabel. Program dan Kebijakan Menuju Efisiensi Pasar akibat Eksternalitas No. Program Strategis 1 Eksternalitas Positif : Penyuluhan bagi industri yang memnunculkan eksternalitas positif (sebagi pemberi transfer teknologi) serta bagi perusahaan lainnya sebagai free rider (penerima transfer teknologi) (proses learning) Pemberian subsidi untuk aktivitas ekonomi (produksi) yang memunculkan eksternalitas positif 2 Eksternalitas Negatif Penerapan regulasi (moral suasion) dengan beberapa kebijakan larangan atau himbauan Pengenaan pajak pigovian atas pencemaran yang dilakukan oleh suatu industri Perusahaan Industri Fiskal Sasaran Perusahaan industri Kebijakan Fiskal Tujuan Meningkatkan pengetahuan agar dapat menentukan jumlah produksi yang optimal Meningkatkan efisiensi produksi Meningkatkan kemampuan untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi

Mengatasi kebiasaan melakukan pencemaran melalui peraturan Menurunkan tingkat pencemaran

Jurnal Efek Industrialisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat dan Perkembangan Perusahaan

13

VI.

KESIMPULAN Dampak dari adanya perkembangan industrialisasi di Indonesia tidak akan terlepas dari timbulnya eksternalitas, baik positif ataupun negatif. Secara umum, adanya eksternalitas positif atas industrialisasi, khususnya oleh perusahaan multinasional adalah peningkatan efisiensi dalam produksi yang selanjutnya akan berdampak pada pendapatan internal perusahaan ataupun sumbangan industri tersebut kepada produk domestik bruto negara. Sedangkan, secara umum dari adanya eksternalitas negatif atas industrialisasi di Indonesia adalah penurunan pendapatan masyarakat sekitar pabrik industri yang disebabkan dari adanya pencemaran lingkungan yang berdampak pada kerusakan pada area tempat mata pencaharian masyarakat serta adanya penurunan kualitas kesehatan masyarakat akibat adanya gas buangan yang berbahaya bagi kesehatan. Adanya eksternalitas menimbulkan peranan alokasi pemerintah dalam perekonomian. Karena setiap orang mempunyai hak atas lingkunagn yang bersih. Akan tetapi untuk mempertahankan hak setiap individu akan memunculkan biaya oportunitas, yaitu kerugian masyarakat atas barang yang dihasilkan. Dalam hal ini internalisasi dari pemeritah dapat dilakukan berupa pengenaan pajak kepada pabrik industri yang mengeluarkan eksternalitas negatif, subsidi bagi paerusahaan yang memunculkan eksternalitas positif serta adanya regulasi dari pemerintah untuk meminimalisir dampak-dampak yang akan ditimbulkan oleh pabrik industri bagi lingkungan sosial masyarakat sekitar industri.

Jurnal Efek Industrialisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat dan Perkembangan Perusahaan

14

DAFTAR PUSTAKA Hindriks-Intermediate Public Economics.2004.Chapter 10 : Externalities Mangkoesoebroto, Guritno.2010.Ekonomi Publik.Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta Mukhlis, Imam.2009. Eksternalitas, Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan dalam Perspektif Teoritis Public Finance.Chapter 4 : Externalities Purwanto.2007.Isu Lingkungan dalam Dinamika Industri Pulp dan Kertas di Indonesia Rahayu, Sri.2007.Eksternalitas (Spillover Effect) dari inovasi Supply Chain oleh Perusahaan Multinasional

Jurnal Efek Industrialisasi terhadap Lingkungan Sosial Masyarakat dan Perkembangan Perusahaan

15

Anda mungkin juga menyukai