Anda di halaman 1dari 13

KESEHATAN KERJA BAHAN KIMIA DI INDUSTRI

BAB I TOKSIKOLOGI

UMUM Toksikologi merupakan suatu multi-disiplin ilmu yang melibatkan antara lain ilmu-ilmu bidang biologi, kimia, patilogi, fisiologi, farmakologi, kesehatan masyarakat, dan imunologi. Suatu zat dinyatakan sebagai racun bila zat tersebut menyebabkan efek yang merugikan pada yang menggunakannya. Hal ini berarti: Suatu bahan, termasuk obat, dapat dikatakan sebagai racun apabila menyebabkan efek yang tidak seharusnya. Suatu bahan, walaupun secara ilmiah dikategorikan sebagai bahan beracun, tetapi dapat dianggap bukan racun bila konsentrasi bahan tersebut di dalam tubuh belum mencapai batas atas kemampuan manusia untuk mentoleransi. Kerja obat yang tidak memiliki sangkut paut dengan indikasi obat yang sesungguhnya dianggap sebagai kerja toksik.

EFEK Efek toksik akut bertoleransi langsung dengan absorpsi zat toksik. Efek toksik kronis terjadi bila zat toksik dalam jumlah kecil diabsorpsi dalam waktu lama yang bila terakumulasi akan membuat efek toksik yang baru.

BAB II TIPE BAHAYA BAHAN KIMIA

Bahan kimia dapat digolongkan menjadi bahan kimia yang tidak berbahaya dan beracun (non-B3) dan ada yang digolongkan sebagai bahan berbahaya dan beracun (B3).

BAHAN KIMIA MUDAH TERBAKAR Bahan kimia mudah terbakar adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan menimbulkan kebakaran. Adapun bahan kimia mudah terbakar diklasifikasikan menjadi: a. Zat padat mudah terbakar Zat padat mudah terbakar dalam industri adalah belerang (sulfur), fosfor, kertas/ rayon, hibrida logam, dan kapas. b. Zat cair mudah terbakar Kelompok ini paling banyak ditemui dalam industri yang dikenal sebagai pelarut organik. c. Gas mudah terbakar Gas mudah terbakar dalam industri misalnya adalah gas alam, hidrogen, asetilen, etilen oksida.

BAHAN KIMIA MUDAH MELEDAK Bahan kimia mudah meledak adalah bila reaksi kimia bahan tersebut menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan di sekelilingnya.

BAHAN KIMIA REAKTIF TERHADAP AIR Bahan reaktif adalah bahan yang bila bereaksi dengan air akan mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar. Bahan-bahan tersebut harus dijauhkan dari air atau disimpan dalam ruang yang kering dan bebas dari kebocoran air hujan.

BAHAN KIMIA REAKTIF TERHADAP ASAM Bahan reaktif terhadap asam akan menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas yang beracun dan korosif.

BAHAN KIMIA KOROSIF Bahan korosif adalah bahan yang karena reaksi kimia dapat merusak logam.

BAHAN KIMIA IRITAN Bahan kimia iritan adalah bahan yang karena reaksi kimia dapat menimbulkan kerusakan atau peradangan atau sensitisasi bila kontak dengan permukaan tubuh yang lembab seperti kulit, mata, dan saluran pernafasan. Menurut bentuk zat, bahan iritan dapat dibagi dalam tiga kelompok dengan contoh-contoh sebagai berikut: a. Bahan iritan padat Bahaya akan timbul apabila kontak dengan kulit atau mata. b. Bahan iritan cair Bahaya akan timbul apabila kontak dengan kulit atau mata, yang menyebabkan proses pelarutan atau denaturasi protein. c. Bahan iritan gas Bahaya terutama karena terhirup dan merusak saluran pernafasan.

BAHAN KIMIA BERACUN Bahan kimia beracun didefinisikan sebagai bahan kimia yang dalam jumlah kecil menimbulkan keracunan pada manusia atau makhluk hidup lainnya. Bahan-bahan teracun dalam industri dapat digolongkan dalam beberapa golongan, yakni: a. Senyawa logam dan metalloid b. Bahan pelarut c. Gas-gas beracun d. Bahan karsinogenik e. Pestisida

BAHAN KIMIA KARSINOGENIK Bahan lain yang dapat mengubah struktur genetik manusia, seperti kanker, mutagenesis.

GAS BERTEKANAN Bahan ini adalah gas yang disimpan dalam tekanan tinggi, baik gas yang ditekan, gas cair, atau gas yang dilarutkan dalam pelarut dengan tekanan.

BAHAN KIMIA OKSIDATOR Bahan ini adalah bahan kimia, yang mungkin tidak terbakar, tetapi dapat menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran pada bahan-bahan lainnya.

BAB III IDENTIFIKASI BAHAYA KIMIA

Dalam upaya memastikan bahan kimia yang berbahaya ada di tempat kerja, maka perlu dilakukan identifikasi awal. Identifikasi awal dapat dilakukan berdasarkan pada: 1. Data bahan kimia yang diterima oleh pihak gudang. 2. Bahan kimia yang biasa dipergunakan oleh suatu tempat kerja. 3. Proses yang ada. Identifikasi awal yang dilakukan secara umum memakai format berikut: 1. Nama bahan kimia 2. Apa kondisi fisiknya? 3. Apakah beracun? 4. Berapakah? 5. Apa bahan yang inkompabilitas? 6. Apakah bahan mudah terbakar atau sangat mudah terbakar? 7. Tipe pemadam api apa yang harus digunakan? 8. Alat pelindung diri apa yang harus digunakan? 9. Sistem pencegahan lain?

BAB IV MATERIAL SAFETY DATA SHEET (MSDS)/ LEMBAR DATA KESELAMATAN BAHAN

MSDS adalah dokumen tentang satu bahan kimia yang harus ada pada industri yang membuat, menyimpan, atau menggunakannya, yang memberikan informasi tentang bahan kimia tersebut.

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 187/Men/1999, MSDS harus berisi hal-hal sebagai berikut: 1. Identitas Bahan dan Perusahaan 2. Komposisi Bahan 3. Identifikasi Bahaya 4. Tindakan P3K 5. Tindakan Penanggulangan Kebakaran 6. Tindakan terhadap Tumpahan dan Kebocoran 7. Penyimpanan dan Penanganan Bahan 8. Pengendalian Pemajanan dan Alat Pelindung Diri 9. Sifat-sifat fisika dan kimia 10. Reaktifitas dan Stabilitas 11. Informasi Toksikologi 12. Informasi Ekologi 13. Pembuangan Limbah 14. Pengangkutan 15. Peraturan Perundang-undangan 16. Informasi lain yang diperlukan

BAB V PENGENDALIAN BAHAN KIMIA SAAT PEMBELIAN, PENYIMPANAN, DAN SUPLAI

Terdapat beberapa macam bahan kimia yang tidak boleh lagi dipergunakan karena membuat penipisan ozon, yang disepakati dalam Konvensi Genewa. Bahan-bahan tersebut antara lain adalah halon, PCB (polychlorinated biphenyl) dan CCL4.

PENERIMAAN Penerimaan bahan kimia pada dasarnya sama dengan penerimaan bahan lain, hanya saja yang menjadi perhatian utama adalah jenis bahan kimia yang dilarang penggunaannya, jenis

bahan kimia yang mudah terbakar dan meledak, jumlah drum yang mungkin melebihi kapasitas gudang, spesifikasi bahan yang berbeda dengan yang diminta, label, dan cara penyimpanannya.

PENYIMPANAN Penyimpanan bahan kimia tergantung pada beberapa faktor bukan pada biaya dan ruang yang ada dan rekomendasi yang umum adalah bahan kimia harus diletakkan di tempat yang dingin, kering, ventilasi baik, dan bangunannya memiliki sistem drainase yang baik, walaupun faktor-faktor pengganggunya mungkin dapat dicegah sebaik mungkin. Faktor-faktor ini termasuk kuantitas yang disimpan, sifat bahan kimia, paket yang diterima, metode pengiriman internal, alat pengangkut, metode pengeluaran di titik penggunaan. Terkait dengan faktor-faktor di atas, area penyimpanan, besar ataupun kecil, harus dibuat.

PENANGANAN Mungkin bahaya tunggal dari penggunaan drum atau wadah lain diakibatkan oleh hilangnya tutup sumbat atau tutup terutama dimana hanya sebagian isi yang digunakan dan sumbat tampaknya telah dipasang dengan benar.

LABEL Label bahan kimia pada drum maupun botol setidaknya harus berisi hal-hal berikut: a. Nama dagang b. Nama bahan aktif yang utama c. Nama dan alamat perusahaan pembuat d. Bahaya bahan kimia e. Lambang bahaya bahan kimia f. Cara masuk bahan kimia ke tubuh g. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)

KLASIFIKASI BAHAYA 1. Klasifikasi NFPA Berkaitan dengan faktor penentu bahaya, ada klasifikasi bahan kimia yang diberikan oleh Nasional Fire Protection Association (NFPA), yaitu:

Kesehatan (NFPA Health Hazards) Mudah terbakar (NFPA Flammability Hazards) Reaktivitas (NFPA Reactivity Hazards)

2. Bahaya Kesehatan Bahaya kesehatan dapat berasal dari dua sebab, yaitu: a. Sifat alamiah zat toksik, b. Mengeluarkan zat toksik akibat pemanasan atau penguraian. Tingkat bahaya terhadap kesehatan, yang dilambangkan dengan warna BIRU, adalah: 4: Bahan yang dapat menyebabkan kematian pada keterpaan jangka pendek atau yang dapat menimbulkan luka fatal meskipun ada pertolongan segera. 3: Bahan yang dapat menimbulkan akibat serius pada keterpaan jangka pendek, meskipun ada pertolongan segera. 2: Bahan yang pada keterpaan intensif atau terus menerus dapat menimbulkan luka, kecuali ada pertolongan segera. 1: Bahan yang menyebabkan iritasi atau sedikit luka meskipun tidak ada pertolongan segera. 0: Bahan yang tidak berbahaya meski kena api. 3. Bahaya Mudah Terbakar Klasifikasi ini, yang dilambangkan dengan warna MERAH , adalah ukuran kemudahan terbakarnya suatu zat yang diberi tingkatan sebagai berikut: 4: Bahan yang segera menguap dalam udara normal dan dapat terbakar dengan cepat. 3: Bahan cair atau padat yang dapat dinyalakan pada suhu biasa. 2: Bahan yang perlu sedikit dipanaskan dahulu sebelum dapat dibakar. 1: Bahan yang perlu dipanaskan sebelum dapat dibakar. 0: Bahan yang tidak dapat dibakar. 4. Bahaya Reaktivitas Reaktivitas adalah ukuran derajat kemudahan dalam melepaskan energy dengan sendirinya (terurai atau berpolimerisasi) atau akibat kontak dengan air atau bahan lain. Derajat bahaya tersebut, yang dilambangkan dengan warna KUNING, adalah sebagai berikut: 4: Bahan yang dengan mudah dapat diledakkan atau meledak pada suhu dan tekanan biasa atau sensitive terhadap pengaruh mekanik atau panas setempat.

3: Bahan yang mudah meledak, tetapi memerlukan sumber penyebab yang kuat, seperti suhu tinggi atau tumbukan. 2: Bahan yang tidak stabil dan menghasilkan reaksi hebat, tetapi tidak meledak. 1: Bahan yang stabil pada keadaan normal, tetapi tidak stabil pada suhu tinggi. 0: Bahan yang stabil dan juga tidak reaktif meskipun kena api ataupun pada suhu tinggi. 5. Klasifikasi HIMS Selain NFPA, adapula klasifikasi bahan kimia menurut Hazardous Material Identification System (HMIS). Pada dasarnya klasifikasi HIMS sama dengan NFPA, hanya saja klasifikasi HIMS mencantumkan kode alat pelindung diri. Kode alat pelindung diri adalah:\ A B C D E F G H I J K L-Z Safety glasses Safety glasses and gloves Safety glasses, gloves, and an apron Face shield, gloves, and an apron Safety glasses, gloves, and a dust respirator Safety glasses, gloves, apron, and a dust respirator Safety glasses, a vapor respirator Splash goggles, gloves, apron, and a vapor respirator Safety glasses, gloves, and a dust/ vapor respirator Splash goggles, gloves, apron and a dust/ vapor respirator Airline hood or mask, gloves, full suit, and boots Custom PPE specified by employer

6. Klasifikasi Lain Selain klasifikasi NFPA dan HIMS di atas, dalam dokumen bahan kimia dipergunakan pula kode resiko (Risk= R) dan kode keselamatan (Safety= S).

BAB VI PENGENDALIAN DI PROSES PRODUKSI DAN PENUNJANG PROSES PRODUKSI

Pengendalian bahan kimia berbahaya pada tempat proses produksi sangat penting karena selain bahaya langsung yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja, juga adanya

bahaya tidak langsung yang dapat mengakibatkan terjadinya penyakit akibat kerja yang pengaruhnya baru diketahui dalam jangka waktu yang relatif lama. Wadah bahan kimia yang berbentuk botol disimpan dalam lemari yang sesuai dengan peruntukan bahan kimia tersebut. Lemari untuk menyimpan bahan-bahan kimiatersebut harus dibuat dengan bahan yang tahan terhadap bahan kimia, baik yang bersifat asam, basa, maupun korosif, dan pada umumnya digunakan stainless steel. Lemari bahan kimia harus bersifat sebagai secondary containment, yaitu dapat menampung kebocoran bahan kimia dari wadahnya. Bahan kimia mudah terbakar harus dimasukkan dalam lemari khusus bahan kimia mudah terbakar dan bahan kimia eksplosif dan oksidator tidak boleh dimasukkan ke dalam lemari tersebut. Bagian luare lemari bahan kimia, pada sisi kanan dan kiri, terdapat lubang udara yang memakai kasa stainless steel dengan bukaan (opening) sekitar 100 mesh. Lubang udara ini berfungsi sebagai ventilasi, sehingga bila ada kebocoran dari wadah bahan kimia volatile, maka bahan kimia dapat keluar dari dalam lemari dengan konsentrasi yang rendah. Jika terjadi kebakaran disekitar lemari, maka api dan panas akan menyebar sampai ke lemari. Untuk menghindari masuknya api ke dalam lemari bahan kimia, maka dipasang kasa yang berfungsi untuk masuknya api ke dalam lemari. Bagian dalam lemari bahan kimia terdiri dari beberapa rak yang dapat diatur ketinggiannya sesuai kebutuhan. Bagian bawah lemari tidak boleh bocor karena berfungsi sebagai secondary containment untuk menampung bahan kimia yang tumpah atau wadah yang bocor. Lemari bahan kimia umumnya dibuat dari stainles steel untuk menghindari kebocoran akibat reaksi dari bahan kimia cair atau uap bahan kimia, dan tahan terhaadap api.

BAB VII PENGENDALIAN LIMBAH BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN BERACUN

Di Indonesia, limbah berbahaya dan beracun (B3), yang lebih dikenal sebagai limbah B3, diatur dengan PP No. 19 tahun 1994 dan peraturan lain yang terkait. Dalam peraturan tersebut ada 4 badan yang diatur, yaitu Penghasil Limbah B3, Pengumpul Limbah B3 (yang mengumpulkan limbah dari penghasil dan kemudian mengatur pengiriman ke penanganan atau

pembuangan akhir), Pengangkut Limbah B3, dan Pemroses Limbah B3 (yang menagani atau dan membuang limbah B3). Pada saat ini, hanya ada sedikit peraturan tentang limbah industri non-B3, disampingpersyaratan umum untuk membuat tempat sampah sendiri dan membuang secara langsung jika tidak diambil oleh petugas sampah.

Peraturan yang terkait dengan Limbah B3 adalah: 1. Keputusan No. 01/BAPEDAL/09/1995 2. Keputusan Bapedal No. 03/BAPEDAL/09/1995 3. Keputusan Bapedal No. 04/BAPEDAL/09/1995 4. Keputusan Bapedal No. 68/BAPEDAL/05/95 5. Peraturan Pemerintah No. 19 of 1994 6. Keputusan Menteri Perindustrian No. 148/M/SK/4/1985 7. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 03/MEN/1998 (26-02-98) 8. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

BAB VIII ALAT PELINDUNG DIRI

Alat pelindung diri adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh personil apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya. Semua tempat yang dipergunakan untuk menyimpan, memproses, dan pembuangan limbah bahan kimia dapat dikategorikan sebagai tempat kerja yang berbahaya. APD standar untuk bahan kimia berbahaya adalah pelindung kepala, pelindung kaki, pelindung mata, pelindung wajah, pelindung tangan, dan pelindung kaki.

PELINDUNG KEPALA Pelindung kepala dikenal sebagai safety helmet. Pelindung kepala yang dikenal ada 4 (empat) jenis, yaitu Hard Hat kelas A yaitu diranang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh dan melindungi dari arus listrik sampai 2.200 volt, kelas B yaitu dirancang untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh dan melindung dari arus listrik sampai 20.000 volt, kelas C digunakan untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh tetapi tidak melindungi dari

kejutan listrik dan tidak melindungi dari bahan korosif, dan bump cap yang terbuat dari plastik dengan berat yang ringan untuk melindungi kepala dari tabrakan dengan benda yang menonjol.

PELINDUNG MATA Pelindung mata dikenal sebagai safety glasses. Safety glasses berbeda dengan kacamata biasa, baik normal maupun kir (prescription glasses), karena pada bagian atas dan sisi kanan-kiri frame terdapat pelindung dan jenis kacanya yang dpat menahan sinar ultra violet sampai persentase tertentu.

PELINDUNG WAJAH Pelindung wajah yang terkenal adalah goggles. Goggles memberikan perlindungan lebih baik daripada safety glasses karena goggles terpasang dekat dengan wajah. Jenis pelindung wajah lainnya adalah face shield. Face shield memberikan perlindungan wajah yang menyeluruh dan sering digunakan pada operasi peleburan logam, percikan bahan kimia, atau partikel yang melayang. Jenis pelindung wajah yang lain adalah Welding Helmets (topeng las). Topeng las memberikan perlindungan pada wajah dan mata. Topeng las memakai lensa absorpsi khusus yang menyaring cahaya yang terang dan energy radiasi yang dihasilkan selama operasi pengelasan.

PELINDUNG TANGAN APD tangan dikenal sebagai safety glove dengan berbagai jenis penggunaannya. Ber. ikut ini adalah jenis-jenis sarung tangan dengan penggunaan yang tidak terbatas hanya untuk melindungi dari bahan kimia. Sarung tangan Metal mesh tahan terhadap ujung yang lancip dan menjaga terpotong. Sarung tangan kulit melindungi tangan dari permukaan kasar. Sarung tangan vinyl dan neoprene melindungi tanga terhadap bahan kimia beracun. Sarung tangan karet melindungi saat bekerja di sekitar arus listrik. Sarung tangan Padded cloth melindungi tangan dari ujung yang tajam, pecahan gelas, kotoran dan vibrasi. Sarung tangan Head resistant mencegah terkena panas dan api.

Sarung tanga Latex disposable (sekali pakai dibuang) digunakan untuk melindungi tangan dari germ dan bakteri.

Sarung tangan Lead-lined (berlapis timbale) digunakan untuk melindungi tangan dari sumber radiasi.

PELINDUNG KAKI Banyak jenis-jenis sepatu keselamatan diantaranya adalah: Sepatu latex/karet tahan bahan kimia dan memberikan daya tarik ekstra pada permukaan licin. Sepatu Butyl yang melindungi kaki terhadap ketone, aldehyde, alcohol, asam, garam, dan basa. Sepatu Vinyl tahan terhadap pelarut, asam, basa, garam, air, pelumas, dan darah. Sepatu Nitrile tahan terhadap lemak hewan, oli, dan bahan kimia.

BAB IX ASESMEN SENDIRI MANAJEMEN BAHAN KIMIA

Contoh asesmen manajemen bahan kimia adalah : a. Kuesioner Asesmen Sendiri Manajemen Bahan Kimia Apa yang dimiliki dan berapa banyak? Persyaratan administrasf Persyaratan teknis dan prosedur

b. Kuesioner Asesmen Sendiri Transportasi Bahan Berbahaya Bagian I: Bahan Berbahaya Lembar pengiriman Polutan pencemaran laut Tanda dan label Tanda tangki portable Pengemasan Transporting Pencatatan dan penelusuran

Prosedur Loading dan Unloading Informasi Tanggap Darurat Transportasi Bahan Berbahaya Pelatihan Tanggap Darurat Transportasi Bahan Berbahaya

Bagian I: Pertanyaan hanya khusus limbah B3 Transporting Pencatatan dan penelusuran Exporting Laporan

BAB X RENCANA TANGGAP DARURAT BAHAN KIMIA

PERSYARATAN Persyaratan yang mengarah pada bahaya kimia merupakan cerminan dari bahan kimia yang digunakan di perusahaan. Suatu proses dua langkah harus dilakukan untuk menggambarkan bahaya bahan kimia: 1. Identifikasi dan evaluasi bahaya bahan kimia. 2. Menjamin adanya peralatan untuk mengendalikan bahaya bahan kimia Penggambaran ini akan menbantu perusahaan dalam mempersiapkan dan menggapi dengan benar keadaan darurat yang melibatkan bahaya bahan kimia.

EVALUASI BAHAYA BAHAN KIMIA Semua bahan kimia di perusahaan harus dievaluasi untuk menentukan beragamnya efek bahan-bahan tersebut dalam kondisi buruk, seperti suatu keadaan darurat atau

tumpahan/buangan. Untuk mengerjakan evaluasi bahaya bahan kimia, perusahaan pertama kali harus menentukan yang ada di dalamnya. Kemudian, harus diidentifikasi bahaya yang berhubungan dengan setiap bahan kimia. Informasi bahaya bahan kimia harus dievalusai dengan membandingkan kuantitas dan potensi buangan setiap bahan kimia untuk memperkirakan potensi resiko dari suatu keadaan darurat akibat bahan kimia tersebut. Metode ini akan membantu perusahaan untuk mencapai target aktivitas perencanaan keadaan darurat bahan kimia.

Anda mungkin juga menyukai