Anda di halaman 1dari 25

BAB I PENDAHULUAN

A. Masalah-masalah Tentang Karier yang Terjadi di Sekolah maupun PT Berbagai macam masalah yang sangat kompleks di perguruan tinggi untuk mencapai kelanjutan karirnya yaitu 1. Masalah fisik Secara fisik penampilan sangat diperlukan dalam kelanjutan karir di PT yang mengacu pada kehidupan selanjutnya. Seperti pada saat mereka ingin memasuki dunia kerja yang harus menuntut mereka menjadi lebih professional seperti masalah berat badan, dan tinggi badan. Banyak yang mengisi angket tentang masalah fisik yang mendominasi dengan keadaan mereka. 2. Masalah psikis Secara mental banyak yang mendominasi keadaan dalam karirnya seperti sering cemas ketika menghadapi ujian, kemudian banyaknya rasa gelisah ketika banyak mengenal cara-cara baru untuk mencapai karir yang lebih baik seperti kurang percaya diri saat mereka mengajukan pendapat dalam dunia karir. Banyak yang terjadi krisis self confidence yang memberikan arah dan tujuan supaya mahasiswa bisa mengenal lebih baik tentang kepribadian untuk karir mereka. 3. Masalah perkuliahan Perkuliahan yang tidak menentu membuat mahasiswa cenderung lebih menonjolkan kehidupan yang harus lebih disiplin dan terarah, terkadang membuat mereka lebih memasuki kehidupan yang penuh dengan tugas dan tuntutan tuntutan perkuliahan yang lebih kompleks. 4. Masalah tuntutan orang tua Masalah ini memberikan sedikit acuan bagi mahasiswa dalam menghadapi karir yang berkesinambungan dengan keadaan yang lebih mendalam untuk memberikan yang terbaik bagi kedua orang tuanya.

B. Latar Belakang Perlunya Layanan BK Karier yang di Lakukan di Sekolah maupun PT Salah satu upaya pemenuhan sumber daya manusia berkualitas adalah dengan menyoroti bidang pendidikan. Peran dan tanggungjawab guru dalam dunia pendidikan sebagai komponen sekolah sangat menentukan keberhasilan mewujudkan SDM yang berkualitas dan memiliki keunggulan kompetitif yang akan menjadi generasi penerus bangsa. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan layanan dari seorang guru yaitu guru Bimbingan dan Konseling dalam usaha memberikan arahan dan petunjuk kepada siswa dalam menentukan karir di masa mendatang. Tanpa petunjuk dan arahan dari guru bimbingan dan konseling siswa tidak akan mendapatkan gambaran tentang masa depannya yang disesuaikan dengan bakat, potensi dan kemampuan yang dimiliki. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana kemampuan siswa memanfaatkan bakat, potensi dan kemampuan mereka agar memiliki masa depan yang cerah nantinya. Untuk itulah penelitian ini dilakukan di salah satu Perguruan Tinggi di Undiksha Singaraja. Hasil penelitian yang dilakukan di Perguruan Tinggi D3 Pariwisata, memperlihatkan bahwa program bimbingan konseling dalam mengatasi kesulitan pemilihan karir mahasiswa, berjalan dengan baik dan efektif. Hal ini terbukti dengan intensitas bimbingan, kemampuan guru bimbingan membantu siswa dalam penyelesaian masalah siswa dan kemampuan siswa itu sendiri memahami bakat dan potensi yang dimiliki oleh dirinya sendiri. Bahkan siswa-siswa mampu memilih sendiri karirnya kini dan kelak, terutama setelah bimbingan dengan guru bimbingan mereka. Siswa juga sudah mengetahui dan mampu untuk mengatasi resiko yang akan dihadapinya dengan karir yang mereka pilih. Keefektifan layanan bimbingan konseling tercipta karena tercapainya kesejahteraan bagi siswa-siswi maupun mahasiswa dan mahasiswi.

C. Pendekatan/Model/Layanan yang digunakan Model yang digunakan Model yang digunakan adalah Module Model yang menekankan pada pendekatan intruksional terhadap strategi konseling konseling karir. Effective problem-solving model mengajarkan teknik-teknik pemecahan masalah dalam perencanaan karir dan pendidikan. Paraprofessional model memberikan contoh pemilihan dan penggunaan paraprofesional dalam program konseling karir. Metroplex model mempertimbangkan berbagai macam pelayanan yang terkait dengan karir untuk mahasiswa, alumni, dan orang dewasa di daerah metropolitan. Decision-making model memberikan contoh sistem pembuatan keputusan. Replicable model memberikan cara untuk mengevaluasi prosedur dan program konseling karir. Experience model adalah contoh program extern yang memberikan pengalaman kerja kepada para mahasiswa. Module Model Model modul ini dikembangkan oleh Curricular Career Information Service (CCIS), Florida State University. Program ini menekankan pendekatan instruksional terhadap layanan perencanaan karir. CCIS berorientasi self-help, menggunakan model instruksional, dan berbasis multimedia. Program dilaksanakan dengan menggunakan tenaga paraprofesional. Modul pembelajaran ini dirumuskan untuk mencapai tujuan behavioral tertentu melalui kegiatankegiatan yang terstruktur. Program ini terdiri dari 12 modul dengan isi sebagai berikut. - Model I berisi penjelasan tentang tujuan CCIS. Modul ini diawali dengan presentasi slide 10 menit tentang garis-garis besar tujuan CCIS. - Modul II berisi tinjauan umum tentang variabel-variabel yang dipandang penting dalam perencanaan karir. Modul dilengkapi dengan slide dan materi pilihan. - Modul III berisi self-assessment, yang dilakukan sendiri dan hasilnya ditafsirkan sendiri, tentang inventarisasi minat, menggunakan instrumen Self-Directed Search dari Holland, 1977. - Modul IV terdiri dari presentasi slide tentang sumber-sumber informasi karir. - Modul V dimaksudkan untuk membantu mahasiswa mengenal karir-karir yang terkait dengan kajian akademik utama yang ditempuhnya.

- Modul VI sampai XII mencakup harapan kerja, perencanaan waktu senggang, perencanan karir untuk orang kulit hitam, pembuatan keputusan karir untuk perempuan dewasa dan penyandang cacat, dan eksplorasi minat karir melalui keterampilan kerja dan okupasional. Modul tambahan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang

teridentifikasi. Segera setelah kebutuhan akan program yang baru teridentifikasi, seperti bantuan karir untuk kelompok minoritas, modul instruksional dapat dikembangkan menggunakan materi dan contoh yang sudah ada. Unit pengembangan karir memberikan konseling karir kepada mahasiswa dan alumni. Inventarisasi minat, survey nilai-nilai, tes kepribadian, latihan-latihan khusus, dan instrumen-instrumen lain dipergunakan untuk membantu individu dalam perencanaan karir, pembuatan keputusan, dan pemecahan masalah. Tiga program khusus dirancang untuk memberikan bimbingan karir kepada mahasiswa dari kelompok minoritas, mahasiswa penyandang cacat, dan mahasiswa asing. Beberapa seminar eksplorasi karir diselenggarakan setiap kuartal yang memberikan konseling kelompok yang intensif dan mendalam mengenai topik-topik seperti pembuatan keputusan karir dan pemecahan masalah, hubungan hidup/kerja, sumber-sumber informasi karir, pemilihan program pasca-sarjana, dan karir alternatif untuk para pendidik. Sebuah seminar kelompok khusus yang berjudul "Career Discussion Group for Freshmen and Sophomores" dirancang untuk membantu mahasiswa tahun pertama dan kedua dalam memahami hubungan antara pendidikan akademik dan pendidikan karir. Program ini mengajarkan langkah-langkah mempersiapkan karir sementara masih kuliah guna: (1) lebih memahami hubungan antara pendidikan tinggi dan karir, (2) memperkenalkan konsep-konsep dasar dalam proses perencanaan karir, (3) meningkatkan kesadaran tentang sumber-sumber yang tersedia di kampus yang dapat membantu pengembangan keterampilan khusus, dan (4) memperkenalkan layanan perencanaan karir yang tersedia di pusat ini.

Terdapat dua diskusi kelompok yang masing-masing berlangsung selama dua jam. Dalam pertemuan pertama, mahasiswa diminta memilih di antara sejumlah topik mengenai bidang kajian utama dalam perkuliahannya dan persyaratan karir terkait, dan dilanjutkan dengan diskusi terbuka. Fokus sesi pertama ini adalah pada tanggung jawab individu dalam perencanaan karir. Para peserta diberi tugas untuk mengidentifikasi sekurang-kurangnya lima mata kuliah dan lima kegiatan ekstrakurikuler yang dapat membantunya dalam penelusuran karir. Pada sesi kedua, diskusi dipusatkan pada hasil pengerjaan tugas di atas, teknik perumusan tujuan, dan mengidentifikasi bantuan dan layanan perencanaan karir yang ditawarkan oleh kantor-kantor penempatan dan perencanaan karir. Fokus utama diskusi ini adalah untuk menunjukkan kesempatan karir apa yang dapat ditemukan dalam program pendidikan tinggi tradisional. Sejumlah layanan tersedia untuk mahasiswa yang sudah terlibat dalam proses penelusuran kerja. Layanan ini menyediakan daftar pekerjaan yang tersedia dari lembaga-lembaga lokal, nasional maupun internasional. Seminar tentang strategi penelusuran kerja ditawarkan setiap dua minggu sekali oleh staf konseling karir. Bantuan pembuatan resume ditawarkan secara individual atau melalui lokakarya terjadwal. Pelatihan keterampilan wawancara ditawarkan secara individual maupun kelompok menggunakan videotape untuk umpan balik kritis. Sebuah program unik yang berjudul "Job Club" adalah sebuah peer support group bagi individu yang terlibat dalam penelusuran kerja yang serupa. Para angota kelompok tersebut dituntut menyelesaikan tugas-tugas tertentu setiap minggu, seperti mengadakan kontak pribadi, menulis surat, mencari informasi. Para anggota mendiskusikan pengalamannya dalam pertemuan kelompok dan mendapatkan reinforcement untuk kegiatannya. Layanan yang di gunakan a. Layanan informasi Layanan yang digunakan untuk memberikan informasi mengenai bimbingan karir yang ada di kelas D3 Bahasa Inggris.

b. Layanan orientasi Layanan ini digunakan dalam memberikan pengenalan lapangan kerja untuk kelulusan D3 Bahasa Inggris.

BAB II TEORI YANG MELANDASI dan PERANGKAT YANG DIGUNAKAN

A. Teori yang digunakan, konsep dan langkah-langkah Pokok yang dijadikan dasar bagi Ginzberg dalam membangun teorinya adalah didasari atas pendekatan psikologis atas tugas-tugas perkembangan yang dilalui manusia. Konsep perkembangan dan pemilihan pekerjaan atau karier oleh Ginzberg dikelompokkan dalam tiga unsur yaitu proses (bahwa pilihan pekerjaan itu merupakan suatu proses), irreversibilitas (bahwa pilihan pekerjaan itu tidak bisa diubah atau dibalik), kompromi (bahwa pilihan pekerjaan itu merupakan kompromi antara faktor-faktor yang main yaitu minat, kemampuan, dan nilai), dan optimisasi yang merupakan penyempurnaan teori (individu yang mencari kecocokan kerja). PROSES PEMILIHAN KARIER Proses pemilihan pekerjaan oleh Ginzberg diklasifikasikan dalam tiga tahapan utama yaitu : 1. Masa Fantasi Masa ini berlangsung pada individu dengan tahap usia sampai kira-kira 10 tahun atau 12 tahun (masa sekolah dasar). Pada masa ini, proses pemilihan pekerjaan masih bersifat sembarangan atau asal pilih, tanpa didasarkan pada pertimbangan yang masak (rasional dan objektif) mengenai kenyataan yang ada. Pilihan pekerjaan pada masa ini hanya didasari atas kesan yang dapat melahirkan kesenangan semata, dan diperolehnya dari/mengenai orang-orang yang bekerja atau lingkungan kerjanya. Menurut Ginzberg, kegiatan bermain pada masa fantasi secara bertahap menjadi berorientasi kerja dan merefleksikan preferensi awal untuk jenis aktifitas tertentu. Berbagai peran okupasional tercermin

dalam kegiatan bermain, yang menghasilkan pertimbangan nilai dalam dunia kerja.

2. Masa Tentatif Masa ini berlangsung mencakup anak usia lebih kurang 11 tahun sampai 18 tahun atau pada masa anak bersekolah di SLTP dan SLTA. Pada masa ini, pilihan pekerjaan mengalami perkembangan. Masa ini oleh Ginzberg diklasifikasikan manjadi empat tahap, dimulai dari (1) tahap minat (11-12 tahun) yakni masa dimana individu cenderung melakukan pekerjaan/kegiatan hanya yang sesuai minat dan kesukaan mereka saja. Pertimbangan karierpun juga didasari atas kesenangan, ketertarikan atau minat individu terhadap objek karier, dengan tanpa mempertimbangkan banyak faktor. Akan tetapi, setelah menyadari bahwa minatnya berubah-ubah (sebagai reaksi

perkembangan dan interaksi lingkungannya), maka individu akan menanyakan kepada dirinya tentang kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan suatu pekerjaan. Keadaan ini disebut sebagai 2) tahap kapasitas (13-14 tahun), yakni masa dimana individu mulai melakukan pekerjaan/kegiatan didasarkan pada kemampuannya masing-masing. Orientasi pilihan pekerjaan juga pada masa ini berbentuk upaya mencocokkan kemampuan yang dimiliki dengan minat dan kesukaannya. Tahap berikutnya (3) tahap nilai (15-16 tahun), yaitu tahap dimana minat dan kapasitas itu akan diinterpretasikan secara sederhana oleh individu yang mulai menyadari bahwa terdapat suatu kandungan nilainilai tertentu dari suatu jenis pekerjaan, baik kandungan nilai yang bersifat pribadi maupun serangkaian nilai yang bersifat

kamasyarakatan. Kesadaran akan serangkaian kandungan nilai ini pula yang membuat individu dapat mendiferensiasikan nilai suatu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya. Adapun tahap terakhir dari masa tentatif ini adalah (4) tahap transisi (17-18 tahun), yakni keadaan dimana individu akan

memadukan orientasi-orientasi pilihan yang dimiliki sebelumnya (minat, kapasitas, dan nilai) untuk dapat direalisasikan dalam kehidupannya. Tahap ini dikenal juga dengan tahap pengenalan secara gradual terhadap persyaratan kerja, pengenalan minat, kemampuan, imbalan kerja, nilai, dan perspektif waktu. Keputusan yang menjadi pilihan itu sudah merupakan bentuk tanggung jawab dan konsekuensi pola karier yang dipilih. 3. Masa Realistik Masa ini mencakup anak usia 18-24 tahun atau pada masa perkuliahan atau mulai bekerja. Pada masa ini, okupasi terhadap pekerjaan telah mengalami perkembangan yang lebih realistis. Orientasi minat, kapasitas, dan nilai yang dimiliki individu terhadap pekerjaan akan direfleksikan dan diintegrasikan secara runtut dan terstruktur dalam frame vokasional (kristalisasi pola-pola okupasi) untuk memilih jenis pekerjaan dan atau memilih perguruan tinggi yang sesuai dengan arah tentatif mereka (spesifikasi). Masa ini pun dibedakan menjadi tiga tahap yaitu : 1 Tahap eksplorasi, yakni tahap dimana individu akan yang

melakukan

eksplorasi

(menerapkan

pilihan-pilihan

dipikirkan pada masa tentatif akhir dan belum berani mengambil keputusan) dengan memberikan penilaian atas pengalaman atau kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan dalam keterkaitannya terhadap tuntutan kerja yang sebenarnya. Penilaian ini pada hakikatnya berfungsi sebagai acuan dan atau syarat untuk bisa memasuki lapangan pekerjaan atau untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. 2 Tahap kristalisasi, yakni tahap dimana penilaian yang dilakukan individu terhadap pengalaman atau kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan baik yang berhasil ataupun yang gagal akan mengental dalam bentuk pola-pola vokasional yang jelas. Pada tahap ini, individu akan mengambil keputusan pokok dengan mengawinkan faktor-faktor internal

dan eksternal dirinya untuk sampai pada spesifikasi pekerjaan tertentu, termasuk tekanan keadaan yang ikut memaksa pengambilan keputusan itu. 3 Tahap spesifikasi, yaitu tahap pilihan pekerjaan yang spesifik atau khusus. Pada tahap ini, semua segmen dalam orientasi karier yang dimulai dari orientasi minat, kapasitas, dan nilai, sampai tahap eksplorasi dan kristalisasi telah dijadikan pertimbangan (kompromi) yang matang (determinasi tugastugas perkembangan yang optimal) dalam memilih arah dan tujuan karier dimasa yang akan datang. Dari berbagai tahapan yang diklasifikasikan Ginzberg di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pemilihan pekerjaan yang terjadi pada individu merupakan suatu pola pilihan karier yang bertahap dan runtut, yang dinilai subjektif oleh individu dalam milieu sosiokulturalnya sejak masa kanak-kanak hingga awal masa dewasanya. Artinya, pada saat keputusan vokasional tentatif dibuat, pilihan-pilihan yang lain akan dicoret. Sehingga individu yang berhasil dalam karier/pekerjaan (memiliki kepuasan kerja) adalah individu yang mampu mengidentifikasi, mengarah, dan mengakomodir semua orientasi minat, kapasitas, dan nilai kedalam proses kompilasi yang tepat dan dinamis. Di beberapa bagiannya, teori ini masih dianggap kurang sempurna, mengingat sampel yang dipilih Ginzberg dalam membangun teorinya ini kurang representatif, yakni hanya diwakili oleh sampel laki-laki dari keluarga yang berpenghasilan diatas rerata (ayahnya adalah tenaga profesional dan ibunya berpendidikan tinggi). Sehingga peluang sampel dalam memilih pilihan karier cenderung lebih luas, dan cenderung tidak mengalami hambatan dalam proses okupasionalnya. Sementara

kemungkinan adanya kalangan sampel yang berasal dari keluarga yang berpenghasilan rendah dan mengalami tekanan keadaan tertentu, termasuk juga sampel perempuan yang hampir tidak ada dalam studinya dalam kerangka teori ini kurang mendapat perhatian.

10

Konsep irreversibilitas (pilihan pekerjaan itu tidak bisa diubah atau dibalik) juga mengalami modivikasi dengan tetap menekankan pada pentingnya pilihan itu dilakukan secara dini dalam membantu proses pembuatan karier. Untuk hal ini, Ginzberg menyatakan bahwa irreversibilitas itu tidak bersifat menentukan keberhasilan kerier, dan menekankan konsep optimisasi (pencarian kecocokan) sebagai bagian okupasional dalam mencapai kepuasan kerja. Karena bagi kelompok Ginzberg, reversibilitas disebut sebagai penyimpangan, yang disebabkan oleh keterampilan okupasional dini dan timing perkembangan realistik secara signifikan lebih lambat datangnya, akibat variabel-variabel tertentu seperti instabilitas emosi, masalah pribadi, dan kekayaan finansial. Sehingga diakhir pendapatnya, Ginzberg juga menyimpulkan bahwa pengambilan keputusan dalam pilihan karier itu berlangsung sepanjang hayat, sebagai refleksi dari perubahan minat dan tujuan-tujuan, serta keadaan atau tekanan yang berlangsung dalam kehidupan seseorang. Konsep ini juga saya anggap sebagai reaksi edukatif Ginzberg atas kelemaham awal tentang batasan umur masa realistis dari teori yang dibangunnya. Sehingga diakhir pendapatnya, Ginzberg (Munandir, 1996:2) menyatakan bahwa pemilihan pekerjaan merupakan proses pengambilan keputusan yang berlangsung seumur hidup bagi mereka yang mencari kepuasan dari pekerjaannya. Keadaan ini mengharuskan mereka berulangulang melakukan penilaian kembali, dengan maksud mereka dapat lebih mencocokkan tujuan-tujuan karier yang terus berubah-ubah dengan kenyataan dunia kerja. Konseptualisasi teori ini agaknya lebih bersifat deskriptif daripada eksplanatori. Artinya teori ini tidak memberikan strategi untuk memfasilitasi perkembangan karier ataupun penjelasan tentang proses perkembangannya. Kegunaan utama teori ini tampaknya hanya dalam

11

memberikan satu kerangka baru untuk melakukan studi mengenai perkembangan karier. IMPLIKASI TEORI DENGAN BIMBINGAN KONSELING. Serangkaian penjelasan yang dikemukakan oleh Ginzberg di atas, hendaknya dapat dijadikan acuan oleh guru pembimbing dalam senarai kegiatan mereka sebagai fasilitator pendidikan. Bersumber pada

pengorganisasian bimbingan konseling di sekolah sebagai sistem yang bermuara pada layanan bimbingan karier sekolah sebagai sub-sistem, maka implikasi teori ini dapat berupa, antara lain : 1. Informasi karier atau pekerjaan oleh guru pembimbing akan lebih memungkinkan siswa untuk dapat mengenal berbagai jenis pekerjaan dan pola karier yang dapat mereka pilih setelah menyelesaikan pendidikannya. Layanan seperti ini juga ditengarai dapat membantu siswa dalam mengenal secara seksama arah minat dan kemampuan (potensi diri) untuk difantasi dan ditentasikan hingga sampai pada kemampuan untuk merealisasikan orientasi-orientasi itu dimasa yang akan datang. Informasi karier seperti ini oleh Munandir (1996:250) dapat berkenaan dengan informasi jenis-jenis pekerjaan dan informasi jenis-jenis pendidikan. Bentuk lain materi layanan informasi karier yang juga dapat diberikan guru pembimbing adalah dengan penyediaan berbagai sumber informasi pekerjaan, jabatan dan karier, penyediaan papan media bimbingan, dan penyediaan sumber-sumber informasi jabatan (Ketut, 1984 : 238-239). 2. Pengenalan terhadap minat, kapasitas, yang dimiliki siswa dan perangkat nilai yang dianutnya akan sangat diperlukan oleh guru pembimbing dalam upaya mengembangkan, membina, dan

mengarahkan siswa pada pola-pola vokasional dan atau pemilihan pendidikan yang tepat dan selaras dengan kondisi dan pilihan karier tersebut.

12

3. Aplikasi konseling karier dengan pola pendekatan konseling behavioral yang muatannya berupa analisis, eksplorasi kondisi yang sesuai mengenai individu, keterampilan yang dimilikinya, minat, keinginan, dan nilai kemasyarakatan, tekanan, dan arah

kecenderungan dunia kerjanya, akan sangat membantu individu dalam mencapai kecocokan dan kepuasan kerja. Dalam kegiatan konseling karier, penjelasan yang diberikan mengenai informasi pekerjaan ini bertujuan untuk mengukuhkan pilihan karier yang telah diambil individu dan membantu individu kalau ia mengalami ketidakpastian antara dua pilihan yang samasama menarik. Informasi karier juga bermaksud memberikan dasar pengujian pilihan yang tepat, dan bertujuan memotivasi individu yaitu dengan cara melibatkan individu secara aktif dalam proses pengambilan keputusan. B. Instrumen yang digunakan dalam kegiatan layanan Instrumen yang digunakan yaitu a. AUM b. BROSUR yaitu media yang dapat digunakan untuk memberitahukan atau mengenalkan produk perusahaan atau suatu sekolah dan perguruan tinggi bagi siswa siswi yang akan melanjutkan tingkat pendidikannya. c. Angket

13

C. RPBK yang digunakan serta perangkat media yang menyertainya RPBK BIDANG KARIER A. Identitas 1. Perguruan Tinggi 2. Kelas/Semester 3. Bidang Bimbingan 4. Jenis Layanan 5. Topik Layanan : D3 Bahasa Inggris : II.A/2 : Bidang Karier : Informasi dan Orientasi : Memberikan pengertian mengenai Bimbingan Karier pada mahasiswa dan memberikan AUM serta Angket. 6. Waktu Pelaksanaan : 1 x 45 disesuaiakan

B. Tujuan Kegiatan

: Untuk mengembangkan diri atau pribadi mahasiswa dengan berbagai karakteristiknya yang khas,

mengembangkan hubungan sosial dalam kaitan dengan lingkungan individu yang lain, kelompok, dan masyarakatnya, mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang aktif dan produktif hingga dapat mencapai prestasi yang optimal, dan mengembangkan pemahaman serta penerimaan terhadap gambaran diri pribadinya dan dunia kerja di luar dirinya,

memperoleh penyesuaian antara gambaran diri dan dunia kerja pilihannya, hingga meraih keberhasilan dan dapat mewujudkan diri sepanjang perjalanan hidupnya. C. Materi : memberikan pengertian tentang karir yaitu Bimbingan karir (BK) sebagai sarana pemenuhan kebutuhan perkembangan individu yang harus dilihat sebagai bagian integral dari program pendidikan yang diintegrasikan dalam setiap pengalaman belajar

14

bidang

studi.

Bimbingan

karir

terkait

dengan

perkembangan kemampuan kognitif dan afektif, maupun keterampilan seseorang dalam mewujudkan konsep diri yang positif, memahami maupun proses

pengambilan

keputusan

perolehan

pengetahuan dan keterampilan yang akan membantu dirinya memasuki kehidupan, tata hidup dari kejadian dalam kehidupan yang terus-menerus berubah; tidak semata-mata terbatas pada bimbingan jabatan atau bimbingan tugas. Dengan mencermati uraian tersebut, dapat

disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah suatu proses bantuan, layanan, pendekatan terhadap

individu agar dapat mengenal dan memahami dirinya, mengenal dunia kerja, merencanakan masa depan yang sesuai dengan bentuk kehidupan yang

diharapkannya, mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya itu sehingga mampu mewujudkan demikian, membantu dirinya bimbingan individu secara karir bermakna. difokuskan dirinya Dengan untuk yang

menampilkan

memiliki kompetensi/keahlian agar meraih sukses dalam perjalanan hidupnya dan mencapai perwujudan diri yang bermakna bagi dirinya dan lingkungan di sekitarnya. D. Metode/ Pendekatan/Teori/Model : Pokok yang dijadikan dasar bagi Ginzberg dalam membangun teorinya adalah didasari atas pendekatan psikologis atas tugas-tugas perkembangan yang dilalui manusia. Konsep perkembangan dan pemilihan pekerjaan atau karier oleh Ginzberg dikelompokkan dalam

15

tiga unsur yaitu proses (bahwa pilihan pekerjaan itu merupakan suatu proses), irreversibilitas (bahwa pilihan pekerjaan itu tidak bisa diubah atau dibalik), kompromi (bahwa pilihan pekerjaan itu merupakan kompromi antara faktor-faktor yang main yaitu minat, kemampuan, dan nilai), dan optimisasi yang merupakan

penyempurnaan teori (individu yang mencari kecocokan kerja). Proses pemilihan pekerjaan oleh Ginzberg diklasifikasikan dalam tiga tahapan utama yaitu : 1. Masa Fantasi Masa ini berlangsung pada individu dengan tahap usia sampai kira-kira 10 tahun atau 12 tahun (masa sekolah dasar). Pada masa ini, proses pemilihan pekerjaan masih bersifat sembarangan atau asal pilih, tanpa didasarkan pada pertimbangan yang masak (rasional dan objektif) mengenai kenyataan yang ada. Pilihan pekerjaan pada masa ini hanya didasari atas kesan yang dapat melahirkan kesenangan semata, dan diperolehnya dari/mengenai orang-orang yang bekerja atau lingkungan kerjanya. Menurut Ginzberg, kegiatan bermain pada masa fantasi secara bertahap menjadi berorientasi kerja dan merefleksikan preferensi awal untuk jenis aktifitas tertentu. Berbagai peran okupasional tercermin dalam kegiatan bermain, yang menghasilkan pertimbangan nilai dalam dunia kerja.

2. Masa Tentatif Masa ini berlangsung mencakup anak usia lebih kurang 11 tahun sampai 18 tahun atau pada masa anak bersekolah di SLTP dan SLTA. Pada masa ini, pilihan pekerjaan mengalami perkembangan. Masa ini oleh Ginzberg diklasifikasikan manjadi empat tahap, dimulai dari (1) tahap minat (11-12 tahun) yakni masa dimana individu cenderung melakukan pekerjaan/kegiatan hanya yang sesuai minat dan kesukaan mereka saja. Pertimbangan karierpun juga didasari atas kesenangan, ketertarikan atau minat individu terhadap objek karier,

16

dengan tanpa mempertimbangkan banyak faktor. Akan tetapi, setelah menyadari bahwa minatnya berubah-ubah (sebagai reaksi

perkembangan dan interaksi lingkungannya), maka individu akan menanyakan kepada dirinya tentang kemampuan yang dimilikinya untuk melakukan suatu pekerjaan. Keadaan ini disebut sebagai 2) tahap kapasitas (13-14 tahun), yakni masa dimana individu mulai melakukan pekerjaan/kegiatan didasarkan pada kemampuannya masing-masing. Orientasi pilihan pekerjaan juga pada masa ini berbentuk upaya mencocokkan kemampuan yang dimiliki dengan minat dan kesukaannya. Tahap berikutnya (3) tahap nilai (15-16 tahun), yaitu tahap dimana minat dan kapasitas itu akan diinterpretasikan secara sederhana oleh individu yang mulai menyadari bahwa terdapat suatu kandungan nilainilai tertentu dari suatu jenis pekerjaan, baik kandungan nilai yang bersifat pribadi maupun serangkaian nilai yang bersifat

kamasyarakatan. Kesadaran akan serangkaian kandungan nilai ini pula yang membuat individu dapat mendiferensiasikan nilai suatu pekerjaan dengan pekerjaan lainnya. Adapun tahap terakhir dari masa tentatif ini adalah (4) tahap transisi (17-18 tahun), yakni keadaan dimana individu akan memadukan orientasi-orientasi pilihan yang dimiliki sebelumnya (minat, kapasitas, dan nilai) untuk dapat direalisasikan dalam kehidupannya. Tahap ini dikenal juga dengan tahap pengenalan secara gradual terhadap persyaratan kerja, pengenalan minat, kemampuan, imbalan kerja, nilai, dan perspektif waktu. Keputusan yang menjadi pilihan itu sudah merupakan bentuk tanggung jawab dan konsekuensi pola karier yang dipilih. 3. Masa Realistik Masa ini mencakup anak usia 18-24 tahun atau pada masa perkuliahan atau mulai bekerja. Pada masa ini, okupasi terhadap pekerjaan telah mengalami perkembangan yang lebih realistis. Orientasi minat, kapasitas, dan nilai yang dimiliki individu terhadap

17

pekerjaan akan direfleksikan dan diintegrasikan secara runtut dan terstruktur dalam frame vokasional (kristalisasi pola-pola okupasi) untuk memilih jenis pekerjaan dan atau memilih perguruan tinggi yang sesuai dengan arah tentatif mereka (spesifikasi). Masa ini pun dibedakan menjadi tiga tahap yaitu : 4 Tahap eksplorasi, yakni tahap dimana individu akan yang

melakukan

eksplorasi

(menerapkan

pilihan-pilihan

dipikirkan pada masa tentatif akhir dan belum berani mengambil keputusan) dengan memberikan penilaian atas pengalaman atau kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan dalam keterkaitannya terhadap tuntutan kerja yang sebenarnya. Penilaian ini pada hakikatnya berfungsi sebagai acuan dan atau syarat untuk bisa memasuki lapangan pekerjaan atau untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. 5 Tahap kristalisasi, yakni tahap dimana penilaian yang dilakukan individu terhadap pengalaman atau kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan baik yang berhasil ataupun yang gagal akan mengental dalam bentuk pola-pola vokasional yang jelas. Pada tahap ini, individu akan mengambil keputusan pokok dengan mengawinkan faktor-faktor internal dan eksternal dirinya untuk sampai pada spesifikasi pekerjaan tertentu, termasuk tekanan keadaan yang ikut memaksa pengambilan keputusan itu. 6 Tahap spesifikasi, yaitu tahap pilihan pekerjaan yang spesifik atau khusus. Pada tahap ini, semua segmen dalam orientasi karier yang dimulai dari orientasi minat, kapasitas, dan nilai, sampai tahap eksplorasi dan kristalisasi telah dijadikan pertimbangan (kompromi) yang matang (determinasi tugastugas perkembangan yang optimal) dalam memilih arah dan tujuan karier dimasa yang akan datang. Dari berbagai tahapan yang diklasifikasikan Ginzberg di atas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pemilihan pekerjaan yang terjadi pada
18

individu merupakan suatu pola pilihan karier yang bertahap dan runtut, yang dinilai subjektif oleh individu dalam milieu sosiokulturalnya sejak masa kanak-kanak hingga awal masa dewasanya. Artinya, pada saat keputusan vokasional tentatif dibuat, pilihan-pilihan yang lain akan dicoret. Sehingga individu yang berhasil dalam karier/pekerjaan (memiliki kepuasan kerja) adalah individu yang mampu mengidentifikasi, mengarah, dan mengakomodir semua orientasi minat, kapasitas, dan nilai kedalam proses kompilasi yang tepat dan dinamis. Di beberapa bagiannya, teori ini masih dianggap kurang sempurna, mengingat sampel yang dipilih Ginzberg dalam membangun teorinya ini kurang representatif, yakni hanya diwakili oleh sampel laki-laki dari keluarga yang berpenghasilan diatas rerata (ayahnya adalah tenaga profesional dan ibunya berpendidikan tinggi). Sehingga peluang sampel dalam memilih pilihan karier cenderung lebih luas, dan cenderung tidak mengalami hambatan dalam proses okupasionalnya. Sementara

kemungkinan adanya kalangan sampel yang berasal dari keluarga yang berpenghasilan rendah dan mengalami tekanan keadaan tertentu, termasuk juga sampel perempuan yang hampir tidak ada dalam studinya dalam kerangka teori ini kurang mendapat perhatian. Konsep irreversibilitas (pilihan pekerjaan itu tidak bisa diubah atau dibalik) juga mengalami modivikasi dengan tetap menekankan pada pentingnya pilihan itu dilakukan secara dini dalam membantu proses pembuatan karier. Untuk hal ini, Ginzberg menyatakan bahwa

irreversibilitas itu tidak bersifat menentukan keberhasilan kerier, dan menekankan konsep optimisasi (pencarian kecocokan) sebagai bagian okupasional dalam mencapai kepuasan kerja. Karena bagi kelompok Ginzberg, reversibilitas disebut sebagai penyimpangan, yang disebabkan oleh keterampilan okupasional dini dan timing perkembangan realistik secara signifikan lebih lambat datangnya, akibat variabel-variabel tertentu seperti instabilitas emosi, masalah pribadi, dan kekayaan finansial.

19

Sehingga diakhir pendapatnya, Ginzberg juga menyimpulkan bahwa pengambilan keputusan dalam pilihan karier itu berlangsung sepanjang hayat, sebagai refleksi dari perubahan minat dan tujuan-tujuan, serta keadaan atau tekanan yang berlangsung dalam kehidupan seseorang. Konsep ini juga saya anggap sebagai reaksi edukatif Ginzberg atas kelemaham awal tentang batasan umur masa realistis dari teori yang dibangunnya. Sehingga diakhir pendapatnya, Ginzberg (Munandir, 1996:2) menyatakan bahwa pemilihan pekerjaan merupakan proses pengambilan keputusan yang berlangsung seumur hidup bagi mereka yang mencari kepuasan dari pekerjaannya. Keadaan ini mengharuskan mereka berulangulang melakukan penilaian kembali, dengan maksud mereka dapat lebih mencocokkan tujuan-tujuan karier yang terus berubah-ubah dengan kenyataan dunia kerja. Konseptualisasi teori ini agaknya lebih bersifat deskriptif daripada eksplanatori. Artinya teori ini tidak memberikan strategi untuk memfasilitasi perkembangan karier ataupun penjelasan tentang proses perkembangannya. Kegunaan utama teori ini tampaknya hanya dalam memberikan satu kerangka baru untuk melakukan studi mengenai perkembangan karier. Dalam kegiatan konseling karier, penjelasan yang diberikan mengenai informasi pekerjaan ini bertujuan untuk mengukuhkan pilihan karier yang telah diambil individu dan membantu individu kalau ia mengalami ketidakpastian antara dua pilihan yang sama-sama menarik. Informasi karier juga bermaksud memberikan dasar pengujian pilihan yang tepat, dan bertujuan memotivasi individu yaitu dengan cara melibatkan individu secara aktif dalam proses pengambilan keputusan.

20

E. Langkah Kegiatan Layanan TAHAP Pembukaan URAIAN KEGIATAN Salam, presensi, membina hubungan baik. Tanya jawab materi pengait. Menyampaikan tujuan dan kegiatan yang akan dilaksanakan. 30 WAKTU 5

Kegiatan Inti

Mengatasi mahasiswa yang memiliki masalah masalah didalam karirnya.

Memberikan penjelasan cara mengisi angket yang diberikan.

Penutup

Menyimpulkan dan menganalisis hasil angket.

10

Mengucapkan salam dan terima kasih kepada mahasiswa dan dosen pengajar serta ketua jurusan D3 Bahasa Inggris.

F. Media/ alat/sumber Informasi

: 1. AUM 2. ANGKET 3. BROSUR

G. Evaluasi : 1. Evaluasi hasil : - Jangka pendek, diukur dengan menggunakan Instrumen Angket dan AUM 2. Evaluasi proses : Dilaksanakan dengan mengadakan pengamatan selama proses kegiatan berlangsung. Aspek yang diamati antara lain: a. Partisipasi mahasiswa dalam proses kegiatan layanan.

21

b. Partisipasi dosen dan ketua jurusan dalam menerima layanan BK karir yang diberikan. E. Uraian media yang digunakan Media yang digunakan adalah media cetak berupa AUM, BROSUR, dan ANGKET.

22

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil- hasil yang dicapai dalam praktik Berdasarkan kegiatan layanan yang berlangsung bahwa banyak yang diperoleh dari data-data tersebut. 1. Banyak mahasiswa yang ingin melanjutkan dunia kerja dengan alasan mendapatkan penghasilan yang lebih baik dan lebih bermanfaat dalam kehidupannya. 2. Mengenal kehidupan kerja yang lebih kompeten dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan melanjutkan ke jenjang S1 sebagai acuan dasar memasuki dunia kerja yang lebih relevan. 3. Mendapatkan mahasiswa dalam berpatisipasi mengikuti

kegiatan layanan BK karir di Perguruan tinggi. 4. Mahasiswa mengetahui persyaratan-persyaratan memasuki dunia kerja dengan mendapati dunia kerja yang layak seperti kebanyakan manusia. 5. Mahasiswa mendapatkan pengetahuan dalam meniti karir yang lebih baik dan lebih mendalam. B. Kelemahan, kelebihan kegiatan layanan yang dilakukan Kelemahan layanan dalam praktik ini 1. Masih ada tahapan tahapan yang belum lengkap dengan baik. 2. Banyak mahasiswa yang masih kurang mengerti dengan keadaannya sendiri ynag sesuai dengan keinginan dan potensi bakat yang dimilikinya. Kelebihan layanan dalam praktik ini 1. Banyak mahasiswa yang mengenal dunia kerja dengan baik seperti dunia kerja pariwisata, perhotelan, kapal pesiar dan lain sebagainya. 2. Mahasiswa memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan dalam dunia kerja dan mengetahui persyaratan-persyaratan yang harus dimiliki dalam melanjutkan di dunia karir.

23

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Dalam berbagai permasalahan yang ada banyak kehidupan karir yang masih belum terlihat jelas masa depan yang akan dicapai. Banyak mahasiswa yang menganggur pada kehidupan sehari- harinya setelah lulus kuliah, namun banyak juga yang tidak mengerti dalam menentukan karir yang lebih baik. B. Saran Agar lebih ditingkatkan lagi layanan yang akan diberikan dan lebih memperdalam pelayanan yang baik untuk mahasiswa di PT sehingga menjadi lebih baik dan akurat.

24

25

Anda mungkin juga menyukai