Anda di halaman 1dari 6

KASUS GIZI BURUK PADA KELOMPOK BALITA DAN FAKTOR-FAKTOR KESEHATAN DAN SOSIAL YAN G MELATARBELAKANGI BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Telah lama diakui ada hubungan erat antara makanan dengan kesehatan manusia. Sej ak tahun 1970 para pembuat kebijakan pembangunan di dunia menyadari bahwa arti m akanan lebih luas dari sekadar memelihara dan meningkatkan kesehatan. Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor penting dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia, yang merupakan faktor kunci dalam keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Agar perencanaan upaya peningkatan status gizi penduduk dapat dil akukan dengan baik, semua aspek yang berpengaruh perlu dipelajari termasuk aspek pola pangan, sosial budaya dan pengaruh konsumsi pangan. Gizi merupakan suatu zat yang dibutuhkan oleh setiap manusia untuk kelangsungan hidupnya yang diperoleh dari makanannya. Setiap individu memerlukan jumlah kebut uhaan zat gizi tertentu sesuai dengan jenis kelamin, usia, aktifitas dan keadaan tubuhnya. Kebutuhan zat gizi tersebut mutlak harus dipenuhi dan jika tidak dipe nuhi atau melebihi dari kebutuhan tubuh akan dapat menimbulkan permasalahan gizi . MAU INFO LOWONGAN KERJA TERBARU? KLIK DISINI... Masalah gizi di Indonesia dan di negara-negara berkembang pada umumnya masih did ominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi, Gangguan Aki baat Kekurangaan Yodium (GAKI), Kurang Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas teru tama di kota-kota besar. Kasus gizi buruk banyak terjadi di beberapa daerah di I ndonesia baik di pedesaan maupun perkotaan, seperti yang terjadi di NTB. Kasus g izi buruk tersebut terutama terjadi pada penduduk miskin. Adanya krisis ekomoni dan naiknya harga kebutuhan menyebabkan daya beli masyarakat menurun, yang pada akhirnya akan meningkatkan kasus gizi buruk. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penangul angannya tidak hanya dilakukan melalui pendekatan medis dan pelayanan kesehatan. Penyebab masalah timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pen dekatan penanggulangannya melibatkan berbagai sektor terkait. Meskipun masalah g izi sering berkaitan dengan kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu masalah gizi munc ul karena keadaan krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis e konomi). Selain itu juga masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Sehingga dalam k ontek ini masalah gizi tidak semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah k emiskinan, pemerataan dan masalah kesempatan kerja. Kasus gizi buruk yang terjadi di Indonesia atau yang lebih dikenal dengan kasus bus ung lapar banyak terjadi pada kelompok balita. Kelompok tersebut merupakan kelompok yang rentan karena pada usia tersebut merupakan masa pertumbuhan yang pesat yan g memerlukan zat gizi yang optimal. Timbulnya masalah kasus busung lapar pada ke lompok tersebut akan memiliki dampak negatif yang besar terutama bagi pertumbuha n baik fisik maupun mental. Sehingga diperlukan upaya penanganan segera baik ole h pemerintah maupun masyarakat sendiri untuk menjadi berdaya agar masalah gizi b uruk tidak terus bertambah dan mewujudkan generasi yang sehat. B. Perumusan Masalah Dalam makalah ini akan dibahas mengenai : 1. Pengertian gizi buruk 2. Faktor-faktor penyebab gizi buruk 3. Tahapan proses terjadinya kasus gizi buruk 4. Upaya penanggulangan gizi buruk

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Gizi Buruk Gizi buruk merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh rend ahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam wak tu cukup lama (www.gizinet.com). Dalam ilmu gizi buruk atau busung lapar dikenal dengan istilah KEP (Kurang Energi Protein). Sehingga yang dimaksud dengan KEP m erupakan masalah yang disebabkan oleh kekurangan atau ketidakseimbangan asupan e nergi dan protein sehingga tidak memenuhi kebutuhan dari tubuh. Permasalahan giz i di Indonesia mencakup susunan gizi yang seimbang maupun konsumsi keseluruhanny a yang tidak mencukupi kebutuhan badan. Gejala subjektif yang terutama adalah pe rasaan lapar. Tanda-tanda klinis dari gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan marasmus k wasiorkor atau marasmic kwasiorkor. Marasmus merupakan penyakit yang disebabkan karena defisiensi kalori (energi) yang berlangsung lama. Gejala marasmus adalah anak sangat kurus (tinggal kulit dan tulang), berat badan mencapai sekitar 60% d ari berat badan ideal menurut umur, kulit muka berkerut seperti orang tua, kulit daerah pantat berlipat-lipat, anak pasif dan apatis. Kwasiorkor merupakan penya kit defisiensi protein yang berlangsung dalam waktu lama. Gejala kwasiorkor adal ah anak apatis, rambut kepala halus dan jarang, berwarna kusam, rambut mudah dic abut kadang terjadi oedema (penimbunan cairan di tubuh), jika lipatan kulit dita rik masih terasa ada jaringan lemak sedikit. Sedangkan marasmic kwasiorkor merup akan penyakit defisiensi energi dan protein yang berlangsung lama. Gejalanya mer upakan gabungan dari marasmus daan kwasiorkor. KEP ini pada dasarnya terjadi karena defisiensi energi dan protein disertai susu nan hidangan yang tidak seimbang. Penyakit KEP ini terutama menyerang anak-anak yang dalam masa pertumbuhan dan dapat juga menyerang orang dewasa yang biasanya kekurangan makanan secara menyeluruh. Bila menyerang orang dewasa gambaran klini k penyakit itu berbeda dengan yang terlihat pada anak-anak. Penyakit ini pada or ang dewasa memberikan gambaran oedema kelaparan (Honger Oedema/HO) karena oedema tampak menonjol pada sebagian besar penderita. Penyakit ini terutama terjadi karena konsumsi bahan pangan pokok beras yang tida k mencukupi kebutuhan. Telah diketahui bahwa 70-80% dari total kalori di dalam h idangan dan sebesar itu pula kontribusi pada protein. Karena itu kekurangan kons umsi beras ini memberikan keuntungan energi dan protein sekaligus. Kasus gizi buruk yang terjadi di beberapa daerah Indonesia banyak terjadi pada k elompok balita. Di wilayah timur Indonesia kasus gizi buruk paling sering dilapo rkan. Dimana pada tahun 2004 dilaporkan Indeks Pembangunaan Manusia (IPM) mengga mbarkan NTB pada urutan terendah (30) dengan nilai IPM 57,8 sedangkan DKI Jakart a menempati urutan pertama dengaan IPM 75,6. Oleh keluarga atau ibunya anak-anak yang menderita gizi buruk sering tidak dibawa ke dokter atau ke klinik penyakit anak-anak. Mereka baru dibawa ke dokter atau klinik karena adanya penyakit peny erta. B. Faktor Penyebab Gizi Buruk Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) pada tahun 1999 merumuskan faktor penyeb

ab gizi buruk yaitu:

Bagan 1 Faktor Penyebab Gizi Kurang (Buruk) Dari bagan di atas terlihat bahwa timbulnyaa masalah gizi kurang (buruk) banyak faktor yang berpengaruh. Masalah gizi buruk pada umumnya terjadi pada penduduk y ang memiliki kehidupan sosial ekonomi miskin. Akar permasalahan dari timbulnya k asus gizi buruk adalah krisis ekonomi yang meningkatkan kemiskinan penduduk. Kri sis ekonomi membuat daya jangkau penduduk untuk memenuhi kebutuhan semakin buruk . Kurangnya pendidikan dan ketrampilan juga memperparah kemiskinan. Pokok permas alahan tersebut akan menyebabkan penduduk tidak mampu memenuhi kebutuhan terutam a penyediaan makanan dalam keluarga sehingga mengakibatkan asupan makanan yang t idak mencukupi kebutuhan tubuh baik jenis maupun jumlahnya. Kurangnya pengetahua n (pendidikan) dan ketrampilan ibu berpengaruh pada pola perawatan asuhan gizi d an kesehatan sangat menentukan keadaan gizi anak dan juga sikap terhadap kondisi kehamilan. Dimana keadaan ibu hamil dianggap biasa saja, yang seharusnya membut uhkan asupan gizi yang mencukupi. Kelompok anak merupakan kelompok yang rentan d imana dalam masa pertumbuhan membutuhkan asupan zat-zat gizi yang mencukupi. Kon disi miskin juga berdampak pada akses terhadap pelayanan kesehatan yang tidak te rjangkau. Pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau dan asupan gizi yang kurang akan mendorong munculnya penyakit infeksi. Asupan makanan yang kurang dan penyak it infeksi yang berlangsung terus menerus akan berakibat pada timbulnya masalah gizi kurang (buruk). Faktor yang mendorong terjadinya gizi buruk merupakan faktor yang saling berkait an dengan semua aspek. Tidak hanya karena tidak tercukupinya asupan makanan teta pi juga keadaan ekonomi sosial, kemiskinan dan sebagainya. Menurut Bengoa (dikutip oleh Jullieffe, 1966) masalah gizi buruk (malnutrition) merupakan hasil ekologi sebagai hasil yang saling mempengaruhi (multiple overlap ping) dan interaksi beberapa faktor fisik, biologi dan lingkungan budaya. Jadi j umlah makanan dan zat-zat gizi tersedia bergantung pada lingkungan iklim, tanah, irigasi dan penyimpanan, transportasi dan tingkat ekonomi penduduk. Disamping i tu budaya juga berpengaruh seperti kebiasaan memasak, prioritas makanan dalam ke

luarga dan pantangan makan bagi golongan rawan gizi. Menurutnya ada 6 faktor eko logi yang berhubungan dengan penyebab malnutrisi yaitu : 1. Keadaan Infeksi Scrimshaw et al (1959) menyatakan bahwa ada hubungan yang erat antara infeksi (b akteri, virus, parasit) dengan malnutrisi. Mereka menekankan interaksi yang sine rgis antara malnutrisi dan penyakit infeksi, dan juga infeksi akan mempengaruhi status gizi dan mempercepat malnutrisi. Mekanismenya bermacam-macam baik sendiri -sendiri maupun bersamaan yaitu : a. penurunan asupan zat gizi akibat kurangnya nafsu makan, menurunnya absorpsi d an kebiasaan mengurangi makanan pada saat sakit b. peningkatan kehilangan cairan/zat gizi akibat penyakit diare, mual /muntah da n perdarahan yang terus menerus c. meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat sakit (human h ost) dan parasit yang terdapat dalam tubuh 2. Konsumsi Makanan Konsumsi makanan secara langsung berpengaruh pada tercukupinya kebutuhan asupan gizi bagi tubuh. 3. Pengaruh Budaya Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak dan produksi pangan. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam masyarak at yang menyebabkan konsumsi makan menjadi rendah. Konsumsi makanan yang rendah juga disebabkan oleh adanya penyakit terutama penyakit infeksi saluran pencernaa n. Disamping itu jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang te rlalu banyak akan berpengaruh pada asupan zat gizi dalam keluarga. Konsumsi zat gizi keluarga yang rendah juga dipengaruhi oleh produksi pangan. Rendahnya produ ksi pangan disebabkan karena petani masih menggunakan teknologi pertanian yang b ersifat sederhana. 4. Faktor Sosial Ekonomi Meliputi pendidikan, keadaan keluarga (besarnya, hubungan, jarak kelahiran), kea daan penduduk di suatu masyarakat (jumlah, umur, distribusi seks dan geografis), pekerjaan, pendapatan keluarga, pengeluaran, harga makanan tergantung pada pasa r dan variasi musim. 5. Produksi Pangan Meliputi penyediaan pangan bagi keluarga (produksi sendiri atau membeli), sistem pertanian dalam memproduksi pangan. 6. Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan Pelayanan kesehatan dan pendidikan walaupun tidak secara langsung berpengaruh pa da masalah gizi, namun merupakan faktor tidak langsung. C. Tahapan Proses Terjadinya Gizi Buruk Kasus gizi buruk yang terjadi di Indonesia banyak terjadi pada kelompok balita. Pada anak-anak gizi buruk dalam memghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi dan rendahnya tingkat kecerdasan. Tahapan proses terj adinya gizi buruk disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor manusia. Faktor l ingkungan mencakup keadaan sosial ekonomi, budaya, ketersediaan pangan dalam kel uarga dan sebagainya. Faktor manusia mencakup keadaan infeksi yang dideritanya. Kurangnya asupan zat gizi karena faktor lingkungan maupun faktor manusia yang be rlangsung terus menerus, maka simpanan zat gizi dalam tubuh digunakan untuk meme nuhi kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung lama maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi kemerosotan jaringan. Pada saat ini orang sudah dika takan malnutrisi walaupun baru hanya ditandai dengan penurunan berat badan dan p ertumbuhan terhambat. Dengan meningkatnya defisiensi zat gizi, maka muncul perubahan biokimia dan rend ahnya zat gizi dalam tubuh, berupa rendahnya tingkat hemoglobin, serum vitamin A dan karoten. Dapat pula terjadi meningkatnya beberapa hasil metabolisme seperti asam laktat. Apabila keadaan itu berlangsung lama, maka akan terjadi perubahan fungsi tubuh seperti tanda-tanda saraf yaitu kelemahan, pusing, kelelahan, nafas pendek dan lain-lain. Keadaan ini akan berkembang yang diikuti oleh tanda-tanda klasik dari kekurangan gizi seperti kebutaan, oedema, luka kulit. Keadaan ini a

kan mendorong penyakit infeksi seperti diare, kecacingan dan lain-lain. D. Upaya Penanggulangan Gizi Buruk Upaya penanggulangan gizi buruk di Indonesia oleh pemerintah yaitu dengan meneta pkan langkah jangka pendek dan jangka panjang. Langkah jangka pendek dilakukan u ntuk menyelamatkan anak-anak penderita gizi buruk serta mencegah kecacatan dan k ematian. Langkah jangka panjang dilakukan untuk mencegah timbulnya kasus gizi bu ruk termasuk upaya penyembuhan dan pemulihan. Penggulangan masalah gizi buruk perlu dilakukan secara terpadu dan lintas sektor melalui upaya-upaya peningkatan pengadaan pangan, penganekaragaman produksi dan konsumsi pangan, peningkatan status sosial ekonomi, pendidikan kesehatan masyar akat serta peningkatan teknologi hasil pertanian dan teknologi pangan. Upaya ini bertujuan untuk memperoleh perbaikan pola konsumsi pangan masyarakat yang beran eka ragam dan seimbang dalam mutu gizi. Upaya penanggulangan masalah gizi buruk dilakukan secara terpadu antara lain : 1. upaya pemenuhan penyediaan pangan nasional terutama melalui peningkatan produ ksi beraneka ragam pangan 2. peningkatan usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yang diarahkan pada pemberda yaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga 3. peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan mulai dari tingka t Posyandu hingga Puskesmas dan Rumah Sakit 4. peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi di bidang gizi dan pangan masya rakat 5. peningkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk pangan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas 6. interaksi langsung kepada sasaran melalui pemberian makan tambahan (PMT) anta ra lain melalui pemberian susu setiap bulan atau Rp 300; per gelas kepada setiap balita di 1.000 desa di NTB Melalui upaya-upaya tersebut diharapkan kasus gizi buruk yang terjadi di Indones ia berkurang. Sehingga penderitaan penderita gizi buruk berkurang dan menjadi se hat. Dengan demikian pertumbuhan balita berjalan baik dan tercipta generasi yang sehat.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Gizi buruk merupakan keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan oleh r endahnya konsumsi energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu cukup lama 2. Faktor-faktor penyebab gizi buruk tidak hanya dari asupan makanan tetapi fakt or sosial ekonomi, pendidikan, budaya dan keadaan politik suatu negara (perang, krisis) 3. Tahapan proses terjadinya gizi buruk dimulai dari kurangnya asupan makanan ya

ng berlangsung lama sehingga simpanan gizi dalam tubuh habis kemudian terjadi ke merosotan jaringan dan perubahan metabolisme tubuh, yang akhirnya muncul gejalagejala gizi buruk. 4. Upaya penggulangan kasus gizi buruk melibatkan banyak pihak baik dari kesehat an, pertanian maupun peran serta masyarakat. B. Saran 1. Perlunya pemantauan gizi dan kesehatan secara terus menerus pada kelompok bal ita agar kasus gizi buruk ditemukan secara cepat sehingga upaya menanganan tidak terlambat. 2. Upaya pemulihan penderita kasus gizi buruk harus dilakukan secara tuntas hing ga penderita sembuh dan sehat. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Uta ma. Anonim. Program Perbaikan Gizi Makro. http://www.gizinet.com. Diakses 7 Oktober 2005. Anonim. Menkes: Demam Berdarah dan Gizi Buruk di Indonesia Bukan Masalah Baru. h ttp://depkes.com. Diakses 14 Oktober 2005. Khafid, Supriyantho. 2005. Balita dengan Gizi Buruk di Indonesia 175 Ribu. http: //www.tempo.com. Diakses 14 Oktober 2005. Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Dian Ra kyat, Jakarta. Supariasa, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai