Anda di halaman 1dari 4

AKU MENCINTAI IBU

Sinar matahari sudah menerangi kamarku di pagi hari, aku beranjak dari tempat tidur menuju meja makan. Disana terlihat ibuku sedang menyiapkan sarapan untuk aku dan ayah. Sejujurnya, aku tak menganggapnya sebagai ibu, karena ia hanya ibu tiriku. Ya, 3 tahun lalu ayah dan ibu menikah, aku hidup bersama mereka dirumah ini. Sunyi, sepi, hampa yang kurasakan setiap pulang dari sekolah. Sendiri di rumah ayah dan ibu tiri ku kerja dan pulang selalu malam. Beberapa menit kemudian aku pun berangkat ke sekolah. Karena ayah banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Ibu yang mengantarku ke sekolah. Sampai di sekolah, aku turun dari mobil dan beranjak pergi. Tiba-tiba ibu memanggilku, Sasa, jam berapa kamu pulang, nak? dengan cepat aku berkata tak usah menjemputku, aku bias pulang sendiri aku bersikap tak acuh dan beranjak pergi. Ibu hanya memandangku dengan tatapan pasrah dan tersenyum lembut melihat aku pergi memasuki sekolah. Sesampai di kelas teman-temanku Vara, Tara, dan Nisya dating menghampiri ku dengan wajah yang ceria. Nisya berkata, Sa, tadi aku lihat kau diantar oleh ibu tirimu. Sepertinya hubungan kalian mulai dekat ya? Aku hanya berkata, tidak, dan tidak akan pernah terjadi! Tegasku pada mereka. Vara pun bertanya kembali kami tau sa, walau dia ibu tirimu, tapi dia tetap menganggapmu seperti anaknya kan?. Hatiku terasa sakit mendengar Vara berbicara seperti itu dengan mata berkaca-kaca aku berkata, tapi dia adalah wanita yang telah membuat ayah dan ibu kandungku bercerai! Tangis tak tertahankan dalam benakku. Tapi aku tetap bertahan agar tidak menangis dihadapan teman-temanku. Bel pulang sekolah pun berbunyi. Semua siswa-siswa keluar dari kelas menuju ke gerbang sekolah. Tara berkata padaku, Sasa, maafkan kami soal yang tadi pagi ya, kami nggak bermaksud menyakiti sasa kok ) : . Aku hanya memegang pundak Tara dan berkata, Nggak apaapa kkok, aku udah lupain masalah itu kok. Sesampai digerbang sekolah, terlihat ibu tiriku menunggu di dekat mobilnya, dan ia tersenyum saat melihatku sudah pulang sekolah. Nisya berkata, Sasa, ibumu itukan?. Aku hanya diam, dan perlahan berjalan mendekati ibu tiriku, dan setelah samapi ibu berkata sambil membelai rambut panjangku, Sasa, ayo kita pulang, nak pinta ibu. Aku berkata, Ibu, apa ibu lupa? Tadi pagi kan aku sudah bilang jangan menjemputku sekolah, Sasa bias pulang sendiri kok! Kesalku pada ibu. Ibu menjawan, Apakah seorang ibu tega membiarkan anaknya pulang sendiri? Tanya ibu padaku. Aku berkata, Tepatnya ibu tiriku bukan ibu kandungku Tegasku kembali. Aku pun langsung masuk ke mobil ibu. Saat perjalanan pulang, aku melihat

ibu hanya terdiam kaku sambil menyetir mobil, aku merasa bersalah karena tadi membentak ibu, tapi aku tak tau mengapa, hati ini tak bias rasanya untuk mencoba meminta maaf pada ibu. Malam harinya, aku hanya duduk diatas tempat tidurku sambil memandang foto ibu, ya ibu kandungku. Ku ambil foto itu, dan ku peluk dengan lembut, IbuSasa merindukanmu, Sasa ingin bertemu denganmu lagi, Sasa tak suka disini, sekarang ayah lebih sering memperhatikan pekerjaannya dari pada mengurusku, Sasa sedih Bu. Ibu tiri itu juga Sasa tak suka padanya, Ibubisakah kau kembali? Sasa tau bahwa itu mustahil, sasa berjanji akan menyayangi Ibu, taka da yang bias menggantikan Ibu di hati Sasa dan Ayah, dan Sasa yakin pasti Ibu mendengar apa yang Sasa katakana barusan. Ibu pasti bias mendengarnya walau ibu jauh, ibu jauh di surge. Ya Allah, jaga ibu disana ya. Air mata tak tertahankan tumpah dan aku menangis sambil memeluk erat foto ibu kandungku. Tak tersadarkan, hari sudah pagi, dan aku terbangun. Aku baru sadar bahwa semalaman aku tidur sambil memeluk foto ibuku. Setelah mandi, aku berjalan menuju jendela kamar, dan melihat burung-burung yang berterbangan. Sejuknya udara di Minggu pagi membuatku ingin memakan yang panas-panas. Aku pun keluar dari kamar dan menuju ke dapur, tak terlihat ibu memasak di dapur. Aku berjalan menuju kamar ayah dan ibu. Sesampai disana, aku hanya melhat ayah yang masih tertidur pulas diatas tempat tidur. Aku bergumam dalam hati Dimana ibu?. Aku merasa bingung yang biasanya ibu di hari minggu berada di dapur dan kini aku tak terlihat lagi. Ayah pun terbangun dari tidurnya, dan aku bertanya pada ayah, Ayah, ibu dimana? Sasa sudah mencarinya di sekeliling rumah Ayah berkata, Benarkah, nak? Biar ayah coba menghubungi ponselnya. Belum siap Ayah ingin menghubungi ibu, aku langsung berkata Ponselnya tinggal, yah. Tadi ponselnya Sasa lihat di meja makan. Ayah terlihat mulai khawatir, dan ayah berkata, Sasa, ayah akan keluar mencari ibu, apa kau ikut? Tanya ayah padaku. Aku pun menjawab, Tak usah, Sasa menunggu dirumah saja. Jawabku. Ayah pun segera pergi dari rumah untuk mencari ibu. Aku yang sendiri dirumah merasa gelisah, entah apa yang terpikirkan olehku, aku berkata pada diriku sendiri, Apa yang terjadi pada Ibu? Tapipeduli apa aku? Dia bukan siapa-siapa, dia hanya ibu tiri kataku pelan. Aku berjalan memasuki kamar ayah dan terduduk diatas tempat tidur, aku hanya termenung dan termenung. TibaTiba aku merasa memegang sesuatu di bawah bantal, aku mengambilnya. Ternyata sebuah kertas yang terletak dibawah bantal itu, disitu tertulis sebuah surat. Akupun membacanya, dan isi surat tersebut ditulis oleh ibu tiriku, Sasa, Ayahterima kasih untuk selama ini, kalian sudah banyak memberikan ibu pelajaran yang berharga selama ibu disini. Sasaibu tau, kamu membenci ibu kan? Kamu belum bisa

menerima ibu sebagai ibumu sekarang. Mungkin kamu menganggap ibu sebagai penghancur rumah tangga ibu kandungmu dan ayah, kan nak? Sebenarnya, bukan ibu yang menjadi penghancur rumah tangga ibumu dan ayah. Ayah yang diam-diam mencintai ibu, waktu dia masih menjadi suami dari ibu kandungmu. Jujur ibu hanya mencintainya saja dan tak ingin menghancurkan rumah tangganya dengan ibumu, Sasa setelah 1 tahun bercerai dari ayah, Ibumu meninggal karena menderita kanker darah yang sudah dideritanya sejak kecil. Ibu tau semua ini karena dulu ibumu lah yang menceritakan tentang ini pada ibu dan berpesan agar tak memberi tau penyakit ini pada kamu, Sasa. Dan Ibumu berpesan pada ibu, agar menjaga kamu dan ayah kalau dia sudah tak ada lagi. Ibu hanya terdiam mendengar ibumu berkata seperti itu, dan setelah ibumu meninggal, beberapa bulan kemudian ayah menikahi ibu. Karena demi amanat ibumu lah ibu mau menikah dengan ayah. Karena ibu ingin menjaga Sasa dan ayah kalau ibu kamu sudah meninggal. Ibu sayang denganmu Sasa, begitu juga dengan ayah. Selama ibu tinggal disini dan menjadi ibumu, ibu sadar begitu berharga kamu dan ayah, walau ibu tau ibu hanya dianggap ibu tirimu, Sasa. Ibu sudah berusaha menjadi apa yang Sasa inginkan. Tapi ibu tidak bisa. Mungkin saatnya ibu pergi dari sini, ibu tidak bisa menggantikan posisi ibumu dirumah ini. Jangan cari ibu yah, Sa. Biarlah kalian menjalani kehidupan tanpa ibu. Jaga diri kalian, jaga kesehatan, dan jangan lupa sholat. Ibu rasa hanya ini yang bisa ibu katakana untuk terakhir kalinya. Terima kasih yah, sudah memberikan cintamu selama ini. Dan Sasa terima kasih. Ibu sayang kalian. Ibu sayang Sasa. Tetesan air mata tak tertahankan jatuh, di lembaran surat ini. Aku menangis dan menangis. Aku berlari keluar dari rumah untuk mencari ibu, ditepi jalan raya sambil menangis aku melihat sana-sini dan tak terlihat ibu dimana. Kini hatiku sadar, betapa aku membutuhkan ibu, betapa aku menyayangi ibu, biu tiri yang begitu aku sayangi. Disisi seberang jalan, tiba-tiba aku melihat sosok ibu. Ya, itu memang ibu, sontak aku berteriak memanggilnya, diapun mendengar dan melihatku, dengan tatan kaget ia berlari. Aku mengejarnya. Saat ingin menyebrang jalan, tanpa aku sadari mobil truk mulai mendekat dan seperti ingin menabrakku, dan dengan baying-bayang aku melihat ibu menyelamatkanku. Dan aku tak tau lagi apa yang terjadi. Aku terbangun...dan melihat disekitarkuaku sadar bahwa aku dirumah sakit. Dan baru teringat bahwa tadi dijalan saat ingin mengejar ibu ada mobil truk yang ingin menabrakku. Aku berkata pada diriku sendiri, Dimana ibu? Aku berlari dari ruangan itu dan mencari ibu, walau dalam keadaan pusing. Tak jauh dari ruangan, aku melihat ayah sedang berbicara dengan seorang dokter. Aku menghampirinya dan langsung memeluk ayah erat-erat. Ayah berkata, Sasa? Kau sudah sadar? Bagaimana kepalamu masih terasa sakit kah? Tanya ayah padaku. Aku bertanya,

Saya baik-baik saja. Dimana ibu? Tanyaku seakan ingin menangis. Dokter itu tibatiba berkata, Ibumu sedang berjuang melawan penyakitnya, nak dan ia membutuhkan donor darah secepatnya. Jelas dokter sambil memegang pundakku. Aku kaget dan berkata pada ayah Apa ibu yang tertabrak oleh truk tadi, ayah? Ayah dengan pelan menjawan Iya, nak. Ibu mengalami pendarahan banyak dan membuatnya koma sekarang. Ayah berkata sambil menangis dihadapanku dan dokter itu. Aku menangis kembali, dan bertanya pada dokter Apa golongan darah ibu, Pak? dokter itu menjawab, golongan darahnya AB. Aku berkata, Golongan darah ku AB, aku saja yang mendonorkan darah untuk ibu, Seruku pada dokter. Ayah berkata, Benarkah Sasa yakin? Dokterpun menambahkan, Kalau seseorang mendonorkan darah, otomatis daya tahan tubuhnya akan lemah. Aku berkata, Tidak apa dok. Demi ibuku. Aku rela melakukan apa saja agar dia selamat. Akhirnya 3 jam berlalu. Aku keluar dari laboratorium dan aku langsung memeluk ayah dengan erat. Ayah mengajakku ke ruangan tempat ibu dirawat. Sesampai disana aku melihat ibu yang terbaring lemah. Dan aku menghampirinya, dan berkata, Ibu, kau sudah sadar? Kenapa ibu menyelamatkan Sasa waktu hampir tertabrak? Harusnya Sasa yang tertabrak, Ibu. Sambil menangis aku berkata pada ibu, ibu pun walau lemah bicara dengan perlahan, Sasa. Terima kasih telah mendonorkan darahmu pada ibu, ibu kira Sasa membenci ibu. Kata-kata ibu terpotong dan aku berkata, Sasa sudah tau semuanya bu, mulai sekarang Sasa akan menerima ibu layaknya sebagai ibu kandung Sasa, bukan ibu tiri lagi, maafkan Sasa yang telah selama ini menyakiti ibu ya Ibu menangis dan memelukku, dan ibu berkata, Sasa, ibu tidak pernah marah padamu, nak. Aku berkata, Ibuaku mencintai ibu dalam peluk tulus aku menyampaikan pada ibu. Ayah pun memeluk aku dan ibu. Keaadan menjadi terharu, dan 2 bulan telah berlalukini kami menjadi keluarga yang bahagia, dan aku bahagia memiliki ibu sekarang, aku mencintaimu, Ibu.

Anda mungkin juga menyukai