Anda di halaman 1dari 18

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PRINSIP-PRINSIP KEMAGNETAN LISTRIK MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Belajar dan Pembelajaran Teknik Elektro Dosen : Prof. Dr. H. Bachtiar Hasan, S.T, M.SIE Dra. Tuti Suartini, M.Pd

disusun oleh : HANDI AGUS H. ( 0908810 )

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Paradigma lama tentang proses pembelajaran yang bersumber pada teori tabula rasa John Lock dimana pikiran seorang anak seperti kertas kosong dan siap menunggu coretan-coretan dari gurunya sepertinya kurang tepat lagi digunakan oleh para pendidik saat ini.Tuntutan pendidikan sudah banyak berubah. Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar

mengajar dimana anak dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa.Belajar melibatkan pembentukan makna oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat,dan dengar. Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning

merupakan system pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dalam tugas-tugas yang

dengan pembelajaran secara

berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok (Sugandi, 2002: 14). Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok. Untuk mencapai hasil yang maksimal, maka harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong, yaitu: a. Saling ketergantungan positif. b. Tanggung jawab perseorangan. c. Tatap muka. d. Komunikasi antar anggota. e. Evaluasi proses kelompok. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis menuliskan rumusan masalah sebagai berikut. 1. Apakah yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif? 2. Apa keuntungan dari model pembelajaran kooperatif ? 3. Bagaimana karakteristik pembelajaran kooperatif? 4. Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif? 3. Tujuan Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan : 1. Pengertian model pembelajaran kooperatif 2. Keuntungan model pembelajaran kooperatif 3. Karakteristik pembelajaran kooperatif 4. Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif

4. Kegunaan Makalah

Secara teoritis, makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang model pembelajaran kooperatif. Secara praktis, makalah ini diharapkan dapat menambah pemahaman bagi pembaca, khususnya penulis sendiri tentang model pembelajaran kooperatif.

BAB II
MODEL PEMBELAJARAN

A. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Model pembelajaran cooperative learning adalah salah satu model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented). Dengan suasana kelas yang demokratis, yang saling membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar dalam memberdayakan potensi siswa secara maksimal. Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning sebagai fasilitator, moderator, organisator dan mediator terlihat jelas. Kondisi ini peran dan fungsi siswa terlihat, keterlibatan semua siswa akan dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran terkesan demokratis, dan masing-masing siswa punya peran dan akan memberikan pengalaman belajarnya kepada siswa lain.

B. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif Berikut ini akan dikemukakan beberapa keuntungan yang diperoleh baik oleh guru maupun siswa di dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan model cooperative learning: 1. Menimbulkan nuansa baru di dalam kelas dan suasana kelas yang lebih hidup dan lebih bermakna dalam proses pembelajaran. 2. Membantu dalam mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dan mencarikan alternatif pemecahannya.

3. Siswa tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan aspek kognitif saja melainkan mampu mengembangkan aspek afektif dan psikomotor. 4. Dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan reflektif. 5. Mampu mengembangkan kesadaran pada diri siswa terhadap

permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitarnya.. 6. Mampu melatih siswa dalam berkomunikasi seperti berani

mengemukakan pendapat, berani dikritik, maupun menghargai pendapat orang lain. Dari beberapa keuntungan dari model pembelajaran cooperative learning di atas, maka jelaslah bagi kita bahwa keberhasilan suatu proses pendidikan dan pengajaran salah satunya ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan guru dalam menggunakan strategi dan model pembelajaran yang digunakannya. Salah satu model yang dapat memberikan dampak terhadap keberhasilan siswa adalah melalui model pembelajaran koperatif atau cooperative learning.

C. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya: 1. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis. 2. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi. 3. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok

kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin. 4. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.

D. Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif 1. Tipe STAD (Student Team Achievement Division) atau Tim Siswa Kelompok Prestasi Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kooperatif di mana siswa belajar dengan menggunakan kelompok kecil yang anggotanya heterogen dan menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran untuk

menuntaskan materi pembelajaran, kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pembelajaran melalui tutorial, kuis satu sama lain dan atau melakukan diskusi. Langkah-langkah : a. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll); b. Guru menyajikan pelajaran; c. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggotaanggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti; d. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu; e. Memberi evaluasi; dan f. Kesimpulan. 2. Tipe Jigsaw (Model Tim Ahli) Tipe Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif di mana pembelajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar yang maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran tipe Jigsaw ini setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota kelompok ahli. Anggota kelompok asal terdiri dari 3-5 siswa yang setiap anggotanya diberi nomor kepala 1-5. Nomor kepala yang sama pada kelompok asal berkumpul pada suatu kelompok yang disebut kelompok ahli. Langkah-langkah : a. Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim; b. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda; c. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan; d. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka;

e. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguhsungguh; f. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi; g. Guru memberi evaluasi; dan h. penutup. 3. Investigasi Kelompok atau Group Investigation Investigasi kelompok merupakan pembelajaran kooperatif yang paling komplek dan paling sulit untuk diterapkan, di mana siswa terlibat dalam perencanaan pemilihan topik yang dipelajari dan melakukan pentelidikan yang mendalam atas topik yang dipilihnya, selanjutnya menyiapkan dan

mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas. Langkah-langkah : a. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen; b. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok; c. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain; d. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan; e. Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok; f. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan; g. Evaluasi; dan h. Penutup.

BAB III RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran Kelas/ Semester Alokasi Waktu : Produktif Teknik Listrik :X/1 : 2 x 45 Menit

Standar Kompetensi : Menerapkan dasar-dasar kelistrikan Kompetensi Dasar : Menjelaskan prinsip-prinsip kemagnetan listrik

I.

Tujuan Pembelajaran Umum Setelah proses pembelajaran, peserta didik mampu memahami

tentang konsep dasar kemagnetan. II. Tujuan Pembelajaran Khusus 1. Peserta didik dapat memahami tentang prinsip kemagnetan; 2. Peserta didik dapat memahami tentang fluksi medan magnet; dan 3. Peserta didik dapat memahami tentang kuat medan magnet. III. Ciri-ciri Kemampuan (Indikator) 1. Dapat menjelaskan tentang prinsip kemagnetan; 2. Dapat menjelaskan tentang fluksi medan magnet; dan 3. Dapat menjelaskan tentang kuat medan magnet. IV. Materi 1. Prinsip Kemagnetan 2. Fluksi Medan Magnet 3. Kuat Medan Magnet V. Model Pembelajaran 1. Strategi Model Pembelajran Kooperatif 2. Metode pembelajaran diskusi, ceramah, dan tanya jawab VI. Kegiatan Belajar Mengajar A. Pendahuluan (10) 1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam 2. Guru memeriksa kehadiran peserta didik

3. Guru mengorganisir siswa ke dalam beberapa kelompok, satu kelompok terdiri dari 5 peserta didik. Kemudian setiap peserta didik dipersilahkan untuk langsung bergabung dengan

kelompoknya masing-masing B. Kegiatan Inti No. 1. Guru Kegiatan Belajar Mengajar Guru Menjelaskan Siswa tentang Peserta didik memperhatikan sambil melihat buku pegangan pembelajaran. 2. Selanjutnya guru mengajak Peserta didik mulai berdiskusi 15 Waktu 10

gambaran umum kemagnetan.

semua kelompok ke dalam untuk menjawab pertanyaan permasalahan dengan guru.

memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi. Guru mengawasi dan

membimbing masing- masing kelompok. 3. Guru diskusi. mengatur jalannya Setiap kelompok perwakilan dari 20

menjawab

pertanyaan guru, sedangkan kelompok memperhatikan. 4. Guru mengatur jalannya Masing-masing kelompok 20 yang lain

diskusi dengan memberikan memberikan tanggapannya atas penjelasan atau pembenaran pernyataan dari kelompok yang terhadap masalah yang dirasa lain. kurang tepat.

C. Penutup (15) 1. Guru memberikan kepada peserta didik untuk bertanya

2. Guru memberikan kesimpulan umum dari proses pembelajaran 3. Guru menginformasikan untuk materei selanjutnya 4. Guru menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam VII. Media dan Sumber Pembelajaran

A. Media Spidol Papan tulis

B. Sumber Pembelajaran Siswoyo. 2008. Teknik Listrik Industri Jilid 1. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. Buku diktat Teknik Listrik

A.

URAIAN MATERI 1. Prinsip Kemagnetan Magnet yang kita lihat sehari-hari jika didekatkan dengan besi, maka besi

akan menempel. Magnet memiliki dua kutub, kutub utara dan kutub selatan. Magnet memiliki sifat pada kutub berbeda saat didekatkan akan tarikmenarik(utaraselatan). Tapi jika kutub berbeda didekatkan akan tolak-menolak (utara-utara atau selatan-selatan).

Gambar 1.1 Sifat magnet tarik-menarik, tolak-menolak

Batang magnet di bagian tengah antara kutub utara-kutub selatan disebut bagian netral. Bagian netral magnet artinya tidak memiliki kekuatan magnet. Magnet bisa dalam wujud yang besar, sampai dalam ukuran terkecil sekalipun.

Batang magnet panjang, jika dipotong menjadi dua atau dipotong menjadi empat bagian akan membentuk kutub utara selatan yang baru.

Gambar 1.2 Kutub utara-selatan magnet permanen

Untuk membuktikan bahwa daerah netral tidak memiliki kekuatan magnet. Ambil beberapa sekrup besi, amatilah tampak sekrup besi akan menempel baik di ujung kutub utara maupun ujung kutub selatan Gambar 1.3. Daerah netral di bagian tengah sekrup tidak akan menempel sama sekali, dan sekrup akan terjatuh. Mengapa besi biasa berbeda logam magnet? Pada besi biasa sebenarnya terdapat kumpulan magnet-magnet dalam ukuran mikroskopik, tetapi posisi masingmasing magnet tidak beraturan satu dengan lainnya sehingga saling

menghilangkan sifat kemagnetannya Gambar 1.4a. Pada magnet sebenarnya kumpulan jutaan magnet ukuran mikroskopik yang teratur satu dan lainnya Gambar 1.4b. Kutub utara dan kutub selatan magnet posisinya teratur. Secara keseluruhan kekuatan magnetnya menjadi besar. Logam besi bisa menjadi magnet secara permanen atau sementara dengan cara induksi elektromagnetik. Tetapi ada beberapa logam yang tidak bisa menjadi magnet, misalnya tembaga, aluminium logam tersebut dinamakan diamagnetik.

Gambar 1.3

Gambar 1.4

Daerah netral pada magnet permanen

Perbedaan besibiasa dan magnet permanen

2. Garis Gaya Magnet


Bumi merupakan magnet alam raksasa, buktinya mengapa kompas menunjukkan arah utara dan selatan bumi kita. Karena sekeliling bumi sebenarnya dilingkupi garis gaya magnet yang tidak tampak oleh mata kita tapi bisa diamati dengan kompas keberadaannya. Batang magnet memancarkan garis gaya magnet yang melingkupi dengan arah dari utara ke selatan. Pembuktian sederhana dilakukan dengan menempatkan batang magnet di atas selembar kertas. Di atas kertas taburkan serbuk halus besi secara merata, yang terjadi adalah bentuk garisgaris dengan pola-pola melengkung oval di ujungujung kutub Gambar 1.5. Ujung kutub utara-selatan muncul pola garis gaya yang kuat. Daerah netral pola garis gaya magnetnya lemah.

Gambar 1.5 Pola garis medan magnet permanen

Arah garis gaya magnet dengan pola garis melengkung mengalir dari arah kutub utara menuju kutub selatan Gambar 1.6. Di dalam batang magnet sendiri garis gaya mengalir sebaliknya, yaitu dari kutub selatan ke kutub utara. Di daerah netral tidak ada garis gaya di luar batang magnet. Pembuktian secara visual garis gaya magnet untuk sifat tarik-menarik pada kutub berbeda dan sifat tolakmenolak pada kutub sejenis dengan menggunakan magnet dan serbuk halus besi Gambar 1.7. Tampak jelas kutub sejenis utara-utara garis gaya saling menolak satu dan lainnya. Pada kutub yang berbeda utara-selatan, garis gaya magnet memiliki pola

tarik-menarik. Sifat tarik-menarik dan tolak-menolak magnet menjadi dasar bekerjanya motor listrik. Untuk mendapatkan garis gaya magnet yang merata di setiap titik permukaan maka ada dua bentuk yang mendasari rancangan mesin listrik. Bentuk datar (flat) akan menghasilkan garis gaya merata setiap titik permukaannya. Bentuk melingkar (radial), juga menghasilkan garis gaya yang merata setiap titik permukaannya Gambar 1.8.

Gambar 1.6 Garis medan magnet utara-selatan

Gambar 1.7 Pola garis medan magnet menolak dan tarik menarik tolak-

Gambar 1.8 Garis gaya magnet pada permukaan rata dan silinder

3. Elektromagnet Elektromagnet adalah prinsip pembangkitan magnet dengan menggunakan arus listrik. Aplikasi praktisnya kita temukan pada pita tape recorder, motor listrik, speaker, relay, dan sebagainya. Sebatang kawat yang diberikan listrik DC arahnya meninggalkan kita (tanda silang), maka di sekeliling kawat timbul garis gaya magnet melingkar Gambar 1.9. Gambar visual garis gaya magnet didapatkan dari serbuk besi yang ditaburkan di sekeliling kawat beraliran listrik.

Gambar 1.9 Prinsip elektromagnetik

Sebatang kawat posisi vertikal diberikan arus listrik DC searah panah, arus menuju ke atas arah pandang (tanda titik). Garis gaya magnet yang membentuk selubung berlapis-lapis terbentuk sepanjang kawat Gambar 1.10. Garis gaya magnet ini tidak tampak oleh mata kita, cara melihatnya dengan serbuk halus besi atau kompas yang didekatkan dengan kawat penghantar tersebut. Kompas menunjukkan bahwa arah garis gaya sekitar kawat melingkar. Arah medan magnet di sekitar penghantar sesuai arah putaran sekrup (James Clerk Maxwell, 1831 1879) Gambar 1.11. Arah arus ke depan (meninggalkan kita) maka arah medan magnet searah putaran sekrup ke kanan. Sedangkan bila arah arus ke belakang (menuju kita) maka arah medan magnet adalah ke kiri. Aturan sekrup mirip dengan hukum tangan kanan yang menggenggam, arah ibu jari menyatakan arah arus listrik mengalir pada kawat. Maka keempat arah jari menyatakan arah dari garis gaya elektromagnet yang ditimbulkan.

Gambar 1.10 Garis magnet membentuk

Gambar 1.11 Prinsip putaran sekrup seputar kawat berarus selubung

Arah aliran arus listrik DC pada kawat penghantar menentukan arah garis gaya elektromagnet. Arah arus listrik DC menuju kita (tanda titik pada penampang kawat), arah garis gaya elektromagnet melingkar berlawanan arah jarum jam Gambar 1.12. Ketika arah arus listrik DC meninggalkan kita (tanda silang penampang kawat), garis gaya elektromagnet yang ditimbulkan melingkar searah dengan jarum jam (sesuai dengan model mengencangkan sekrup). Makin

besar intensitas arus yang mengalir semakin kuat medan elektro- magnet yang mengelilingi sepanjang kawat tersebut.

Gambar 1.12 Elektromagnetik sekeliling kawat

Hukum tangan kanan untuk menjelaskan terbentuknya garis gaya electromagnet pada sebuah gulungan coil Gambar 1.13. Sebuah gulungan kawat coil dialiri arus listrik arahnya sesuai dengan empat jari tangan kanan, kutub magnet yang dihasilkan di mana kutub utara searah dengan ibu jari dan kutub selatan arah lainnya. Untuk menguatkan medan magnet yang dihasilkan pada gulungan dipasangkan inti besi dari bahan ferromagnet, sehingga garis gaya electromagnet menyatu. Aplikasinya dipakai pada coil kontaktor atau relay.

Gambar 1.13 Hukum tangan kanan

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan Pembelajaran Kooperatif atau Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih yang tingkat kemampuannya berbeda-beda. Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. B. Saran Dalam melakukan proses kegiatan belajar-mengajar haruslah

menggunakan salah satu model pembelajaran dari sekian banyaknya model pembelajaran dan harus disesuaikan dengan materi yang akan disampaikan. Sehingga tujuan dari proses kegiatan belajar-mengajar dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Bachtiar. (2010). Perencanaan Pengajaran Bidang Studi. Bandung: Pustaka Ramadhan. Siswoyo. -. Teknik Listrik Industri Jilid I. -. Departemen Pendidikan Nasional. -, [Online]. Tersedia : http://pak-gunawan.blogspot.com/2009/02/kumpulanrpp.html.

Anda mungkin juga menyukai