Anda di halaman 1dari 5

INTERDEPENDENSI Globalisasi Menurut Princeton N.

Lyman globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat atas saling ketergantungan dan hubungan antara negara-negara di dunia dalam hal perdagangan dan keuangan. Globalisasi sekarang merupakan proses dua arah, ekonomi yang tengah berkembang dan tumbuh tidak lagi menjadi penerima pasif dari para pelaku aktif. Permainan baru dari globalisasi adalah interdependensi ekonomi, sebagaimana disebutkan dalam lima dimensi pokok yang membentuk dunia menjadi beragam kutub. Lima dimensi itu adalah keahlian tenaga kerja, kedua mengalirnya dana dari negara berkembang dan tumbuh ke segala pelosok dunia. Ketiga adalah persaingan memperoleh sumber daya dengan memperhatikan pertumbuhan ekonomi, jaminan ketersediaan energi dan keberlanjutan, keempat, semakin meningkatnya konsumer baru. Terakhir adalah peta baru lahirnya inovasi. Teori Interdependensi Teori Interdependensi atau saling ketergantungan merupakan sebuah teori yang lahir dari perspektif liberalis. Dimana saling ketergantungan disebabkan oleh kerjasama yang saling dilakukan oleh dua negara / lebih. Dalam bukunya, Yanuar Ikbar menjelaskan bahwa interdependensi merupakan saling ketergantungan yang mempertemukan kekurangan dari masing-masing negara melalui keunggulan komparatif masyarakat (Yanuar Ikbar : 2007). Pemahaman tersebut berdasarkan pemikiran dari Robert O. Keohane dan Joseph S. Nye. Penjelasan tersebut bisa menjadi landasan bagi penelitian mengenai kerjasama bilateral kedua negara. Contohnya kerjasama bileteral antara Indonesia dan Paraguay dalam bidang ekonomi. Kerjasama tersebut menyebabkan saling ketergantungan antara kedua negara, dimana kedua negara saling membutuhkan satu sama lain. Indonesia mengimpor daging sapi dan kacang kedelai dari Paraguay, dimana kedua komoditas dagang tersebut sangat dibutuhkan oleh Indonesia, mengingat pasokan komoditas

tersebut lebih kecil dari permintaan masyarakat. Sementara itu, Paraguay membutuhkan produk industri seperti elektronik, otomotif, serta bahan kimia dari Indonesia. Karena Paraguay merupakan negara agraris yang tidak memproduksi produk-produk tersebut. Selain itu, kerjasama bilateral tersebut memberikan dampak yang positif bagi peningkatan perekonomian kedua negara. Selain itu, dengan adanya kerjasama tersebut maka pangsa pasar kedua negara semakin luas. Teori interdependensi dalam kajian tersebut sejatinya dapat menjadi panduan dalam memahami pengaruh positif dari adanya kerjasama ekonomi Indonesia dan Paraguay. Namun, jika dikaji lebih dalam mengenai teori ini, maka ada hal yang bertolak belakang yang terjadi. Teori interdependensi menurut Keohane dan Nye tidak terbatas pada saling ketergantungan yang menguntungkan saja. Tetapi, interdependensi dapat menjelaskan fenomena lain yang dapat dibilang negatif bagi suatu kerjasama. Interdependensi atau saling ketergantungan tidak mungkin berjalan seimbang bagi masing-masing negara. Karena pasti ada salah satu negara yang lebih diuntungkan sementara yang lain berada dibawahnya. akan terjadi diskriminasi ekonomi yang mayoritas dirasakan oleh negara yang berkedudukan lebih rendah. Misalnya saja kerjasama antara Indonesia dan Amerika. Sejatinya kerjasama yang diraih akan menguntungkan kedua negara tersebut. Akan tetapi, faktanya Amerika sebagai negara maju akan memperoleh keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan Indonesia. Bagaimanapun juga, teori ini merupakan sebuah teori yang sering dipakai untuk menjelaskan fenomena kerjasama, baik bilateral, regional, maupun

multilateral. Hasil dari penelitian nantinya ditentukan oleh fakta-fakta serta indikator yang digunakan dalam meneliti sebuah fenomena kerjasama. Dalam teori interdependensi ini menganggap kegagalan pembangunan di negara-negara berkembang atau negara dunia ketiga terjadi dikarenakan masalah internal di dalam negara itu sendiri. Era globalisasi dan hubungan Interdependensi ekonomi Perkembangan baru bidang ekonomi, telah menciptakan suasana serta pola hubungan finansial, perdagangan, produksi dan berbagai hubungan ekonomi lain

yang sangat berbeda dengan yang dikenal atau dilaksanakan sebelumnya ini. Hal yang penting untuk kita fahami, bahwa segala aktivitas kegiatan ekonomi dan operasi dunia usaha tidak lagi dapat diidentifikasikan sebagai kegiatan nasional, akan tetapi bersifat transnasional atau global. Berbagai perkembangan baru yang menggambarkan kecenderungan

globalisasi atau transnasionalisasi dalam perekonomian dapat dilukiskan sebagai berikut : 1. Dalam hubungan finansial, semenjak pertengahan dasawarsa tujuh puluhan telah terjadi proses globalisasi keuangan dalam bentuk internasionalisasi dan mungkin lebih tepat transionalisasi keuangan, yaitu meluasnya operasi lembaga keuangan sehingga tidak terbatas pada suatu negara atau wilayahnya, akan tetapi seluruh dunia. 2. Gejala sekuritisasi atau proses membaurnya operasi bank-bank komersial dengan lembaga-lembaga keuangan sekuriti serta inovasi baru dalam operasi keuangan, berupa perluasan jasa uang sehingga mencakup berbagai kegiatan di luar yang secara tradisional dilakukan di pasar uang. 3. Dalam kegiatan produksi, kecenderungan globalisasi nampak dari proses pembuatan produk akhir yang komponen-komponennya dihasilkan diberbagai negara, sehingga hasil akhirnya merupakan gabungan dari produk yang berasal dari berbagai negara tersebut. 4. Perusahaan multinasional, bukan lagi yang menghasilkan suatu produk dengan pasokan bahan yang datang dari perusahaan-perusahaan anaknya, akan tetapi masing-masing perusahaan nasional menghasilkan komponen yang setelah digabungkan dengan komponen-komponen lain yang dihasilkan perusahaan di negar-negara lain, akhirnya menjadi satu barang jadi. 5. Dalam perkembangan investasi, pada berbagai kegiatan produkasi juga bersifat transnasional. Perdagangan internasional makin mengikuti ivestasi, bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa perdagangan merupakan fungsi dari investasi. 6. Perkembangn di Timur Tengah, suatu reaksi yang menyatukan negaranegara lain untuk mengambil tindakan embargo ekonomi dan penyerangan terhadap Irak yang oleh resolusi PBB dianggap memiliki senjata pemusnah

masal. Hal ini, merupakan perkembangan baru yang merupakan globalisasi politik, yang dimotori Amerika Serikat dan sekutunya. 7. Perkembangan teknologi, terutama teknologi komunikasi terutama setelah ditemukannya kabel dari fiber optic yang menggantikan tembaga sebagai sarana komunikasi dengan efisiensi yang berlipat ganda, telah menimbulkan revolusi dalam hubungan komunikasi karena mampu mentransfer informasi jauh lebih cepat dan akurat serta kapasitas yang berlipat besarnya. Semua perubahan-perubahan tersebut di atas, telah memudahkan

masyarakat dunia memindahkan uang, data dan informasi ke seluruh penjuru dunia dengan lebih mudah dan murah. Mayarakat dapat mengikuti peristiwa penting di dunia dengan mudah, bagaimana tembok Berlin runtuh, bagaimana krisis hubungan RRC dan Jepang terjadi, krisis Timur Tengah, Gempa bumi dan gelombang Tzunami di Aceh, dan sebagainya. Globalisasi ekonomi telah menimbulkan gejala baru, yaitu sifat hubungan ekonomi antar bangsa-bangsa yang lebih ditandai oleh saling ketergantungan atau interdependensi yang makin menguat. Kecenderungan timbulnya hubungan interdependensi ekonomi ini tidak saja antar negara-negara maju yang sudah lama terjadi, akan tetapi juga antar negara-negara berkembang serta antara negaranegara berkembang dan maju. Dampak positif dari interdependensi 1. Mempererat hubungan antara negara lain karena adanya kerjasama baik bilateral atau multilateral 2. Sebuah negara tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dengan adanya hubungan kerjasama maka kebutuhan negara yang tidak dapat dipenuhi tersebut dapat teratasi 3. Mempercepat pertumbuhan ekonomi 4. Memperluas pangsa pasar ekonomi diantara kedua negara dikarenakan adanya kerjasama tersebut

Dampak negatif dari interdependensi 1. Dalam melakukan kerjasama diantara kedua negara pasti pembagian keuntungan tidak selalu seimbang pasti ada salah satu negara yang di untungkan dan negara yang lainnya di rugikan. 2. Kurangnya bergaining position (posisi tawar) pada negara dunia ketiga atau negara berkembang saat melakukan hubungan kerjasama dengan negara maju sehingga menyebabkan negara maju tersebut mendikte segala sesuatu yang akan dilakukan oleh negara berkembang tersebut. 3. Pengalihan surplus (keuntungan) dari negara berkembang ke negara maju. Dalam melakukan kerjasama tersebut biasanya negara maju mengexploitasi sumber daya alam yang ada di negara berkembang dikarenakan negara berkembang tersebut tidak dapat mngolah sumber daya alam yang ada tersebut secara mandiri, hal ini sangat menguntungkan negara maju. 4. Timbul ketergantungan antara negara berkembang kepada negara maju hampir di segala bidang. Biasanya negara berkembang mengadopsi sistem pemerintahan, politik dan ekonomi negara maju yang belum tentu berhasil diterapkan di negara berkembang tersebut karena perbedaan budaya, bentuk geografis dan keadaan sosial di negara tersebut.

Anda mungkin juga menyukai