Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN ACARA IX PENETAPAN KADAR CO2 RESPIRASI JARINGAN TUMBUHAN NAMA : KELOMPOK 7 PROGRAM

STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 2012

PENETAPAN KADAR CO2 RESPIRASI JARINGAN TUMBUHAN ABSTRAK Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organ ik menjadi CO2, H2O dan energi. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi a ntara lain adalah suhu dan kadar CO2 yang dilepaskan. Pada peristiwa respirasi, akan dihasilkan energi bebas dalam bentuk ATP maupun NADPH yang diperlukan dalam sintesis sel dan senyawa-senyawa intermediat yang merupakan substrat sintesis b agi senyawa-senyawa lain. Dengan praktikum ini, akan diketahui bagaimana suhu m empengaruhi proses respirasi, dan penentuan kadar CO2 yang dilepaskan melalui pe ngamatan dalam metode titrasi yang diuji cobakan. Tiga kelompok kecambah kacang hijau dimasukan kedalam oven bersuhu 400C, sedangkan tiga kelompok kecambah kac ang hijau lainnya diletakkan pada suhu ruang (250C) dan dibiarkan selama 24 jam. Pada pengamatan terlihat bahwa kadar CO2 pada tempat dengan suhu oven (40oC) lebih besar dari pada kadar CO2 pada suhu ruang (25oC). Semakin tinggi suhu maka semakin tinggi pula kadar CO2 dan laju respirasinya semakin cepat. Jika suhu pa nas (suhu sekitar 40C) kecambah tidak mampu melakukan respirasi secara sempurna. Dimana suhu optimum untuk tumbuhan dapat berespirasi adalah 37oC. Kata kunci : Respirasi, Titrasi, Kadar CO2, Suhu

PENDAHULUAN Hewan, manusia, dan tumbuhan merupakan makhluk hidup yang memiliki kehidupan mas ing-masing. Dalam fisiologi ketiganya melakukan proses respirasi, dimana dilakuk an suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2 , H2O dan energi. Namun demikian respirasi pada umumnya adalah reaksi redoks, di mana substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator yang mengalami reduksi menjadi H2O. Kebanyakan hanya mengetahui proses respiras i pada hewan dan manusia saja. Ini dikarenakan fisiologi pada hewan dan manusia cukup jelas, sehingga proses respirasinya lebih mudah diamati. Sedangkan pada tu mbuhan, proses respirasi tidak mudah untuk diamati. Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi laju respirasi, dan salah satunya adalah suhu dan kadar CO2 ya ng dilepaskan, dimana akan dibahas dalam praktikum ini. Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organ

ik menjadi CO2, H2O dan energi . Respirasi pada hakikatnya adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2 yang diserap sebagai oksida tor mengalami reduksi menjadi H2O. Yang disebut substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan dalam respirasi, atau senyawa-senyawa yang t erdapat dalam sel tumbuhan yang secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya dir espirasikan menjadi CO2 dan air. Sedangkan metabolit respirasi adalah intermedia te-intermediat yang terbentuk dalam reaksi-reaksi respirasi (Puri, 2009). Suatu ciri makhluk hidup yang hanya dimiliki khusus oleh tumbuhan hijau adalah k emampuan dalam menggunakan zat karbon dari udara menjadi bahan organik serta dia similasi dalam tubuh tumbuhan. Tumbuhan tingkat tinggi pada umumnya tergolong pa da organisme autotrof, yaitu makhluk hidup yang dapat mensintesis sendiri senyaw a organik yang dibutuhkan.enyawa organik yang baku adalah rantai carbon adalah r antai karbon. Proses respirasi diawali dengan adanya penangkapan O2 dari lingkungan. Oksigen y ang digunakan dalam respirasi masuk ke dalam setiap sel tumbuhan dengan jalan di fusi melalui ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma dan membran sel. Demikian juga halnya dengan CO2 yang dihasilkan respirasi akan berdifusi ke luar sel dan masuk ke dalam ruang antar sel. Sedangkan untuk menghitung respirasi dapat mengg unakan koefisian respirasi (KR), yaitu perbandingan CO2 dengan O2 (Kamariyani 19 84). Perbedaan antara jumlah CO2 yang dilepaskan dan jumlah O2 yang digunakan biasa d ikenal dengan Respiratory Ratio atau Respiratory Quotient dan disingkat RQ. Nila i RQ ini tergantung pada bahan atau subtrat untuk respirasi dan sempurna atau ti daknya proses respirasi tersebut dengan kondisi lainnya (Simbolon, 1989). Proses respirasi merupakan reaksi oksidasi-reduksi, yaitu senyawa dioksidasi men jadi CO2 dan O2 yang diserap direduksi menjadi H2O. Pati, fruktan, sukrosa, atau gula yang lainnya, lemak, asam organik, bahkan protein dapat bertindak sebagai substrat respirasi. (Salisbury & Ross, 1995) Karbohidrat merupakan substrat respirasi utama yang terdapat dalam sel tumbuhan tinggi. Terdapat beberapa substrat respirasi yang penting lainnya diantaranya ad alah beberapa jenis gula seperti glukosa, fruktosa, dan sukrosa; pati; asam orga nik; dan protein (digunakan pada keadaan & spesies tertentu). Secara umum, respi rasi melalui substrat karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut: C6H12O6 + O2 6CO2 + H2O + energi Reaksi tersebut merupakan persamaan rangkuman dari reaksi-reaksi yang terjadi da lam proses respirasi (Danang, 2008) Fotosintesis menyediakan molekul organik yang dibutuhkan oleh t umbuhan dan mahluk hidup lainnya. Fotosintesis juga terjadi proses metabolisme l ain yang disebut respirasi. Respirasi merupakan proses katabolisme atau pengurai an senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun ana erobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida s erta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol, asetald ehida atau asam asetat dan sedikit energi (Lovelles, 1997). Bahan organik yang d ioksidasi adalah glukosa (C6H12O6) maka persamaan reaksi dapat dituliskan sebaga i berikut: C6H12O6 + 6 O2 6CO2 + 6H2O + Energi (Krisdianto dkk, 2005). Laju Respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: Ketersediaan substrat akan mempengaruhi laju respirasi. Tersedianya substrat pad a tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebaliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju res pirasi akan meningkat (Kimball, J.W. 2002). Laju respirasi dikaitkan juga dengan ketersediaan Oksigen. Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhanyang sama. Fl uktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respira si, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berrespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara (Ade, 2010).

Temperatur merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi produksi CO2 yang akan menyebabkan peningkatan produksi CO2, sejalan dengan meningkatnya Temperat ur. CO2merupakan salah satu hasil / produk dari respirasi. Respirasi dan fotosin tesis sangat berpengaruh dengan temperatur. Sedikit perubahan temperatur akan me mpengaruhi laju fotosintesis dan respirasi. Beberapa jenis tanaman mengalami ini , temperatur akan mempengaruhi fotosintesis yang juga akan mempengaruhi laju res pirasi atau sebaliknya (Atkin, 2007). Bagian tumbuhan yang aktif melakukan respirasi yaitu bagian yang sedang tumbuh s eperti kuncup bunga, tunas, biji yang berkecambah, ujung batang dan ujung akar. Suhu merupakan faktor lingkungan yang dapat berperan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap organisme hidup. Berperan langsung hampir pada setiap f ungsi dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses proses kimia dalam tumbuhan te rsebut, sedangkan peran tidak langsung dengan mempengaruhi faktor faktor lainnya terutama suplai air (Azizah,2010). Ada beberapa metode dalam penentuan kadar CO2 yang terabsorpsi maupun yang dilep askan, salah satunya ialah metode acidi-alkalimetri.Jumlah CO2 yang terserap dia nalisa dengan metode acidi-alkalimetri. Penentuan kadar CO2 yang terserap dengan metode acidi-alkalimetri diawali dengan pengambilan 10 ml sampel, kemudian dima sukkan ke dalam Erlenmeyer. Selanjutnya ke dalam sampel ditambahkan 3 tetes indi kator PP. Setelah itu, dilakukan titrasi dengan larutan HCl sampai warna merah m uda hilang. Sehingga untuk kebutuhan titran dicatat sebanyak a ml. Kemudian samp el yang telah ditritasi tadi ditambahkan 3 tetes indikator MO, selanjutnya ditit rasi kembali dengan HCl sampai terjadi perubahan warna. Kebutuhan titran dicatat sebanyak b ml. Setelah diketahui jumlah titran yang dibutuhkan dapat dihitung k adar CO2 yang terserap. Perhitungan kadar CH4 termurnikan dilakukan dengan progr am Hysys (Fuad Maarif,dkk,2011). Dari latar belakang tersebut maka timbul permasalah yaitu, bagaimanakah cara unt uk menetapkan laju respirasi dan kuosien respirasi kecambah kacang hijau (Phaseo lus radiatus)?. Faktor apakah yang mempengaruhi laju respirasi dan kuosien respi rasi kecambah kacang hijau (Phaseolus radiates)?. TUJUAN Praktikum kali ini bertujuan untuk menetapkan laju respirasi dan kousien respira si kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus). MATERIAL DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Biologi FKIP Alat dan Bahan Pada praktikum mengenai penetapan kuosien dan respirasi jaringan tumbuhan ini me nggunakan beberapa alat yaitu botol selai 6 buah, kasa, tali, oven dengan suhu 4 0C, erlenmeyer, titrasi, dan timbangan. Bahan yang digunakan pada perobaan ini ad alah kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus), NaOH 10 N, indicator PP (phenol ptalin), HCl, aluminium foil, dan BaCl2. Cara Kerja Masukkan NaOH 10 M sebanyak 10 ml ke dalam botol selai sebanyak 6 buah, kemudian timbang 5 gram kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) dan dibungkus dengan kain kasa dalam posisi menggantung. Usahakan jangan sampai menyentuh NaO H, dan dimasukkan ke dalam masing-masing botol selai dan ditutup dengan aluminiu m foil dan tutup botol selai. Ambil 3 botol selai dan simpan dalam oven dengan s uhu 40C dan 3 botol selai lainnya di simpan dalam suhu ruang selama 24 jam. Kemud ian ambil 2 ml NaOH dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer kemudian ditambah 3 tetes indicator PP dan larutan BaCl2 0,2 M sebanyak 0,5 ml, kemudian dititrasi dengan HCl 1 M hingga berubah menjadi warna pink. Hitung kadar CO2 dengan rumus: Kadar CO2 = 1000 x voleme titran(HCL) x Mr. sampel(NaOH) 1000 x V. sampel NaOH DATA PENGAMATAN

Tabel 1. Penentuan Kadar CO2 dengan Titrasi No Perlakuan Volume HCl (ml) Kadar CO2 (mg/l) 1. Suhu ruang (25oC) 2,7 54 6,2 124 Rata-rata 19,45 89 2. Dalam oven (40oC) 7 140 7 140 Rata-rata 7 140 Grafik 1. Pengaruh Volum titran terhadap kadar CO2 pada suhu ruang 250C) Grafik 2. Pengaruh Volum titran terhadap kadar CO2 pada suhu oven (400C) PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini dilakukan penetapan kadar CO2 pada jaringan tumbuhan ini telah diamati proses respirasi pada kecambah kacang hijau. Kecambah kacang hija u sebagai bahan yang digunakan dalam proses respirasi ini ialah yang masih muda dan berukuran sedang. Penggunaan kecambah ini dikarenakan tumbuhan ini merupakan suatu organisme yang sudah mulai berkecambah meskipun belum berkembang dengan s empurna tetapi sudah bisa melakukan pernapasan, hal ini terbukti dari hasil perc obaan yang telah diamati pada praktikum sebelumnya mengenai respirasi kecambah m enggunakan respirometer, dan akan kembali digunakan lagi dalam respirasi kali i ni untuk menetapkan kadar CO2 yang dilepaskan, serta factor-faktor yang mempenga ruhi laju respirasi tersebut. Kecambah melakukan pernapasan untuk mendapatkan energy yang dilakukan dengan mel ibatkan gas oksigen (O2) sebagai bahan yang diserap/diperlukan dan menghasilkan gas karbondioksida (CO2), air (H2O) dan sejumlah energi (Puri, 2009). Pada dasarnya, proses respirasi bertujuan untuk mendapatkan energi yang digunaka n dalam metabolisme dan proses pertumbuhan serta perkembangan untuk menjadi sebu ah tanaman dewasa. Semakin besar suatu tanaman, maka makin besar pula kebutuhann ya akan energi sehingga dalam respirasinya memerlukan oksigen yang banyak pula (Aktin, 2010). Metodologi yang dilaksanakan menggunakan kecambah sebagai tanaman yang melakukan respirasi, serta bahan-bahan uji lainnya dalam proses titrasi untuk mengetahui dimana penggunaan NaOH yang berfungsi untuk mengikat kadar karbondioksida (CO2). Respirasi adalah reaksi yang menghasilkan karbondioksida (CO2), jadi laju respi rasi dapat diketahui dari kadar karbondioksida (CO2) yang dihasilkan oleh respir asi tersebut. Kadar karbondioksida (CO2) yang diikat oleh NaOH ini dapat dihitun g melalui titrasi menggunakan HCl. Semakin banyak karbondioksida (CO2) yang diha silkan maka semakin banyak BaCl2 yang digunnakan untuk titraasi. Penentuan kadar karbondioksida (CO2) yang terserap dengan metode acidi-alkalimet ri diawali dengan pengambilan 10 ml sampel, kemudian dimasukkan ke dalam Erlenme yer. Selanjutnya ke dalam sampel ditambahkan 3 tetes indikator PP dan BaCl2 0,2 M sebanyak 0,5 ml. Setelah itu, dilakukan titrasi dengan larutan HCl sampai warn a merah muda muncul. Sehingga untuk kebutuhan titran dicatat sebanyakk a ml. Kecambah yang digunakan adalah kecambah kacang hijau dengan berat yang digunakan adalah 5 gr. Masing-masing kecambah dibungkus dengan kasa. Kemudian dimasukkan ke dalam botol selai dengan posisi menggantung yang diusahakan tidak tidak ada s edikit pun bagiannya yang tercelup pada NaOH yang sudah dimasukkan sebelumnya. B otol selai yang diikat dengan benang kemudian ditutup dengan aluminium foil dan penutup selai. Pembungkusan dengan kain kasa bertujuan untuk memberikan ruang pa da pada kecambah untuk berespirasi, karena kita ketahui bahwa kain kasa memiliki pori-pori yang besar untuk pertukaran gas dengan lingkungan di sekitarnya. Peng gunaan NaOH dimaksudkan untuk mengikat CO2 hasil respirasi kecambah. Dengan berikatnya konsentrasi CO2 sebagai akibat reaksi dengan NaOH, menghasilk an reaksi. Absorbsi CO2 dari campuran biogas ke dalam larutan NaOH dapat dilukiskan sebagai berikut :

I. CO2(g) CO2(g) (1) II. CO2(g) + NaOH(aq) NaH CO3(aq) (2) NaOH(aq) + NaHCO3 Na2CO3(s) + H2O(l) (3) CO2(g) + 2NaOH(aq) Na2CO3(s) + H2O(l) (4) Dalam kondisi alkali atau basa, pembentukan bikarbonat dapat diabaikan karena bi karbonat bereaksi dengan OH- membentuk CO32-. NaOH juga digunakan untuk menentukan CO2 hasil respirasi. Kecambah dibiarkan men ggantung untuk memaksimalkan hasil CO2 hasil respirasi yang nantinya akan diikat oleh NaOH. Penutupan botol selai dengan aluminium foil dan penutup selai bertuj uan agar tidak ada faktor lingkungan lain yang mempengaruhi proses respirasi seh ingga dapat mendapatkan hasil yang lebih valid terkait CO2 yang dihasilkan. Tiga kecambah kacang hijau diletakkan pada pada suhu ruang (25C) dan 3 kecambah kacan g hijau lainnya diletakkan ke dalam oven (suhu 40C). Percobaan ini dibiarkan sela ma 24 jam. waktu yang diperlukan ini dimaksudkan agar mendapatkan respirasi yang optimal. Karena proses respirasi mulai berlangsung ketika tidak ada cahaya. Setelah 24 jam kecambah dikeluarkan masing-masing botol dan ditutup kembali deng an cepat. Kemudian larutan dipipet sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam erlenm eyer, lalu ditambah dengan 0,5 ml BaCl2 0,2 M dan 3 tetes indikator phenolptalei n. Langkah selanjutnya adalah larutan dititrasi dengan HCl 0,1 N sampai warnanya pink muncul. Titrasi dilakukan dengan cara yang sama untuk semua perlakuan term asuk kontrol sebanyak 2-3 kali dan dihitung rata-ratanya. Dalam kondisi ini terjadi reaksi yaitu : CO2(g) + 2NaOH(aq) Na2CO3(s) + H2O(l) (4) Na2CO3(s)+ BaCl2 (l) 2NaCl(l)+ BaCO3(aq) BaCO3(aq) + 2HCl(l) BaCl 2(l) + CO2(g) + H2O(l) Didapat kadar CO2 yang dilepaskan pada suhu oven (400C) pada laju alir 7 ml sebanyak 140 Mg/l, pada laju alir 7 ml sebanyak 120 Mg/l, dan rata-ratanya d idapat adalah 140 Mg/l. Sedangkan pada suhu ruang (25oC) pada laju alir 2,7 ml sebanyak 54 Mg/l, pada laju alir 6,2 ml sebanyak 124 Mg/l, dan rata-ratanya d idapat adalah 89 Mg/l. Perhitungan ini dapat dilakikan dengan menggunakan rumus : Perhitungan kadar CO2= (1000 x volume titran x Mr sampel)/(1000 x volume sampel ) Keterangan : Volume Titran : HCl Mr Titran : 36,5 Volume Sampel : NaOH Mr Sampel : 40 Hilangnya warna merah menandakan bahwa NaOH telah bereaksi sempurna dengan HCl. Reaksinya adalah sebagai berikut: 2NaOH + HCl Na2Cl + H2O Dari reaksi ini,maka semakin banyak CO2 yang dihasilkan dari proses respirasi, m aka semakin cepat proses titrasi yang ditandai dengan semakin cepatnya warna mer ah menghilang . Hal ini berarti hanya dibutuhkan sedikit HCl. Secara umum kita ketahui bahwa respirasi merupakan pembongkaran karbohidrat oleh O2 menghasilkan CO2, H2O dan energy. Reaksinya adalah: C6H12O6 + O2 6CO2 + 6H2O + Energi CO2 yang dihasilkan kemudian dijadikan parameter untuk menentukan laju repirasi . Semakin banyak CO2 yang dihasilkan maka semakin cepat laju reaksinya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa suhu mempengaruhu respirasi kecambah kacang hijau (Phas eolus radiatus). Suhu juga berpengaruh pada kecepatan respirasi. Jika suhu panas (suhu sekitar 40C) kecambah tidak mampu melakukan respirasi secara sempurna, yan g ditandai dengan rendahnya kadar CO2 seiring dengan meningkatnya volume titran, sedangkan pada suhu ruang (25 C) respirasi kecambah akan lebih cepat, yang ditan dai dengan seiring meningkatnya volume titran dan kadar CO2. Terlihat pada suhu ruang bahwa semakin besar laju alir HCl, jumlah CO2 terlepas kan semakin besar. Hal ini dikarenakan pada operasi terlepaskan dengan laju alir besar, waktu kontak antara HCl dengan CO2 untuk jumlah molekul yang sama akan s

emakin besar. Waktu kontak yang lama ini menyebabkan transfer massa yang terjadi lebih banyak dan jumlah CO2 yang terlepaskan juga lebih besar (Fuad, dkk, 2011) . Respirasi yang terjadi pada kecambah kacang hijau ini dapat dipengaruhi oleh beb erapa faktor dalam dan faktor lingkungan yang saling berinteraksi. Beberapa fakt or lingkungan yang salah satunya paling penting adalah suhu dan faktor internaln ya adalah kondisi fisiologis jaringan, dan jumlah substrat yang dapat beroksida si (Azizah,2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses respirasi suatu organis me antara lain: umur atau usia organisme tersebut, bobot dari kegiatan yang dila kukan, ukuran organisme itu sendiri, keadaan lingkungan sekitar, serta cahaya ju ga mempengaruhi rata-rata pernapasan (Dwidjoseputro 1986). Pada praktikum ini telah mengamati proses respirasi pada kecamba h kacang hijau. Bahan yang digunakan adalah kecambah kacang hijau, karena tumbuh an ini merupakan suatu organisme yang walaupun tumbuhan tersebut masih belum ber kembang dengan sempurna tetapi sudah bisa melakukan respirasi, hal ini terbukti dari hasil percobaan yang telah diamati dimana kecambah kacang hijau sebagai bah an percobaan mampu melakukan respirasi. Kecambah melakukan respirasi untuk menda patkan energi yang dilakukan dengan melibatkan gas oksigen (O2) sebagai bahan ya ng diserap/diperlukan dan menghasilkan gas karbondioksida (CO2), air (H2O) dan s ejumlah energi. Pada dasarnya, proses respirasi bertujuan untuk mendapatkan ener gi yang digunakan dalam metabolisme dan proses pertumbuhan serta perkembangan un tuk menjadi sebuah tanaman dewasa. Semakin besar suatu tanaman, maka makin besar pula kebutuhannya akan energi sehingga dalam respirasinya memerlukan oksigen ya ng banyak pula. Terlihat bahwa kadar CO2 pada tempat dengan suhu oven lebih kecil dari pada ka dar CO2 pada suhu ruang. Namun seharusnya semakin tinggi suhu maka semakin tingg i pula kadar CO2 dan laju respirasinya semakin cepat. Keadaan ini berbanding ter balik dengan kadar CO2 pada suhu ruang. Hal ini disebabkan karena pengaruh fakto r suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umu mnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10o C, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies. Bila suhu meningkat lebi h jauh sampai 30 atau 35C, laju respirasi tetap meningkat, tapi lebih lambat, jad i Q10 mulai menurun. Penjelasan tentang penurunan Q10 pada suhu yang tinggi ini adalah bahwa laju penetrasi O2 ke dalam sel lewat kutikula atau periderma mulai menghambat respirasi saat reaksi kimia berlangsung dengan cepat. Difusi O2 dan C O2 juga dipercepat dengan peningkatan suhu, tapi Q10 untuk proses fisika ini han ya 1,1 ; jadi suhu tidak mempercepat secara nyata difusi larutan lewat air. Peni ngkatan suhu sampai 40C atau lebih, laju respirasi malahan menurun, khususnya bil a tumbuhan berada pada keadaan ini dalam jangka waktu yang lama. Nampaknya enzim yang diperlukan mulai mengalami denaturasi dengan cepat pada suhu yang tinggi, mencegah peningkatan metabolik yang semestinya terjadi. Pada kecambah kacang hij au, peningkatan suhu dari 25 menjadi 40C mula-mula meningkatkan respirasi dengan cepat, tapi setelah dua jam lajunya mulai berkurang. Kemungkinan penjelasannya i alah jangka waktu dua jam sudah cukup lama untuk merusak sebagian enzim respiras i. (Salisbury & Ross, 1995). KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Respirasi yang terjadi pada kecambah kacang hijau ini dapat dipengaruhi oleh beb erapa faktor dalam dan faktor lingkungan yang saling berinteraksi. Beberapa fakt or lingkungan yang salah satunya paling penting adalah suhu dan faktor internaln ya adalah kondisi fisiologis jaringan, dan jumlah substrat yang dapat beroksida si. Terlihat pada suhu ruang bahwa semakin besar laju alir HCl, jumlah CO2 terl epaskan semakin besar. Hal ini dikarenakan pada operasi terlepaskan dengan laju alir besar, waktu kontak antara HCl dengan CO2 untuk jumlah molekul yang sama ak an semakin besar. Waktu kontak yang lama ini menyebabkan transfer massa yang ter jadi lebih banyak dan jumlah CO2 yang terlepaskan juga lebih besar. Dengan demikian bahwa kadar CO2 pada tempat dengan suhu oven (40oC) lebih besa r dari pada kadar CO2 pada suhu ruang (25oC). Semakin tinggi suhu maka semakin t inggi pula kadar CO2 dan laju respirasinya semakin cepat. Jika suhu panas (suhu sekitar 40C) kecambah tidak mampu melakukan respirasi secara sempurna. Dimana suh

u optimum untuk tumbuhan dapat berespirasi adalah 37oC Rekomendasi yang dapat saya berikan dalam praktikum kali ini adalah Asisten seha rusnya lebih membimbing praktikan dengan baik agar tidak terjadi kesalahan dalam langkah-langkah kerja maupun yang lainnya sehingga tidak ada lagi kesalahan dal am melakukan praktikum sehingga waktu lebih efisien lagi. Untuk Praktikan dihara pkan lebih serius dan jangan rebut ketika berada di dalam laboratorium. DAFTAR PUSTAKA Ade Sanjaya, 2010. Fisiologi Tumbuhan. http://aadesanjaya.blogspot.com /2010/06/ fisiologi-tumbuhan.html . Diakses 09 Mei 2011. Annisa, 2008. Respirasi Pada Tumbuhan. http://annisanfushie. wordpress.com -/200 8/12/07/ respirasi-pada-tumbuhan/. Diakses 09 Mei 2011. Atkin O. K., Scheurwater I, Pons T. L. 2006. Respiration as a percentage of dail y photosynthesis in whole plants is homeostatic at moderate, but not high, growt h temperatures. Journal compilation 368. Azizah, 2010. Respirasi Kecambah. http://azizahcute13rocketmailcom. blogspot. co m/2010/12/respirasi-kecambah.html. Diakses 10 Mei 2011. Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Erlangga. Jakarta. Fuad, dkk. 2011.http://infonesiia.journal.com/2011/05/03/acara-ii/absorpsi-gas-k arbondioksida-dalam-biogas-dengan-larutan-NaOH-secara kontinyu. Diakses 09 Mei 2 011. Kamariyani. 1984. Fisologi Pasca Panen. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Kimball, J.W. 2002. Fisiologi Tumbuhan. Erlangga. Jakarta. Krisdianto, dkk. 2005. Penuntun Praktikum Biologi Umum. Banjarbaru: FMIPA Universitas Lambung Mangkurat. Lovelles. A. R. 1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik. Jaka rta: PT Gramedia. Puri, 2009. Respirasi Tumbuhan. http://trainnerone.journal.com/2009/08/ respiras i-tumbuhan.html. Diakses 10 Mei 2011. Salisbury, Frank and Ross, Cleon. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung: Pen erbit ITB. Simbolon, Hubu dkk. 1989. Biologi Jilid 3. Erlangga. Jakarta. Syamsuri. I. 2000. Biologi. Erlangga. Jakarta

LAMPIRAN Rumus untuk menghitung kadar CO2 yaitu : Kadar CO2 (mg/l) = (1000x Volume titran (HCl) x Mr sample (NaOH ))/(1000x Vol ume sample (NaOH) ) Respirasi kecambah pada suhu ruang (25oC) Volume titran 2,7 ml Kadar CO2 = (1000 2,7 40)/(1000 2) = 54 mg/l Volume titran 26,2 ml Kadar CO2 = (1000 6,2 40)/(1000 2) = 124 mg/l Respirasi kecambah dalam oven (40oC) Volume titran 1,7 ml Kadar CO2 = (1000 7 40)/(1000 2) = 140 mg/l Volume titran 2 ml Kadar CO2 = (1000 40)/(1000 2) = 140 mg/l

Anda mungkin juga menyukai