Anda di halaman 1dari 13

Tugas Terstruktur

Pro dan Kontra Vitamin C dalam Mengobati Penyakit Influenza


Mata Kuliah Gizi Dasar

Oleh : Dymas Tunggul Panuju Nim : S531008007

Program Studi Ilmu Gizi Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Januari, 2011
I PENDAHULUAN

Vitamin C berhasil diisolasi untuk pertama kalinya pada tahun 1928 dan pada tahun 1932 ditemukan bahwa vitamin ini merupakan agen yang dapat mencegah sariawan. Albert Szent Gyorgyi menerima penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada tahun 1937 untuk penemuan ini. Selama ini vitamin C atau asam askorbat dikenal peranannya dalam menjaga dan memperkuat imunitas terhadap infeksi. Di belakang maraknya suplemen vitamin megadosis ada seorang tokoh yang berjasa. Linus Pauling Ph.D. peraih dua penghargaan Nobel untuk kimia (1954) dan perdamaian (1962).Temuannya yang paling populer adalah:Vitamin C dosis tinggi dapat mencegah selesma dan flu hingga 45%, mencegah serta menyembuhkan 75% dari semua kanker, dan memperpanjang masa hidup penderita kanker hingga 4-5 kali lebih lama (dibandingkan dengan yang tidak mendapat terapi vitamin C tersebut).Secara umum, Pauling mengklaim bahwa konsumsi vitamin(-vitamin) dalam megadosis dapat:"memperbaiki kesehatan. meningkatkan kenikmatan hidup dan membantu mengendalikan penyakit jantung, kanker, dan penyakit lain serta memperlambat proses penuaan". Klaim Pauling mengenai terapi megadosis vitamin C untuk penderita kanker diuji dan dikaji ulang oleh MayoClinic sebanyak 3 kali dengan hasil tidak adanya keuntungan yang konsisten dari vitamin C yang diberikan pada penderita kanker stadium lanjut. Bahkan, vitamin C dosis tinggi dapat memberikan dampak yang berlawanan. Dosis oral (diminum) yg tinggi dapat menyebabkan diare. Sedangkan dosis tinggi diberikan lewat infus (intravenous) menyebabkan gagal ginjal akibat penyumbatan oleh kristal oksalat. Walaupun fakta ini sudah gamblang dinyatakan, mengapa masih banyak orang yang 'bersaksi' bahwa vitamin C dosis tinggi berguna. Bahkan, Linus Pauling, yang menerima hadiah nobel di bidang Kimia, dalam bukunya yang berjudul Vitamin C and the Common Cold, menyebutkan bahwa asupan vitamin C dosis tinggi sangat berguna meningkatkan kekebalan tubuh dan mencegah berbagai

penyakit. Di beberapa negara, dosis yang dianjurkan berkisar dari 60-90 miligram vitamin C perhari. Tapi, dari penghitungan Pauling, rata-rata setiap orang membutuhkan 1.000 miligram atau lebih setiap harinya. Rekomendasi penggunaan vitamin dalam megadosis oleh Pauling bisa jadi 'menyemangati' para produsen suplemen untuk membanjiri pasar dunia dengan produk mereka. Tuduhan 'main mata' antara Pauling dan industri vitamin bukan omong kosong, sebab sponsor utama Linus Pauling Institute of Medicine adalah Hoffmann-La Roche, perusahaan farmasi besar yang memproduksi mayoritas vitamin C yang beredar di dunia pada saat itu (sekitar tahun 1973). Penemuan Pauling ini lah yang banyak digunakan sebagai bahan promosi para produsen suplemen vitamin C untuk menjual produk suplemen vitamin C dosis tinggi. Pada tahun 1994, Arthur Robinson (kolega Linus Pauling dalam penelitian) membuat rangkuman hasil penelitian yang menyebabkannya dipecat dari Linus Pauling Institute of Medicine: Vitamin C dosis 1 - 5 gram per hari meningkatkan laju pertumbuhan kanker pada manusia. Namun pertumbuhan kanker terhambat pada dosis 100 gram per hari, mendekati dosis mematikan. Banyak sekali jenis makanan yang mengandung vitamin C, baik alami maupun sintesis berupa suplemen vitamin maupun makanan dan minuman bervitamin. Namun yang masih menjadi perdebatan hingga kini adalah berapa sebenarnya kebutuhan tubuh akan Vitamin C.

II PEMBAHASAN

2.1 Penyebab dan Penularan Influenza

Rhinovirus (RV) menjadi penyebab utama dari terjadinya kasus-kasus flu (common cold) dengan presentase 30-40%. Rhinovirus merupakan subgrup famili Picornaviridae yang paling besar, terdiri dari 89 serotipe yang telah diidentifikasi dengan reaksi netralisasi memakai antiserum spesifik. Rhinovirus berasal dari bahasa yunani rhin- yang artinya adalah hidung. Rhinovirus merupakan organisme mikroskopis yang menyerang sel-sel mukus pada hidung, merusak fungsi normal mereka serta memperbanyak diri di sana. Virus tersebut dapat bermutasi dan hingga saat ini ada sekitar 250 strain atau jenis rhinovirus. Penularan flu terjadi dengan cara kontak manusia ke manusia, seperti melalui tangan yang terkontaminasi sekret (ingus) atau melalui udara lewat pernafasan. Bisa dimaklumi jika musim hujan ini jumlah orang yang terpapar makin banyak karena tiap saat ada saja orang yang batuk dan bersin di dekat kita. Infeksi dapat terjadi sepanjang tahun tetapi puncaknya terutama pada musim hujan. Seringkali terjadi penyebaran di rumah tangga, artinya seluruh keluarga dalam satu rumah menderita sakit. Penularan dalam satu keluarga bisa mencapai -10 hari bahkan 3 minggu. Rhinovirus mempunyai kapsid dengan 4 kelompok epitop seperti poliovirus yang mengiduksi antibody netralisasi dimana VP1 merupakan bagian antigen yang dominan. Infeksi manusia secara alam dapat menstimulasi produksi antibody netralisasi tipe-spesifik (IgM, IgA dan IgG) yang dapat memberikan resistensi terhadap reinfeksi oleh virus dari tipe yang sama. Antibody spesifik terdapat dalam sekresi nasal dan serum setelah 2-3 minggu infeksi dan kemudian akan naik setelah 4-5 minggu infeksi primer. Timbulnya respon antibody lebih besar terhadap strain M (galur yang dapat berkembang biak pada sel kera) dari pada terhadap strain H (galur yang hanya dapat berkembang pada sel manusia). Dalam grup rhinovirus setelah epidemi yang berturutturut didapatkan galur rhinovirus baru yang mempunyai perubahan antigen atau shift. Pengobatan untuk kasus tanpa komplikasi hanyalah istirahat cukup, minum air yang banyak, serta berkumur dengan air garam hangat. Minum air hangat yang banyak membantu lendir lebih mudah dikeluarkan. Banyak obat yang sudah dicoba untuk

mencegah atau mengobati pilek, tapi selama ini belum ada yang terbukti efektif. Vitamin C dengan dosis besar pun belum terbukti efektif untuk bisa mencegah penularan terhadap virus ini, malah dapat mengakibatkan efek samping lain seperti diare yang berbahaya bagi anak-anak dan orang tua, karena vitamin C hanya mampu meningkatkan kekebalan tubuh tanpa bias mengurangi jumlah virus yang menyerang dalam saluran pernafasan penderita. 2.2 Vitamin C Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C biasanya digunakan untuk merawat tulang, otot, dan saluran pembuluh darah. Vitamin C juga berperan dalam pembentukan kolagen dan membantu tubuh menyerap zat besi. Vitamin C banyak ditemukan pada sayur-sayuran dan buah-buahan, khususnya jeruk dan buahbuahan citrus. Vitamin ini juga terdapat dalam suplemen alami yang bisa dikonsumsi dalam bentuk pil vitamin C dan tablet kunyah vitamin C. Pada beberapa penelitian lanjutan ternyata vitamin C juga telah terbukti berperan penting dalam meningkatkan kerja otak. Dua peneliti di Texas Woman's University menemukan bahwa murid SMTP yang tingkat vitamin C-nya dalam darah lebih tinggi ternyata menghasilkan tes IQ lebih baik daripada yang jumlah vitamin C-nya lebih rendah. Vitamin C merupakan zat penting untuk tubuh, namun sayangnya, tubuh manusia tidak dapat memproduksinya secara alami. Kita hanya dapat memperolehnya dari asupan makanan sehari-hari. Banyak sekali jenis makanan yang mengandung vitamin C, baik alami maupun sintesis berupa suplemen vitamin maupun makanan dan minuman bervitamin. Namun yang masih menjadi perdebatan hingga kini adalah berapa sebenarnya kebutuhan tubuh akan Vitamin C. R.F. Cathcart, seorang praktisi kesehatan yang meneliti kegunaan vitamin C bagi tubuh, mengatakan Vitamin C diperlukan oleh tubuh untuk membantu fungsi antioksidan tubuh dan menangkal radikal bebas. Karena alasan ini pula, banyak yang percaya vitamin C mampu meningkatkan kekebalan tubuh.

Untuk membuktikannya, Douglas dan Harri Hemila, dari Universitas Helsinki, Finlandia, mempelajari 55 penelitian dari tahun 1940 hingga 2004. Penelitian ini dibandingkan dengan pengaruh sekitar 200 miligram yang diberikan rutin dengan yang tidak diberikan. Dari 23 penelitian yang menelaah pencegahan penyakit dalam suatu populasi, keduanya menunjukkan bahwa konsumsi rutin vitamin C tidak mengurangi resiko tekena flu. Meski memang, mereka menemukan bahwa rata-rata pengkonsumsi rutin vitamin C cenderung lebih cepat sembuh dari flu. Namun tetap tidak dianjurkan terlalu sering mengkonsumsi vitamin C dosis tinggi setiap hari. Meskipun demikian, orang-orang yang menderita tekanan fisik yang ekstrim karena suhu yang sangat dingin memperoleh manfaat yang signifikan jika mengkonsumsi vitamin C.

2.3 Fungsi Vitamin C Vitamin C mempunyai banyak fungsi didalam tubuh, sebagai koenzim atau kofaktor. Fungsi vitamin C diantaranya: 1. Sintesis Kolagen Fungsi vitamin C banyak berkaitan dengan pembentukan kolagen. Vitamin C diperlukan untuk hidrioksilasi prolin dan linin menjadi hidroksiprolin, bahan penting dalam p[embentukan kolagen. Kolagen merupakan senyawa protein yang mempengaruhi integritas struktur sel di semua jaringan ikat, seperti pada tulangrawan, matriks tulang, dentin gigi, membrane kapiler, kulit dan tendon (urat otot). Dengan demikian, vitamin C berperan dalam penyembuhan luka, patah tulang, perdarahan dibawah kulit, dan perdarahan gusi.

2. Absorpsi kalsium Vitamin C juga membantu absorpsi kalsium dengan menjaga agar kalsium berada dalam bentuk larutan. 3. Mencegah infeksi

Vitamin C meningkatkan daya tahan terhadap infeksi, kemungkinan karena pemeliharaan terhadap membran mukosa atau pengaruh terhadap fungsi kekebalan. 2.4 Kemampuan Vitamin C dalam Menangkal Radikal Bebas Radikal bebas merupakan molekul yang kehilangan elektron, sehingga molekul tersebut menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mengambil elektron dari molekul atau sel lain. Radikal bebas dapat dihasilkan dari hasil metabolisme tubuh dan faktor eksternal seperti asap rokok, hasil penyinaran ultra violet, zat kimiawi dalam makanan dan polutan lain. Antioksidan itu sendiri didefinisikan sebagai senyawa-senyawa yang melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif jika berkaitan dengan penyakit, radikal bebas ini dapat berasal dari metabolisme tubuh maupun faktor eksternal lainnya. Selama ini vitamin C atau asam askorbat dikenal peranannya dalam menjaga dan memperkuat imunitas terhadap infeksiImunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme. Imunitas adalah keadaan seseorang yang terlindung dari pembentukan penyakit. Imunitas terbagi dalam dua bagian yaitu:
1. Imunitas Inheren Adalah imunitas yang terjadi karena resistensi alami

organisme. Imunitas inheren mencakup sawar terhadap infeksi yang dihasilkan oleh kulit, asam lambung, air mata serta oleh mediator peradangan yang nonspesifik. a. Imunitas Pasif

Mengacu pada imunitas yang diberikan seseorang melalui transfer antibodi dari orang lain atau pemberian antitoksin yang telah dipersiapkan. Antitoksin adalah antibodi yang diproduksi secara spesifik terhadap toksin bakteri tertentu. Ex : antitoksin difteri. b. Imunitas Aktif Adalah proses imun seluler dan humoral yang dibentuk seseorang yang telah secara bermakna terpajan ke suatu mikrorganisme atau toksin. Pajanan dapat terjadi dalam bentuk proses penyakit atau akibat imunisasi. Imunitas aktif ditandai oleh memori baik di sel T maupun sel B, dan pembentukan sel T dan antibodi spesifik. 2.5 Terjadinya Defisiensi Imunitas dalam Tubuh Defesiensi imunitas merupakan penurunan atau gagalnya fungsi dari salah satu atau lebih komponen sistem imun. Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya defesiensi imunitas dalam tubuh dibagi dalam 2 bentuk; Primer Diakibatkan oleh adanya defek (cacat) respon imun bawaan , yaitu kelainan dalam sistem fagosit dan atau komplemen, atau defek dalam proses maturasi(pematangan) dan fungsi (aktivasi) limfosit. Contoh penyakitnya : Severe combine immunodeficiency disease (SCID).
Sekunder

a. Proses penuaan Infeksi meningkat, penurunan respon terhadap vaksinasi, penurunan respon sel T dan sel B serta perubahan dalam kualitas respon b. Malnutrisi Malnutrisi protein kalori, vitamin A & kekurangan elemen gizi tertentu (besi,zinc) c. Mikroba imunosuspresif co: malaria, virus, campak, terutama HIV mekanismenya melibatkan penurunan fungsi sel T dan APC d. Iradiasi

Obat yang digunakan banyak terhadap tumor, juga membunuh sel penting dari sel imun termasuk stem cells, progenitor neutrofil dan limfosit yang cepat membelah dalam organ limfoid e. Kurang Olahraga Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa olahraga yang dilakukan rutin,seperti berjalan kaki selama 30 menit setiap hari, meningkatkan kadar leukosit, sel sistem imunitas yang bertugas memerangi infeksi. f. Mengkonsumsi makanan dengan kadar gula dan lemak yang tinggi. Terlalu banyak zat gula dapat menekan sel sistem imunitas yang berfungsi untuk memerangi bakteri. Bahkan mengonsumsi larutan gula sebanyak 75 atau 100 gram (kurang lebih sama dengan dua takaran minuman bersoda berberat 12 ons) dapat mengurangi kemampuan sel darah putih untuk mengalahkan dan menghancurkan bakteri. Pengaruh itu terlihat beberapa jam setelah mengonsumsi minuman yang mengandung gula. g. Stres Berlarut. Stres untuk jangka waktu yang singkat justru dapat memperkuat sistem imunitastubuh akan memproduksi kortisol dalam jumlah lebih banyak untuk melawan dan menangkal stres. Namun stres kronis memiliki pengaruh berkebalikan. Hal itu dapat membuat anda rentan penyakit. Stres kronis membuat hormon dan adrenalin turun yang akhirnya menekan sistem imunitas. h. Tumor Efek langsung dari tumor terhadap sistim imun melalui pelepasan molekul imonoregulatori imunosupersif (TNF-) . i. Trauma Infeksi meningkat, diduga berhubungan dengan pelepasan molekul imunosuspresif seperti glukokortikoid
2.6 Efek dari Kekurangan dan Kelebihan Mengkonsumsi Vitamin C

Kekurangan vitamin C yang hebat akan menyebabkan penyakit gusi berdarah. Oleh karena itu pola makan yang banyak buah-buahan segar dan sayur-sayuran yang

mengandung vitamin C (10 mg/hari) sangat penting untuk mencegah penyakit gusi berdarah. Penyakit ini dapat terjadi di negara-negara berkembang di mana makanan yang dimakan hanya sedikit sekali mengandung vitamin C. Berikut ini keuntungan yang diperoleh dari mengonsumsi vitamin C :
1.

Oksidasi partikel LDL kolesterol dipercaya memainkan peran dalam

atherosclerosis yang dapat memicu serangan jantung dan stroke. Antioksidan seperti vitamin E dan C dipercaya dapat melawan oksidasi dan memperlambat perkembangan atheroclerosis. Tetapi penelitian akan manfaat vitamin c dalam mencegah dan menanggulangi serangan jantung masih dalam perdebatan, karena peran vitamin c terhadap penyakit tersebut masih samar-samar.
2.

Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi buah-buah dan

sayur-sayuran segar berhubungan dengan pengurangan tingkat kanker. Beberapa penelitian juga menunjukkan tingginya tingkat konsumsi vitamin C dapat menurunkan resiko kanker mulut, tenggorokan, perut, usus besar, dan paru-paru. Vitamin C apabila dikonsumsi secara berlebihan juga memiliki efek samping, seperti:
1. Pada umumnya vitamin C aman. Vitamin C dosis tinggi dapat menyebabkan

gangguan lambung pada orang dewasa dan telah dilaporkan dapat menyebabkan batu ginjal. Konsumsi vitamin C dosis tinggi juga dapat menyebabkan hemolysis (kerusakan sel darah merah karena anemia pada pasien yang lahir dengan kekurangan sebuah enzim glukosa-6-fosfat dehydrogenase).
2. Vitamin C dosis tinggi dapat mengganggu aksi pengenceran darah oleh

warfarin, coumadin (obat-obatan yang biasa digunakan untuk mencegah penggumpalan darah). Oleh karena itu pasien yang sedang mengonsumsi coumadin dianjurkan untuk tidak mengonsumsi vitamin C dosis tinggi tanpa pengawasan dokter. Orang dewasa sehat tidak perlu mengonsumsi suplemen vitamin C, mereka hanya perlu memakan 5 penyajian per hari buah-buahan segar dan sayur-sayuran dengan satu multivitamin (sebuah multivitamin rata-rata mengandung 60 mg vitamin C) setiap harinya. Buah-buahan segar dan sayur-sayuran tidak hanya kaya akan sumber vitamin C tetapi juga mengandung anti-oksidan dan anti-kanker, phytochemical, lainnya yang menguntungkan.

Berikut adalah kebutuhan vitamin C berdasarkan umur tercantum di bawah ini: Pada anak-anak 0 6 bulan : 40 mg/hari 7 12 bulan : 50mg/hari 1 3 tahun: 15mg/hari 4 8 tahun: 25 mg/hari 9 13 tahun: 45 mg/hari Pada remaja Wanita 14 18 tahun: 65 mg/hari Pria 14 18 tahun: 75 mg/hari Pada dewasa > 19 tahun Pria : 90mg/hari Wanita : 75mg/hari Pada keadaan khusus lainnya terdapat peningkatan kebutuhan seperti : Pada wanita hamil dan menyusui. Perokok. Orang yang sedang sakit dan mengalami infeksi seperti demam dan batuk.

III KESIMPULAN

Vitamin C dengan dosis besar pun belum terbukti efektif untuk bisa mencegah penularan terhadap virus ini, malah dapat mengakibatkan efek samping lain seperti

diare yang berbahaya bagi anak-anak dan orang tua, karena vitamin C hanya mampu meningkatkan kekebalan tubuh tanpa dapat mengurangi jumlah virus yang menyerang dalam saluran pernafasan penderita. Adanya pemeliharaan terhadap membran mukosa oleh vitamin C meningkatkan daya tahan terhadap infeksi, kemungkinan karena pemeliharaan terhadap membran mukosa atau pengaruh terhadap fungsi kekebalan. Selain itu vitamin C juga dapat mencegah dan menyembuhkan kangker. Hal ini dikarenakan vitamin C dapat mencegah pembentukan nitrosamin yang bersifat karsinogenik. Vitamin C diperlukan oleh tubuh untuk membantu fungsi antioksidan tubuh dan menangkal radikal, Jadi Vitamin C ini tidak dapat mengurangi dan tidak dianjurkan mengkonsumsi vitamin C dosis tinggi setiap hari.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2004, http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/Rhinovirus Anonim 2006, McCoy, Lori, 2008, http://www.scq.ubc.ca/rhinovirus-an-unstoppablecause-of-the-common-cold/

Bayyinatul,2010. PEMELIHARAAN SYSTEM KEKEBALAN TUBUH TERHADAP PENUAAN http://blog.uin-malang.ac.id/bayyinatul/2010/07/08/pemeliharaan-sistemkekebalan-tubuh-pada-penuaan/ Lita, 2011. 1000mg VITAMIN C. http://lita.inirumahku.com/health/lita/kisah-di-balik1000-mg-vitamin-c Sardjito, R., 1994, MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN, Binarupa Aksara, Jakarta. Tolan, Robert, 2007, http://www.emedicine.com/PED/topic2707.htm

Anda mungkin juga menyukai