Anda di halaman 1dari 13

Oleh Muhamad Sadikin NIM E42010048

Program Studi Ilmu Pemerintahan

ABSTRAK BAB XXVIII

Syarif Ibrahim Alqadrie dalam bukunya yang berjudul Matahari akan Terbit di Barat, pada BAB XXVIII (Cinta, Politik, dan Kepentingan) mengungkapkan bahwa cinta dan politik adalah dua unsur yang tidak dapat dipersatukan. Apabila cinta dikaitkan dengan politik, itu bukanlah cinta yang sejati, karena di dalam politik yang ada hanyalah kepentingan, tidak ada cinta yang abadi. Politik erat kaitannya dengan keinginan seseorang atau sekelompok orang untuk memiliki suatu jabatan dan material, sehingga menggunakan berbagai upaya untuk mencapainya termasuk dengan motif cinta. Upaya yang demikian kadang mengandung unsur ketidaktulusan, hal ini bertentangan dengan pengertian cinta yang didasarkan pada prinsip ketulusan tanpa dipengaruhi kepentingan. Persahabatan yang begitu lama terjalin bisa pula tercerai-berai oleh kepentingan politik. Seseorang atau sekelompok orang bisa dibutakan karena diiming-imingi dengan jabatan dan material, yang membuatnya tidak peduli dengan persahabatan dan kepentingan orang banyak, karena itu pula mata dan hati tertutup terhadap seseorang yang dikenal dan memiliki kelebihan sebagai pemimpin, tetapi justru yang dipilih adalah orang lain yang kita tahu persis kualifikasi, integritas, dan komitmennya diragukan. Dengan demikian tersingkirlah orang-orang baik yang memiliki kualitas dan kemampuan untuk memimpin, pada konteks ini politik harus dapat disandingkan dengan cinta untuk mengontrol kepentingan pribadi dan kelompok.

Kata kunci : Cinta, Politik, Kepentingan

Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXX dari buku Matahari akan Terbit di Barat pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie

Oleh Muhamad Sadikin NIM E42010048

Program Studi Ilmu Pemerintahan

RESUME BAB XXVIII

Syarif Ibrahim Alqadrie pada BAB XXVIII (Cinta, Politik, dan Kepentingan) bagian 1 (satu) dan 2 (dua) dalam bukunya yang berjudul Matahari akan Terbit di Barat, berpendapat bahwa antara cinta dan politik tidak bisa dipersatukan. Kalaupun memang ada cinta di dalam politik, itu bukan cinta sejati bukan pula cinta yang dalam, karena di dalamnya selalu ada unsur kepentingan yang mendasar dan mendominasi, terutama material dan jabatan baik secara pribadi maupun kelompok. Sebaliknya apabila ada politik untuk mencintai, ini lebih tepat disebut cara atau strategi untuk berupaya mendapatkan cinta. Upaya tersebut pun kadangkala dimotivasi oleh kepentingan sesaat dan oleh keinginan memiliki, yang kadang mengandung unsur ketidaktulusan. Padalah pengertian cinta menurut beberapa orang bijak, bukan untuk dimiliki, tetapi untuk dirasakan dan dijalankan, tidak saja oleh mereka yang terlibat langsung, tetapi juga oleh keluarga besar mereka dan masyarakat, dan harus dipertanggung jawabkan kepada Tuhan. Karenanya cinta yang diperoleh dengan motif ingin merealisasikan kepentingan pribadi dari suatu kelompok, serta memburu dan melindungi cinta secara sangat berlebihan membuat kebebasan orang yang

dicintai terbelenggu, pada ujungnya hanya akan menimbulkan kebencian dan kekecewaan besar. Upaya dalam memperoleh dan menjalankan cinta seperti itu mengalami kegagalan. Alasan mengapa cinta dan politik tidak bisa dipersatukan, ini bersinergi dengan pribahasa Ilmu Politik: tidak ada kawan dan musuh abadi, tetapi yang abadi hanyalah kepentingan pribadi maupun kelompok. Ini berarti bahwa kita jangan berharap akan mendapatkan atau tidak mendapatkan dukungan secara benar-benar ikhlas dan abadi, dari anggota badan perwakilan dalam hal ini legislatif misalnya DPR/MPR, senat fakultas dan universitas atau para anggota kelompok masyarakat pemilih dari sebuah daerah/kawasan pemilihan. Walaupun para pemilih tersebut telah bersahabat dan sangat akrab dengan kita, karena politik pula hubungan persahabatan dapat tercerai-berai dan menjadi tidak abadi. Dengan pribahasa politik tersebut membuat kita maklum bahwa cinta dan politik tidak dapat dipersatukan.

Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXX dari buku Matahari akan Terbit di Barat pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie

Oleh Muhamad Sadikin NIM E42010048

Program Studi Ilmu Pemerintahan

Pribahasa politik tersebut masih menjadi realitas saat ini karena manusia sering kehilangan kontrol terhadap dirinya sendiri. Kepentingan tersebut sebagai komoditas yang dapat menghasilkan uang, materi, jabatan atau lainnya, apabila menjatuhkan pilihan pada seseorang. Sedangkan persahabatan tidak dapat diperjualbelikan. Karena itulah manusia sering kehilangan kontrol terhadap dirinya secara manusiawi ini, sebagaimana dikritik oleh Marx dan Lukacs, menjadi penganut fetithisme dan reifikasi yaitu mendewa-dewakan komoditas kepentingan dirinya sendiri atau kelompok, mereka berprinsip uang dapat membeli segala-galanya termasuk harga diri. Dengan prinsip semacam ini kita telah kehilangan momentum tidak saja sebagai manusia yang memiliki harga diri dan hati nurani, juga sebagai warga bangsa yang telah menyia-nyiakan pilihan dengan menutup mata dan hati kita terhadap seseorang yang dikenal dan memiliki kelebihan sebagai pemimpin, tetapi justru yang dipilih adalah orang lain yang kita tahu persis kualifikasi, integritas, dan komitmennya diragukan. Itulah yang terjadi di negara ini dan menyebabkan terpuruknya bangsa karena masih berlaku realitas: sikap adalah fungsi kepentingan. Dan kepemimpinan adalah fungsi dari situasi sosial, siapa pemimpin yang tampil dan bagaimana kepemimpinan, wawasan, dan kualifikasinya merupakan perwujudan dari kondisi yang dipimpinnya. Seseorang yang memiliki integritas dan prinsip tidak tergoyahkan, kualifikasi tinggi, kerja keras, profesionalisme dan komitmen, sering mengalami banyak kesulitan dalam menapakkan karirnya ke jenjang lebih tinggi ke posisi pengambil keputusan. Pada kondisi ini ia memerlukan sahabat yang ikhlas, pada konteks ini politik harus dapat disandingkan dengan cinta, untuk mengontrol dan menomor sekiankan kepentingan pribadi dan kelompok. Kesemuanya adalah buat kemajuan ke depan, kepentingan orang banyak dan meningkatkan kualitas dan daya saing nasional, regional, dan global.

Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXX dari buku Matahari akan Terbit di Barat pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie

Oleh Muhamad Sadikin NIM E42010048

Program Studi Ilmu Pemerintahan

TANGGAPAN BAB XXVIII

Artikel yang membahas tentang keterkaitan cinta dengan politik serta kepentingan yang ada di dalamnya, ini merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas. Banyak realita yang dapat kita lihat bahwa politik yang sarat dengan kepentingan-kepentingan tersebut tidak bisa dihindari dari praktik dan taktik para pemeran politik dalam menggunakan berbagai cara untuk meraih kekuasaan. Bahkan motif cinta pun digunakan, para pemain politik mendekatkan diri kepada orang-orang atau kelompok yang nantinya dapat mendongkrak suaranya dengan imingiming berupa jabatan, material dan kepentingan lainnya. Hal semacam ini perlu disikapi secara selektif oleh semua orang, jangan sampai suara kita dimanfaatkan hanya untuk kepentingan pribadi dan kelompok, tanpa memperhatikan kepentingan orang banyak nantinya. Dalam menentukan dukungan, tidak baik pula meletakkan dukungan kepada sembarang orang yang kita tahu bahwa orang tersebut kualitasnya meragukan dan tidak memiliki kemampuan. Karena perlu kita tahu pilihan sekarang menentukan baik dan buruknya hasil yang akan terjadi ke depan. Berkaitan dengan daya dukung terhadap orang-orang yang memiliki integritas dan prinsip tidak tergoyahkan, kualifikasi tinggi, kerja keras, profesionalisme dan komitmen, saat ini sering mengalami banyak kesulitan dalam menapakkan karirnya ke jenjang lebih tinggi ke posisi pengambil keputusan. Begitulah yang terjadi, orang-orang yang baik disingkirkan, karena oknum merasa takut kedudukannya tersingkirkan. Pada konteks seperti ini saya setuju dengan Prof. Syarif Ibrahim Alqadrie bahwa politik memang harus disandingkan dengan cinta yang tulus tanpa mengharapkan imbalan dan iming-iming berupa jabatan dan material, dengan seperti itu maka kepentingan pribadi dan kelompok dapat dinomorsekiankan, buat kemajuan, kepentingan orang banyak, dan meningkatkan daya saing dalam segala aspek. Karena negara dan bangsa ini butuh orang-orang yang baik.

Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXX dari buku Matahari akan Terbit di Barat pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie

Oleh Muhamad Sadikin NIM E42010048

Program Studi Ilmu Pemerintahan

ABSTRAK BAB XXIX

Syarif Ibrahim Alqadrie dalam bukunya yang berjudul Matahari akan Terbit di Barat, pada BAB XXIX (Pilkada Kalbar dan Nanan Sukarna) mendiskusikan isu tentang Pemilihan Rektor Universitas Tanjungpura (Pilrek Untan) dan Pemilihan Gubernur Kalimantan Barat (Pilgub Kalbar). Berbicara teknis Pemilihan Gubernur adalah secara langsung dipilih rakyat dan tidak lagi melalui DPRD, ini berbeda dengan Pemilihan Rektor karena Senat Universitas pada tahap kedua masih memiliki kesempatan untuk memilih Balon yang terpilih oleh para dosen pada tahap pertama. Sehingga Pilgub Kalbar yang lebih demokratis ini menjadi isu yang menarik. Apalagi muncul nama Brigjen Drs. Nanan Sukarna yang sedang menjabat Kapolda Kalbar sebagai Balon yang dijagokan. Sosok Nanan Sukarna telah dikenal baik dan dekat dengan masyarakat Kalimantan Barat, ia juga memiliki sepak terjang yang cukup sukses dalam penegakan hukum, disiplin, pemberantasan kriminalitas dan pelanggaran lainnya selama masa tugasnya. Terlepas dari pernyataan Nanan Sukarna sendiri yang pada akhirnya menegaskan bahwa ia menolak untuk menjadi Balon Gubernur. Terdapat pro dan kontra ketika namanya mencuat menjadi bahan diskusi. Berbagai alasan pun dilontarkan dari kelompok-kelompok yang setuju dan tidak setuju untuk mendukung. Munculnya Konsep Putra Daerah yang akan dijelaskan pada BAB ini adalah bagian dari alasan ketidaksetujuan terhadap dijagokannya Nanan Sukarna.

Kata kunci : Pemilihan, Gubernur, Nanan, Kapolda, Kalbar

Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXX dari buku Matahari akan Terbit di Barat pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie

Oleh Muhamad Sadikin NIM E42010048

Program Studi Ilmu Pemerintahan

RESUME BAB XXIX

Syarif Ibrahim Alqadrie pada BAB XXIX (Pilkada Kalbar dan Nanan Sukarna) bagian 1 (satu) dan bagian 2 (dua) dalam bukunya yang berjudul Matahari akan Terbit di Barat, mendiskusikan tentang isu Pemilihan Rektor Universitas Tanjungpura dan Pemilihan Kepala Daerah/Gubernur Kalimantan Barat tahun 2007. Pemilihan Gubernur yang secara langsung dipilih rakyat dan tidak lagi melalui DPRD, ini berbeda dengan Pemilihan Rektor karena Senat Universitas pada tahap kedua masih memiliki kesempatan untuk memilih Balon yang terpilih oleh para dosen pada tahap pertama. Namun demikian PILREK UNTAN tidak dapat dikatakan tidak demokratis karena Dirjen Dikti atas nama Mendiknas menghendaki hal itu masih harus dilakukan karena Undang-Undang dan Peraturan baru, yang mengatur pemilihan langsung oleh para dosen tanpa campur tangan Senat Universitas belum ada. Karena itu isu PILKADA/PILGUB Kalimantan Barat tampaknya lebih demokratis dan menarik, dan lebih menarik lagi karena muncul nama Brigjen Drs. Nanan Sukarna (Kapolda Kalbar, 2007) pernah disebut-sebut sebagai yang dijagokan. Namun pada akhirnya beliau sendirilah yang menegaskan bahwa ia menolak diusung menjadi Balon Gubernur Kalbar. Tapi isu penjagoan namanya pernah mencuat, menjadi diskusi, debat publik dan dialog yang menarik dan informatif. Adalah karena adanya kelompok tertentu yang mencuatkan namanya, yang mengatakan beliau sebagai orang yang pantas menjadi Gubernur Kalbar, karena memiliki kemampuan dan integritas pribadinya, mengingat kerja keras dan upaya beliau semasa jabatannya sebagai Kapolda tiada henti menangani keamanan pada umumnya, khususnya dalam pemberantasan Penebangan hutan secara liar, kriminalitas, dan kasus Narkoba. Namun tentu ada pula yang kontra terhadap wacana pencalonan tersebut dengan mengatakan sesuatu tidak tepat, salah sasaran, dan pernyataan yang terlalu berlebihan. Berbicara tentang sepak terjang yang beliau lakukan semasa jabatannya telah menarik simpati banyak orang terutama dalam penegakan hukum, disiplin, dan pemberantasan kriminal serta pelanggaran lainnya. Sosok figur pemimpin seperti yang ditunjukkan oleh Brigjen Drs. Nanan Sukarna dirindukan oleh masyarakat Kalbar, yang memiliki integritas tinggi, tegas dan
Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXX dari buku Matahari akan Terbit di Barat pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie

Oleh Muhamad Sadikin NIM E42010048

Program Studi Ilmu Pemerintahan

berani, kreatif, konsisten, tidak pandang bulu, dan mau mengakui kekhilafan dan kekeliruannya beserta kesalahan anak-anak buahnya, merupakan ciri orang besar yang tidak dimiliki banyak orang. Inilah yang menjadi salah satu faktor mengapa ia dijagokan sebagai BALON Gubernur Kalbar. Dibalik kekaguman dan keinginan untuk menjagokan Brigjen Drs. Nanan Sukarna, ada pula sebagian kecil masyarakat yang belum sepenuhnya menerima wacana tersebut. Paling tidak ada dua alasan ketidaksetujuan tersebut, yang pertama kelompok Si Sang Jago akan tampil sebagai Balon Gubernur, tetapi nantinya ia bakal bingung sendiri memikirkan perahu mana yang akan digunakan, dan setelah memperoleh perahu bisa jadi ia akan kehilangan momentum integritas dan konsistensi. Yang kedua munculnya wacana Konsep Putra Daerah di dalam aturan bermain Pilkada Kalbar, dan masalah Brigjen Nanang bukannya pada ia putra Kalbar atau bukan, melainkan hal teknis yang menyangkut waktu dan lamanya bermukim, konsep Putra Daerah Kalbar ini dikemukan oleh Alqadrie (1999;2000;2005). Namun juga hal yang mungkin apabila Kalbar dipimpin oleh Brigjen Drs. Nanan Sukarna, karena masyarakat Kalbar tidak bersifat kesukuan dan provinsialisme, dalam artian mau menerima siapa saja dan darimana saja untuk menjadi pemimpin, asalkan figur tersebut bersedia bahu-membahu bersama masyarakat membangun Kalbar, apalagi Brigjen Nanan memiliki sepakterjang yang baik di Kalbar yang membuat ia diterima oleh masyarakat Kalbar. Dengan harapan masyarakat menyadari akan pentingnya kualifikasi dan integritas pemimpin.

Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXX dari buku Matahari akan Terbit di Barat pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie

Oleh Muhamad Sadikin NIM E42010048

Program Studi Ilmu Pemerintahan

TANGGAPAN BAB XXIX

Berkaitan dengan isu tentang Pemilihan Rektor Universitas Tanjungpura (Pilrek Untan) dan Pilkada/Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kalimantan Barat pada tahun 2007, memang menjadi topik hangat yang banyak diperbincangkan. Bagaimana tidak, model Pemilihan Rektor yang masih ada campur tangan dari Senat Universitas Tanjungpura tentu menjadi dipertanyakan kedemokratisan dalam pemilihan tersebut. Sehingga hal ini sebenarnya menjadi perlu diperhatikan oleh Mendiknas melalui Dirjen Dikti untuk membuat Undang-Undang atau Peraturan yang mengatur mengenai Pemilihan Rektor tanpa campur tangan Senat Universitas, agar prinsip demokratis memang benar-benar diterapkan. Lain hal dengan Pilkada Gubernur yang memang dipilih langsung oleh rakyat dan tidak lagi melalui DPRD, tentu Pilgub bisa dikatakan lebih demokratis, dan menjadi menarik untuk dibahas apalagi muncul nama Brigjen Drs. Nanan Sukarna (Kapolda Kalbar;2007) sebagai yang dijagokan. Brigjen Drs. Nanan Sukarna merupakan tokoh yang berhasil semasa ia menjabat tugas sebagai Kapolda Kalbar, banyak prestasi dan catatan-catatan positif yang dibuatnya, seperti memberantas kriminalitas dan Narkoba. Ia memiliki integritas tinggi, tegas dan berani, kreatif, konsisten, tidak pandang bulu, dan mau mengakui kekhilafan dan kekeliruannya beserta kesalahan anak-anak buahnya, merupakan ciri orang besar yang tidak dimiliki banyak orang dan dirindukan oleh masyarakat Kalbar Inilah yang menjadi salah satu faktor mengapa ia dijagokan sebagai BALON Gubernur Kalbar. Masalah juga muncul ada kelompok yang tidak setuju apabila dikaitkan Konsep Putra Daerah, menurut saya boleh-boleh saja Konsep Putra Daerah ini diberlakukan, tapi jangan melupakan apabila memang ada seseorang dengan integritas pribadi, berkualitas dan memiliki kemampuan, yang walaupun bukan kelahiran dari daerah dan ia mau bahu-membahu bersama masyarakat untuk membangun daerah agar lebih maju, itu seharusnya perlu didukung.

Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXX dari buku Matahari akan Terbit di Barat pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie

Oleh Muhamad Sadikin NIM E42010048

Program Studi Ilmu Pemerintahan

ABSTRAK RESUME BAB XXX

Syarif Ibrahim Alqadrie dalam bukunya yang berjudul Matahari akan Terbit di Barat, pada BAB XXX (Kenangan, Harapan Buat Kapolda Lama dan Baru, dan Obsesi Bagi Kepala Daerah Kalbar) mendiskusikan tentang kepindahan Brigjen Drs. Nanan Sukarna ke Jakarta, kepindahan Nanan berkaitan dengan tugasnya yang kini naik memiliki jabatan di pusat. Banyak kenangan yang ditinggalkan, ada yang merasa sedih bahkan ada pula yang merasa senang. Kelompok yang sedih karena tidak banyak orang besar yang memiliki kualitas dan berintegritas tinggi seperti ia, sedangkan kelompok yang senang karena mereka yang merasa dirugikan ketika ada Nanan kini serasa menjadi pemenang. Dengan digantikannya Brigjen Drs. Nanan Sukarna oleh Brigjen Zainal Abidin sebagai Kapolda Kalbar yang baru, terbesit harapan agar dapat mempertahankan, meneruskan kebijakan dan kiprah Brigjen Nanan. Bagi penulis buku ini, terhadap Brigjen Nanan punya kesan tersendiri, mereka pernah berdiskusi dengan suasana yang begitu bersahabat, mengenai permasalahan daerah Kalimantan Barat terutama tentang Pemilihan Gubernur sehingga dari hasil diskusi tersebut menghasilkan obsesi bersama yang dihimpun dari keinginan masyarakat, berupa persyaratan atau indikator yang seharusnya dipenuhi oleh Bakal Calon Gubernur Kalbar.

Kata kunci : Nanan, Kapolda, Pemilihan, Gubernur, Obsesi

Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXX dari buku Matahari akan Terbit di Barat pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie

Oleh Muhamad Sadikin NIM E42010048

Program Studi Ilmu Pemerintahan

RESUME BAB XXX

Syarif Ibrahim Alqadrie pada BAB XXX (Kenangan, Harapan Buat Kapolda Lama dan Baru, dan Obsesi Bagi Kepala Daerah Kalbar) bagian 1 (satu) dan 2 (dua) dalam bukunya yang berjudul Matahari akan Terbit di Barat, mendiskusikan tentang Brigjen Drs. Nanan Sukarna yang pada Oktober 2006 pindah tugas ke Jakarta. Kepindahannya mengandung kenangan berupa kesedihan dan kebahagiaan. Brigjen Nanan adalah sosok yang begitu dekat dengan masyarakat dan memiliki kepedulian terhadap masa depan daerah. Terlepas dari itu ada pula pihak yang merasa senang dengan kepindahannya, yang pertama sebuah prestasi karir ia semakin menanjak menjadi pejabat pusat yang pada ujungnya bermanfaat bagi negara, bangsa, dan daerah. Yang kedua ada sekelompok kecil yang merasa dirugikan dengan sepak terjang brigjen Nanan sehingga mereka merasa bahagia dan serasa menjadi pemenang dengan mutasi sang mantan Kapolda ini. Adalah Brigjen Zainal Abidin yang merupakan pengganti Brigjen Nanan sebagai Kapolda Kalbar yang baru. Dengan adanya Kapolda yang baru ini tentu terbesit harapan agar dapat mempertahankan, meneruskan kebijakan dan kiprah Brigjen Nanan. Karena selama masa tugas Brigjen Nanan sebagai Kapolda Kalbar cukup banyak prestasi yang telah dicapai, ia berhasil mengurangi tingkat kejahatan dan kriminal di sektor kehutanan serta NARKOBA. Sosok Kapolda lama ini tegar dengan segala macam ancaman dan tidak mempan dengan segala macam bujukan halus agar tidak konsisten dan konsekuen dengan kebijakannya, sehingga ia dianggap telah berhasil dalam menjalankan tugasnya. Terlepas dari itu semua, penulis bahkan memiliki kesan tersendiri terhadap Brigjen Nanan sebelum ia dimutasikan, yang diceritakan bahwa Brigjen Nanan atas kemauannya sendiri datang ke rumah penulis, untuk berdiskusi. Diskusi yang berlangsung antara penulis dan Brigjen Drs. Nanan Sukarna berisi sebagian besar obsesi keduanya tentang kepemimpinan di daerah karena pada saat itu berkaitan dengan Pilkada Kalbar tahun 2007. Dari saran dan ide-ide cemerlang oleh Brigjen Nanan, menurut hemat penulis, sosok orang yang konsisten ini tampaknya merupakan figur pemimpin masa depan, yang memiliki kepedulian sangat besar
Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXX dari buku Matahari akan Terbit di Barat pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie

Oleh Muhamad Sadikin NIM E42010048

Program Studi Ilmu Pemerintahan

terhadap daerah ini. Yang menjadi obsesi penulis beserta Brigjen Nanan adalah apa yang menjadi keinginan masyarakat, berkaitan dengan persyaratan atau indikator para Calon Gubernur yang terpilih nanti. Dipahami paling tidak ada lima persyaratan yang menjadi obsesi masyarakat KALBAR terhadap pemimpin mereka yang seharusnya dipenuhi oleh BALON Gubernur Kalbar 20072012: (1) Bersih dari segala indikasi Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi (KKN); (2) hendaknya para BALON mengadakan introspeksi tidak saja untuk masa mendatang, tetapi juga apa yang terjadi pada masa lalu ketika mereka memimpin; (3) Bagi para BALON GUB jadikan momen Idul Fitri untuk kembali fitrah (kebersihan diri dan kesucian diri dari noda dan dosa), dan keadaan fitrah ini tetap terus berlanjut setelah Idul Fitri; (4) Keberpihakan yang jelas secara konsisten dan konsekuen kepada daerah dan masyarakat, khususnya masyarakat miskin yang diwujudkan dalam bentuk pembukaan lapangan kerja menyeluruh, mendukung perluasan kabupaten, tetapi memberikan penjelasan ketidakefektifan pembentukan provinsi baru yang tidak menyentuh masyarakat secara langsung; (5) Motivasi menjadi Kepala Daerah harus jelas, apakah untuk popularitas atau untuk menyejahterakan rakyat, dan tentu motivasi kedua yang diperlukan.

Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXX dari buku Matahari akan Terbit di Barat pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie

Oleh Muhamad Sadikin NIM E42010048

Program Studi Ilmu Pemerintahan

TANGGAPAN BAB XXX

Berita mengenai kepindahan Brigjen Drs. Nanan Sukarna ke Jakarta karena mendapatkan tugas untuk naik ke jabatan pusat, ini memiliki secercah kenangan bagi masyarakat Kalimantan Barat. Sosok seperti Brigjen Nanan sangat dirindukan, yang begitu dekat dengan masyarakat dan memiliki kepedulian terhadap masa depan daerah, ia sosok yang tegar dengan segala macam ancaman dan tidak mempan dengan segala bujukan halus agar tidak konsisten dan konsekuen dengan kebijakannya, sehingga ia dianggap telah berhasil dalam menjalankan tugasnya. Dengan kepindahannya, posisi Kapolda yang baru digantikan oleh Brigjen Zainal Abidin, dan masyarakat menaruh harapan kepada Kapolda yang baru agar dapat mempertahankan, meneruskan kebijakan dan kiprah Brigjen Nanan. Tentu ini menjadi tantangan yang tidak ringan buat Kapolda yang baru untuk tetap menjaga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga kepolisian. Dan semoga Brigjen Zainal Abidin sebagai Kapolda baru mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Selanjutnya penulis buku ini sendiri pernah berdiskusi dengan Brigjen Nanan, di mana diskusi yang sebagian besar membicarakan tentang Pilkada ini menghasilkan suatu obsesi bersama yang dihimpun dari keinginan masyarakat mengenai kepimpinan untuk daerah Kalimantan Barat, menurut saya obsesi tersebut merupakan sesuatu yang luar biasa berdampak positif bagi daerah apabila ada pemimpin yang memang sesuai dengan obsesi tersebut. Semoga Kalimantan Barat dapat lebih baik ke depannya dengan memiliki pemimpin yang benar-benar peduli terhadap kemajuan daerah.

Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXX dari buku Matahari akan Terbit di Barat pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie

Oleh Muhamad Sadikin NIM E42010048

Program Studi Ilmu Pemerintahan

TUGAS MERESUME, MEMBUAT ABSTRAK, DAN MEMBERIKAN TANGGAPAN

NAMA NIM MATA KULIAH Dosen PRODI KELAS / SEMESTER JUDUL BUKU TUGAS

: MUHAMAD SADIKIN : E4 2010 048 : Teori Pembangunan : Prof. Syarif Ibrahim Alqadrie, M.Sc : Ilmu Pemerintahan : A / IV : Teori Pembangunan, pengarang Bjrn Hettne : Meresume, Membuat Abstrak, dan Memberikan Tanggapan pada halaman 81 - 133

TANGGAL MULAI TANGGAL DIKUMPULKAN

: 6 Juni 2012 : 13 Juni 2012

Meresume Bab XXVIII, XXIX, & XXX dari buku Matahari akan Terbit di Barat pengarang Syarif Ibrahim Alqadrie

Anda mungkin juga menyukai