Anda di halaman 1dari 24

MENGELOLA KELAS DEMI MENDAPATKAN INSTRUKSI YANG EFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Disusun Oleh ALFIAN NULKHOIR ARDONO LINDA ASTRIANI 2010830017 2010830020 2010830044

PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 201

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Ynag Maha Esa, karena berkat rahmat, nikmat, dan hidayah-Nya penulis bisa

menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa juga kita hanturkan shalawat serta salam kepada junjungan nabi besar kita nabi Muhammad.Saw, keluarga, sahabat, serta kita sebagi umatnya yang insya Allah tetap istiqomah kepada Allah SWT. Tujuan pembuatan makalah ini yang utama adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika. Selain itu semoga dengan adanya makalah ini bisa membantu mahasiswa dan menambah wawasan mahasiswa tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi dalm mengelola kelas demi mendapatkan instruksi yang efektif. Mengingat keterbatasan penulisan dalam pembuatan makalah ini kritik dan saran yang membangun dengan senang hati penulis terima agar kelak bisa menjadi pembelajaran bagi penulis supaya bisa lebih baik lagi dalam pembuatannya.

Jakarta, 14 Maret 2012

Penulis

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1. 1.2. 1.3. Latar Belakang ...............................................................1

Rumusan Masalah ...............................................................2 Tujuan ...............................................................2

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Model Pembelajaran ....................................................3

2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran ..............................3 2.1.3. Ciri-ciri Model Pembelajaran ..............................3 ...................4

2.1.4. Macam-macam Model Pembelajaran 2.1.2. Pemilihan Model Pembelajaran 2.2. Manajemen Kelas

..............................9

.............................................................10 ............................10 .................10 .................13

2.2.1. Pengertian Manajemen kelas

2.2.2. Syarat-syarat Manajemen yang Efektif 2.2.3. Perencanaan manajemen yang efektif 2.3.

Lingkungan Sekolah .............................................................


2.3.1. Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Media Belajar .................14

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan ...........................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam proses pembelajaran yang tercakup komponen,

pendekatan, dan berbagai metode pembelajaran yang dikembangkan dalam proses tersebut. Tujuan utama dalam proses pembelajaran adalah keberhasilan siswa dalam belajar dalam rangka pendidikan, baik dalam suatu mata pelajaran maupun pendidikan pada umumnya. Usaha-usaha guru dalam mengatur dan mengunakan variabel pengajaran merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan, karena itu penting upaya

pengembangan strategi pembelajaran. Dalam belajar, proses belajar terjadi dalam benak siswa. Jelas faktor siswa sangat penting dibandingkan dengan faktor lain.

Pengaruhnya dapat dilihat dari perubahan tingkah laku yang terjadi, karena pada hakikatnya belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang yang disebabkan pengalaman yang dialaminya. Maka proses belajar yang dialami siswa akan mendapatkan hasil optimal apabila proses belajar itu bermakna atau belajar bermakna (menurut Ausubel). Pada pembelajaran matematika hakikatnya adalah menanamkan konsep dari materi yang diajarkan kepada siswa, kemudian dikembangkan dengan berbagai latihan. Dalam proses ini diperlukan interaksi dari semua komponen pembelajaran. Interaksi antara siswa dengan guru, interaksi siswa dengan media pembelajaran, dan interaksi siswa dengan

lingkungan sekolah. Semua interaksi ini sangat dipengaruhi oleh faktor model pembelajaran, manajemen kelas, dan lingkungan sekolah.

1.2.

Rumusan Masalah Bedasarkan latar belakang di atas kami merumuskan masalah

yaitu: 1.2.1. Model pembelajaran yang baik untuk pembelajaran matematika.

1.2.2. Manajemen kelas dalam pembelajaran matematika. 1.2.3. Pemanfaatan lingkungan sekolah dalam pembelajaran matematika.

1.3.

Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan pembuatan makalah

ini yaitu: 1.3.1. Menjelaskan matematika. 1.3.2. Menjelaskan manajemen kelas dalam pembelajaran matematika. 1.3.3. Menjelaskan Pemanfaatan lingkungan sekolah dalam pembelajaran matematika. model pembelajaran baik untuk pembelajaran

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Model Pembelajaran

2.1.1. Pengertian Model Pembelajaran Strategi menurut Kemp (1995) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Upaya mengimplementasikan rencana pembelajaran yang telah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun dapat tercapai secara optimal, maka diperlukan suatu metode yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.

2.1.2. Ciri-ciri Model Pembelajaran Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Rumsan.2011): 1. Berdasaarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. Sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis. 2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif diancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif. 3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya model synectic dirancang untuk memperbaiki kreatifitas dalam pelajaran mengarang. 4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan Urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax) Adanya prinsip-prinsip reaksi Sistem sosial Sistem pendukung

Keempat bagian tersebut merupakan pedoman praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran. 5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi: - Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur - Dampak pengiring, yaitu hasilbelajar jangka panjang. 6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksonal) dengan

pedoman model pembelajaran yang dipilihya.(Rusman. 2011)

2.1.3. Macam-macam Model Pembelajaran 1. Model interaksi sosial Model ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field theory). Model interaksi sosial menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat. Pokok pandangan Gestalt adalah objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Makna suatu objek atau peristiwa adalah terletak pada keseluruhan bentuk (gestalt) dan bukan bagian-bagiannya. Pembelajaran akan lebih bermakna bila materi diberikan secara utuh, bukan bagianbagian. Aplikasi teori Gestalt dalam pembelajaran adalah: a. Pengalaman (insight/ tilikan). Dalam proses pembelajaran siswa hendaknya memiliki kemampuan insight, yaitu kemampuan

mengenal keterkaitan unsur-unsur dalam suatu objek. b. Pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaan unsur-unsur yang terkait dalam suatu objek akan menunjang pembentukan

pemahaman dalam proses pembelajaran. c. Perilaku bertujuan. Perilaku terarah pada suatu tujuan. d. Prinsip ruang hidup (life space). Dikembangkan oleh Kurt Lewin (teori medan). Perilaku siswa terkait dengan lingkungannya/ medan dimana ia berada.

Model interaksi sosial ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut: a. Kerja kelompok, bertujuan mengembangkan keterampilan

berperan serta dalam proses bermasyarakat. b. Pertemuan kelas, bertujuan mengembangkan pemahaman mengenai diri sendiri dan rasa tanggung jawab. c. Pemecahan masalah sosial. d. Bermain peranan, bertujuan memberikan kesempatan

menemukan nilai-nilai sosial. e. Simulasi sosial, bertujuan untuk membantu siswa mengalami berbagai kenyataan sosial serta menguji reaksi mereka.

2. Model pemprosesan informasi Model ini berdasarkan teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar. Delapan fase proses pembelajaran menurut Rober M. Gagne adalah: a. Motivasi. Fase awal memulai dengan adanya dorongan untuk melakukan suatu tindakan. Dalam pembelajaran matematika hal ini sangat penting dilakukan karena banyak anak yang

menganggap matematika itu sulit sehingga motivasi belajar menjadi kurang, hal yang dilakukan pada fase ini bisa dengan membuat sebuah perlombaan semacam lomba cerdas cermat, dan anak yang mendapatkan hasil terbaik akan mendapatkan sebuah penghargaan atau hadiah. Ini juga dilakukan untuk mengetahui kemampuan matematika anak dan juga

menumbuhkan rasa kompetisi di dalam diri si anak sehingga motivasi belajar anak meningkat. b. Pemahaman. Individu menerima dan memahami informasi yang diperoleh dari pembelajaran. Kesalahan yang sering terjadi ketika anak belajar matematika adalah si anak menghafal rumus. Padahal pada pembelajaran matematika yang terpenting adalah pemahaman konsep, karena dalam matematika materi yang satu dengan yang lainnya sering berkaitan apabila anak hanya menghafal rumus tanpa memahami konsep anak juga akan kesulitan dalam penggunaan rumus tersebut. c. Pemerolehan. Individu memberikan makna segala informasi yang sampai pada dirinya sehingga terjadi proses penyimpanan dalam memori siswa. Dalam tahap ini yang sering dilakukan dalam pembelajaran matematika adalah pemberian latihan kepada siswa guna mmantapkan lagi konsep yang mereka pahami sekaligus pengembangan dari konsep itu sendiri. d. Penahanan. Menahan informasi agar dapat digunakan untuk jangka panjang. Ini hal yang penting karena sering konsep yang sudah pahami sianaka ketika coba dikaikan dengan materi lain sering kali si anak lupa sehingga hasil belajarnya kurang maksimal atau bahkan tidak mencapai standar yang telah ditentukan. Contoh ketika belajar matematika dalam materi perkalian, jika konsep penjumlahan kurang paham ini akan sulit mecapai keberhasilan karena perkalian merupakan penjumlahan yang berulang-ulang. e. Ingatan kembali. Mengeluarkan kembali informasi yang telah disimpan. Ini sangat mudah dilakukan dalam pembelajaran matematika apabila si anak benar-benar paham dengan konsep yang diajarkan, ia akan mudah mengingat kembali atau mengaplikasikan konsep itu dalam materi matematika yang berkaitan atau berhubungan. Contoh ketika seorang anak belajar

pembagian, pembagian merupakan pengurangan yang berulang apabila konsep pengurangan si anak benar-benar paham dan bukan menghafal rumus anak akan mudah mengingat kembali konsep pengurang yang digunakan untuk belajar pembagian. f. Generalisasi. Menggunakan hasil pembelajaran untuk keperluan tertentu. Pada fase ini pengalaman belajar yang sudah dialami anak selama proses pembelajaran. Pengalaman yang sudah anak dapat ini diharapkan digunakan dalam kehidupan si anak, misalnya ketika anak belajar pembagian, dengan kosep pebagian diharapkan si anak bisa megaplikasikan dalam kehidupan si anak. Contoh ketika misalnya pada saat ulang tahun pembagian kue akan disesuaikan dengan banyaknya undangan yang hadir dalam kasus seperti ini tentunya menggunakan konsep pembagian, dimana pembagian kue disesuaikan dengan banyaknya undangan yang hadir. g. Perlakuan. Perwujudan perubahan perilaku individu sebagai hasil pembelajaran. Seperti tujuan belajar perubahan tingkah laku merupakan hasil dari pengalaman proses pembelajaran. Ketika seorang anak belajar matematika perubahan tingkah laku yang terjadi biasanya adalah perhitungan dalam setiap melakukan tndakan, anak akan lebih berhati-hati dalam melakukan tindakan dan memikirkan dampak yang akan terjadi. h. Umpan balik. Individu memperoleh feedback dari perilaku yang telah dilakukannya. Dari hasil perubahan tingkah laku yang sering dialami anak ketika belajar matematika adalah anak akan mampu mengarahkan dirinya sendiri kepada tujuan yang akan dia capai nantinya dan anak juga mampu memilih mana yang terbaik untuk dirinya sendiri.

3. Model personal

10

Model ini bertitik tolak dari teori humanistik, yaitu berorientasi pada perkembangan individu. Perhatian utamanya pada emosional siswa untuk mengembangkan hubungan yang produktif dengan lingkungannya. Model pembelajaran personal ini meliputi strategi pembelajaran sebagai berikut: a. Pembelajaran non direktif, bertujuan untuk membentuk

kemampuan dan perkembangan pribadi. b. Latihan kesadaran, bertujuan untuk meningkatkan kepedulian siswa c. Sintetik, untuk mengembangkan kreatifitas pribadi dan

memecahkan masalah secara kreatif. d. Sistem konseptual, untuk meningkatkan kompleksitas dasar pribadi yang luwes.

4. Model modivikasi tingkah laku Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tidak dapat diamati. Karakteristik model ini adalah dalam hal penjabaran tugas-tugas yang harus dipelajari siswa lebih efisien dan beraturan. Implementasi dari model modifikasi tingkah laku ini adalah

meningkatkan ketelitian pengucapan pada anak, guru selalu perhatian pada tingkah laku belajar siswa, modifikasi tingkah laku anak yang kemampuan belajarnya rendah dengan memberikan reward, sebagai reinforcement pendukung, dan penerapan prinsip pembelajaran individual terhadap pembeajaran klasikal.

2.1.4. Pemilihan Model Pembelajaran

11

Sebelum menentukan model pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa hal yang harus

dipertimbangkan guru dalam memilihnya, yaitu: 1. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai? 2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran. 3. Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa. 4. Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis Tentunya ketika seorang guru matematika harus memperhatikan halhal diatas. Pengunaan model pembembelajaran yang terbaik dalam pembelajaran matematika adalah model pemprosesan informasi, karena pada model ini sesuai dengan konsep matematika itu sendiri yaitu, anak diajarkan untuk memahami informasi yang diberikan bukan menghafal informasi yang diberikan. dalam model ini juga dijelaskan tahapantahapan yang dilakukan. Misalkan saja Anda, seorang guru SD akan membimbing para siswa SD yang sedang mempelajari topik pengurangan seperti: 12 9, 13 8, dan 13 5 Pengurangan tersebut termasuk operasi pengurangan dasar, yang terdiri atas satu angka dan hasilnya merupakan bilangan yang terdiri atas satu angka juga. Untuk menentukan hasil pengurangan seperti 12 9 adalah dengan melihat 12 sebagai 10 + 2, sehingga 12 9 = (10 + 2) 9 = 1 + 2 = 3. Lalu bayangkan sekarang para siswa SD tersebut yang saat ini sedang bekerja di pabrik, toko, industri, bank, ataupun di tempat lainnya

Pada tahap awal, Guru mengajukan masalah seperti berikut di papan tulis, di transparansi, ataupun di kertas peraga. Contoh permasalahannya adalah seperti ini, Ardi memiliki 12 kelereng. 9 kelereng diberikan kepada adiknya. Berapa kelereng yang dimiliki Ardi sekarang?

12

Jawaban yang diinginkan adalah 12. Guru lalu menggambar di papan tulis, 12 buah kelereng seperti gambar di bawah ini dengan menekankan bahwa 12 bernilai 1 puluhan dan 2 satuan atau 12 = 10 + 2.

Guru meminta siswanya bekerja dalam kelompok dengan menggunakan benda-benda konkret yang dimilikinya untuk menggambarkan 12 kelereng yang dimiliki Ardi. Kemudian memberikan pertanyaan berapa butir kelereng yang diberikan kepada adiknya dan berapa sisa kelereng yang dimiliki Ardi sekarang? Biarkan siswa bekerja sendiri-sendiri atau bekerja di kelompoknya untuk menjawab soal tersebut.

Ada dua kemungkinan jawaban siswa atau kelompok siswa, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini. Pada waktu diskusi kelompok, pengajar sebaiknya menawarkan alternatif kedua ini kepada beberapa kelompok.

Guru

memberi

kesempatan

kepada

siswa

atau

kelompok untuk

melaporkan cara mereka mendapatkan hasilnya. Diskusikan juga, yang mana dari dua cara tersebut yang lebih mudah digunakan. Dapat memberi soal tambahan juga seperti 139 dan 128. Para siswa masih boleh menggunakan benda-benda konkret. Bagi siswa yang masih

13

menggunakan alternatif pertama, sarankan untuk mencoba alternatif kedua dalam proses menjawab dua soal di atas. 2.2. Manajemen Kelas

2.2.1. Pengertian Manajemen kelas Manajemen berasal dari kata management diterjemahkan menjadi

pengelolaan, berarti proses pengelolaan sumber daya secara efektif supaya tercapainya tujuan. Sedangkan pengelolaan adalah proses pengawasan terhadap semua yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan. Manajemen kelas disini adalah upaya menciptakan suasana belajar yang kondusif supaya siswa bisa belajar dengan efektif. Manajemen kelas yang baik pada hakikatnya dapat mendukung hasil dari pembelajaran. Manjemen kelas yang baik menciptakan siswa yang tertib, kompetitif, dan semangat belajar yang tinggi. Siswa merasa nyaman belajar didalam kelas, kelas berjalan lancar dan kondusif dan guru pun dapat dengan mudah memberikan instruksi kepada siswanya sehingga tercipta interaksi yang baik antara siswa dan guru. Manajemen kelas merupakan kemampuan yang harus dimiliki seorang guru dalam memahami, mengamati masalah, dan pengambilan keputusan untuk memperbaiki suasana kelas. Aspek yang perlu diperhatikan guru dalam majemen kelas adalah situasi kelas, sifat kelas, antusias belajar siswa didalam kelas.

2.2.2. Syarat-syarat Manajemen yang Efektif Terciptanya suasana kelas yang kondusif merupakan cerminan dari manajemen kelas yang efektif diterapkan didalam kelas. Pada kali ini kami membahas 3 persyaratan manajemen efektif. Persyaratan manajemen yang efektif yaitu (David A. Jacobsen, dkk. 2009) : 1. Iklim kelas atau suasana kelas

14

Iklim di kelas bergantung pada guru dan jenis pengalaman pembelajaran yang dimiliki siswa. Dalam kelas-kelas yang beriklim positif, siswa-siswa didalamnya senantiasa merasa cakap,

diikutksertakan dan aman. Keseimbangan antara arahan guru dengan pilhan siswa terus dijaga, siswa mendapatkan kebebasan dengan batasan-batasan yang jelas, dan tanggung jawab siswa ditekankan diatas kepatuhan atas peraturan-peraturan. 2. Karateristik-karateristik Guru Guru yang efektif memiliki kepribadian yang beragam. Ada beberapa guru yang hadir dengan sikap tenang dan tidak arogan, ada pula yang hadir dengan sikap tegas dan keras. Guru yang efektif biasanya memiliki karateristik-karateristik yang penting, yang mencakup hal-hal berikut ini: Peduli Dalam belajar matematika sering ditemui materi yang berkaitan antara materi satu dengan materi yang lain. Misal pada materi operasi hitung ini sangat berkaitan dengan konsep pejumlahan, pengurangan, pembagian, dan

perkalian. Tentunya akan sulit memahami operasi hitung apabila konsep penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian belum dikuasai. Apabila ada siswa yang

mengalami hal seperti ini seorang guru dituntut peduli terhadap siswa yang belum memahami konsep

penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan pekalian. Tegas Dalam belajar matematika latihan merupakan hal yang sangat penting. Tugas dirumah dan latihan soal merupakan cara yang sering digunakan. Pengawasan yang tegas dalam latihan ini sangat diperlukan supaya konsep yang telah ditanamkan. Antusias

15

Banyak

siswa

yang

menganggap

bahwa

pelajaran

matematika itu sulit, membosankan, dan sebagainya. Tentunya antusias siswa belajar akan berkurang. Dalam hal ini cara pengajaran yang menyenangkan akan mengubah persepsi siswa dan meningkatkan antusias belajar

matematika. Hal ini bisa dilakukan misal dengan guru yang humoris, belajar diluar kelas, dan memberikan penghargaan kepada siswa yang berhasil. Harapan yang tinggi. Dalam proses pembelajaran pasti memiliki sebuah harapan yang tinggi, termasuk dalam proses pembelajaran

matematika. Harapan yang tinggi diberikan seorang guru guna memotivasi siswa untuk lebih semangat dalam belajar matematika. 3. Hubungan Manajemen dan Pengajaran Manajemen kelas adalah peran suatu pengajaran yang efektif. Manajemen yang baik menciptakan suasana belajar yang kondusif dan mendukung dalam proses pengajaran, selain itu hasil pengajaran yang dilakukan akan lebih maksimal apabila suasana kelas terkendali dengan baik.

2.2.3. Perencanaan Manajemen yang Efektif Sebelum mulai proses pengajaran setiap guru akan membuat suatu perencanaan. Perencanaan yang dibuat mulai dari bahan atau materi yang akan diajarkan, strategi pembelajaran, dan manajemen kelas yang akan dilakukan untuk mewujudkan kelas yang tertib. Menajemen yang dibuat guru sebelum pengajaran pada intinya untuk mencapai hasil pengajaran yang maksimal dan untuk mengatasi masalah-masalah yang mungkin terjadi dikelas ketika proses pengajaran. Manajemen kelas mengharuskan adanya antisipasi situasi-situasi yang berpotensi memunculkan masalah.

16

Langkah yang harus dilakukan dalam proses perencanaan untuk manajemen yang efektif dalah menciptakan sistem aturan-aturan dan prosedur-prosedur yang dirancang dengan baik. Setelah aturan-aturan dan prosedur-prosedur tersebut sudah dibuat, mulai merencanakan untuk mengajarkan, mengamati pelaksanaannya, dan mengevaluasi

pelaksanaanya. (David A. Jacobsen, dkk. 2009) Aturan-aturan kelas dapat menjadi pedoman bagi perilaku siswa. Aturan-aturan ini sangat penting dalam manajemen kelas, aturan-aturan yang dijelaskan dengan tepat dan diamati secara konsisten dapat mencegah masalah-masalah didalam kelas. Jika aturan dibuat sebagai pedoman siswa dalam berperilaku maka prosedur dibuat untuk membangun kebiasaan siswa yang harus diikuti dalam aktivitas sehari-hari. Kebiasaan-kebiasaan tersebut meliputi: Jadwal masuk sekolah Absensi Masuk dan meninggalkan kelas Menyerahkan tugas.

Aktivitas-aktivitas ini perlu dibuat dengan baik yang dapat diikuti semua siswa tanpa perlu disuruh.

2.3.

Lingkungan Sekolah Banyak penelitian tentang Hubungan Antara Prestasi Siswa

dengan Lingkungan Belajarnya, tetapi sedikit sekali penerapannya di Indonesia. Bahkan pemerintah sendiri sangat kurang memahami akan kebutuhan generasi penerus mereka ini. Jika kita mencari hubungan antara lingkungan sekolah yang nyaman dengan prestasi siswa di sekolah, maka didapat fakta bahwa proses belajar mengajar itu memerlukan ruang dan lingkungan pendukung untuk dapat membantu siswa dan guru agar dapat berkonsentrasi dalam belajar. Karena belajar memerlukan kondisi psikologi yang mendukung. Jika para siswa belajar dalam kondisi yang menyenangkan dengan kelas

17

yang bersih, udara yang bersih, dan sedikit polusi suara, niscaya tingkat prestasi para siswa juga akan naik. Bagi para siswa, tentunya kegiatan belajar mengajar memerlukan lingkungan pekarangan sekolah yang nyaman, bersih, dan cukup pepohonan. Tidak itu saja, bagi para siswa di tingkat Sekolah Dasar dan Taman Kanak-Kanak, lingkungan dengan taman bermain yang tercukupi akan membuat tumbuh kembang anak menjadi baik dan menyenangkan.

2.3.1. Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai Media Belajar Matematika Sumber belajar adalah semua sumber baik berupa data, orang, dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh siswa dalam belajar, baik terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajar. Sumber belajar tersebut dapat dibedakan menjadi 6 jenis, yaitu pesan (message), orang (people), bahan (materials), alat (tool and equipment), teknik (technique) dan lingkungan (setting). a. Pengertian Lingkungan Dalam kamus umum besar indonesia (KUBI), lingkungan diartikan sebagai bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya, lingkungan adalah yang terlingkung di suatu daerah. Dalam litertur lain, disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. b. Jenis Lingkungan Lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber terdiri atas lingkungan sosial dan lingkungan fisik atau lingan alam.

Lingkungan sosial dapat dipelajari untuk mempelajari ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Lingkungan alam dapat digunakan untuk mempelajari gejala-gejala alam serta dapat menumbuhkan

kesadaran siswa akan cinta alam dan berpartisipasi dalam memelihara alam.

18

c. Prosedur Pemanfaatan Lingkungan Apabila anda menginginkan siswa memperoleh hasil belajar yang banyak dari sumber belajar lingkungan maka Anda perlu membuat persiapan yang matang karena tanpa persiapan tersebut kegiatan belajar para siswa tidak akan terkendali sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap tercapainya kompetensi/tujuan

pembelajaran yang diharapkan. Ada 3 langkah yang bisa Anda tempuh untuk menggunakan lingkungan ini, yaitu : (Sri Anitah W, dkk:2008) 1. Perencanaan Langkah perencanaan dalam pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dapat Anda lakukan melalui cara-cara sebagai berikut : a. Tentukan kompetensi/tujuan pembelajaran yang harus

dicapai siswa. Tujuan ini dirumuskan secara spesifik dan operasional untuk memudahkan dalam penilaian hasil belajar. Contoh : Memahami dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah dalam operasi matematika. b. Tentukan objek yang akan dipelajari atau dikunjungi. Setiap siswa bisa membawa alat hitung masing-masing misalnya alat hitung sempoa, atau apapun itu yang bisa digunakan sebagai alat hitung. untuk Siswa juga bisa

memanfaatkan matematika.

jari-jarinya

menghitung

operasi

c. Rumuskan cara belajar untuk bentuk kegiatan yang harus dilakukan siswa selama mempelajari lingkungan. Dalam memahami operasi hitung, ada baiknya apabila para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil (4-5orang), dan setiap kelompok diberi tugas khusus. Misalnya

kelompok 1 membahas tentang operasi hitung dalam

19

penjumlahan. Kelompok 2 tentang operasi hitung dalam pengurangan, dst. Setelah diberikan tugas masing-masing setiap kelompok diharap bisa menjelaskan pokok bahasan yang mereka bahas. Hal ini akan menumbuhkan kerja sama dalam kelompok serta dapat memperluas wawasan mereka karena setiap kelompok nantinya akan meaporkan hasil pekerjaannya di depan kelas. d. Siapkan pula hal hal yang sifatnya teknis, seperti tata tertib kegiatan yang harus dipatuhi siswa. Berikut ini contoh dari perencanaan pembelajaran matematika dengan materi operasi hitung: Standar Kompetensi Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran

Memahami menggunakan

dan Operasi Campuran

Hitung

Salam Doa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai

sifat-sifat operasi hitung bilangan

dalam pemecahan masalah

Guru menerangkan media aturan operasi campuran tentang pengerjaan hitung

Siswa

ditunjuk

menyelesaikan contoh soal operasi hitung campuran di

20

papan Penugasan Guru

tulis

mengakhiri

pelajaran Doa dan salam

penutup

2. Pelaksanaan Langkah pelaksanaan, yaitu melakukan berbagai kegiatan belajar di tempat tujuan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Dalam tahap perencanaan (planning) telah dibahas pointpoint apa saja akan dilakukan dalam pemanfaatan lingkungan, maka dalam tahap ini adalah pengaplikasian dari tahap perencanaannya itu sendiri. Kegiatan biasanya diawali dengan ilustrasi/penjelasan dari guru, kemudian para siswa dalam kelompoknya mendiskusikan belajarnya untuk dirumuskan dan mempresentasikan hasil diskusinya mengenai operasi hitung kepada guru kelas dan kelompok lainnya di depan kelas.

3. Tindak lanjut Langkah terakhir, yaitu tindak lanjut dari semua kegiatan yang telah dilaksanaan. Langkah ini bisa berupa kegiatan belajar didalam kelas untuk mendiskusikan hasil-hasil yang telah diperoleh dari lingkungan. Setiap kelompok diminta melaporkan hasilnya didepan kelas, kelompok lainnya mendengarkan dan memberikan tanggapan seperlunya. Pada akhirnya Anda sebagai guru kelas diminta untuk memberikan penjelasan dan pembahasan akhir dikaitkan dengan tujuan pembelajaran. Anda

21

juga dapat memberikan penilaian terhadap kegiatan-kegiatan dan hasil yang telah dicapai masing masing siswa. Dalam tahap follow up ini sebagai guru bisa memberikan tes formatif mengenai materi operasi hitung sebagai tolok ukur apakah para siswa telah mampu menerima materi ini dengan baik. Jika ada salah satu siswa yang masih belum paham seorang guru diharap bisa memberi perhatian dan pengajaran yang lebih kepada siswa tersebut agar prestasi belajar menjadi lebih baik. Demikianlah beberapa aspek dalam memanfaatan

lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat bermanfaat bagi siswa terutama untuk memberikan motivasi belajar, mengarahkan aktivitas belajar, memperkaya informasi,

meningkatkan hubungan sosial, mengenal lingkungan , serta menumbuhkan sikap dan apresiasi terhadap lingkungan sekitar.

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan

Strategi menurut Kemp (1995) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Langkah yang harus dilakukan dalam proses perencanaan untuk manajemen yang efektif dalah menciptkan sistem aturan-aturan dan prosedur-prosedur yang dirancang

dengan baik. Setelah aturan-aturan dan prosedur-prosedur tersebut sudah dibuat, mulai merencanakan pelaksanaannya, untuk dan

mengajarkan,

mengamati

22

mengevaluasi pelaksanaanya.(David A. Jacobsen, dkk. 2009) Lingkungan sekolah sendiri merupakan segala sesuatu yang ada di sekitar sekolah yang dapat mendukung kegiatan belajar mengajar. Ada 3 langkah yang dapat digunakan untuk pemanfaatan lingkungan yaitu : perencanaa, pelaksanaa, dan tindak lanjut. (Sri Anitah W,dkk.2008)

DAFTAR PUSTAKA

Anitah W, Sri. dkk. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.2008. Jacobsen, David A, dkk. Methods for Teaching belajar siswa Metode-Metode Yogyakarta:

Pengajaran

Meningkatkan

TK-SMA.

PUSTAKA PELAJAR.2009. Rusman. Model-model pembelajaran mengembangkan profeisonalisme guru. Jakarta: Rajawali Pers. 2011. http://un2kmu.wordpress.com/2010/03/11/lingkungan-sekolah-yangnyaman-memacu-siswa-untuk-berprestasi/ (31 maret 2012 , 16:59).

23

24

Anda mungkin juga menyukai