Anda di halaman 1dari 4

MATERI DRG.

NUNING (YPAC, 20 SEPT 2011) Berdasarkan ICD (International Classification for Dieseases ke 10 yang dikeluarkan oleh WHO tahun 2002, maka untuk kategori ICF (International Classification of Functioning, Disability, and Health) dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Impairment / Hendaya Individu memiliki kemampuan bersosialisasi yang baik di masyarakat, tidak tampak adanya gejala adanya suatu kelainan. Individu yang digolongkan pada kelompok ini adalah individu dengan fungsi organ/ organ-organ yang berkurang atau hilang atau pun memiliki penyakit sistemik. Contoh : orang yang memakai kacamata, dll. 2. Disability / Disabilitas Individu yang dapat bersosialisasi di masyarakat, tetatpi terbatas mobilitasnya sehingga membutuhkan bantuan alat (prothesa) atau orang lain. Biasanya factor kerusakan pada otak atau saraf juga dapat berperan dalam menyebabkan keadaan tersebut. Contoh : orang yang menggunakan tongkat atau kaki palsu, dll. 3. Handicap / Cacat Pada umumnya individu memiliki fungsi organ yang baik, namun tidak mampu bermasyarakat, tidak bias mandiri, dan bergantung pada orang lain. Contoh : CP (cerebral palsy), MR (mental retardated), trisomia 21 (down syndrome), dll. Catatan tambahan : CP dan MR paling banyak ditemukan Dari ketiga klasifikasi tersebut, klasifikasi nomor 2 (disabilitas) dan nomor 3 (handicap) termasuk ke daam kategori special needs.

Cerebral Palsy dan Mental Retardated disebabkan oleh kerusakan otak yang ireversibel (irreversible brain damaged) yang dicurigai terjadi pada golden period saat usia anak 0-4 tahun dimana masa itu merupakan masa perkembangan otak yang paling pesat. Cerebral Palsy : kerusakan di otak pada bagian yang mengatur system otot-otot motorik, sehingga gejala yang timbul berupa gerakan involunter (gerakan tanpa tujuan / tidak dikehendaki oleh individu). Contoh gerakan involunter adalah : Spasme Athetoid kekurangan komtrol pada otot2 tangan dan kaki sehingga tdk seimbang Ataxia Kombinasi spasme, athetoid dan ataxia Hipotonia (tidak ada tonus sama sekali)

1. 2. 3. 4. 5.

Mental Retardated : kerusakan di otak pada bagian yang berhubungan dengan fungsi intelektual. Yang termasuk MR berdasarkan IQ : 1. 0-20 idiocy / severe (bergantung pada orang lain sepenuhnya, memiliki kemampuan setara dengan anak usia 0-2 tahun) 2. 21-50 imbicyl / moderate (disebut golongan mampu latih / trainable, memiliki kemampuan setara dengan anak usia 2-5 tahun, kemampua verbal terbatas dan biasanya dibantu dengan sign language) 3. 51-80 debil / mild (disebut golongan mampu latih dan mampu ajar / trainable and educable, dapat diajari berhitung tetapi sebatas aritmatika) Ketiganya termasuk ke dalam special needs. IQ 81-99 bias sekolah, tapi sangat lambat dalam mengambil keputusan (slow learner), biasanya di SLB. IQ 100 normal

Pada individu dengan CP dan MR ditemui adanya dysarthery (sulit menggerakkan rahang dan mengunyah) dan dysphagy (sulit menelan). Maka seringkali diperlukan speech therapy yang bertujuan melatih nervus V2, V3 (trigeminus maxillaries dan mandibularis), nervus VII (fasialis), dan nervus IX (glossopharyngeal). Orofacial Reflex (reflex rongga mulut) berkembang teratur selama usia anak 0-12 bulan, dengan perincian sebagai berikut : 1. Bayi baru lahir : refleks di bagian bibir (menghisap), makanan yang diberikan berupa makanan cair/ cairan seperti ASI (ASI exclusive hingga 2 tahun dengan 3 bulan pertama full ASI dan seterusnya setelah 3 bulan sampai dengan 2 tahun ASI dapat dikombinasi dengan makanan tambahan lainnya), dll. 2. Bayi 3 bulan : refleks merambat naik ke arah palatum (tetapi belum mencapai palatum), biasanya bayi usia 3 bulan diberi makan pisang. 3. Bayi 6 bulan : refleks merambat naik ke arah palatum (mencapai tengah palatum), biasanya bayi usia 6 bulan diberi makan bubur saring yang lembut. 4. Bayi usia 9 bulan : refleks meliputi keseluruhan palatum (refleks palatal), biasanya bayi usia 9 bulan diberi makan bubur. 5. 10-12 bulan : refleks menelan sudah sempurna, biasanya bayi usia ini mulai diberi makanan padat, seperti nasi tim, dll. Pada individu denga CP dan MR hanya mampu mencapai refleks palatal, maka hanya dapat diberi makanan berupa bubur, tidak bisa makan makanan padat.

Kelainan dapat timbul pada 3 periode: 1. Prenatal (sebelum kelahiran) 2 faktor : a. intrinsic genetik dari DNA orang tua) b. ekstrinsik intervensi pada masa kehamilan, seperti: - radiasi (radiodiagnosis atau pun radiotherapy) - farmakologi, chemical - infeksi (TORCH toxoplasma, rubella, cytomegalovirus, herpes virus) - trauma - peny.sistemik (DM, phenylketon uria) - unknown etiology 2. Perinatal (saat kelahiran) yang bisa disebabkan oleh infeksi (melahirkan di dukun beranak, bidan yang kurang steril), trauma (alat bantu seperti forcep dan alat vakum atau menekan-nekan perut ibu yang melahirkan dengan posisi bayi sungsang), hipoksia (menunda kelahiran terlalu lama, padahal keadaan ibu sudah siap melahirkan, biasanya bayi lahir biru/sianosis), bilirubinemia (bilirubin berlebih dalam darah bayi, biasanya bayi lahir kuning dan harus disinar maksimal 3x24 jam dan bila belum ada perbaikan maka harus dilakukan hemodialisa/pergantian darah, karena bila keadaan ini dibiarkan, maka bilirubin dapat masuk ke otak / kemikterus CP dan MR). 3. Postnatal (setelah kelahiran hingga usia anak 18 tahun) Pada usia bayi 0-1 tahun, kelainan dapat timbul karena infeksi, trauma, dan overdose obatobatan. Masa paling riskan pada kehamilan adalah pada triwulan pertama (0-12 minggu). Pada masa ini tindakan X-ray tidak diperbolehkan. Anak yang lahir dengan kelainan yang timbul pada masa prenatal biasanya dapat terlihat gejala pada fisiknya (mata, hidung, telinga, mulut (open bite), palatum tinggi sehingga lidah cenderung terjulur keluar dari mulut), dan pada Ro, terlihat sella tursica yang lebih kecil (sella tursica berisi kelenjar pituitary yang berfungsi menghasilkan hormone-hormon stimulasi / stimulating hormone, bila perkembangan kelenjar terhambat/tidak sempurna, makan fungsi pertumbuhan anak juga tidak akan sempurna, contohnya pada perbandingan ratio mahkota dan akar gigi yang seharusnya mahkota : akar = 1 : 2, menjadi mahkota : akar = 1 : 1, dan masih banyak gejala yang lainnya).

Keadaan rongga mulut pada individu golongan special needs: 1. Kelainan / masalah periodontal (terutama) 2. Karies karies banyak (akibat keadaan xerostomia sebagai side effect dari penggunaan obatobatan psikotropika (untuk menenangkan) yang biasa diberikan pada individu tersebut) ; bisa juga caries free (karena keadaan hipersalivasi pada individu). 3. Trauma (biasanya anak terjatuh ke arah depan sehingga trauma sering terjadi pada daerah mandibula, terutama symphysis mentalis/ pertemuan mandibula kanan-kiri, juga dapat terjad fraktur condyl bilateral). Perawatan : 1. Reposisi, 2. Kembalikan ke oklusi semula dengan intermaxillaris wiring, 3. Imobilisasi. Dapat juga terjadi trauma dental (lihat klasifikasi Andreassen)

Perawatan pasien CP dan MR oleh dokter gigi : 1. Behaviour management -reward-punishment 2. Farmakologi (chemical restrain parenteral (i.v), per oral (boleh dilakukan o/ drg), gas N2O2 / nitrooxide sedation 3. Physical restrain (mengikat pasien di papan, mengikat dengan baju khusus, bantuan oleh tenaga orang tua/pendamping, dll)

Anda mungkin juga menyukai