Anda di halaman 1dari 8

Surtikanti et al. : Evaluasi Aksesi Plasmanutfah Jagung Terhadap Ketahanan Hama S.

zeamais

EVALUASI AKSESI PLASMANUTFAH JAGUNG TERHADAP KETAHANAN HAMA Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera : Curculionidae)
Surtikanti, A.Takdir dan M.S. Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia

ABSTRACT Resistance evaluation of the maize germplasm accessions against pest Sitophilus zeamais Motsch., was conducted in pest in disease laboratory of Indonesian Cereal Research Institute (ICERI) in Maros, from May to December 2006. A total of 50 accession were evaluated of their seed damaged, weight losses caused by maize weevil S. zeamais and population dynamic of the pest. Each accession was infested with 10 adults of S. zemais for 7 days. Number of young S. zeamais were recorded at two days interval up to 102 days. The result indicated that all 50 accession saw resistant against S. zeamais with percentage of damaged ranging from 0 to 11.58%. However four accession i.e. kertas, Manding Unyil # 3 and Kodok Madura saw the most resistant with zero persent seed damaged. Key words : Accession, resistant, Sitophilus zeamais ABSTRAK Penelitian evaluasi aksesi plasmanutfah jagung tehadap ketahanan Sitophilus zeamais Motsch. (Coleoptera : Curculionidae) dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Balitsereal dari bulan Mei sampai Desember 2006. Sebanyak 50 aksesi dievaluasi kerusakan biji, penyusutan bobot biji akibat dari serangan hama kumbang bubuk S. zeamais. Setiap aksesi biji jagung diinokulasikan delapan ekor S. zeamais dewasa dan diamati setelah hama kumbang bubuk muncul sampai hama kumbang bubuk tidak muncul lagi dengan waktu 102 hari setelah dikeluarkan dari gelas-gelas percobaan. Hasil penelitian didapatkan bahwa 50 aksesi jagung yang diuji ketahanannya terhadap S. zemais menunjukkan resisten berdasarkan perhitungan indeks kepekaan. Kata kunci : Aksesi, resisten, Sitophilus zeamais

PENDAHULUAN Sitophilus zeamais Motsch. merupakan hama kosmopolitan, yang berarti menyebar luas di seluruh wilayah dan tidak menyerang pada satu komoditi. Hama ini dapat menyerang biji jagung di pertanaman sebelum panen sampai di penyimpanan. Selain menyerang jagung, S. zeamais juga dapat menyerang beras, gandum, dan sorgum. Biji-biji yang terserang akan terlihat berlubang-lubang. Lubang gerekan ini disebabkan oleh S. zeamais yang telah dewasa di dalam biji dan keluar dari biji untuk berkopulasi dan bertelur bagi S. zeamais betina. S. zeamais meletakkan telur di dalam biji jagung dan dapat meletakkan telur lebih dari satu butir, dan setiap butirnya diletakkan pada satu tempat tertentu, dengan ditutupi oleh sisa gerekan. Stadium telur, nimpa dan pupa sampai dewasa berada di dalam biji jagung. Kumbang dewasa yang telah berumur

5 hari baru akan keluar dari biji dengan membuat lubang gerekan mencari pasangannya untuk berkopulasi (Kartasapoetra, 1987). Siklus hidup S. zeamais dapat berlangsung 1 bulan atau lebih tergantung dari jenis biji yang diserang (makanannya), temperatur, dan kelembaban. Makanan (jenis biji) jagung yang disenangi yaitu biji dengan kandungan gizi tinggi, lunak dan ruang yang luas bagi perkembangan S. zeamais itu sendiri. Menurut Surtikanti (2002), bentuk mutiara (flint) lebih disukai (peka), dan menurut Arnason et al. (1994) dan Tenrirawe (2004), biji yang banyak mengandung asam penolik tinggi lebih tahan terhadap serangan S. zeamais , sedangkan yang peka sebaliknya. Besar kecilnya kerusakan dan penyusutan bobot dari bahan pangan sangat ditentukan oleh intensitas serangan hama, sehingga kualitas biji menjadi jelek dan dapat menjadi sumber hama pada penyimpanan selanjutnya.

11

Jurnal Vegeta Vol. 1 No.2, Desember 2007 Salah satu cara mengatasi serangan hama kumbang bubuk S. zeamais adalah melalui penggunaan varietas tahan. BAHAN DAN METODE Penelitian ketahanan 50 nomor aksesi jagung terhadap hama kumbang bubuk mulai dilaksanakan pada bulan Mei sampai Desember 2006 di Laboratorium Hama dan Penyakit Balitsereal. Perbanyakan S. zeamais dilakukan sbb. : kurang lebih 200 ekor hama kumbang bubuk dari hasil perbanyakan terdahulu dimasukkan ke dalam wadah plastik (stoples) yang berisi 5 kg biji jagung varietas Bisma selama satu minggu untuk meletakkan telur, kemudian hama tersebut dikeluarkan dari wadah dengan harapan akan keluar progeni-progeni baru yang berumur seragam untuk selanjutnya dipergunakan dalam penelitian. Sebanyak 50 aksesi jagung digunakan untuk percobaan ketahanan terhadap serangan S. zeamais. Biji-biji jagung terlebih dahulu dipipil, diseleksi (dipilih biji yang utuh dan warna yang seragam), dimasukkan ke dalam kantong-kantong yang bernomor. Kemudian dikeringkan dengan cara dijemur hingga berkadar air 12%, ditimbang seberat 25 g, dihitung dan dimasukkan kemasingmasing kantong, dan dimasukkan ke dalam kulkas selama 2 minggu untuk mematikan telur, larva, pupa dan imago hama yang ada di dalam biji. Satuan unit percobaan terdiri dari 25 g biji masing-masing aksesi setelah keluar dari kulkas, ditaruh pada gelas-gelas plastik berukuran diameter bawah 5 cm, atas 7 cm dan tinggi 6,5 cm dan ditutup kain kasa. Tiga hari kemudian, masing-masing gelas diinfestasikan 10 ekor serangga dewasa kumbang bubuk dari hasil perbanyakan yang diulang tiga kali dan satu ulangan sebagai kontrol yang tidak diinfestasi hama kumbang bubuk untuk masing-masing aksesi. Setelah satu minggu 10 ekor Sitophilus tersebut dikeluarkan dari dalam gelas-gelas plastik, kemudian dilakukan pengamatan dengan menghitung jumlah S. zeamais yang keluar, dilakukan selang 2 hari sampai tidak ada lagi kumbang yang muncul. Setelah tidak ada lagi hama kumbang bubuk yang muncul, dihitung jumlah biji rusak dan biji utuh, bobot biji rusak dan bobot biji utuh. Juga dicatat temperatur ruangan. Persentase kerusakan biji dihitung dengan rumus : biji rusak % biji rusak = --------------------------- x100% biji utuh + biji rusak Sedang persentase penyusutan bobot biji dihitung dengan menggunakan rumus menurut Heines (1980) sbb. : (U x Nd) (D x Nu) P = -------------------------------- x 100% U(Nd + Nu) Dimana P = persentase penyusutan bobot biji U = bobot biji utuh Nd = jumlah biji rusak D = bobot biji rusak Nu = jumlah biji utuh

Tabel 1. Aksesi dan warna biji jagung yang diuji terhadap serangan Sitophilus zeamais
No. Entri Warna No. Entri Warna

12

Surtikanti et al. : Evaluasi Aksesi Plasmanutfah Jagung Terhadap Ketahanan Hama S. zeamais

1 Kertas 2 Manding 3 Unyil #3 4 KodokMadura 5 Eles 6 Lenteng 7 Kretek 8 Delima 9 Talango 10 MiloPulo 11 MLG5321 12 Panjalinan 13 MLG5042 14 MLG5329 15 Baku-baku 16 L.Sinjai 17 Tambin 18 MLG5254 19 L.Kahu 20 MLG5311 21 MLG5218 22 L.Bantaeng 23 Kul 24 L.Songajae 25 Goter Keterangan : P = putih

P K O K K K K P K UT P K K P P P K P P P P P K K K

26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 O = oranye

BaloRidi PulutBarru Dalo-dalo MLG5309 PunutBataraCilla Kelinci Tinggi Ikene8149 Kaca Randu L.Semarang P.Pulo P.Paguyaman GenjahTongkol Melati MLG5318 MLG5214 TrunenB P.Liat Katak Mentok Dlubang Kunyit Krasehan MLG5326

K P P P P P P P K P K P P O K P P K P K K K K K P UT = ungu tua K = kuning

HASIL DAN PEMBAHASAN Temperatur dan kelembaban akan sangat menentukan perkembangan hama gudang S. zeamais. Temperatur rata-rata selama penelitian berlangsung dari Agustus sampai Desember 2006, berkisar temperatur minimumnya 27oC 30oC dan maksimum 30oC 34oC, Temperatur yang demikian dapat menyebabkan kelembaban dalam ruangan dimana penelitian berlangsung bisa rendah. Menurut Akker dan Giga (1992), temperatur 25 30oC dengan kelembaban berkisar 70 100% adalah merupakan temperatur optimum bagi perkembangan S. zeamais. Kartasapoetra (1987), menyatakan bahwa pada kelembaban udara (Rh) 70% dan temperatur 18oC, siklus S. zeamais dari telur sampai dewasa atau imago dapat mencapai 91 hari, namun pada Rh 80% dengan

temperatur yang sama , siklus hidup S. zeamais hanya 79 hari. Siklus hidup hama ini berlangsung 28 90 hari, tetapi umumnya sekitar 31 hari. Oleh sebab dari keterangan di atas, maka dalam penelitian ini perkembangan siklus hidup S. zeamais agak terhambat hingga mencapai 102 hari. Surtikanti (2002), mengamati lamanya perkembangan S. zeamais pada temperatur rata-rata 28oC diperoleh 71 hari. Persentase kerusakan biji akibat serangan S. zeamais selama penelitian berlangsung berkisar antara 0 (nol) 11,58% . Biji jagung yang tidak terserang berjumlah 4 aksesi yaitu Kertas, Manding, Unyil#3, dan Kodok Madura, sedangkan persentase kerusakan biji dari 10% ada 3 aksesi yaitu Kunyit (10,27%), Krasehan (11%) dan yang tertinggi MLG5326 (11,58%) (Tabel 2).

Tabel 2. Rata-rata kerusakan biji pada aksesi jagung akibat serangan Sitophilus zeamais Warn a Kerusakan biji (%) Kerusakan biji (%)

No.

Entri

No.

Entri

Warna

13

Jurnal Vegeta Vol. 1 No.2, Desember 2007 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Kertas Manding Unyil #3 KodokMadura Eles Lenteng Kretek Delima Talango MiloPulo MLG5321 Panjalinan MLG5042 MLG5329 Baku-baku L.Sinjai Tambin MLG5254 L.Kahu MLG5311 MLG5218 L.Bantaeng Kul L.Songajae Goter Keterangan : P K O K K K K P K UT P K K P P P K P P P P P K K K P = putih 0 0 0 0 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,33 0,34 1,30 1,33 1,33 1,64 1,66 1,66 1,98 2,33 2,33 2,33 2,37 2,67 2,67 2,69 BaloRidi K PulutBarru P Dalo-dalo P MLG5309 P PunutBataraCill P a P Kelinci P Tinggi P Ikene8149 K Kaca P Randu K L.Semarang P P.Pulo P P.Paguyaman O GenjahTongkol K Melati P MLG5318 P MLG5214 K TrunenB P P.Liat K Katak K Mentok K Dlubang K Kunyit K Krasehan P MLG5326 O = oranye UT = ungu tua 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 2,96 3,63 3,66 4,00 4,04 4,15 4,36 4,63 4,70 5,00 5,33 5,36 5,61 5,67 5,67 5,67 6,33 6,42 6,70 7,30 7,33 8,34 10,27 11,00 11,58 K =kuning

Berdasarkan hasil pengamatan ratarata persentase kerusakan biji tersebut, dapat dilihat bahwa kerusakan biji dari 0 0,34% ada 11 aksesi, kerusakan 1,30 2,96% ada 15 aksesi, kerusakan 3,63 4,70% ada 8 aksesi, kerusakan 5 5,67% ada 7 aksesi, kerusakan 6,33 7% ada 3 aksesi , kerusakan 7,30 8,34 ada 3 aksesi, dan 10,27 11,58% ada 3 aksesi. Warna biji dari aksesi jagung yang diuji yaitu putih, kuning, oranye dan ungu tua. Warna biji kelihatannya tidak mempengaruhi kerusakan biji yang disebabkan oleh hama gudang S. zeamais. Hal ini berbeda dengan

pendapat Ryoo dan Cho (1992) yang menyatakan bahwa kerusakan biji dapat pula dipengaruhi oleh warna dari biji tersebut. Persentase rata-rata penyusutan bobot biji akibat serangan hama kumbang bubuk dari 50 aksesi jagung berkisar 0 2,60%. Biji jagung yang penyusutannya 0 (nol)% ada 18 aksesi, 0,10% ada 5 aksesi, 0,12 0,20% ada 4 aksesi, 0,30 0,52% ada 10 aksesi, 0,60 0,90% ada 6 aksesi dan 1,10 2,60% ada 7 aksesi. Aksesi Kaca yang mempunyai penyusutan bobot tertinggi yaitu 2,60% (Tabel 3).

Tabel 3. Rata-rata penyusutan bobot biji pada aksesi-aksesi jagung akibat serangan Sitophilus zeamais No . Entri Warn a Penyusutan bobot biji (%) No. Entri Warn a Penyusutan bobot biji (%)

14

Surtikanti et al. : Evaluasi Aksesi Plasmanutfah Jagung Terhadap Ketahanan Hama S. zeamais

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Kertas Manding Unyil #3 KodokMadura Eles Lenteng Kretek Delima Talango MiloPulo MLG5321 Panjalinan MLG5042 MLG5329 Baku-baku L.Sinjai Tambin MLG5254 L.Kahu MLG5311 MLG5218 L.Bantaeng Kul L.Songajae Goter Keterangan :

P K O K K K K P K UT P K K P P P K P P P P P K K K P = putih

0 0 0 0 0,10 0,10 0,10 0 0 0 0 0,30 0,20 0 0,10 0 0,20 0,30 0,40 0,60 0,40 0 0 0,12 0,40

26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 O = oranye

BaloRidi K PulutBarru P Dalo-dalo P MLG5309 P PunutBataraCi P lla P Kelinci P Tinggi P Ikene8149 K Kaca P Randu K L.Semarang P P.Pulo P P.Paguyaman O GenjahTongko K l P Melati P MLG5318 K MLG5214 P TrunenB K P.Liat K Katak K Mentok K Dlubang K Kunyit P Krasehan MLG5326 UT= ungu tua

0,20 0 0,52 0,40 0,50 0,10 0 0 2,60 1,10 0,90 0 0 0,70 0,50 0,90 0,70 1,30 0 0,90 0,10 1,10 1,10 1,70 1,20 K = kuning

Populasi S. zeamais setelah biji jagung hama kumbang yang cukup banyak yaitu disimpan 102 hari berkisar 0 15 ekor. Aksesi masing-masing 10 ekor mempunyai yang populasi hamanya tidak berkembang kerusakan biji masing-masing hanya 5,61% atau yang tidak disukai ada 17 aksesi dengan dan 6,70%. Sebaliknya aksesi Kaca yang nol ekor, dan yang paling disukai ada 1 aksesi jumlah hama kumbang bubuknya 3 , yaitu MLG5326 dengan populasi 15 ekor. kerusakan biji 4,70% dan penyusutan Populasi hama S. zeamais dengan kisaran 0 bobotnya paling tinggi yaitu 2,60%. 1 ekor ada 23 aksesi, 2 3 ekor ada 13 Kerusakan biji akibat serangan hama aksesi, 4 5 ekor ada 6 aksesi, 7 8 ekor ada kumbang bubuk 0 34%, penyusutan bobot 4 aksesi, 9 10 ekor ada 2 aksesi dan 10 biji 0 1,10% dengan populasi hama 0 1 15 ekor ada 2 aksesi (Tabel 4). Menurut ekor ada 11 aksesi. Kerusakan biji 1,30 Painter (1951), ada tiga mekanisme 2,96%, penyusutan bobot biji 0 2,60% keresistenan yaitu non-preferen (tidak dengan populasi hama 0 3 ekor ada 15 disukai), anti biosis dan toleran, dan menurut aksesi. Kerusakan biji 3,63 5,67%, Pranata dan Wiroatmojo (1982), makin penyusutan bobot biji 0,10 2,60%, dan banyak populasi hama dapat berkembang populasi hama 1 10 ekor ada 15 aksesi. pada biji-bijian, maka makin berat Kerusakan 6,33 8,34%, penyusutan bobot serangannya seperti terlihat pada MLG5326 biji 0,40 1,70% dan populasi hama 5 12 yang mempunyai jumlah S. zeamais ekor ada 6 aksesi dan kerusakan biji antara terbanyak (15 ekor) dengan kerusakan biji 10,27 11,58%, penyusutan bobot biji 0,40 tertinggi yaitu 11,58%. Pengecualian terjadi 1,70%, populasi hama 5 15 ekor ada 3 pada aksesi P. Paguyaman dan P.Liat jumlah aksesi. (Tabel 5). Tabel 4. Rata-rata jumlah perkembangan Sitophilus zeamais pada aksesi jagung setelah disimpan 102 hari. No. 1 Entri Kertas Warna P Populasi S.zeamais 0 No. 26 Entri BaloRidi Warna K Populasi S. zeamais 1

15

Jurnal Vegeta Vol. 1 No.2, Desember 2007 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Manding K Unyil #3 O KodokMadura K Eles K Lenteng K Kretek K Delima P Talango K MiloPulo UT MLG5321 P Panjalinan K MLG5042 K MLG5329 P Baku-baku P L.Sinjai P Tambin K MLG5254 P L.Kahu P MLG5311 P MLG5218 P L.Bantaeng P Kul K L.Songajae K Goter K Keterangan : P = putih 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 3 2 0 1 2 1 2 27 PulutBarru P 28 Dalo-dalo P 29 MLG5309 P 30 PunutBataraCilla P 31 Kelinci P 32 Tinggi P 33 Ikene8149 P 34 Kaca K 35 Randu P 36 L.Semarang K 37 P.Pulo P 38 P.Paguyaman P 39 GenjahTongkol O 40 Melati K 41 MLG5318 P 42 MLG5214 P 43 TrunenB K 44 P.Liat P 45 Katak K 46 Mentok K 47 Dlubang K 48 Kunyit K 49 Krasehan K 50 MLG5326 P O = oranye UT= ungu tua 2 5 8 3 3 1 3 3 1 5 3 10 3 5 2 7 12 10 7 5 5 7 5 15 K = kuning

Tabel 5. Hubungan persentase rata-rata kerusakan biji, penyusutan bobot biji dan populasi Sitophilus zeamais serta jumlah aksesi Kerusakan biji (%) 0 0,34 1,30 2,96 3,63 5,67 6,33 8,34 10,27 11,58 Penyusutan bobot biji (%) 0 1,10 0 2,60 0,10 2,60 0,40 1,70 0,40 -1,70 Populasi S. zeamais (ekor) 01 03 1 10 5 12 5 15 Jumlah aksesi 11 15 15 6 3

Untuk mengetahui indeks kepekaan biji digunakan rumus menurut Dobbie (1977): Log F I = --------------------- X 100 D Dimana : I = indeks kepekaan F = total F1 D = lama perkembangan S. zeamais

Menurut Heines (1980) menyatakan bahwa indeks kepekaan 0 4 resisten, 5 9 agak resisten dan 9 adalah peka. Dari perhitungan indeks kepekaan menurut Dobbie (1977), maka semua nomor aksesi yang diuji ketahanannya menunjukkan resisten.

Tabel 6. Indeks kepekaan yang ditunjukkan aksesi jagung


No. Entri Warna Indeks kepekaan No. Entri Warna Indeks kepekaan

16

Surtikanti et al. : Evaluasi Aksesi Plasmanutfah Jagung Terhadap Ketahanan Hama S. zeamais

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Kertas Manding Unyil #3 KodokMadur a Eles Lenteng Kretek Delima Talango MiloPulo MLG5321 Panjalinan MLG5042 MLG5329 Baku-baku L.Sinjai Tambin MLG5254 L.Kahu MLG5311 MLG5218 L.Bantaeng Kul L.Songajae Goter

P K O K K K K P K UT P K K P P P K P P P P P K K K

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,30 0 0 0,47 0,30 0 0 0,30 0 0,30

26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50

BaloRidi PulutBarru Dalo-dalo MLG5309 PunutBataraCill a Kelinci Tinggi Ikene8149 Kaca Randu L.Semarang P.Pulo P.Paguyaman GenjahTongkol Melati MLG5318 MLG5214 TrunenB P.Liat Katak Mentok Dlubang Kunyit Krasehan MLG5326

K P P P P P P P K P K P P O K P P K P K K K K K P

0 0,30 0,70 0,90 0,47 0,47 0 0,47 0,47 0 0,69 0,47 0,98 0,47 0,69 0,30 0,83 1,06 0,98 0,83 0,69 0,69 0,83 0,69 1,15

Keterangan : P = putih KESIMPULAN

O = oranye

UT= ungu tua

K = kuning

50 aksesi jagung yang diuji ketahanannya terhadap S. zeamais menunjukkan resisten berdasarkan perhitungan indeks kepekaan. Empat aksesi yang paling tahan dengan tingkat kerusakan biji 0-9 adalah Kertas, Manding, Unyil#3, dan Kodok Madura., DAFTAR PUSTAKA Akker,Servi van den dan D. Giga. 1992. Manual on food grain post production technologies and practices for small holder in Zimbabwe. FAO/UNDP. Agritex. Hal. 77 102. Arnason, J.T., B. Baum, J. Gale, J.D.H. Lambert, D.Bergvinson, B.J.R. Philogene, J.A. Serratos, J. Mihm, dan D.C. Jewel. 1994. Variation in resistance of Mexican Landraces of maize to maize weevil Sitophilus zeamais, in relation to taxonomic and biochemical parameters, J. Euphytica 74, 227 236. Dobbie,P. 1977. The contribution of the tropical stored product center to the study of insect resistance in stored maize, Tropical Stored Products Information ,34 : 7 22.

Heines, C.P. 1980. Loss Assessment Methods. Biotrop 2nd Training Course on Pest Stored Product. May 19 June 28, Bogor. 7 hal. Kartasapoetra, A.G. 1987. Hama hasil tanaman dalam gudang. Penerbit Rineka Cipta. Hal. 34 36. Painter,R.H. 1951. Insect Resistance in Crop Plant. Mc. Milan. New York. 520 hal. Pranata dan Wiroatmojo. 1982. Penanggulangan Hama Pascapanen. Lokakarya Penanganan Masalah Pascapanen. IPB. 9 hal. Ryoo, M.I., dan H.W. 1992. Feeding and oviposition preferences and demography of rice weevil (Coleoptera : Curculionidae) reared on mixtures of brown polished and rough rice. Environ. Entomol. 21(3) : 549 555. Surtikanti. 2002. Karakteristik tiga tipe biji jagung untuk resistensi terhadap serangan hama kumbang bubuk Sitophilus zeamais Motsch. Fitomedika (Indonesian Journal of Phytomedicine), 4 (1) : 28 - 30. Tenrirawe,A. 2004. Pengujian varietas/galur jagung QPM terhadap Sitophilus zeamais. Tesis Pascasarjana. 54 hal

17

Jurnal Vegeta Vol. 1 No.2, Desember 2007

18

Anda mungkin juga menyukai