Anda di halaman 1dari 18

Muhammad Izzdin Idrus: Dinamika Pertumbuhan dan Kandungan Nutrisi Jagung (Zea Mays L.

) Cacah

DINAMIKA PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN NUTRISI JAGUNG (Zea mays L.) CACAH UNTUK PAKAN TERNAK PADA BERBAGAI VARIETAS DAN KOMPOSISI PUPUK.
Muhammad Izzdin Idrus
Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) YAPIM MAROS ABSTRACT
The aim of this study is to assess the dynamic growth, quality and quantity of three mayze varieties and fertilizer contents as a combination for livestock feed. Field research was conducted in Village Belapunranga, Parangloe Subdistrict, Gowa Regency from January to March 2005 and continued with laboratory observation at the Faculty of Animal Husbandry, Hasanuddin University. This study was carried out using factorial experiment in the randomized block design. First factor is variety and second factor is fertilizer combination. Observation on growth analysis including : plant height, number and width of leaves, biomass dry weight, leaf area index, net assimilation rate, ratio of leaves width and crop growth rate. Parameter under laboratory condition including : crude of protein, fat, fiber as well as nitrogen free ekstract (NFE) and ash contents. The result show that variety of Srikandi Putih gave the best response to growth and its nutrient content. The composition of (250 urea + 75 SP-36 + 75 KCl) + 4000 of compost kg h -1 gave the best response on the growth and the both quantity and quality of nutrition. There is an Interaction between the variety of Srikandi Putih and combination of (250 urea + 75 SP-36 + 75 KCl) + 4000 of compost kg h-1 having a best performance of the growth and nutrition content of corn. Key Words: Mayze, variety, fertilizer

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika tumbuh serta kualitas dan kuantitas terhadap tiga varietas tanaman jagung dan beberapa komposisi pupuk sebagai nutrisi pakan ternak. Penelitian lapangan dilaksanakan di Desa Belanpuranga, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa pada bulan Januari hingga Maret 2005 dan dilanjutkan pengamatan uji laboratorium di Fakultas Peternakan, niversitas Hasanuddin. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah percobaan factorial dua factor, disusun berdasarkan rancangan acak kelompok yang diulang tiga kali. Faktor pertama adalah varietas dan factor kedua adalah kombinasi pupuk. Pengamatan analisa tumbuh meliputi : tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat kering tanaman, indeks luas daun, laju assimilasi netto, nisbah luas daun dan laju tumbuh pertanaman. Sedangkan pengamatan uji kandungan nutrisi di laboratorium meliputi : protein kasar, lemak kasar, serat kasar, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BRTN) dan abu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Srikandi Putih memberikan respon terbaik terhadap pertumbuhan dan kandungan nutrisi. Komposisi pupuk 250 urea + 75 SP36 + 75 KCl + 4.000 pupuk kandang ayam dalam kg ha-1 memberikan respon terbaik terhadap pertumbuhan dan kandungan nutrisi. Terdapat interaksi antara varietas Srikandi Putih dan komposisi pupuk 250 urea + 75 SP36 + 75 KCl + 4.000 pupuk kandang ayam dalam kg ha -1 terhadap pertumbuhan tanaman dan kandungan nutrisi. Kata kunci : Jagung, varietas, pupuk

PENDAHULUAN Jagung merupakan bahan pangan penting, sumber karbohidrat kedua setelah beras. Disamping itu, jagungpun digunakan sebagai bahan makanan ternak (pakan) dan bahan baku industri. Proyeksi kebutuhan jagung untuk pakan pada periode 10 tahun mendatang masih cukup tinggi, yaitu lebih dari 3 juta ton/tahun (Tangendjaja et al., 2002).

Kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat dalam hal bahan pangan dan kebutuhan akan daging dan susu menyebabkan tuntutan peningkatan produksi pada sektor pertanian dan peternakan. Hal ini dapat dilakukan dengan kegiatan ekstensifikasi dan intensifikasi. Pengembangan pertanian dan peternakan pada lahan-lahan marjinal menuntut upaya ekstensifikasi harus dibarengi dengan kegiatan intensifikasi

34

Muhammad Izzdin Idrus: Dinamika Pertumbuhan dan Kandungan Nutrisi Jagung (Zea Mays L.) Cacah

seperti mengusahakan kegiatan secara terintegrasi atau terpadu antara tanaman dan ternak. Produksi jagung cacah juga perlu didukung dengan ketersediaan benih jagung unggul dalam jumlah yang cukup besar dan berkesinambungan. Kebutuhan benih bermutu dari varietas unggul dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan dengan meningkatnya luas dan mutu intensifikasi dan produksi jagung cacah. Mutu pakan ternak selama ini lebih diarahkan pada kuantitas hijauan dan belum mengarah pada kualitas hijauan. Sebagai bahan pangan dan pakan, jenis jagung yang ada di Indonesia masih mempunyai kelemahan dilihat dari nilai nutrisinya. Kandungan protein biji jagung normal umumnya 8 11 % (Mertz, 1992: Cordova, 2001). Jagung protein mutu tinggi (Promunggi) dikenal sebagai jagung QPM (Quality Protein Maize), yakni jenis Srikandi Putih dan Srikandi Kuning. Kedua jenis jagung QPM tersebut berasal dari CIMMYT Mexico yang dimuliakan dan diperbanyak di Balitsereal Maros, tergolong varietas besari bebas sehingga mudah dan murah untuk diperbanyak. Rekomendasi pemupukan pada tanaman jagung di Sulawesi Selatan untuk varietas bersari bebas adalah 200 250 kg urea, 75 100 kg SP-36 dan 0 50 kg KCl per hektar dan untuk varietas hibrida adalah 200 300 kg urea, 100 150 kg SP-36 dan 50 100 kg KCl per hektar (Tim Teknis Bimas, 1996). Selanjutnya Sania Saenong et al., (1998) menyatakan, beragamnya jenis tanah dan bervariasinya tingkat kesuburan tanah untuk pengembangan jagung di Sulawesi Selatan memerlukan rekomendasi pemupukan spesifik lokasi untuk meningkatkan efisiensi pemupukan. Pemilihan kombinasi perlakuan varietas dan komposisi pupuk yang dilaksanakan dalam penelitian ini, agar dapat diperoleh varietas tanaman jagung untuk hijauan yang tertinggi, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. BAHAN DAN METODE

merupakan bekas pengelolaan tanaman kehutanan (kerjasama pabrik kertas dan Inhutani)terakhir ditanami tanaman tebu kerjasama pabrik gula. Sebelumnya bero ditumbuhi alang-alang dan sebagian ditanami kacang-kacangan dan ubi kayu. Kegiatan penelitian berlangsung awal Januari sampai Maret 2005. Bahan yang digunakan ini adalah sebagai berikut : benih jagung varietas srikandi putih, srikandi kuning dan lamuru, pupuk urea, SP-36, KCL dan pupuk kandang ayam ras, saromil, pestisida dan bahan-bahan yang digunakan dalam analisis di laboratorium. Penelitian dilaksanakan dalam bentuk percobaan faktorial dua faktor yang disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok (RAK) diulang tiga kali. Faktor pertama varietas, yaitu : Lamuru (V1), Srikandi Putih (V2), dan Srikandi Kuning (V3). Faktor kedua adalah kombinasi pupuk urea + SP-36 + KCL + pupuk kandang ayam, yaitu : 250 urea + 75 SP-36 + 75 KCl (P1), 250 urea + 75 SP-36 + 75 KCl + PK (P2), 225 urea + 50 SP-36 + 25 KCl + PK (P3), 200 urea + 75 SP-36 + 25 KCl + PK (P4) dan 200 urea : 50 SP-36 + 50 KCl+ PK (P5). Setiap perlakuan dikombinasikan, sehingga diperoleh lima belas kombinasi perlakuan, yaitu : V1 P1 V2P1 V3P1 V1P2 V2P2 V3P2 V1P3 V2P3 V3P3 V1P4 V2P4 V3P4 V1P5 V2P5 V3P5

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Belapunranga, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa yang berada pada ketinggian 380 m dpl, topografi relatif datar, temperatur rata-rata harian 270 C 310 C dan jenis tanah Alluvial. Lahan percobaan

Setiap kombinasi perlakuan terdiri dari satu petak percobaan yang diulang tiga kali sebagai kelompok, sehingga terdapat 45 petak perlakuan. Setiap petak terdiri dari 4 baris tanaman, setiap baris terdiri dari 18 lubang dan setiap lubang berisi 2 tanaman, sehingga populasi per petak adalah 144 tanaman. Total seluruhnya berjumlah 6.480 tanaman. Komponen pengamatan yang diukur terdiri dari : a). pertumbuhan dan dinamika pertumbuhan. b). kandungan nutrisi. Pengamatan terhadap kandungan nutrisi dilakukan pada akhir percobaan. Analisa data dilakukan dengan bantuan perangkat statistik dengan analisis varians dan dilanjutkan dengan pengujian BNT 0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil percobaan penggunaan berbagai kombinasi pupuk organik dan anorganik pada

35

Jurnal Vegeta Vol. 1 No.2, Desember 2007

tiga varietas jagung yang ditanam di areal percobaan memperlihatkan respon pertumbuhan yang berbeda. Tinggi Tanaman Analisis sidik ragam tinggi tanaman menunjukkan bahwa varietas dan interaksinya dengan kombinasi pemupukan berpengaruh tidak nyata, sedang perlakuan kombinasi pemupukan berpengaruh sangat

nyata terhadap tinggi tanaman setiap kali pengamatan. Tabel 1 menunjukkan bahwa kombinasi pupuk 250 urea + 75 SP-36 + 75 KCl + pupuk kandang (P2), menghasilkan pertumbuhan tanaman tertinggi setiap kali pengamatan sampai akhir percobaan dan berbeda nyata dibanding dengan kombinasi pupuk 250 urea + 75 SP-36 + 75 KCl (P1), tetapi berbeda tidak nyata dibanding dengan kombinasi pupuk lainnya.

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman (cm) pada berbagai komposisi pupuk pada umur 2 12 MST. Pengamat an Minggu 2 Minggu 4 Minggu 6 Minggu 8 Minggu 10 Minggu 12 P1 33.16 b 57.22 b 87.75 b 94.72 b 101.77 b 102.57 b P2 105.756 a 147.89 a 189.31 a 196.31 a 200.33 a 200.85 a P3 99.066 a 132.26 a 159.75 a 166.72 a 170.77 a 171.28 a P4 84.806 ab 115.61 a 149.90 a 156.84 a 160.88 a 161.24 a P5 85.71 a 116.95 a 154.18 a 161.38 a 162.03 a 165.70a NP.BNT 0,05 42.18 41,02 44.09 44.12 45.10 44.78

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris (a da b) berarti berbeda nyata pada taraf uji BNT = 0.05

200

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi Tanaman (cm)

Pada Gambar 1, varietas Srikandi Putih (V2) memperlihatkan Pola perkembangan tinggi tanaman dari pengamatan pertama sampai akhir dari ketiga varietas cenderung relatif sama. Sejak penanaman hingga munculnya kecambah yang diikuti oleh calon batang (plumule),P1 peningkatan pertambahan P 2 P3 P 4 P 5 laju tinggi berlangsung dengan cepat hingga 250 minggu ke enam.
Putih (V2) 150
100 50 0 0 2 4 6 8 10 12 14 Minggu Setelah Tanam

Rata-rata perkembangan tinggi tanaman mulai memasuki fase linier sampai umur 6 MST dan selanjutnya laju perkembangannya mulai menurun sampai laju pertambahan tinggi tanaman tidak meningkat lagi pada umur 10 MST. Pola perkembangan P2 tinggi P3 tanaman P5ke tiga P 1 P 4 varietas relatif sama. 250
200 150 100 50 0 0 2 4 6 8 10 12 14 Minggu Setelah Tanam

Varietas Lamuru (V1)

Varietas Srikandi

P1 250 Tinggi Tanaman (cm) 200 150 100 50 0 0 2 4

P2

P3

P4

P5

Varietas Srikandi Kuning (V3)

36

10

12

14

Minggu Setelah Tanam

Muhammad Izzdin Idrus: Dinamika Pertumbuhan dan Kandungan Nutrisi Jagung (Zea Mays L.) Cacah

Gambar 1. Pola perkembangan tinggi tanaman (cm) pada varietas Lamuru, Srikandi Putih dan Srikandi Kuning dengan komposisi pupuk. Jumlah daun Analisis sidik ragam jumlah daun menunjukkan bahwa varietas dan interaksinya dengan kombinasi pemupukan berpengaruh tidak nyata, sedangkan perlakuan kombinasi pemupukan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun setiap kali pengamatan.

Tabel 2. Rata-rata jumlah daun (helai) pada berbagai komposisi pupuk pada umur 2 12 MST . P1 5.03 6.68 9.809 10.776 11.776 11.823 b b b b b b P2 9.90 a 13.36 a 15.795 a 16.729 a 17.695 a 17.742 a P3 9.72 11.59 14.789 15.790 16.689 16.736 a a a a a a P4 8.73 11.00 13.132 14.732 15.499 15.546 a a a a a a P5 9.19 11.23 13.758 14.675 15.658 15.705 a a a a a a NP.BNT 0,05 2.67 4.50 2.66 2.64 2.64 2.66

Pengamata n Minggu 2 Minggu 4 Minggu 6 Minggu 8 Minggu 10 Minggu 12

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris (a dan b) berarti berbeda nyata pada taraf uji BNT = 0.05

Tabel 2, menunjukkan bahwa kombinasi pupuk 250 urea + 75 SP-36 + 75 KCl + pupuk kandang (P2), menghasilkan pertumbuhan tanaman tertinggi setiap kali pengamatan sampai akhir percobaan dan
P 1 20.0 18.0 14.0 12.0 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0 P 2 P 3 P 4 P 5

berbeda nyata dibanding dengan kombinasi pupuk 250 urea + 75 SP-36 + 75 KCl (P1), tetapi berbeda tidak nyata dibanding dengan kombinasi pupuk lainnya.
P 1 20.0 16.0 Jumlah Daun 14.0 12.0 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0 0 P 2 P 3 P 4 P 5

Putih (V2) 16.0


Jumlah Daun

Varietas Lamuru (V1) 18.0

Varietas Srikandi

0 2 0 1 14 14

24

10

12 7

12

14

24

10

12 7

Minggu Setelah Tanam

Minggu Setelah Tanam

P 1 20.0 18.0 16.0 Jumlah Daun 14.0 12.0 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 0.0 0

P 2

P 3

P 4

P 5

Varietas Srikandi Kuning (V3)

37

2 1 14

4 2

36

10

12

Minggu Setelah Tanam

Jurnal Vegeta Vol. 1 No.2, Desember 2007

Gambar 2. Pola perkembangan jumlah daun (helai) pada jagung varietas Lamuru, Srikandi Putih dan Srikandi Kuning dengan berbagai komposisi pupuk. Gambar 2, untuk jumlah daun terbanyak, varietas Srikandi Putih (V2) Luas Daun memperlihatkan pola perkembangan jumlah Analisis sidik ragam jumlah daun daun yang lebih baik dibanding dengan menunjukkan bahwa varietas dan varietas Lamuru (V1) dan varietas Srikandi interaksinya dengan kombinasi pemupukan Kuning (V3), namun laju perkembangannya berpengaruh tidak nyata, sedang perlakuan relatif sama dari ke tiga varietas. kombinasi pemupukan berpengaruh sangat Rata-rata perkembangan jumlah daun nyata terhadap Jumlah daun setiap kali meningkat secara linier sampai umur 6 MST, pengamatan. dan selanjutnya laju perkembangannya mulai menurun sampai umur 10 MST. Tabel 3. Rata-rata luas daun tanaman (cm2) pada berbagai komposisi pupuk pada umur 2 12 MST . Pengamatan Minggu 2 Minggu 4 Minggu 6 P1 5.005 d 26.249 c 41.023 c P2 27.249 a 55.762 a P3 21.035 b 51.260 a P4 16.478 bc 45.639 ab 62.050 ab P5 15.308 c 32.436 b NP.BNT 0,05 5.48 13.69

74.883 a 70.132 ab 57.766 b 13.63 108.163 83.281 Minggu 8 45.081 c a 95.601 ab 81.475 b ab 15.06 118.516 102.880 94.460 Minggu 10 41.643 c a ab ab 87.034 b 18,06 123.671 Minggu 12 51.015 d a 102.880 b 94.460 c 87.034 cd 16.74 Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris (a,b,c,d) berarti berbeda nyata pada taraf uji BNT = 0.05 Tabel 3, menunjukkan bahwa kombinasi pupuk 250 urea + 75 SP-36 + 75 KCl + pupuk kandang (P2) menghasilkan pertumbuhan luas daun terlebar sejak umur 2 MST dan pada umur 4 MST sampai pada umur 10 MST, setiap P2 perkembangan luasP5 P1 P3 P4 daunnya tidak berbeda nyata dengan 225 150 urea + 50 SP-36 + 25 KCl + pupuk kandang
125 100 75 50 25 0 0 2 4 6 8 10 12 14 Minggu Setelah Tanam Luas Daun (cm2)

(P3), tapi masih berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada pengamatan akhir percobaan P2 berbeda nyata dibanding dengan kombinasi pupuk 250 urea + 75 SP-36 + 75 KCl + pupuk kandang (P1), 200 urea + 75 SP-36 + 25 KCl +P3 pupuk kandang (P4) dan P1 P2 P4 P5 2000 urea + 50 SP-36 + 50 KCl + pupuk 15 kandang (P5).
125 100 Luas Daun (cm 75 50 25 0 0 2 4 6 8 10 12 14 M in g g u S e t e la h T a n a m
2)

Varietas Lamuru (V1)

Varietas Srikandi Putih (V2)

38

Muhammad Izzdin Idrus: Dinamika Pertumbuhan dan Kandungan Nutrisi Jagung (Zea Mays L.) Cacah

Varietas Srikandi Kuning (V3)


P1 150 125 Luas Daun (cm 2 ) 100 75 50 25 0 0 2 4 6 8 10 12 14 M inggu Se telah Tanam P2 P3 P4 P5

Gambar 3. Pola perkembangan luas daun (cm2) pada jagung varietas Lamuru, Srikandi Putih dan Srikandi Kuning dengan Berbagai Komposisi Pupuk. Berat Kering Tanaman nyata, selanjutnya pada pengamatan ke tiga Analisis sidik ragam berat kering (minggu ke enam) mulai menunjukkan ratatanaman menunjukkan bahwa varietas dan rata perkembangan berat kering secara linier interaksinya dengan kombinasi pemupukan sampai akhir percobaan. Kombinasi berpengaruh tidak nyata, sedangkan perlakuan 250 urea + 75 SP-36 + 75 KCl + perlakuan kombinasi pemupukan pupuk kandang (P2) menghasilkan berpengaruh sangat nyata terhadap berat pertambahan berat kering tertinggi untuk kering tanaman. setiap pengamatan dan pada akhir Pada Tabel 4, interaksi varietas dan pengamatan berbeda sangat nyata dengan pemupukan pada pengamatan pertama dan perlakuan pemupukan 250 urea + 75 SP-36 + kedua tidak menunjukkan perbedaan yang 75 KCl (P1). Tabel 4. Rata-rata berat kering tanaman (g) dari beberapa varietas dan komposisi pupuk pada umur 2 12 MST. Pengamatan 1 s/d 6 1. V1 V2 V3 Rataan NP BNT (0.05) 2. V1 P1 1.46 1.96 1.53 1.65 b 4.20 3.95 P2 11.13 15.92 11.98 13.01 a 20.29 P3 10.49 11.91 11.92 11.44 a 17.62 P4 9.10 10.58 9.78 9.82 a 16.34 P5 9.61 9.82 8.33 9.25 a 15.51 Rataan 8.36 10.04 8.71 NP BNT 0,05

14.74

39

Jurnal Vegeta Vol. 1 No.2, Desember 2007

V2 V3 Rataan NP BNT (0.05) 3. V1 V2 V3 Rataan NP BNT (0.05) 4. V1 V2 V3 Rataan NP BNT (0.05) 5. V1 V2 V3 Rataan NP BNT (0.05) 6. V1 V2 V3 Rataan NP BNT (0.05)

4.46 3.79 4.07 c 5.04 13.42 dx 13.16 dx 10.71 dx 12.43 16.24 24.14 cx 24.51 cx 25.06 dx 24.57 25.62 27.93 cx 29.23 dx 29.94 cx 29.03 22.74 29.86 ex 34.26 ex 31.17 dx 31.76 18.86

29.68 26.07 25.35 a 99.59 ay 121.52 ax 109.99 axy 110.37 149.97 ax 192.11 ax 175.98 ax 172.69 185.41 ay 236.73 ax 197.41 ay 206.52 226.89 ay 268.95 ax 235.90 axy 243.91

24.89 25.35 22.62 a 83.89 ay 109.61 ax 109.08 ax 100.86 114.72 by 178.47 ax 176.52 ax 156.57 165.78 ay 217.30 ax 187.74 axy 190.27 200.10 by 235.17 bx 225.54 ax 220.27

22.32 20.10 19.59 b

20.86 17.58 17.98 b

20.44 18.58

62.98 bz 47.48 cz x 103.50 b 88.11 cx 96.44 axy 75.06 bxy 87.64 70.21 90.93 by 133.05 bx 151.56 ax 125.18 152.42 ax 174.38 bx 167.51 ax 164.77 169.47 cx 181.14 cx 189.59 bx 180.07 67.85 by 103.81 bx 95.54 cx 89.06 79.23 by 127.91 cx 123.58 bx 110.24 116.03 dy 139.49 dxy 150.10 cx

61.47 87.18 80.26

17.29

89.52 126.39 124.93

43.00

122.16 157.11 141.24

33.87

148.47 171.80 166.46

23.31

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris (a,b,c,d,e) dan kolom (x,y,z) berarti berbeda nyata pada taraf uji BNT = 0.05

Selanjutnya pada Gambar 4, varietas Srikandi Putih (V2) memperlihatkan pola perkembangan berat kering yang lebih baik dibanding dengan varietas Lamuru (V1) dan Varietas Lamuru (V1) Putih (V2)
P1 300 P2 P3 P4 P5

varietas Srikandi Kuning (V3). Perkembangan berat kering menunjukkan peningkatan secara linier relatif sama untuk ketiga varietas. Variets Srikandi
P1 300 P2 P3 P4 P5

Berat Kering Tanqaman (g)

Berat Kering Tanqaman (g)

250 200 150 100 50 0 0 2 4 6 8 10 12 14 M ingg Se te lah Tanam

250 200 150 100 50 0 0 2 4 6 8 10 12 14

Mingg Setelah Tanam

40

Muhammad Izzdin Idrus: Dinamika Pertumbuhan dan Kandungan Nutrisi Jagung (Zea Mays L.) Cacah

Varietas Srikandi Kuning (V3)


P1 300 P2 P3 P4 P5

Berat Kering Tanqaman (g)

250 200 150 100 50 0 0 2 4 6 8 10 12 14

Mingg Setelah Tanam

Gambar 4. Pola Perkembangan Berat Kering Tanaman (g) pada Jagung Varietas Lamuru, Srikandi Putih dan Srikandi Kuning dengan Berbagai Komposisi Pupuk.

Indeks Luas Daun Analisis Sidik ragam indeks luas daun menunjukkan bahwa varietas dan interaksinya dengan kombinasi pemupukan

berpengaruh nyata, sedangkan perlakuan kombinasi pemupukan berpengaruh sangat nyata terhadap indeks luas daun tanaman.

Tabel 5 Ratarata Indeks Luas Daun pada berbagai varietas dan komposis pupuk. Umur/Varieta s 2 4 mg V1 V2 V3 4 6 mg V1 V2 V3 6 8 mg V1 Pemupukan P3 1.0241 bx 1.2911 bx 1.3005 bx 2.2503 bz 3.0190 bx 2.6292 ay 3.0006 ay 4.2318 ax 3.4295 ay 3.0380 ay NP BNT 0,05 0,10

P1 0.2146 dx 0.2338 ex 0.2421 ex NP BNT 0.6970 dx 0.7236 dx 0.5288 cx NP BNT 1.0689 bx 1.1207 cx 0.7653 bx NP BNT 1.1685 bx

P2 1.4572 axy 1.6811 ax 1.2327 ay 0,35 2.5821 ay 3.3309 ax 2.7129 ay 0,05 = 0,30 3.1480 ay 4.4088 ax 3.5878 ax 0,05 = 0,45 3.5279 ay

P4 0.8568 cx 0.9236 cx 0.7884 cx 1.6802 cy 2.2893 cx 2.0280 bx 2.3110 ay 3.1710 bx 2.7875 axy 2.8392 ay

P5 1.0512 bx 0.6749 dxy 0.9920 dx 1.6665 cz 2.5035 cx 2.0887 by 2.78110 ay 3.9037 ax 2.9699 ay 2.9045 ay

0,24

V2 V3

0,98

8 10 mg

1,25

41

Jurnal Vegeta Vol. 1 No.2, Desember 2007

V1 V2 V3 10 12 mg V1 V2 V3 1.2305 cx 0.9039 bx NP BNT 1.1950 bx 1.2355 bx 0.8940 cx NP BNT 4.6958 ax 4.2090 ax 0,05 = 0,50 3.5112 ay 4.6912 ax 4.6029 ax 0,05 =0,71 4.4853 ax 3.7614 ax 3.0288 ay 4.5114 ax 3.7288 ay 3.9394 bx 3.0893 ay 2.8325 ay 4.4165 ax 3.1761 ay 4.0006bx 2.9733 ay 2.8311 ay 3.2784 ax 2.4543 by 1,44

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris (a,b,c,d,e) dan kolom (x,y,z) berarti berbeda nyata pada taraf uji BNT = 0.05

Tabel 5, menunjukkan bahwa varietas Srikandi Putih (V2) dan kombinasi perlakuan pemupukan 250 urea + 75 SP-36 + 75 KCl + pupuk kandang (P2) menghasilkan pertumbuhan tanaman tertinggi setiap kali pengamatan sampai akhir percobaan. Peningkatan indeks luas daun secara signifikan terlihat pada umur ke 2 4 sampai umur 6 - 8 MST dan selanjutnya laju perkembangan indeks luas daun mulai menurun pada umur 8 10 MST, dimana pada umur tersebut perkembangan indeks luas daun tidak mengalami peningkatan pada semua varietas.

Gambar 5, pola perkembangan indeks luas daun pada varietas Srikandi Putih (V2) dengan kombinasi pemupukan P2, P3 dan P4 memperlihatkan peningkatan yang relatif sama dalam jumlah dan luas daun total dan lebih baik dibanding varietas Lamuru (V1) dan varietas Srikandi Kuning (V3) pada setiap pengamatan. Perlakuan pemupukan 250 urea + 75 SP-36 + 75 KCl + pupuk kandang (P2) menunjukkan perbedaan yang sangat nyata terhadap 250 urea + 75 SP-36 +75 KCl (P1) dari ke tiga varietas tersebut.

4 3.5 3 2.5 ILD 2 1.5 1 0.5

P1

P2

P3

P4

P5

5 4.5 4 3.5 3 ILD 2.5 2 1.5 1

P1

P2

P3

P4

P5

Putih ( V2)0

0
0

2- 4

4- 6

Varietas Lamuru (V1)


6-8 8 - 10
5

10 - 12
6

0.5 0

Varietas Srikandi
0 0 2- 4 1 4-26 6 38 8 - 10 4 10 - 12 5
6

Minggu Setelah Tanam 1 2 3 4 Varietas Lamru (V1)

Minggu Setelah Tanam

5 4.5 4 3.5 3 ILD 2.5 2 1.5 1 0.5 0 00

P1

P2

P3

P4

P5

42
2-14 4-26 63 8 8 -410
5 10 - 12 6

Minggu Setelah Tanam

Muhammad Izzdin Idrus: Dinamika Pertumbuhan dan Kandungan Nutrisi Jagung (Zea Mays L.) Cacah

Varietas Srikandi Kuning (V3)

Gambar 5. Pola Perkembangan Ilndeks Luas Daun pada Jagung Varietas Lamuru, Srikandi Putih dan Srikandi Kuning dengan Berbagai KomposisiPpupuk. Nibah Luas Daun (NLD) Analisis sidik ragam nisbah luas daun menunjukkan bahwa varietas dan interaksinya dengan kombinasi pemupukan berpengaruh tidak nyata terhadap nisbah luas daun. Tabel 6, menunjukkan bahwa kombinasi 250 urea + 75 SP-37 + 75 KCl + pupuk kandang (P2) menghasilkan nisbah luas daun yang tertinggi pada awal pengamatan sampai pada pengamatan ke enam dan berbeda nyata dengan kombinasi pemupukan lainnya. Gambar 6, varietas Srikandi Putih (V2) memperlihatkan pola perkembangan nisbah luas daun yang lebih baik dibanding varietas lamuru (V1) dan varietas Srikandi Kuning (V2). Rata-rata perkembangan nisbah luas daun mulai menurun pada umur 4 6 MST dan pola perkembangan nisbah luas daun ke tiga varietas relatif sama.

Tabel 6. Rata-rata Nisbah Luas Daun (cm2-1 g-1) dengan berbagai kombinasi pupuk pada umur 2 12 MST. Minggu Pengamatan 24 46 68 8 10 10 12 P1 1.19 b 1.03 b 0.50 b 0.50 b 0.38 b P2 1.59 a 1.65 a 1.06 a 1.04 a 0.90 a P3 1.32 ab 1.18 b 0.72 b 0.73 b 0.56 b P4 1.14 b 1.16 b 0.63 b 0.65 b 0.47 b P5 1.14 b 1.11 b 0.59 b 0.58 b 0.44 b NP.BNT 0,05 0.33 0.30 0.29 0.29 0.27

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris (a dan b) berarti berbeda nyata pada taraf uji BNT = 0.05

Varietas Lamuru (V1) Putih ( V2)


P1 1.8 1.6 1.4 1.2 P2 P3 P4 P5

Varietas Srikandi
P1 P2 P3 P4 P5

1.8 1.6 1.4 1.2 NLD 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0


0 2 4 6 8 10 12

NLD

1 0.8 0.6 0.4 0.2 0

43
0 2 4 6 8 10 12

Minggu Setelah Tanam

Minggu Setelah Tanam

Jurnal Vegeta Vol. 1 No.2, Desember 2007

2- 4

4- 6

6-8

8 - 10 10 - 12

2- 4

4- 6

6-8

8 - 10 10 - 12

Varietas Srikandi Kuning (V3)


P1 1.8 1.6 1.4 1.2 NLD 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 P2 P3 P4 P5

0 0

2- 4 2

4- 6 4

6-8 6

8 - 10 10 -10 12 8

12

Minggu Setelah Tanam

Gambar 6. Pola Perkembangan Nisbah Luas Daun (cm2/g) pada Varietas Lamuru, Srikandi Putih dan Srikandi Kuning dengan Berbagai Kkomposisi Pupuk . Laju Asimilasi Bersih (LAB) Analisis sidik ragam laju asimilasi netto menunjukkan bahwa varietas dan interaksinya dengan kombinasi perlakuan pemupukan berpengaruh tidak nyata, sedang perlakuan kombinasi pemupukan berpengaruh sangat nyata pada umur 4 12 MST. Tabel 7, menunjukkan bahwa kombinasi pupuk 250 urea + 75 SP-36 + 75 KCl + pupuk kandang (P2) menghasilkan pertumbuhan terbesar pada umur 4 6 MST dan pada umur 6 8 MST terjadi penurunan, setiap perkembangan laju asimilasi bersihnya berbeda nyata terhadap kombinasi lainnya. Gambar 7, varietas Srikandi Putih (V2) memperlihatkan pola perkembangan laju asimilasi netto lebih baik dibanding verietas Lamuru (V1) dan varietas Srikandi Kuning (V3). Rata-rata perkembangan laju asimilasi netto tertinggi pada umur 2 6 MST dan pada umur 4 8 MST terjadi penurunan, kemudian pada umur 8 12 MST cenderung stabil terhadap laju asimilasi netto. Pada pengamatan terakhir, kombinasi 250 urea + 75 SP-36 + 75 KCl + pupuk kandang (V2) berbeda nyata dibanding dengan kombinasi pemupukan lainnya.

Tabel 7. Rata-rata laju asimilasi bersih (mg m2-1 hr-1) dengan berbagai kombinasi pupuk pada umur 2 12 mst . Minggu Pengamatan 2 4 4 6 P1 0.0355 c 0.0661 d P2 0.0726 a 0.1537 a P3 0.0600 a 0.1114 b P4 0.0569 a 0.1032 c P5 0.0489 bc 0.0886 cd NP.BNT 0,05 0.015 0.033

44

Muhammad Izzdin Idrus: Dinamika Pertumbuhan dan Kandungan Nutrisi Jagung (Zea Mays L.) Cacah

6 8 0.0185 b 0.0464 a 0.0433 a 0.0378 a 0.0336 ab 0.017 8 10 0.0138 c 0.0390 a 0.0339 a 0.0306a 0.0273 b 0.011 10 12 0.0146 c 0.0465 a 0.0395 a 0.0352 b 0.0340 b 0.012 Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris (a,b,c,d) berarti berbeda nyata pada taraf uji BNT = 0.05
Varietas Lamuru (V1) Putih (V2)
0.18 0.16
2 LAN (mg/m /hari)
2 LAN (mg/m /hari)

Varietas Srikandi
P1 P2 P3 P4 P5

P1

P2

P3

P4

P5

0.18 0.16 0.14 0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0

0.14 0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 0 0

2- 4 1

4- 6 6 - 8 8 - 10 10 - 12 2 3 4 Minggu Setelah Tanam 5

0 0

2- 4 1

4- 6 6 - 8 8 -4 10 5 12 10 2 3 Minggu Setelah Tanam

Varietas Srikandi Kuning (V3)


0.16 0.14
2 LAN (mg/m /hari)

P1

P2

P3

P4

P5

0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0


0

2- 4

1Minggu Setelah Tanam 2 3 4

4- 6

6-8

8 - 10 10 - 12

Gambar 7. Pola Perkembangan Laju Assimilasi Bersih (mg/m2/hr) pada Varietas Lamuru, Srikandi Putih dan Srikandi Kuning dengan berbagai komposisi pupuk. Laju Tumbuh Pertanaman Analisis sidik ragam laju tumbuh pertanaman menunjukkan bahwa varietas dan interaksinya dengan kombinasi pemupukan berpengaruh tidak nyata, sedangkan perlakuan kombinasi pemupukan berpengaruh sangat nyata terhadap laju tumbuh pertanaman setiap kali pengamatan. Tabel 8, menunjukkan bahwa kombinasi pemupukan 250 urea + 75 SP-36 + 75 KCl + pupuk kandang (P2) menghasilkan laju tumbuh pertanaman tertinggi sejak umur 2 4 MST dan pada umur 4 6 MST terjadi penurunan laju tumbuh. Setiap perkembangan laju tumbuhnya berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.

Tabel 8. Rata-rata Laju Tumbuh Pertanaman (mg m2-1 hr-1 ) dengan Berbagai Kombinasi Pupuk pada Umur 2 12 MST .

Minggu Pengamatan

P1

P2

P3

P4

P5

NP.BNT 0,05

45

Jurnal Vegeta Vol. 1 No.2, Desember 2007

24 0.5152 b 0.8772 a 0.7341ab 0.6619 b 0.6244 b 0,33 46 0.7119 b 1.3975 a 0.9579 b 0.8918 b 0.8099 b 0.69 68 2.7102 b 3.2524 a 2.9285 b 2.8415 b 2.8009 b 0.29 8 10 3.2020 b 4.0468 a 3.6452 b 3.4905 b 3.4509 b 0,50 10 12 3.4320 b 4.2768 a 3.8752 b 3.7205 b 3.7809 b 0,51 Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris (a dan b) berarti berbeda nyata pada taraf uji BNT = 0.05 Gambar 8, memperlihatkan Pola perkembangan laju tumbuh dari ke tiga varietas relatif sama, namun perlakuan pemupukan terhadap ke tiga varietas pada semua waktu pemupukan menunjukkan perbedaan yang nyata antara kombinasi pupuk 250 urea + 75 SP-36 + 75 KCl + pupuk
P1 P2 P3 P4 P5

kandang (P2) dengan pupuk 250 urea + 75 SP-36 + 75 KCl (P1). Peningkatan laju tumbuh, secara signifikan terjadi antara minggu ke empat sampai minggu ke delapan, setelah itu terjadi penurunan laju tumbuh sampai akhir pengamatan.
P1 P2 P3 P4 P5

5.00 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00
0 0 22 4 44 6 66 8 88 10 10-12 10

4.50 4.00
2 NLD (mg/m /hari)

2 NLD (mg/m /hari)

3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00

12

0 0

2 2 4

4 6 668 4

88 10 10-12 10

12

M inggu Setelah Tanam Varietas Lam uru (V1)


P1 P2 P3 P4

M inggu Setelah Tanam Varietas`Srikandi P utih (V2)


P5

5.00 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 0 0

2 NLD (mg/m /hari)

2 2 4

44 6 6 6 8

8 10 8 10 10-12

12

M inggu S etelah T anam Varietas S rikandi K uning (V3)

Gambar 8. Pola perkembangan laju tumbuh pertanaman(gm hr ) pada varietas Lamuru, Srikandi Putih dan Srikandi Kuning dengan Berbagai Komposisi Pupuk .

Kandungan Protein Kasar varietas, kombinasi pupuk serta interaksi Kandungan protein kasar dan sidik keduanya, berpengaruh sangat nyata ragam menunjukkan bahwa berbagai terhadap kandungan protein kasar. Tabel 9. Rata-rata Kandungan Protein Kasar (%).

46

Muhammad Izzdin Idrus: Dinamika Pertumbuhan dan Kandungan Nutrisi Jagung (Zea Mays L.) Cacah

Perlakuan V1 V2

P1
c 7,20 y
b x

P2 9,69 a y 10,87
a x a x

P3 8,54 b y 10,67
a x b y

P4 8,43 b y 10,60 7,50 c z


a x

P5 7,15 c y 9,60
b x

NP BNT (0,05) 0,534

7,60

8,78 10,83 6,83 d z V3 NP BNT (0,05) 0,600 Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris (a, b, c, d) dan kolom (x, y, z) berarti berbeda nyata pada taraf uji BNT = 0,05 Uji BNT pada Tabel 9, menunjukkan bahwa varietas Srikandi Putih dan kombinasi pupuk 250 urea + 75 SP-36 + 75 KCL + pupuk kandang (V2P2) menghasilkan kandungan protein kasar tertinggi (10,87), tetapi tidak berbeda nyata dengan kombinasi varietas Srikandi Kuning dan pupuk 225 urea + 50 SP 36 + 25 KCL + pupuk kandang (V3P2), yaitu 10,83 dan berbeda nyata dengan kombinasi varietas Lamuru dan pupuk 200 urea + 50 SP-36 + 50 KCl + pupuk kandang (V3P5), yaitu 6,83. Kandungan Lemak Kasar Kandungan lemak kasar dan sidik ragam menunjukkan bahwa berbagai varietas dan kombinasi pupuk sangat berpengaruh nyata sedangkan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap kandungan lemak kasar.

c 7,57 x

Tabel 10. Rata-rata Kandungan Lemak Kasar (%) Perlakuan V1 V2 P1 3,20 c y 4,35
b x

P2 5,55 a y 5,70
a x

P3 4,50 b y 5,65
a x

P4 4,32 b x 4,55
b x b y

P5
b 4,12 y
b x

NP BNT (0,05) 0,348

4,52

3,60 3,57 b 4,72 a z V3 z NP BNT (0,05) 0,318 Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris (a, b, c) dan kolom (x, y, z) berarti berbeda tidak nyata pada taraf uji BNT = 0,05 Uji BNT pada Tabel 10, menunjukkan bahwa kombinasi varietas Srikandi Putih dan pupuk 250 urea + 75 SP 36 + 75 KCL + pupuk kandang (V2P2) menghasilkan kandungan lemak kasar tertinggi (5,70), tapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan kombinasi varietas Srikandi Putih dan pupuk 225 urea + 50 SP-36 + 25 KCl + pupuk kandang (V2P3), yaitu 5,65 namun berbeda nyata dengan kombinasi varietas Lamuru dan pupuk 250 urea + 75 SP-36 + 75 KCl (V1P1), yaitu 3,20. Kandungan Serat Kasar Kandungan serat kasar dan sidik ragam menunjukkan bahwa berbagai varietas, kombinasi pupuk serta interaksi keduanya sangat berpengaruh nyata terhadap kandungan serat kasar. Uji BNT pada Tabel 11, menunjukkan bahwa kombinasi varietas Srikandi Putih dan pupuk 200 urea + 50 SP-36 + 50 KCl + pupuk kandang (V3P5) menghasilkan kandungan serat kasar tertinggi (25,80), tapi tidak berbeda nyata dengan kombinasi varietas Lamuru dan pupuk 200 urea + 50 SP36 +50 KCl + pupuk kandang (V1P5), yaitu 25,72 namun berbeda nyata dengan kombinasi varietas Srikandi Putih dan pupuk 250 urea + 75 SP-36 + 75 KCl + pupuk kandang (V2P2), yaitu 18,00.

c 4,44 x

a 4,69 y

47

Jurnal Vegeta Vol. 1 No.2, Desember 2007

Tabel 11. Rata-rata Kandungan Serat Kasar (%). Perlakuan V1 V2 P1


a 25,43 x a 23,75 y a

P2
c 20,16 x

P3
b 23,13 x

P4
b 23,49 x d 19,78 y a

P5
a 25,72 x c 21,21 y a

NP BNT (0,05) 0,494

18,00 b z
c

18,43 b z

23,83 y 19,12 y 23,51 x 25,80 x 21,51 b y V3 NP BNT (0,05) 0,563 Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris (a, b, c, d, e) dan kolom (x, y, z) berarti berbeda nyata pada taraf uji BNT = 0,05 Kandungan BETN Kandungan karbohidrat (bahan ekstrak tanpa N) dan sidik ragam menunjukkan bahwa berbagai varietas, kombinasi pupuk serta interaksi keduanya sangat berpengaruh nyata terhadap kandungan karbohidrat.

Tabel 12. Rata-rata Kandungan BETN (%). Perlakuan V1 V2 V3 NP BNT (0,05) P1


a 60,00 x b 60,08 x a 60,00 x

P2 59,66 a z 61,04
a x

P3
a 59,60 y a 60,97 x

P4
a 60,00 y a 60,75 x

P5
a 60,00 x b 60,19 x

NP BNT (0,05) 0,587

60,46 a y

60,40 x

60,40 x

60,35 x

0,581

Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris (a dan b) dan kolom (x, y, z) berarti berbeda nyata pada taraf uji BNT = 0,05

Uji BNT pada Tabel 12, menunjukkan bahwa kombinasi varietas Srikandi Putih dan pupuk 250 urea + 75 SP-36 + 75 KCL + pupuk kandang (V2P2) menghasilkan kandungan BETN tertinggi (61,04), tapi tidak berbeda nyata dengan kombinasi varietas Srikandi Ptih dan pupuk 225 urea + 50 SP-36 + 25 KCl + pupuk kandang (V2P3), yaitu 60,97 namun berbeda nyata dengan kombinasi varietas Lamuru dan pupuk 225

urea + 50 SP-36 + 25 KCl + pupuk kandang (V1P3), yaitu 59,60. Kandungan Abu Kandungan abu dan sidik ragam menunjukkan bahwa berbagaii varietas, kombinasi pupuk serta interaksi keduanya sangat berpengaruh nyata terhadap kandungan abu.

Tabel 13. Rata-rata Kandungan Abu (%). Perlakuan V1 V2 V3 NP BNT (0,05) P1


b 4,17 x a 4,22 x a 4,16 x

P2
a 4,94 x

P3
b 4,23 x a 4,28 x a 4,62 x

P4 3,76 b z 4,32
a y

P5
c 3,01 y a 4,48 x

NP BNT (0,05) 0,557

4,39

a y

4,87 a x

4,99 x

3,45 y

0,532

48

Muhammad Izzdin Idrus: Dinamika Pertumbuhan dan Kandungan Nutrisi Jagung (Zea Mays L.) Cacah Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada baris (a, b, c) dan kolom (x, y) berarti berbeda nyata pada taraf uji BNT = 0,05

Uji BNT pada Tabel 13, menunjukkan bahwa kombinasi varietas Srikandi Kuning dan pupuk 200 urea + 75 SP 36 + 25 KCL + pupuk kandang (V3P4) menghasilkan kandungan abu tertinggi (4,99) tapi tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan varietas Srikandi Kuning dan pupuk 250 urea + 75 SP36 + 75 KCL + pupuk kandang (V3P2), yaitu 6,87 namun berbeda nyata dengan perlakuan kombinasi varietas Lamuru dan pupuk 200 urea + 50 SP-36 + 50 KCl + pupuk kandang (V1P5), yaitu 3,01. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Terdapat interaksi antara varietas Srikandi Putih dan komposisi pupuk 250 urea + 75 SP-36 + 75 KCL + 4000 pupuk kandang ayam terhadap pertumbuhan tanaman serta kuantitas dan kualitas kandungan nutrisi. 2. Varietas Srikandi Putih memberikan respon terbaik terhadap pertumbuhan serta kuantitas dan kualitas kandungan nutrisi. 3. Komposisi pupuk 250 urea + 75 SP-36 + 75 KCL + 4000 pupuk kandang ayam memberikan respon dan hasil yang terbaik terhadap pertumbuhan serta kuantitas dan kualitas kandungan nutrisi. DAFTAR PUSTAKA Abdul Bari., Sjarkani Musa dan Endang Syamsuddin. 1974. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor.

_______ 2003. Varietas Unggul (http:/tool. Search.yahoo.com). Diakses pada 21/10/2004 _______ 2004. Usulan Pelepasan Varietas Unggul Jagung Bermutu Protein Tinggi S99TLYQ AB S98TLWQ (F/D). Puslitbang Tanaman Pangan. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. Azrai, M., 2004. Pedoman Teknis Produksi Jagung Cacah Untuk Pakan Ternak. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Puslitbangtanpang. Bogor. Benyamin, L. 2000. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta. Cordova, H., 2001. Quality Protein Maize. Improved Nutrition and Livelihood for the Poor. Maize Research Highlights. 1999-2000. CIMMYT. p.27-31. Dahlan, M., 1993. Pembentukan dan Produksi Benih Varietas Bersari Bebas. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Prosiding. Bogor. Dwijoseputro, D., 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia. Jakarta. Gardner, F.P., Pearce, R.B., dan Mitchell, R.L., 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UIPress. Jakarta. Goldsworthy, P. R., N. M. Fisher. 1992. The Physiology Of Tropical Field Crops (Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik, Terjemahan Tohari). Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hari Suseno, 1981. Fisiologi Tumbuhan. Metabolisme Dasar dan Beberapa Aspeknya. Departemen Botani. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Harjadi, S. S. 1991. Pengantar Agromomi. Gramedia. Jakarta.

Ahmad, D.S., 1996. Ilmu Gizi Jilid I. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta. Anonim, 1981. Tanah dan Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. _______ 1983. Hijauan Makanan Ternak. Penerbit Kabisius. Yogyakarta. _______1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

49

Jurnal Vegeta Vol. 1 No.2, Desember 2007

Heinrich, G. M., C. A. Francis and J. D. Eastin. 1983. Stability of Grain Shorgum Yield Components Across Divers Environments. Crops Sci. 23:209-212. Jagung. 2005. http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung. Diakses 6/2/2006. Jumin, H. B., 1989. Ekologi Tanaman, Suatu Pendekatan Fisiologis. CV. Rajawali. Jjakarta. Koswara, J. 1992. The Effect of Nitrogen and Plant Population on Corn Production, and a Study of Grain Maturation Period of Five Varieties in Indonesia. Thesis. University of Wisconsin, Madison. 161 p. Lingga. P. 1991. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Lubis, D. A., 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT. Pembangunan Jakarta. Bogor. Manglayang. 2005. Quick (& Dirti) Proximate. Manglayang @qmail.com. Diakses tanggal 6/2/06. Marsum, D., 1998. Pembentukan dan Produksi Benih Varietas Bersari-Bebas. Buletin Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor. Martin, J.H., W.H.Leonard and Stam. 1976. Principles of Field Crop Production. Macmillan Publishing Company. Mertz, E.T., 1992. Discovery of High Lysine. High Tryptophane Cereals Quality Protein Maize. Purdue University West Lafayette, Indiana. Mulyani, M., 1999. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Nasaruddin, 2004. Fotosintesis, Respirasi, Metabolisme Hara dan Analisis Pertumbuhan (bahan kuliah dan belum diterbitkan). Makassar. Purwowidodo, M. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung. Rahman, S. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Pemasyarakatan dan

Pengembangannya. Yogyakarta.

Penerbit Kanisius. Ternak

Reksohadiprodjo, S. 1988. Pakan Gembala. APFE. Yogyakarta. Salisbury B. F., C. W. Ross. Physiology (Fisiologi Terjemahan Diah R. Sumaryono). Jilid II. Bandung. Sania

1995. Plants Tumbuhan : Lukman dan Penerbit ITB.

Saenong, Syafruddin, Fadhly, A.F., 1988. Keragaman Pemupukan N, P, K dan S pada Tanaman Jagung di Sul-sel. Balai Penelitian Jagung dan Serealia, Maros.

Santoso, R.D. dan Kusnadi,MH., 1996. Kamus Istilah Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Sarief, S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simplex. Jakarta. Sitompul, S.M., Bambang, G., 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGM Gadjah Mada University Press. Malang. Soekadji. 1991. Pengembangan Peternakan Di Wilayah Indonesia Bagian Timur Ditinjau Dari Kesesuaian Lahan. Materi Simposium Meteorologi Pertanian. Malang. Hal. 17 18. Subronto dan Muluk, H. 1991. Kajian Fisiologis Dalam Rangka Mencari Tanaman Kelapa Sawit yang Produktif. Bull. PPM Vol. 22 No.1. Sudaryono, 1998. Teknologi Produksi Jagung. Balai Penelitian Jagung dan Serealia. Maros. Suhardjono, H., Moegijanto. 1998. Kajian Sistem Panen Tanaman Jagung dalam Menunjang Pakan Ternak. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Maros, hal. 439 442. Suprapto, H.S. dan Marzuki, R., 2004. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta.

50

Muhammad Izzdin Idrus: Dinamika Pertumbuhan dan Kandungan Nutrisi Jagung (Zea Mays L.) Cacah

Sutopo, L., 1998. Teknologi RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Benih.

Tangendjaja, B., Gunawan. 1988. Jagung dan Limbahnya untuk Makanan Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Tillman, A.D., Hartadi, S.R., Prawirokusomo dan Lebdosoekodjo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada. Gajah Mada University Press. Yogyakarta, Tim Teknis Bimas. 1996. Paket Teknologi Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Sulsel MT 1996/1997. Bimas Propinsi Sulsel. Makassar.

Warisno, 1998. Budidaya Jagung Hibrida. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Widyastuti, Y.E. dan Adisarwanto, T., 2004. Meningkatkan Produksi Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta. Yasin, HG., Kasim, F., Mejaya, MJ., Subandi, 2004. Menyongsong Pengembangan Jagung Protein Mutu Tinggi. Balitsereal. Maros. Yasin, HG., Made, JM., Firdaus K., 2004. Pembentukan Populasi Jagung Sintetik Berprotein Mutu Tinggi. Balitsereal. Maros. Zainal, A., 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agro Media Pustaka. Jakarta.

51

Anda mungkin juga menyukai