Anda di halaman 1dari 53

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar diarahkan sebagai sarana pembinaan dan kesatuan bangsa, peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia siswa, sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Indonesia untuk berbagai keperluan, dan sarana pengembangan penalaran. Tujuan idealis itu selanjutnya diturunkan ke dalam tujuan umum : (1) siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara; (2) siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan; (3) siswa menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual (berpikir kreatif, menggunakan akal sehat, menerapkan pengetahuan yang berguna, dan memecahkan masalah), kematangan emosional dan sosial; dan (4) siswa mampu menikmati, memahami, dan memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan

kemampuan berbahasa. Gambaran pembelajaran bahasa Indonesia di atas sejauh ini masih jauh terapannya di kelas riil sekolah. Harapan bahwa dengan pembelajaran bahasa Indonesia anak-anak dapat membaca dengan baik, menulis dengan lancar, dan berbicara dengan sopan, baik, dan berani, masih jauh panggang dari api. Sebagian besar, guru masih berkutat pada penyampaian teori yang tak relevan dengan kebutuhan berkomunikasi. Permasalahan yang dihadapi pengajaran bahasa 1

Indonesia masih kompleks dan perlu pembinaan terus-menerus. Masukanmasukan yang berupa laporan yang berasal dari keadaan nyata di sekolah akan sangat berarti bagi penentu kebijakan. Dalam pengajaran sastra, kondisi tersebut lebih memprihatinkan. Siswa lebih banyak dijejali teori sastra daripada karya sastra. Akibatnya, mereka (siswa) lebih paham teori sastra daripada karya sastra. Aktivitas langsung bergaul dengan karya sastra jarang dilakukan karena terbatasnya sarana kepustakaan. (Haryadi dan Zamzani, 1996/1997: 1). Maka tingkat apresiasi siswa sangat rendah. Kegiatan menikmati karya sastra melalui membaca, mendengarkan, menonton pementasan, menciptakan, dan mendokumentasikan karya sastra pun belum membudaya. Padahal, tradisi semacam itu amat diperlukan oleh guru dalam usahanya memberi contoh dan keteladanan kepada anak didik.

Karya sastra terdiri atas prosa dan puisi. Khusus mengenai pembelajaran menulis puisi, standar kompetensi untuk kelas V semester 2 adalah: Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas. (Depdiknas, 2006: 142). Sedangkan salah satu kompetensi dasarnya adalah: Menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat. (Depdiknas, 2006: 142). Sesuai dengan tuntutan KTSP maka siswa kelas V sekolah dasar sudah harus mampu menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat. Namun fakta empiris sebagaimana yang dialami oleh penulis sebagai guru kelas V sekolah dasar, menemukan bahwa siswa kelas V pada umumnya belum mampu menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat. Bahkan siswa masih sangat sulit

mengungkapkan gagasan, sesuatu yang sangat prinsipil dalam pembelajaran menulis. Berdasarkan hasil analisis penulis maka dapat ditarik suatu kesimpulan sementara bahwa penyebab utama kegagalan menulis puisi terutama di kelas V sekolah dasar adalah karena kurang tepatnya media pembelajaran yang digunakan oleh guru. Dalam hal ini, Sudirman dkk. (1990: 211-212) mengungkapkan betapa pentingnya pemilihan media pembelajaran dan dampak edukatifnya sebagai berikut. Kegiatan pemilihan media pengajaran ini merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan proses belajar-mengajar, sebab apabila salah dalam memilih media pengajarannya, keberhasilan proses berikutnya akan terpengaruh. Memilih media pengajaran harus dikaitkan dengan tujuan instruksional, strategi belajar-mengajar yang akan digunakan, dan sistem evaluasi yang akan digunakan. Selanjutnya, Imam dkk. (2004: 90) menguraikan metode serta media dalam pembelajaran menulis puisi. Berikut ini penjelasan metode pembelajaran dalam penulisan puisi beserta berbagai medianya. Tahap pertama, mengamati keindahan alam dalam kelompok kecil. Tahap kedua, menyelenggarakan perlombaan antar-kelompok kecil di tingkat kelas. Tahap ketiga, pengenalan figur dan magang. Tahap keempat, mempublikasikan puisi yang diciptakan siswa. Tahap kelima, mengadakan wisata sastra. Gani (1988: 14) yang mengutip Probst dalam Resmini, Djuanda, dan Indihadi (2004: 91) menyatakan bahwa pengajaran sastra harus membuat siswa

mampu menemukan hubungan antara pengalamannya dengan karya sastra yang bersangkutan. Dari berbagai pendapat di atas secara eksplisit terungkap bahwa pembelajaran sastra khususnya pembelajaran menulis puisi di sekolah dasar dapat dilaksanakan melalui penggunaan media lingkungan. Lingkungan merupakan materi konkret untuk kepentingan manipulasi, konstruksi, dan keterlibatan aktif. kelas hendaknya menyediakan bahasa dalam konteks alami dan kelas yang kaya bahasa. Jika relevan, bahasa akan mudah dipelajari dan menjadi bagian suatu peristiwa nyata sehingga pembelajar memiliki kemampuan memanfaatkannya. (Suwardjo dalam Zulkifly, 2006: 52). Sejalan dengan itu, Hamalik (2001) dalam Zulkifly (2006: 52) mengemukakan lingkungan merupakan faktor terpenting dalam proses belajarmengajar karena lingkungan menyediakan proses rangsangan timbal-balik terhadap individu. Dengan demikian siswa akan tertarik untuk menulis. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian yang dimuat dalam judul Upaya Mengoptimalkan Pembelajaran Menulis Puisi bebas dengan Media Lingkungan (Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas V SDN 1 Parigi Tagogapu Padalarang Tahun Pelajaran 2011-2012)

1.2 Pembatasan Masalah Dalam proses penelitian ini agar tidak menyimpang dari pokok penelitian, maka masalah-masalah yang akan ditelaah dalam penelitian ini akan dibatasi sebagai berikut: 1) Sebagai objek penelitian adalah siswa kelas V SDN 1 Parigi Kecamatan Padalarang tahun pelajaran 2011 2012 2) Kompetisi dasar yang akan dianalisis dari karya sastra yaitu menulis puisi bebas; 3) Media pembelajaran yang akan dijadikan pelakuan adalah media lingkungan

1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang akan ditelaah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut ini. 1) Bagaimana perencanaan pembelajaran menulis puisi dengan media lingkungan kelas V SDN 1 Parigi Kecamatan Padalarang tahun pelajaran 2011-2012 ? 2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menulis puisi dengan media lingkungan kelas V SDN 1 Parigi Kecamatan Padalarang tahun pelajaran 2011-2012 ? 3) Bagaimana penilaian pembelajaran menulis puisi dengan media lingkungan kelas V SDN 1 Parigi Kecamatan Padalarang tahun pelajaran 2011-2012 ?

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah ingin mengetahui :

1) perencanaan pembelajaran menulis puisi bebas dengan media lingkungan kelas V SDN 1 Parigi Kecamatan Padalarang tahun pelajaran 2011-2012; 2) pelaksanaan pembelajaran menulis puisi bebas dengan media lingkungan kelas V SDN 1 Parigi Kecamatan Padalarang tahun pelajaran 2011-2012; 3) penilaian pembelajaran menulis puisi bebas dengan media lingkungan kelas V SDN 1 Parigi Kecamatan Padalarang tahun pelajaran 2011-2012.

1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang terkait, yaitu sebagai berikut ini. 1) Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan menambah pengalaman, pengetahuan dan kekreatifan sebagai seorang pengajar bahasa dan sastra Indonesia. 2) Bagi Siswa Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan keaktifan dan kekreatifan dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi bebas 3) Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan membantu para guru sebagai bahan perbandingan dalam pembelajaran menulis puisi bebas 4) Bagi Lembaga Penelitian ini di harapkan menambah wawasan penggunaan media lingkungan khususnya dalam pembelajaran menulis puisi bebas

1.6 Metode dan Teknik Penelitian 1.6.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK adalah proses pengkajian masalah pembelajaran di kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah dengan melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan. peneliti tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat. Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Secara etimologi ada tiga istilah dalam PTK, yaitu : 1. Penelitian adalah suatu proses pemecahan masalah yang dilakukan secara sistimatis, empiris, dan terkontrol. 2. Kelas adalah tempat belajar berlangsung 3. Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,

dikembangkan, dan dibuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga pada giliranya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan

mengantisipasi masalah dalam bidan pendidikan.

1.6.2 Teknik Penelitian Teknik penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan Taggart, Menurut Kemmis dan Taggart via Suyata (1994:16), penelitian tindakan kelas mengenal empat langkah penting yaitu: perencanaan, tindakan, implementasi tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilaksanakan dalam bentuk siklus. Dalam penelitian ini akan dilakukan dua siklus.

OBA

RP

Siklus I

Siklus II

Gambar 1. Siklus Pembelajaran Keterangan: OBA P T O R RP : Observasi Awal : Perencanaan : Tindakan : Observasi : Refleksi : Revisi Perencanaan

1.7 Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber, yakni siswa, guru dan teman sejawat serta kolaborator. 1. Siswa Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar dan aktifitas siswa dalam proses belajar mengajar 2. Guru 3. Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran menulis puisi bebas dan hasil belajar serta aktifitas siswa dalam proses pembelajaran 4. Teman sejawat dan kolaborator Teman sejawat dan kolaborator dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat implementasi PTK secara komprehensif baik dari sisi siswa maupun guru

1.8 Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari RPP, Observasi, Wawancara dan Pengamatan : (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan (RPP) adalah Rencana yang untuk

menggambarkan

prosedur

pengorganisasian

pembelajaran

mencapai suatu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus (2) Lembar observasi

10

Lembar observasi adalah lembar kegiatan yang digunakan untuk mencatat aktivitas siswa melalui pengamatan langsung dengan menggunakan alat indera. (3) Lembar wawancara Wawancara ( Interview ) merupakan salah satu cara pengumpulan data yang langsung didapat dari sumber penelitian melalui percakapan secara lisan atau tanya jawab : (4) Pengamatan Pengamatan adalah hasil penelitian yang dilakukan selama siswa diluar sekolah

1.9 Definisi Operasional 1). Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk tujuan memberi tahu, meyakinkan atau menghibur. 2) Puisi adalah karangan yang terikat oleh pemilihan diksi, rima dan suku kata dengan bentuk yang berangkap. 3) Puisi Bebas adalah (puisi modern) adalah bentuk puisi yang benar-benar bebas, bebas dalam bentuk maupun isi. Jenis puisi ini tidak lagi terikat oleh jumlah baris, rima atau ikatan lain yang biasa dikenakan pada puisi lama maupn puisi baru. (Suroto:1989)

11

4)

Media

Pengertian

media

mengarah

pada

sesuatu

yang

mengantar/meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Media adalah segala bentuk dan saluran yang dapat digunakan dalam suatu proses penyajian informasi (AECT Task Force, 1977:162)(dalam Latuheru, 1988:11). Robert Heinich dkk (1985:6) mengemukakan definisi medium sebagai sesuatu yang membawa informasi antara sumber (source) dan penerima (receiver) informasi. Masih dari sudut pandang yang sama, Kemp dan Dayton (1985:3), mengemukakan bahwa peran media dalam proses komunikasi adalah sebagai alat pengirim (Transfer) yang mentransmisikan pesan dari pengirim (sender) kepada penerima pesan atau informasi (receiver).

12

BAB 2 IHWAL MENULIS PUISI BEBAS DAN MEDIA LINGKUNGAN

2.1 Menulis 2.1.1 Pengertian Menulis Pada hakikatnya menulis adalah salah satu cara berkomunikasi untuk mengungkapkan ekspresi diri, pembentukan tingkah laku serta salah satu cara belajar. Untuk dapat menulis secara komunikatif, penulis harus

mengekspresikan dirinya pada saat ia berbagi dengan pembaca serta mengikuti aturan sehingga membuat pembaca belajar dapat menekankan tulisannya pada setiap fungsi berbeda sesuai dengan kegiatan menulis itu sendiri. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ada empat keterampilan ya n g ha r us di k u as ai ol e h si s w a yai t u

ket e r am p i l an m en d en ga r ka n , be r bi ca r a, membaca dan menulis (Depdiknas, 2006: 22). Keempat keterampilan tersebut satu d en ga n yan g l ai n n ya Um u m n ya s al i n g b e rk ai t a n m el al ui a t ur a n ya n g t er at u r.

keterampilan berbicara

menyimak kemudian

mendahului keterampilan

keterampilan

membaca dan terakhir keterampilan menulis. Hal ini s e j a l a n pendapat (Tarigan: 1985) yang mengatakan bahwa, secara umum keterampilan m en yi m ak d a n be r b i c a ra d i m ul ai u si a pr a

13

se kol a h s ed an g k an ket e r am p i l an membaca dan menulis setelah memasuki bangku sekolah. Dalam menulis semua unsur keterampilan berbahasa harus

dikonsentrasikan secara penuh agar mendapat hasil yang benar-benar baik. Henry Guntur Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai. Menurut Djago Tarigan dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Lado dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) juga mengungkapkan pendapatnya mengenai menulis yaitu: meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain. Menulis dapat dianggap sebagai suatu proses maupun suatu hasil. Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Menurut Heaton dalam St. Y. Slamet (2008: 141) menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks. Menulis ialah melukiskan lambang-lambang grafik yang

menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat memahami lambang-lambang grafik tersebut (Tarigan, 2008:22). Menulis adalah kegiatan menyusun dan mengkomunikasikan gagasan dengan medium bahasa yang dilakukan penulis kepada pembaca sehingga terjadi interaksi keduanya demi tercapainya suatu tujuan. Atar Semi (1990:13-14)

14

mengungkapkan bahwa menulis merupakan suatu proses. Dari proses tersebut, menulis juga melibatkan berbagai keterampilan menyusun pikiran dan perasaan dengan menggunakan kata-kata dalam bentuk susunan yang tepat. Menurut Suparno dan M. Yunus (2008: 1.3) menjelaskan menulis sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan

menggunakan bahasa tulis sebagai atat atau medianya. Menulis juga merupakan sebuah proses. Oleh karena itu kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat kompleks. Hal ini disebabkan karena ketika menulis khususnya mengarang sudah dituntut untuk menggunakan ejaan yang benar, dengan kosakata yang tepat, kalimat yang efektif serta dengan penggunaan paragraf yang baik. Itulah sebabnya kemampuan menulis dikatakan sangat kompleks Menulis merupakan kegiatan yang sifatnya berkelanjutan sehingga hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa menulis merupakan kemampuan dasar sebagai bekal belajar menulis di jenjang berikutnya. Kemampuan menulis tidak dapat diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses belajar mengajar (Resmini, Novi dkk, 2006: 191). Menulis dapat didefinisikan atau dibatasi dari sudut pandang berbeda, sehingga menulis dapat dipandang sebagai (1) kemampuan individu, (2) keterampilam berbahasa, (3) alat penyampai pesan, (4) suatu proses yang bertahap, (5) kegiatan seseorang dalam menyampaikan tulisan, (6) sesuatu yang dapat dipelajari dan dilatihkan, atau (7) keterampilam yang diajarkan.

15

Menulis adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Tarigan dalam Isah dan Hodijah (2007: 127) menjelaskan perbedaan menulis dengan tiga keterampilan berbahasa lain. Menulis memiliki kesamaan media bahasa dengan membaca, yakni sama-sama menggunakan bahasa tulis (grafem), namun berbeda dari menyimak dan berbicara, yakni menggunakan bahasa lisan (fonem). Menulis memiliki kesamaan dengan berbicara yakni sama-sama memproduksi (menghasilkan) pesan, namun berbeda dari membaca dan menyimak. Pesan dihasilkan (produktif) dalam menulis, sementara pesan diterima (reseftif) dalam membaca dan menyimak Menurut Resmini, Novi dkk (2009: 226) pembelajaran menulis di SD dilaksanakan dengan berlandas tumpu pada kurikulum mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Artinya, pembelajaran tersebut harus sejalan dengan tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesi. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, kemampuan menulis

mempunyai arti yang sangat penting yaitu: a. Menulis dalam arti mengekspresikan atau mengungkapkan pikiran, dan perasaan dalam tulisan; b. Menulis dalam arti melahirkan bunyi-bunyi bahasa, ucapan dalam bentuk tulisan untuk menyampaikan pesan berupa pikiran dan perasaan. Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan berbahasa yang paling akhir dikuasai siswa setelah kemampuan

mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibanding tiga kemampuan

16

berbahasa yang lain, menulis lebih sulit dikuasai (Nurgiantoro, 2008:294). Lebih lanjut dijelaskan bahwa kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi tulisan. 2.1.2 Jenis Menulis Secara garis besar ada 3 jenis menulis, yaitu menulis fiksi, faksi dan nonfiksi. Masing-masing jenis menulis dapat diuraikan sebagai berikut: a. Menulis fiksi adalah tulisan yang berangkat dari khayalan atau imajinasi. Dalam jenis menulis ini penulis bebas berimajinasi. Nama tokoh, peristiwa dan tempat kejadian merupakan hasil imajinasi penulis. Walaupun demikian, tetap ada kemungkinan terjadi persamaan antara imajinasi penulis dengan kenyataan yang pernah terjadi di suatu tempat. Menulis non fiksi Beberapa cerita fiksi bahkan mencegangkan dunia karena ternyata benar-benar menjadi kenyataan di masa depan. Misalnya novel Futility yang ditulis oleh Morgan Robertson pada tahun 1989. Novel ini berkisah tentang kapal mewah Titinaic yang tenggelam setelah menabrak gunung es di Atlantik Utara. Dalam kenyataan pada tahun 1912 atau 14 tahun setelah novel Futility ini terbit. Sebuah kapal mewah bernama Titanic benar-benar menabrak sebuah gunung es di Atlantik Utara. Termasuk dalan jenis menulis fiksi ini adalah cerita pendek (cerpen), cerita bersambung (cerbung), novelet, novela, novel dan puisi. b. Menulis non fiksi adalah tulisan yang berdasarkan informasi, data, dan fakta yang benar-benar terjadi. Data dan fakta itu harus dipaparkan dengan

17

benar tanpa rekayasa atau ditambahi imajinasi penulis. Termasuk dalam jenis menulis ini adalah berita, artike, feature (tulisan khas), opini, tajuk, rencana, resensi, reportase, biografi, otobiografi dan karya tulis ilmiah. Penulis harus dapat mempertanggungjawabkan hal yang dipaparkannya dalam tulisan jenis nonfiksi ini. c. Menulis faksi ada satu lagi jenis menulis yang belakangan ini banyak digunakan yaitu menulis faksi. Faksi (fakta-fiksi) ini memadukan dua jenis menulis fiksi dan nonfiksi, membuat cerita fiksi berdasarkan kisah nyata, membuat fakta menjadi sebuah karya fiksi. Dalam bentuk faksi ini, penulis diperbolehkan menambah bumbu-bumbu penyedap agar cerita semakin enak dibaca.

2.1.2 Manfaat Menulis Kemampuan menulis permulaan memiliki manfaat t e r u t a m a p a d a kemampuan menulis lanjutan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar, manfaat tersebut antara lain: 1) Memperluas dan meningkatkan pertumbuhan kosa kata. 2) Meningkatkan kelancaran tulis menulis dan menyusun kalimat 3) Sebuah karangan pada hakikatnya berhubungan bahasa dan kehidupan. 4) Kegiatan tulis menulis meningkatkan kemampuan u ntuk

pengaturan dan pengorganisasian. 5) Mendorong calon penulis terbiasa mengembangankan suatu gaya penulisan pribadi dan terbiasa mencari pengorganisasian yang

18

sesuai dengan gagasannya sendiri. Dalam makalahnya, Yus Rusyana mengungkapkan manfaat menulis sebagai berikut: a. Mencatat sesuatu agar tidak mudah dilupakan; b. Mencatat pikiran-pikiran; c. Mencatat renungan-renungan; d. Mencatat gagasan-gagasan.

2.1.3 Tujuan Menulis Abdurrahman dan Walu yo (2000: 223) men yatakan bahwa tujuan m en ul i s si s w a di sek ol ah d as a r u nt uk

m en ya l i n , m en c at at , da n m en ge rj a ka n sebagian besar tugas-tugas yang diberikan di sekolah dengan harapan melatih keterampilan berbahasa dengan baik. Graves (dal am A kh a di a , 199 1 : 1 4 - 15 ) menyatakan bahwa, dengan menguasai keterampilan menulis siswa dapat: (1) meningkatkan kecerdasannya, (2) mengembangkan daya inisiatif dan kreatif, (3) menumbuhkan keberanian dan (4) dapat mendorong motivasi anak untuk mencari dan menemukan informasi. Dari beberapa tujuan menulis di atas, terlihat bahwa menulis adalah salah satu keterampilan yang mutlak harus dimiliki oleh anak sekolah dasar, sesudah keterampilan menyimak dan berbicara. Syafeie (1989: 256) menyatakan bahwa, kemampuan dan keterampilan baca tulis harus segera dikuasai oleh siswa karena k em am pu an da n k et e r am p i l an

19

i ni s e ca r a l an gs un g b er k ai t an d e n gan sel ur uh kegiatan proses belajar mengajar di sekolah dasar. M e nul i s d a pat di p a nd an g s eb a gai r an gk ai an a kt i v i t as ya n g f l e ksi b el . Rangkaian aktivitas yang menulis draf, revisi

fleksibel maksudnya meliputi

pra menulis,

penyuntingan, dan publikasi atau pembahasan. Perkembangan anak dalam menulis permulaan juga terjadi secara perlahan-lahan, dalam tahap ini anak perlu mendapat bimbingan dalam memahami dan menguasai cara mentransfer pikiran kedalam tulisan.

2.1.4 Rambu-rambu Pembelajaran Menulis Berikut ini merupakan rambu-rambu yang perlu diperhatikan guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis di sekolah. 1) Belajar bahasa pada hakikatnya adalah berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran menulis diarahkan pada kemampuan berkomunikasi secara tertulis. 2) Pelaksanaan pembelajaran menulis sebaiknya disajikan secara terpadu, terhadap aspek pembelajaran lain. Namun, dalam hal tertentu dapat difokuskan pada komponen tertentu. Menulis dapat sebagai fokus maupun sebagai tambahan. 3) Pembelajaran menulis harus mengakomodasi semua aspek bahasa mulai terkecil hingga terbesar termasuk ejaan (tata tulis). 4) Pembelajaran menulis diarahkan pada upaya mempertajam kepekaan perasaan siswa termasuk dalam konteks analitik yang mendalam sehingga diharapkan dua hal yaitu berpikir dan bernalar.

20

5) Pembelajaran menulis harus diajarkan dengan prinsip mudah ke sukar, sederhana ke rumit, lingkungan sempit ke lingkungan yang luas. 6) Perbandingan bobot pembelajaran menulis dengan aspek pembelajaran lainnya harus seimbang. 7) Kegiatan pembelajaran menulis harus menekankan pada kemampuan berbahasa yang mengacu pada konteks atau tema. 8) Kompetensi pembelajaran dalam kurikulum merupakan bahan yang disarankan utnuk diajarkan, tetapi dapat dikembangkan sesuai dengan situasi. 9) Waktu yang disediakan dalam setiap pembelajaran menulis harus dapat diatur sesuai dengan keluasan dan kedalaman materi dengan menggunakan pendekatan komunikatif. Adapun metode dapat dipilih sesuai karakteristik pembelajaran yang diinginkan. Kegiatan pembelajaran dapat disetting di dalam maupun di luar kelas. 10) Sumber belajar menulis dapat berupa (a) buku pelajaran yang diwajibkan, buku pelajaran yang sesuai, buku pelengkap, ensiklopedi, kamus, (b) media cetak, surat kabar, majalah, (c) media elektronik: radio, TV, video, (d) lingkungan: alam, sosial, budaya, (e) narasumber, (f) pengalaman dan minat anak, serta (g) hasil karya anak. 11) Pembelajaran menulis dilakukan secara kontinyu agar anak terampil. 12) Penilaian pembelajaran menulis tetap mengacu pada rambu-rambu umum yang memperhatikan berbagai aspek sesuai jenis kegiatan menulis.

21

2.1.5 Ruang Lingkup Pembelajaran Menulis Agar tujuan menulis dapat tercapai dengan baik, maka diperlukan latihan yang memadai dan secara terus-menerus. Selain itu, anak pun harus dibekali dengan pengetahuan dan pengalaman yang akan ditulisnya, karena pada hakikatnya menulis adalah menuangkan sesuatu yang telah ada dalam pikirannya. Namun demikian, hal yang tidak dapat diabaikan dalam pengajaran mengarang di Sekolah Dasar adalah siswa harus mempunyai modal pengetahuan yang cukup tentang ejaan, kosakata, dan pengetahuan tentang mengarang itu sendiri. Untuk mencapai tujuan pembelajaran menulis seperti yang

diungkapkan di muka, pembelajaran menulis di Sekolah Dasar harus dimulai dari tahap yang paling sederhana lalu pada hal yang sederhana, ke yang biasa, hingga pada yang paling sukar. Tentu saja hal ini perlu melalui tahapan sesuai dengan tingkat pemikiran siswa. Oleh karena itu, di Sekolah Dasar pembelajaran menulis dibagi atas dua tahap, yaitu menulis permulaan dan menulis lanjut. Menulis permulaan ditujukan kepada siswa kelas rendah yakni kelas satu hingga kelas tiga, sedangkan kelas empat hingga kelas enam diberi pembelajaran menulis lanjutan. Untuk lebih jelasnya berikut ini diuraikan kedua kelompok tersebut secara ringkas berdasarkan beberapa referensi.

2.1.6 Pembelajaran Keterampilan Menulis di Sekolah dasar Pada dasarnya keterampilan menulis dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan banyak berlatih karena keterampilan menulis mencakup penggunaan sejumlah unsur yang kompleks secara serempak. Untuk

22

mengetahui sampai di mana hasil menulis yang dicapai, perlu dilakukan tes menulis kepada siswa. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain, dan merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menulis puisi merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa. Banyak orang menganggap bahwa menulis puisi merupakan suatu bakat, sehingga orang yang tidak mempunyai bakat tidak akan bisa menulis puisi. Anggapan seperti ini tidak sepenuhnya benar. Seseorang bisa saja terampil menulis puisi karena giat belajar dan berlatih karena sesungguhnya menulis puisi merupakan sebuah keterampilan (Wiyanto, 2005:48).Menulis puisi Yang dimaksud menulis puisi dalam penelitian ini adalah

pengungkapan perasaan, gagasan/ide terhadap sesuatu yang dialami, dirasakan, didengar, dan dilihat. Semuanya dituangkan secara tertulis dalam bentuk puisi dengan mempertimbangkan aspek ketepatan pilihan kata, penggunaan majas, persajakan, serta keindahan bahasa. Hal ini sesuai dengan penjelasan yang terdapat pada subbab sebelumnya. Dalam penulisan puisi, Pradopo (19970 membedakan penulisan puisi menjadi tiga bentuk yaitu puisi anak-anak, puisi remaja, dan puisi dewasa. Jenis puisi tersebut dikategorikan berdasarkan pada tingkat usia penulis puisi yang berkaitan erat dengan isi dan gaya ekspresinya. Jika kita lihat dan jenisjenis puisi di atas, maka penulisan yang yang harus dilakukan oleh seorang

23

penulis untuk menghasilkan sebuah karya yang indah. (Wiyanto, 2005:48) menjelaskan ada beberapa langkah di dalam menulis puisi. Yang pertama yaitu menentukan tema puisi yang akan ditulis. Tema adalah pokok persoalan yang akan dikemukakan oleh seorang penulis di dalam puisinya. (Wiyanto, 2005:48). Tema puisi dapat diambil dari mana saja, ia tersebar luas di sekitar kita. Setelah menentukan tema, hal yang harus dilakukan selanjutnya mengembangkan tema tersebut menjadi bait-bait atau larik-larik dengan menggunakan kata-kata yang indah dan tepat. Dalam proses pengembangan tema,ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh seorang pengarang, di antaranya.

1. Memilih kata-kata yang tepat atau yang sesuai, yang dapat mewakili perasaan pengarang. 2. Menggunakan atau memilih gaya bahasa yang akan digunakan sehingga puisi tersebut akan menjadi indah dan enak untuk dinikmat; 3. Menentukan pengimajian puisi. 4. Menentukan bentuk tipografi dan lain-lain.

Untuk dapat menulis secara efektif, penulis perlu melakukan langkahlangkah sebagai berikut. a) seorang penulis harus mempunyai aturan dalam menulis serta jelas objek tulisannya, b) sebelum menulis harus terlebih dahulu menyusun kerangka karangan,

24

c) merumuskan tujuan penulisan, d) tulisan selalu berfokus pada topik, e) untuk memperjelas ide-ide yang abstrak gunakan contoh, f) gunakan kata atau kalimat yang tepat dan jelas, g) hindari bias gender, serta penggunaan orang pertama yang berlebihan.

2.1.7 Kemampuan Menulis Puisi di Sekolah Dasar Kemampuan menulis puisi adalah kemampuan mengekspresikan

perasaan/mengungkapkan gagasan melalui bahasa tulis, yang meliputi empat unsur sebagai berikut : (1) Gagasan, dapat berupa pendapat, pengalaman pribadi yang ada dalam pikiran seseorang. (2) Tuturan, bentuk pengungkapan gagasan sehingga dapat dipahami pembaca . Dalam kepustakaan teknik mengarang telah lazim dibedakan menjadi empat bentuk yaitu; penceritaan, pelukisan , pemaparan, dan perbincangan. (3) Tatanan ialah tertib pengaturan dan penyusunan gagasan dengan mengindahkan berbagai asas, aturan dan teknik sampai merencanakan rangka dan langkah. (4) Wahana merupakan sarana penghantar gagasan berupa bahasa tulis yang terutama menyangkut kosakata, gramatika, dan retorika (seni memakai bahasa secara efektif)

25

2.1.7 Syarat Menulis Puisi Syarat menulis puisi yang baik secara umum, suatu karya puisi disebut sebagai karya yang baik apabila unsur-unsur yang menjadi ciri sebuah puisi itu ada pada puisi yang dibuat oleh seorang penulis. Ciri-ciri tersebut seperti menggunakan pilihan kata yang tepat, adanya unsur pencitraan, adanya pemadatan bahasa, adanya kata konkret, mengandung tema serta amanat. Herfanda dalam Aminuddin dkk., (2004:77) menjelaskan bahwa puisi yang bagus adalah puisi yang imajinatif yang dibangun dengan citraan yang indah, utuh dan konkret. Seorang sastrawan senior, Ahmadun Herfanda dalam Aminuddin dkk (2004:77) memberikan tips cara-cara menulis puisi. Seorang penulis harus memperhatikan beberapa hal di dalam proses penulisan puisi. Pertama, menulis dengan perasaan, biarkanlah perasaan kita bekerja saat menulis puisi, rasakanlah sesuatu yang indah dan menggetarkan. Kedua, manfaatkanlah imajinasi untuk membantu ekspresi. Ketiga, sedapat mungkin hindarilah pernyataan-pernyataan yang verbalistik (ide yang kosong, kering serta miskin imajinasi. Keempat memberikan sentuhan intelektualitas-kecerdasan, wawasan pengetahuan yang luas, pengetahuan setetik yang cukup dan sikap kritis. Terakhir, menulislah dengan cinta. Mulailah menulis dengan rasa cinta, kesukacitaan, dan gairah.

26

2.2 Puisi 2.2.1 Pengertian Puisi Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau poeisis pembuatan, dan dalam bahasa Inggris poem atau poetry. Puisi diartikan membuat dan pembuatan karena lewat puisi pada dasarnya seseorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah. (Aminuddin, 1991: 134). Hudson mengutip Mc Caulay dalam Aminuddin (1991:134)

mengungkapkan bahwa puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaiannya untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan gagasan pelukisnya. Herman J. Waluyo ( 2003:1) mengatakan bahwa puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias. Pendapat lain mengenai pengertian puisi disampaikan oleh Pradopo (2002:7), yang menyatakan bahwa puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama.Puisi merupakan rekaman dan interpretasi

pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan. Sementara itu, unsur-unsur estetika puisi dapat diketahui melalui unsur-unsur estetika (keindahan), misalnya gaya bahasa dan komposisinya.

27

Puisi sebagai karya sastra, memiliki fungsi estetika dominan dan di dalamnya terdapat unsur-unsur kepuitisannya, misalnya persajakan, diksi (pilihan kata), irama, dan gaya bahasa. Gaya bahasa meliputi semua penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu, yaitu efek estetika atau aspek kepuitisan. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah ungkapan perasaan, emosi, ide yang disampaikan dengan bahasa yang indah susunannya dan mempunyai makna yang luas. Puisi merupakan wujud dari pengalaman penulisnya dalam bentuk bahasa yang memiliki makna yang dalam. Bahasa puisi bersifat plastis, namun mampu mengakomodasikan berbagai dimensi makna di balik apa yang tersurat. Dimensi itu, misalnya imagery, yaitu gambar angan-angan pada saat orang membaca sebuah karya, sehingga merasa terlibat dengan pengalaman penyair. 2.2.2 Ciri-ciri Puisi Waluyo (2005:2-13) dalam bukunya yang berjudul Menulis Puisi menjelaskan bahwa ciri-ciri puisi juga dilihat dari segi kebahasan atau bentuk yaitu : 1. adanya pemadatan bahasa; 2. menggunakan pemilihan kata yang khas; 3. adanya konkret; 4. pengimajian; 5. memiliki irama; dan tata wajah

28

Jika dilihat dari apa yang disampaikan oleh pengarang pada setiap karyanya, ada empat ciri-ciri yang dimiliki oleh puisi yaitu tema puisi, nada dan suasana, perasaan, dan amanat (Waluyo, 2005:17). 2.2.3 Ragam Puisi Aminuddin (1991: 134-136) menguraikan ragam puisi ditinjau dari bentuk maupun isinya, sebagai berikut. a. Puisi epik, yakni suatu puisi yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan, baik kepahlawanan yang berhubungan dengan legenda, kepercayaan, maupun sejarah. Puisi epik dibedakan antara folk epic, yakni bila nilai akhir puisi itu untuk dinyanyikan, dan literary epic, yakni bila nilai akhir puisi itu untuk dibaca, dipahami, dan diresapi maknanya. b. Puisi naratif, yakni puisi yang di dalamnya mengandung suatu cerita, dengan pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian peristiwa tertentu yang menjalin suatu cerita. Termasuk dalam jenis puisi naratif ini adalah apa yang biasa disebut balada, yang dibedakan antara folk ballad, dengan literary ballad, sebagai suatu ragam puisi yang berkisah tentang kehidupan manusia dengan segala macam sifat pengasihnya, kecemburuan, kedengkian, ketakutan, kepedihan, dan keriangannya. Jenis puisi lain yang termasuk dalam puisi naratif adalah poetic tale sebagai puisi yang berisi dongeng-dongeng rakyat. c. Puisi lirik, yakni puisi yang berisi luapan batin individual penyairnya dengan segala macam endapan pengalaman, sikap, maupun suasana batin yang melingkupinya. Jenis puisi lirik umumnya paling banyak terdapat

29

dalam khazanah sastra modern di Indonesia seperti tampak dalam puisipuisi Chairil Anwar, Sapardi Djokodamono, atau Goenawan Mohammad. d. Puisi dramatik, yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif menggambarkan perilaku seseorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun monolog sehingga mengandung suatu gambaran kisah tertentu. Dalam puisi dramatik dapat saja penyair berkisah tentang dirinya atau orang lain yang diwakilinya lewat monolog. e. Puisi didaktik, yakni puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang umumnya tertampil eksplisit. f. Puisi satirik, yaitu puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang kepincangan atau ketidakberesan kehidupan suatu kelompok maupun suatu masyarakat. g. Romance, yakni puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap sang kekasih. h. Elegi, yakni puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih seseorang. i. Ode, yaitu puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki jasa atau sikap kepahlawanan. j. Himne, yaitu puisi yang berisi pujian kepada Tuhan maupun ungkapan rasa cinta terhadap bangsa maupun tanah air.

2.2.4 Jenis-jenis Puisi

2.4. Bangun Struktur Puisi

30

Menurut Aminuddin (1991: 136), jika ditinjau berdasarkan unsur intrinsik pembentuknya, puisi terdiri atas dua unsur yakni (1) bangun struktur dan (2) lapis makna. Bangun struktur puisi adalah unsur pembentuk puisi yang dapat diamati secara visual. Unsur tersebut akan meliputi (1) bunyi, (2) kata, (3) larik atau baris, (4) bait, (5) tipografi. Bangun struktur disebut sebagai salah satu unsur yang dapat diamati secara visual karena dalam puisi juga terdapat unsur-unsur yang hanya dapat ditangkap lewat kepekaan batin dan daya kritis pikiran pembaca. Unsur tersebut pada dasarnya merupakan unsur yang tersembunyi di balik apa yang dapat diamati secara visual. Unsur yang tersembunyi di balik bangun struktur disebut dengan istilah lapis makna. Richards dalam Aminuddin (1991: 150-151) memaparkan lapis makna tersebut sebagai berikut: (1) sense yaitu sesuatu yang diciptakan atau digambarkan oleh penyair lewat puisi yang dihadirkannya, (2) subject matter yakni pokok pikiran yang dikemukakan penyair lewat puisi yang diciptakannya, (3) feeling yaitu sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya, (4) tone ialah sikap penyair terhadap pembaca sejalan dengan pokok pikiran yang ditampilkannya, (5) total of meaning adalah keseluruhan makna yang terdapat dalam suatu puisi, dan (6) theme yaitu ide dasar dari suatu puisi yang menjadi inti dari keseluruhan makna dalam suatu puisi. 2.5 Teknik Menulis Puisi Teknik penulisan puisi menurut Imam dkk. (2004: 39 - 45) adalah sebagai berikut. a. Bahan

31

Banyak teori menyebutkan bahwa menulis puisi itu bermula dari tema karena tema merupakan hal yang hendak dikatakan penyair. Lalu orang sibuk mencari tema: cinta, keadilan, penderitaan. Setelah tema ditemukan, ternyata dia tak bisa menjabarkannya ke dalam larik-larik puisi. Sesungguhnya tema itu amatlah abstrak. Karena abstrak itulah kita mengalami kesulitan

menguraikannya ke dalam larik-larik atau bait-bait puisi. Puisi tak harus berangkat dari tema, ia bisa berangkat dari mana saja. Bahan puisi adalah realitas kehidupan, pengalaman manusia sehari-hari. Banyak kejadian yang bisa digubah menjadi puisi. Hanya saja kita dituntut peka menangkap kejadian atau hal mana yang bisa dikembangkan jadi puisi. Kepekaan itulah sesungguhnya yang membedakan penyair dengan manusia massa. b. Bentuk Ekspresi Bentuk ekspresi menyangkut ciri visual puisi. Bagaimana kita menulis puisi, dalam arti menata hurufnya secara grafis. Puisi secara visual dibentuk oleh larik dan bait. Pada umumnya satu bait mengandung satu pokok pikiran. Fungsi bait tak jauh berbeda dengan fungsi paragraf dalam karya paparan. Satu bait dapat terdiri atas satu larik atau lebih.

c. Pengembangan Bahan Puisi sebenarnya bukan sekadar ungkapan perasaan penyair, tetapi juga pemikirannya. Akibatnya penyair bukan sekadar melukiskan apa yang ia amati atau ia rasakan, tetapi juga memberikan penilaian, kritik, pemikiran, terhadap

32

apa yang menyentuh kesadaran estetik dan kritisnya itu. Dalam proses penciptaan puisi terdapat berbagai sikap penyair dalam menghadapi realitas sebagai bahan: pertama, penyair sebatas merekam peristiwa atau fenomena alam; kedua, penyair memakai realitas sebagai media untuk mengungkapkan gagasan atau perasaan tertentu; ketiga, gagasan diungkapkan oleh penyair secara telanjang dan terbuka; keempat, gagasan atau realitas diungkapkan dengan mendayagunakan potensi bahasa yang unik dan menarik.

2.6 Media Lingkungan Media adalah perantara dan juga wahana penyampai pesan atau informasi belajar. Edgar Dale dalam Rahardjo (1991) menggambarkan pentingnya visualisasi dan verbalistis dalam pengalaman belajar yang disebut Kerucut pengalaman Edgar Dale dikemukakan bahwa ada suatu kontinum dari konkrit ke abstrak antara pengalaman langsung, visual dan verbal dalam menanamkan suatu konsep atau pengertian. Semakin konkrit pengalaman yang diberikan akan lebih menjamin terjadinya proses belajar. Namun, agar terjadi efisiensi belajar maka diusahakan agar pengalaman belajar yang diberikan semakin abstrak (go as low on the scale as you need to ensure learning, but go as high as you can for the most efficient learning). Menurut Arief S. Sadiman (2006) sumber belajar dapat digolongkan dalam beberapa jenis, yaitu : k. Jenis orang l. Pesan atau informasi (message),

33

m. Jenis bahan (materials), ke dalam jenis ini sering disebut perangkat lunak (software) yang di dalamnya terkandung pesan-pesan yang perlu disajikan dengan alat bantu atau tanpa alat bantu, misalnya : modul, majalah,OHP,

compact disk (CD) program atau data. n. Alat (device) atau hardware yang menyajikan pesan, misalnya :projector film, video, TV, Komputer, dan lain-lain. o. Teknik adalah prosedur rutin atau acuan untuk menggunakan alat, bahan, atau orang dan lingkungan untuk menyajikan pesan, misalnya teknik demonstrasi, kuliah,ceramah,tanya-jawab,dan sejenisnya. p. Lingkungan (setting), yaitu tempat yang memungkinkan pembelajar belajar. Misalnya : gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, museum, taman,

kebun binatang, rumah sakit, pabrik, dan sejenisnya. Adapun menurut Gagne, media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar belajar. Sementara itu Briggs menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang pembelajar untuk belajar. Pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids) Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, misalnya gambar, model, objek, dan alat-alat lain yang tujuannya dapat memberikan pengalaman konkret, meningkatkan motivasi belajar, mempertinggi daya serap, dan retensi belajar pembelajar. Dalam proses pembelajaran, kegunaan media pembelajaran adalah : 1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)

34

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya : a. Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realitas, gambar, film, atau model b. Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film atau gambar; c. Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelase d. Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, foto, maupun secara verbal; e. Objek-objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin) dapat disajikan dalam model, diagram, dan lain-lain 3. Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk : a) menimbulkan kegairahan belajar; b) memungkinkan interaksi lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dengan kenyataan; c) memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya. 4. Sifat unik tiap pembelajar, lingkungan dan pengalaman yang berbeda, kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap pembelajar, maka guru akan kesulitan bila harus diatasi sendiri. Lebih sulit lagi bila latar belakang lingkungan guru dan pembelajar juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu kemampuannya

35

dalam : a) memberikan rangsangan yang sama; b)mempersamakan pengalaman; dan c) menimbulkan persepsi yang sama.

2.7 Media Lingkungan sebagai sumber belajar Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebagai bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle, area, surroundings, sphere, domain, range, dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling. Dalam literatur lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia. Lingkungan yang ada di sekitar anak- anak kita merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Jumlah sumber belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan pendidikan. Sumber belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan anak karena mereka belajar tidak terbatas oleh empat dinding kelas, Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut. Kegiatan belajar dimungkinkan

36

akan lebih menarik bagi anak sebab lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan. Kegemaran belajar sejak usia dini merupakan modal dasar yang sangat diperlukan dalam rangka penyiapan masyarakat belajar (learning societes) dan sumber daya manusia di masa mendatang. Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan, bahkan hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan. Namun demikian diperlukan adanya kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru untuk dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. 1). Keuntungan memanfaatkan media lingkungan Memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran memiliki banyak keuntungan. Beberapa keuntungan tersebut antara lain :

Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di lingkungan

Memberikan pengalaman yang riil kepada siswa, pelajaran menjadi lebih konkrit, tidak verbalistik.

Karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka bendabenda tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Hal ini juga sesuai dengan konsep pembelajaran kontekstual (contextual learning).

Pelajaran lebih aplikatif, materi belajar yang diperoleh siswa melalui media lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan langsung,

37

karena siswa akan sering menemui benda-benda atau peristiwa serupa dalam kehidupannya sehari-hari.

Media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Dengan media lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung dengan benda, lokasi atau peristiwa sesungguhnya secara alamiah.

Lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di lingkungan siswa biasanya mudah dicerna oleh siswa, dibandingkan dengan media yang dikemas (didesain).

2.8 Prinsip-prinsip Rekayasa Media Pembelajaran Prinsip pembuatan media yang perlu diperhatikan, yaitu :

Media yang dibuat harus sesuai dengan tujuan dan fungsi penggunaannya. Dapat membantu memberikan pemahaman terhadap suatu konsep tertentu, terutama konsep yang abstrak.

Dapat mendorong kreatifitas siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksperimen dan bereksplorasi (menemukan sendiri)

Media yang dibuat harus mempertimbangkan faktor keamanan, tidak mengandung unsur yang membahayakan siswa.

Usahakan memenuhi unsur kebenaran substansial dan kemenarikan Media belajar hendaknya mudah dipergunakan baik oleh guru maupun siswa

Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat hendaknya dipilih agar mudah diperoleh di lingkungan sekitar dengan biaya yang relatif murah

38

Jenis media yang dibuat harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan sasaran didik

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1

Metodologi Penelitian Metode penelitian penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Menurut Aqib (2007:12) PTK adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Selain itu, menurut Wiriatmadja (2007:13) PTK yaitu sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajarannya, dan melihat pengaruh nyata dari upaya tersebut.

39

Beberapa alasan pemilihan metode penelitian dengan menggunakan PTK adalah pertama karena PTK sangan kondusif untuk membuat guru menjadi peka terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya. Kedua, PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi professional dalam kegiatan proses KBM. Ketiga, dengan melaksanakan tahap-tahap dalam PTK, guru mampu memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang terjadi dikelasnya. Keempat, pelaksanaan PTK tidak perlu meninggalkan kelas pada saat KBM berlangsung. Kelima, dengan melaksanakan PTK pengajar menjadi lebih kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang dipahaminya. 3.2 Model-model Penelitian Tindakan Kelas Sebelum dibicarakan masalah pengembangan desain yang dapat disusun untuk implementasi penelitian tindakan kelas (PTK) terlebih dahulu akan dikemukakan model-model atau desain-desain penelitian tindakan yang selama ini digunakan. Hal ini dimaksudkan agar wawasan kita menjadi lebih luas dank arena dengan diketahui berbagai desain model penelitian tindakan, desain yang dikembangkan akan menjadi lebih jelas dan terarah. Pada prinsipnya diterapkan PTK atau CAR (Classroom Action Research) dimaksudkan untuk mengatasi suatu permasalahn yang terdapat didalam kelas. Sebagai salah satu penelitian yang dimaksudkan untuk mengatasi suatu permasalahan yang terdapat didalam kelas, menyebabkan terdapatnya beberapa model atau desain yang dapat diterapkan. Desain-desain tersebut diantaranya :

40

1). Model Kurt Lewin, 2). Model Kemmis dan Mc Taggart, 3). Model John Elliot, 4). Model Hopkins, 5). Model Mc Kernan.

3.3

Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Dalam penelitian ini peneliti berkolaborasi dengan rekan sejawat di SDN 1 Parigi Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat berdiskusi dalam memecahkan masalah penelitian ini sehingga dapat memberikan hasil yang optimal dan dapat mengatasi permasalahan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD, khususnya kemampuan menulis puisi bebas. Rancangan penelitian yang akan digunakan mengacu pada model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu ; perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus pada kesempatan ini adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Langkah-langkah tindakan kelas yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

3.3

Setting dan Subjek Penelitian 3.3.1 Setting Penelitian

41

Pelaksanaan penelitian ini berlokasi di SD Negeri 1 Parigi Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Sekolah ini beralamat di Kp. Parigi RT 02/RW 21 Desa Tagogapu Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Waktu pelaksanaan yaitu dua minggu, dimulai dari minggu pertama bulan Februari tepatnya pada tanggal 6 Februari 2012 sampai minggu ketiga bulan Maret. 3.3.2 Subjek Penelitian Siswa yang dijadikan subjek penelitian yaitu siswa kelas V SDN 1 Parigi sebanyak 57 siswa yang terdiri dari 26 siswa laki-laki dan 31 siswa perempuan. Ditinjau dari latar belakang siswa, siswa dari sekolah ini sangat heterogen, berasal dari strata social ekonomi yang berbeda-beda pula. Sosial ekonomi siswa pada umumnya termasuk kepada golongan menengah ke bawah sedangkan tempat tinggalnya berasal dari lingkungan pedesaan.

3.4

Prosedur Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan prosedur yang meliputi tahap persiapan

atau perencanaan penelitian, pelaksanaan, dan tahap evaluasi serta refleksi. 3.4.1 Pada tahap perencanaan penelitian Penulis melakukan persiapan antara lain menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran untuk dua siklus, menyusun format observasi, instrument penelitian dan pedoman wawancara. 3.4.2 Rencana Penelitian

a.

Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1

42

Pelaksanaan pembelajaran Pada hari Senin, 6 Februari 2012. Peneliti melakukan pengamatan (observasi) dan mengidentifikasi berbagi masalah dan menganalisis masalah yang timbul pada saat pembelajaran berlangsung. Pada tahap ini, kegiatan dilakukan pengamat sekaligus penulis melakukan direncanakan. Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut : 1. Kegiatan pembelajaran, 2. Pengisian lembar observasi untuk pengamat (observer) pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, 3. Pengisian lembar kerja siswa diberikan pada setiap siklus, 4. Tes tertulis diberikan pada setiap akhir siklus tindakan sesuai dengan langkah-langkah yang

Pelaksanaan fase-fase dalam kegiatan pembelajaran dianalisis secara deskriptif. Data dari setiap tindakan pembelajaran yang berlangsung dikumpulkan melalui lembar observasi, sehingga tahap observasi dan tahap pelaksanaan tindakan berlangsung dalam waktu yang sama. Hasil observasi ini digunakan untuk mencari pemecahan atau solusi yang tepat untuk mengatasi atau menyelesaikan masalah yang dihadapi.

b. Deskripsi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

43

Proses pembelajaran siklus II dilaksanakan pada hari Senin tanggal 7 Februari 2012. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini diawali dengan melakukan refleksi terhadap hasil yang diperoleh. Berdasarkan hasil kegiatan ini, selanjutnya dilakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran secara keseluruhan. Pada tahap ini, pengamat sekaligus penulis melakukan tindakan sesuai dengan langkah-langkah yang direncanakan. Dari hasil kegiatan tersebut, maka dilakukan tindakan sebagai upaya untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus I. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan media lingkungan. Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai berikut. 1) Menyusun tujuan pembelajaran yang disesuaikan dengan

Kompetensi Dasar. 2) Menentukan materi pelajaran yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. 3) Menentukan metode/teknik yang digunakan. Sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, metode yang digunakan yaitu media pembelajaran 4) Merumuskan kegiatan belajar mengajar sebagai berikut : a) Kegiatan pendahuluan

44

Kegiatan pendahuluan meliputi apersepsi yang dilakukan dengan perencanaan teknik media lingkungan. b) Kegiatan inti (1) Guru menyiapkan karton yang sudah bertuliskan karya puisi bebas mengenai lingkungan. (2) Semua siswa mengamati karya puisi bebas yang dibuat oleh guru. (3) Guru menjelaskan tentang tema puisi bebas yang berkaitan dengan lingkungan kemudian siswa dibagi dengan beberapa kelompok. (4) Guru mengajak semua siswa keluar kelas melihat lingkungan sekitar dan memberi tugas membuat bait-bait puisi bebas dengan melihat lingkungan disekitar sekolah. (5) Setelah selesai siswa semua masuk dan setiap kelompok membacakan hasil karya puisi bebas yang telah dibuatnya. (6) Siswa dan guru melakukan pembahasan terhadap pekerjaan yang telah dibuat siswa dengan cara kelompok lain memberikan tanggapan terhadap hasil pekerjaan yang telah dibuat masing-masing kelompok. Tanggapan tersebut berupa pembetulan yang disertai penjelasan atau alas an. Guru memberikan komentar terhadap pekerjaan dan tanggapan siswa c) Kegiatan Penutup

45

(1) Guru dan siswa melakukan refleksi dengan bertanya jawab tentang jalannya pembelajaran yang telah dilakukan. (2) Guru memberikan penguatan kepada siswa dengan

memberikan komentar positif tentang hasil pekerjaan siswa. 3.4.3 Tahap Evaluasi dan Refleksi Tahap evaluasi adalah pemberian tes formatif pada setiap siklus. Evaluasi dilakukan sebanyak 2 kali yakni sesuai dengan jumlah siklus yang dilaksanakan. Adapun tahap refleksi dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran setiap siklus selesai dengan tujuan untuk membahas berbagai permasalahan atau kekurangan pada setiap siklus. Hasil refleksi kemudian dijadikan acuan pada siklus berikutnya.

3.5

Instrumen Penelitian Instrumen penelitian dipilih sesuai dengan data yang diinginkan, instrument

yang digunakan dalam penelitian ini adalah . 1) Tes Tes yang digunakan adalah tes evaluasi yakni tes yang dilaksanakan setiap akhir siklus. Tes ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa tentang kemampuan siswa dalam menulis puisi bebas. 2) Non Tes Instrumen non tes yaitu berupa lembar observasi dan wawancara a. Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mengetahui gambaran tentang aktifitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. Secara

46

menyeluruh, observasi dilakukan untuk merekam segala kejadian mengenai pelaksanaan pembelajaran. Adapun sasaran utama dari observasi kegiatan siswa yaitu interaksi sosial, motivasi belajar, implementasi pembelajaran dan prsetasi belajar siswa.

Tabel 3.1 Contoh lembar observasi aktivitas guru LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU Hari / tanggal Mata Pelajaran Kelas / Semester Tema Waktu : : Bahasa Indonesia :V / II (dua) : Puisi Bebas : 35 Menit

No 1 2 3 4 5 6

Aspek yang diobservasi Mengkondisikan siswa untuk siap belajar Menginformasikan secara umum pembelajaran hari ini Memberikan apersepsi tentang pembelajaran menulis puisi bebas Memberikan materi yang sesuiai dengan fokus pembelajaran menulis puisi bebas Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya/berpendapat Memberikan contoh penulisan puisi bebas

47

7 8 9 10

Memotivasi siswa dalam pembelajaran menulis puisi bebas Membimbing siswa dalam menulis puisi bebas Guru mengevaluasi menulis puisi bebas Menyimpulkan pembelajaran dan memberikan tindak lanjut

Parigi, 2012 Observer

Dodo Subagio S.Pd Nip. 197211082007011005 Tabel 3.2 Contoh lembar observasi aktivitas siswa LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA Hari / tanggal Mata Pelajaran Kelas / Semester Tema Waktu : : Bahasa Indonesia :V / II (dua) : Puisi Bebas : 35 Menit

No 1 2 3 4 5

Aspek yang diobservasi Siswa bersemangat mengikuti pembelajaran Siswa menyimak pertanyaan yang diajukan guru dalam rangka menggali konsepsi awal siswa Siswa mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang diajukan Siswa mampu memberikan pengimajian terhadap penulisan puisi bebas Siswa berdiskusi kelompok dalam menulis puisi bebas

48

6 7 8 9 10

Siswa dalam kelompok masing-masing mengeluarkan ide dan gagasan menulis puisi bebas Siswa melakukan percobaan menulis puisi bebas Siswa berkonsentrasi dalam membuat puisi bebas Siswa berani untuk tampil ke depan membacakan hasil penulisan puisi bebas karya kelompok Perilaku siswa sesuai dengan KBM yang berlangsung

Parigi, 2012 Peneliti

Atek Tedy Kuswara b. Wawancara Pedoman wawancara adalah instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data melalui Tanya jawab atau wawancara. Wawancara dilakukan dengan beberapa orang siswa dan teman sejawat (guru) yang mengadakan observasi tentang kegiatan pembelajaran menulis puisi bebas.

49

Tabel 3.3 Contoh lembar wawancara LEMBAR WAWANCARA Hari / tanggal Mata Pelajaran Kelas / Semester Tema Waktu : : Bahasa Indonesia :V / II (dua) : Puisi Bebas : 35 Menit

No 1 2 3 4 5

Aspek yang diwawancara Apakah kamu senang belajar dengan media lingkungan Apakah kamu senang menulis puisi bebas dengan media lingkungan Apa kesulitanmu dalam menulis puisi bebas Apakah kamu senang belajar selalu di dalam kelas Dengan media lingkungan apakah lebih mudah menulis puisi bebas

50

Apakah membosankan bila guru mengajar tidak memakai media pembelajaran

Parigi, 2012 Peneliti

Atek Tedy Kuswara

3.6

Tehnik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes,

observasi. Secara jelas hal-hal tersebut disajikan berikut ini. Tes dilakukan pada akhir kegiatan pembelajaran sehingga dapat diketahui kemampuan siswa dalam menulis puisi bebas. Adapun observasi dilaksanakan pada awal penelitian untuk menentukan permasalahan yang akan diteliti. Berbagai hal dilakukan selama observasi, dicatat untuk bahan perbaikan dalam setiap tindakan. Selain itu observasi dilakukan oleh pengamat untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini berbagai kegiatan yang sudah muncul dan belum muncul pada setiap kegiatan dicatat untuk catatan dan perbaikan pada tindakan berikutnya. Data yang terkumpul melalui kegiatan observasi selanjutnya dianalisis dan dilakukan refleksi sebagai bahan masukan pada kegiatan berikutnya. Hasil refleksi

51

tersebut merupakan pedoman dalam melaksanakan tindakan berikutnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis puisi bebas. Wawancara untuk mengetahui pendapat/sikap siswa dan teman sejawat tentang proses pembelajaran yang tepat, sehingga peneliti dapat memilih media pembelajaran yang efektif dan efisien pada pembelajaran menulis puisi bebas. Catatan lapangan merupakan kegiatan catatan temuan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung. Adapun catatan lapangan sifatnya spontan dan tidak dirancang sebelumnya pada lembar observasi. Data yang diperoleh melalui catatan lapangan digunakan sebagai masukan dalam kegiatan atau tindakan berikutnya. 3.7 Teknik Analisis Data Pengolahan data dilakukan selama penelitian dari awal sampai akhir. Langkah-langkah pengolahan data yaitu penyeleksian data dengan mengolah data akurat yang dapat menjawab fokus penelitian dan memberikan gambaran tentang hasil penelitian. Pada kegiatan ini peneliti berusaha menginterpretasi temuantemuan berdasarkan kerangka teoretik yang telah dipilih dengan mengacu kepada norma-norma praktis yang disetujui. Hasil tes selanjutnya diolah dengan langkahlangkah sebagai berikut. 1) Membaca puisi bebas hasil karya siswa masing-masing kelompok 2) Menganalisis puisi bebas berdasarkan aspek penulisan puisi bebas yang meliputi syarat-syarat puisi bebas yaitu bait, larik dan isi.

Tabel 3.4

52

Format Kriteria Penilain Membuat Puisi Bebas

Kategori / aspek penilaian membuat puisi bebas yaitu sebagai berikut: (1) Isi puisi bebas meliputi keaslian gagasan dan pengembangan gagasan; (2) Bahasa puisi bebas meliputi susunan kalimat, pilihan kata, dan penggunaan ejaan; (3) Teknik penulisan meliputi ketepatan dengan syarat-syarat puisi bebas.

Format Skor Penilaian Membuat Puisi Bebas No 1 2 3 4 Jumlah 100 100 Aspek yang dinilai Skor Skor Total

53

Anda mungkin juga menyukai