Anda di halaman 1dari 15

ETIKA DASAR Salam Mengucapkan salam sangat dan merupakan etika dasar yang di negara mana saja.

Konnichiwa adalah salam yang paling umum dipakai, mirip kata hallo dalam pergaulan internasional. Di lingkungan keluarga yang sudah dekat sekalipun, aisatsu ini tetap harus dilakukan yang kadang menurut saya sedikit aneh. Seorang anak atau yang lebih muda harus menyapa yang lebih tua terlebih dahulu dengan salam lengkap "ohayou gozaimasu" ketika pagi hari, sedangkan pihak yang lebih tua cukup menjawab dengan "ohayo" saja. Ketika hendak tidur salam "oyasumi nasai" adalah wajib, sedangkan pihak yang lebih tua cukup menjawab "oyasumi" saja. Sekali lagi semua kata ini tidak perlu di hafal cukup diketahui saja karena yang terpenting adalah niat dan kesungguhan hati. Jabat tangan Khusus mengenai jabat tangan adalah satu hal yang perlu sedikit diperhatikan. Umumnya orang Jepang tidak akan menyentuh orang yang belum dikenalnya sehingga jabat tangan bukanlah merupakan budaya mereka. Sebagai gantinya mereka biasanya akan membungkukkan badan yang mungkin telah Anda ketahui. Dalam hubungan bisnis dan formal bisa jadi bungkukan badan yang dilakukan akan lebih dalam lagi dan dilakukan selama berkali kali. Kadang bukan hal yang aneh kalau kebiasaan yang sudah mendarah daging ini kadang dilakukan juga ketika menerima telephone ! Khusus untuk orang asing, mereka umumnya lebih toleran dan akan tidak menolak kalau kita mengulurkan tangan untuk berjabatan. Jadi cara mana yang akan Anda pilih hendaknya disesuaikan dengan situasi. Terima kasih dan minta maaf Mengatakan terima kasih dan juga minta maaf tentu bukanlah hal yang sulit karena kitapun pasti sudah biasa melakukannya. Seperti yang telah disebutkan di atas, bahasa bukanlah yang terpenting namun ketulusan dalam mengucapkannya adalah yang paling penting. Khusus untuk permintaan maaf, sepertinya harus ditulis dengan sedikit lebih lengkap karena cukup komplek dan sulit dalam bahasa Jepang. Kalau kita mencarinya di kamus maka kita akan menemukan banyak kata yang artinya adalah maaf yaitu : Sumimasen, gomen, gomen nasai, moshiwake nai dan moshiwake gozaimasen. Kata pertama dipakai sebagai kata umum dan paling banyak dipakai yang artinya juga kadang berarti "permisi" ketika menanyakan arah jalan dan sebagainya, jadi cukup mudah untuk digunakan. Sedangkan kata terakhir dipakai untuk situasi formal atau untuk kesalahan yang dianggap lebih serius. Keseriusan penggunaan kata maaf sangat penting dan tidak boleh dilakukan dengan setengah hati kadang berakibat panjang, seperti pada beberapa kasus yang pernah saya jumpai. Pihak yang dianggap kurang serius dalam meminta maaf diminta untuk mengulang kembali permintaan maafnya dan hal itu dilakukan di depan umum seperti kasus pelayanan buruk di sebuah rumah makan. Selain semua kata di atas mungkin Anda pernah juga mendengar kata Gomen Chai, yang umumnya dipakai oleh anak anak.

Kemudian ada juga kata lain yaitu Shitsurei Shimasu yang artinya adalah "permisi" yang umum kita dengar pada di lingkungan hotel atau rumah makan, namun kadang dalam kondisi tertentu juga bisa berarti maaf. Untuk kasus yang sangat serius, apalagi sampai berujung kecelakaan fatal atau bahkan kematian, minta maaf dilakukan dengan membungkuk serendah bahkan tidak jarang sampai bersimpuh di atas lantai atau tanah.. Minta maaf dengan melakukan bunuh diri sebagai rasa penyesalan tertinggi kadang dianggap mulia oleh orang Jepang, khususnya di masa lalu. Jadi tulisan bagian terakhir ini dipakai sebagai gambaran betapa pentingnya arti "minta maaf" bagi orang Jepang. Tepat waktu Tepat waktu adalah suatu yang sangat penting dan berlaku juga di negara kita walaupun kadang dalam batas toleransi yang berbeda. Keterlambatan kadang adalah hal yang tidak bisa dihindari jadi memberikan khabar terlebih dahulu dengan telephone atau lainya adalah hal yang sangat dianjurkan. Keterlambatan tanpa khabar berati akan membuat rekan kita menjadi khawatir dan berpikir pada hal yang terburuk seperti kecelakaan, sakit mendadak dan sebagainya. Membiarkan situasi tidak menyenangkan seperti ini tanpa pemberitahuan apapun adalah suatu kesalahan besar karena dianggap tidak menghargai perasaan teman. Sistem transportasi Jepang yang sangat modern membuat alasan klasik seperti kemacetan lalu lintas, hujan, banjir dan sejenisnya adalah hampir tidak mungkin. Kebiasaan orang Jepang (umumnya) adalah datang lebih cepat dari waktu yang disepakati. Dalam hubungan bisnis tentu saja berlaku aturan yang lebih ketat lagi.

ETIKA DI TEMPAT PUBLIC Bagian ini sepertinya akan sangat berguna untuk seorang wisatawan yang hendak berkunjung ke Jepang. Disamping itu etika ini untuk beberapa bagian sepertinya berlaku universal. Berjalan di trotoar Terotor untuk berjalan kaki di Jepang umumnya cukup lebar atau bahkan bisa dibilang sangat lebar, sehingga berjalan di sebelah kiri atau kanan jalan tidaklah terlalu penting. Berjalan bergandengan atau berpegangan tangan bukanlah hal tabu untuk dilakukan kecuali untuk trotoar yang sempit. Escalator Kehidupan di Jepang sangatlah sibuk, sehingga berjalan dengan tergesa gesa, setengah berlari atau bahkan berlari benaran khususnya ketika pagi hari ketika berangkat kerja.

Ritual lari pagi ini tetap berlanjut walaupun ketika sudah memasuki escalator yang berada di stasiun. Jadi untuk memberi jalan pada orang semacam ini maka kita harus tetap membiarkan satu sisi kosong di sebelah kiri atau kanan, sebagai jalur khusus untuk para "pelari"pagi tersebut Pelanggaran yang terjadi tidaklah sampai berakitbat fatal karena memang tidak ada aturan baku yang tertulis tentang hal ini namun kadang terdengar hentakan nafas panjang sebagai tanda kekesalan dari mereka karena kehilangan beberapa detik dari waktu mereka. Memasuki siang hari, situasinya menjadi sedikit longgar karena saat itu biasanya adalah waktunya para ibu rumah tangga yang mempunyai banyak waktu lebih dan aturan itu menjadi jauh lebih santai saat kita memasuki pusat perbelanjaan. Bisa dimaklumi tentu saja karena dimanapun sepertinya jarang ada orang yang berbelanja dengan tergesa gesa. Sekali lagi secara tertulis aturan tentang hal ini bisa dikatakan tidak ada dan juga apakah kita harus berdiri di sebelah kanan atau kiri escalator juga tidak ada aturan pasti karena tiap daerah biasanya berbeda. Misalnya daerah Tokyo, kita berdiri sebelah kiri dengan menyisakan ruang kosong di sebelah kanan, namun daerah lain seperti Osaka misalnya berlaku sebaliknya. Cara mudahnya adalah mengikuti orang yang ada di depan kita. Yang jelas, berdiri berjejer ke samping apalagi sampai bermesraan dan pegangan tangan adalah tidak disarankan. Memotret Berkunjung ke negara lain tentu dokumentasi menjadi sangat penting. Banyak hal menerik yang tidak ingin kita lewatkan begitu saja namun etika dasarnya hendaknya tetap tidak boleh dilupakan. Memotret di tempat umum tentu saja tidak dilarang sepanjang yang kita potret adalah diri sendiri, keramaian, gedung, bangunan (asal jangan di depan bank). Memotret orang secara langsung apalagi mengarahkan kamera langsung ke muka orang yang bersangkutan tentu saja sangat tidak pantas. Memotret dengan mencuri, atau secara diam diam (candid) sepanjang tidak diketahui oleh yang bersangkutan tentu saja tidak masalah namun urusannya bisa menjadi besar kalau ketahuan. Jadi meminta ijin terlebih dahulu adalah salah satu tindakan yang cukup bijak menurut saya. Tripod atau lensa tele di tempat tertentu kadang dilarang.. Satu hal yang pasti untuk areal di dalam supermarket atau tempat belanja photography sepenuhnya adalah dilarang, walaupun untuk dokumentasi pribadi, sedang di rumah makan biasanya diperbolehkan dalam batas tertentu. Kereta api Memasuki kereta api satu hal yang paling harus diperhatikan adalah penggunaan telephone, merokok serta makanan dan minuman. Telephone harus di switch ke mode silent. Merokok, makan dan minum di dalam kereta adalah dilarang. Untuk dua hal terakhir sepertinya masih bisa ditoleransikan khususnya pada kereta tertentu khususnya antar kota, bukan pada saat jam sibuk atau dilakukan dengan sedikit tersembunyi. Membawa banyak barang atau tas atau koper dalam jumlah banyak dan besar sebaiknya dihindari dilakukan pada jam sibuk. Hal ini kadang sedikit susah untuk dihindari khususnya untuk wisatawan pada saat kedatangan atau keberangkatan. Cara terbaik

biasanya dilakukan dengan menunggu jam sibuk berlalu, berangkat lebih awal atau menggunakan alat transportasi lain seperti taksi misalnya yang walaupun lebih mahal tapi setidaknya aman dari keluhan penumpang lainya. Hal lain yang mungkin sudah Anda ketahui adalah tempat duduk yang bertanda untuk Priority Seat, yang sebaiknya tidak dipakai karena tempat ini khusus pada orang tua, sakit, wanita hamil, lanjut usia dan menawarkan tempat duduk yang kita miliki pada saat yang diperlukan. Bagian terkahir ini adalah kerelaan saja karena banyak juga orang Jepang yang tidak menjalankannya dengan pura pura tertidur atau tidak melihat. Memandang atau menatap tanpa alasan terlebih pada orang yang tidak dikenal, tentu saja sangat tidak sopan dan hal ini sepertinya berlaku di mana saja. Namun berkumpul dalam ruangan sempit seperti dalam kereta sepertinya cukup susah untuk "menempatkan mata" dengan benar. Hal ini sepertinya di alami juga oleh orang Jepang. Kebanyakan dari mereka biasanya mencoba sibuk dengan membaca, bermain game di hp, atau membaca sejumlah iklan yang tertempel di dinding atas kereta kalau Anda dalam posisi berdiri. Sedangkan kalau dalam posisi beruntung karena mendapat tempat duduk biasanya mereka lebih banyak yang memejamkan mata berpura pura tidur atau tidur benaran.

ETIKA BERTAMU Memberi khabar dan salam Di dalam budaya daerah saya atau mungkin juga daerah Anda, untuk bertamu ke rumah orang kita sama sekali tidak perlu membuat janji apapun sebelumnya terlebih untuk keluarga sendiri namun kebiasaan itu sepertinya terpaksa harus ditinggalkan sejenak. Demikian juga dengan kunjungan dengan maksud menginap dan sebagainya harus dijelaskan dengan lebih lengkap. Walaupun menginap di rumah orang atau keluarga adalah hal yang tidak umum dilakukan oleh mereka, kadang untuk teman orang asing adalah perkecualian. Jadi sekali lagi yang terpenting yaitu memberi khabar terlebih dahulu adalah wajib dilakukan. Saat memasuki rumah orang lain mereka biasanya memberi salam dengan kalimat "ojamashimasu" sebagai salam pertama yang mungkin berarti permintaan maaf karena telah merepotkan tuan rumah karena kunjungan kita (jama = merepotkan). Pada saat keluar rumah baik untuk rumah sendiri atau rumah orang lain yang kita tumpangi maka dipakai salam Ittekimasu , sedangkan saat pulang dari memakai salam Tadaima.

Sandal atau sepatu harus dilepas

Ini tampaknya tidak terlalu susah bagi kita karena umumnya juga berlaku di negara kita namun dengan sedikit perkecualian. Kebanyakan rumah orang Jepang berlantaikan kayu dan beberapa ruangan adalah berlantaikan tikar rumput (tatami). Untuk menjaga kebersihan lantai dan juga menghindari kerusakan, melepas sepatu atau sandal adalah wajib dan menggantinya dengan sandal khusus dalam rumah. Kalau sandal pengganti tidak ada, atau tuan rumah tidak menyediakannya, abaikan saja, karena bukan merupakan masalah besar, kecuali waktu musim dingin, atau kaos kaki anda berlobang pada bagian jarinya. Biasanya sepatu akan diletakkan dengan ujung menghadap ke arah pintu (keluar) dengan rapi. Sebagai pihak tamu kita wajib melakukan hal ini, walaupun mungkin tuan rumah sendiri tidak meletakkannya dengan rapi, namun minimal ujung sepatu biasanya masih menghadap keluar. Catatan : Aturan ini kadang berlaku juga ketika memasuki rumah makan khususnya yang berlantai tatami atau rumput serta untuk tempat tertentu seperti rumah sakit, klinik, kuil dll.Hal paling mudah untuk mengindari kesalahan yang fatal adalah menanyakannya terlebih dahulu atau melihat dengan melihat posisi lantai. Lantai dengan posisi lebih tinggi, ruangan beralaskan tikar atau kayu, untuk memasukinya dipastikan harus melepas sepatu ketika memasukinya. Memasuki kantor, ruangan atau rumah berlantai keramik, ruangan berkarpet kamar hotel bertype western style, sepatau tetap dipakai. Duduk di atas tikar atau lantai Duduk dengan menduduki kaki dan arah kaki menghadap ke belakang. Ini adalah sikap dan cara duduk yang formal. Untuk situasi tidak formal, duduk bersila dianggap wajar, namun tidak untuk wanita kecuali untuk hubungan yang sudah sangat dekat. Duduk gaya jongkok juga, rebahan atau tidur di lantai bisa dilakukan namun semuanya disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat itu. Menggunakan toilet Jangan masuk toliet dengan sandal rumah. Gunakan sandal toilet yang sudah tersedia dan hanya dipakai ketika di dalam toilet saja. Hal ini sedikit susah tampaknya, karena letak toilet yang biasanya di dalam rumah dan mengganti sandal (lagi) ketika memasuki toilet adalah hal yang sering terlupakan. Kebiasan orang asing yang tinggal di Jepang pada umumnya adalah memakai sandal biasa masuk ke dalam ruangan toilet atau lupa melepas sandal toilet ketika keluar dan tetap memainya jalan jalan di sepanjang rumah. Tutup kembali tutup jamban, setelah selesai dipakai. Kebanyakan jamban dilengkapi dengan listrik pemanas yang akan menjaga permukaan jamban tetap hangat ketika diduduki yang sangat berguna ketika musim dingin. Membiarkan kloset dalam keadaan terbuka akan sangat berpengaruh ke tagihan rekening listrik bulan berikutnya. Jadi walaupun kelihatannya sepele tidak ada salahnya untuk diperhatikan. ETIKA MENGINAP

Di dalam budaya Jepang, menginap di rumah orang, kenalan atau bahkan saudara kandung sekalipun sangatlah tidak umum dilakukan terlebih untuk mereka yang sudah berkeluarga dan tinggal di daerah perkotaan. Hal ini mungkin disebabkan karena rumah mereka yang relatif kecil dan sempit disamping juga karena alasan lain. Umumnya pihak tamu lebih suka memilih tinggal di hotel ataupun penginapan kecil yang bisa ditemukan dengan mudah di berbagai tempat bahkan untuk desa kecil sekalipun. Namun walaupun tidak umum, menginap di rumah orang Jepang bukanlah tidak ada sama sekali yang biasanya disebabkan karena hal khusus misalnya menerima kunjungan orang asing., pertukaran budaya dan hubungan relasi yang sudah sangat dekat. Hampir tidak ada etika khusus yang bisa ditulis di sini kecuali beberapa tip yang harus diperhatikan khususnya pada saat hari perpisahaan. Pihak tuan rumah umumnya pada awalnya akan menyiapkan baju tidur, seprai dan tempat tidur baru pada pihak tamu. Pada hari terakhir pihak tamu akan merapikan kembali semua peralatan tersebut, melepas seprai dan alas bantal dan mencucinya atau minimal menaruhnya di dekat mesin cuci. Kemudaian pada saat kita sampai di rumah maka memberi khabar dengan telephone atau surat sebagai pemberitahuan bahwa kita sudah sampai dengan selamat sampai di rumah, adalah wajib dilakukan. Pemberitahuan ini penting karena selain untuk memberi khabar terakhir, juga dipakai sekali lagi untuk mengucapkan rasa terima kasih. Selama menginap, makan, minum dan mungkin juga hal lainya umumnya adalah merupakan tanggung jawab pihak tuan rumah.

ETIKA MAKAN BERSAMA Salam Itadakimasu dan gochisosama deshita Orang jepang biasanya mengucapkan Itadakimasu sebelum makan dan gochisosama deshita setelah makan, dengan atau tanpa mencakupkan kedua tangan di dada. Salam ini diucapkan sebagai ungkapan terimakasih kepada makanan, kepada petani yang menanam dan membesarkan makanan, ibu atau tukang masak yang mengolah makanan dan tentu saja sang pencipta. Jadi terima kasih diucapkan kepada semua mata rantai proses sampai makanan itu terhidang di depan kita. Ucapan ini adalah wajib khususnya ketika mendapat jamuan makan dari orang atau rekan lain, sedangkan kalau makan seorang diri sendiri tentu saja etika ini dan juga semua etika lainya menjadi tidak berlaku. Note : beberapa rekan beragama lain mengatakan salam ini haram hukumnya, jadi ada baiknya dikonsultasikan dulu dengan yang lebih tahu. Menggunakan sumpit

Jangan menancapkan sumpit di dalam cawan nasi. Jangan menyerahkan makanan secara langsung dari sumpit ke sumpit. Jangan menunjuk atau mengerakgerakan sumpit ketika berbicara. Jangan meninggalkan sumpit terbenam dalam kuah atau makanan tapi taruh berjajar di atas piring atau di tempat dudukanannya. Bila mengambil makanan dalam piring besar, gunakan sumpit dengan ujung terbalik (batang sumpit) atau sendok yang telah tersedia. Hal ini dilakukan dengan dua tujuan yaitu ujung sumpit yang telah masuk ke mulut dianggap tidak etis dipakai mengambil makanan di piring utama. Sedangkan yang kedua, ujung sumpit yang telah menyentuh makanan tertentu akan mempengaruhi rasa dari makanan lainnya. Aturan yang sangat membosankan menurut saya. Berbagi makanan Makan bukan cuma sebatas urusan perut, tapi juga masalah kebersamaan, saling peduli. Jangan asik makan sendiri, tapi cobalah bagi makanan pesanan kita sendiri ke teman makan. Tawarkan mereka beberapa bagian kecil makan yang kita pegang. Umumnya makanan akan dibagi dengan piring kecil secara merata, jadi bisa mencoba banyak variasi rasa dalam sekali makan adalah hal yang sangat disukai oleh kebanyakan orang jepang.. Usakahan menuangkan air atau teh dari pot besar ke gelas teman makan anda. Untuk jamuan dengan minuman beralkohol atau bir aturannya lebih ketat lagi yaitu jangan biarkan gelas pasangan makanan anda sampai kosong ! Segera tuangkan minuman baru kalau isi gelas parter Anda mulai berkurang. Walaupun anda sendiri tidak minum alkohol, karena kebetulan bertugas sebagai pengemudi atau sebab lain, aturan ini tetap perlu sebagai wujud peduli pada situasi lawan. Menyisakan makanan Menyisakan makanan adalah sangat tidak sopan bagi orang tuan rumah atau orang yang menjamu anda. Kebanyakan orang Jepang akan menghabiskan makanan sampai butir nasi terakhir. Makanan yang tersisa di piring besar, masih bisa disimpan atau dimakan oleh anggota lain, sedangkan makan sisa dari piring sendiri akan terbuang percuma. Dimanapun nasi rasanya pasti sama jadi tidak ada alasan untuk menyisakannya. Makanan lain bisanya diambil dalam porsi kecil dan ditambah lagi kalau terasa kurang. Dalam lingkungan rumah makan, pelayan atau tukang masak kadang akan menanyakan ke kita kalau makanan di piring masih tersisa banyak sedangkan untuk jamuan gaya prasmanan di lingkungan hotel, bisa jadi mereka akan mengenakan biaya tambahan kalau makanan yang kita ambil masih tersisa walaupun kasus ini sebenaranya sangat jarang terjadi. Setelah makan Setelah makan makan bisanya semua orang terlebih pihak tamu akan mengucapkan Gochiso samadeshita dan kadang disambung dengan kalimat oishiikatta desu . Ucapan ini terutama yang terakhir yang artinya "makanannya sangat enak" sepertinya adalah umum dilakukan walaupun bisa jadi makananannya adalah tidak enak, kurang garam, tanpa rasa karena dimasak tanpa bumbu dan cabe !

Dalam lingkungan keluarga, orang yang bertugas memasak biasanya tidak merangkap sebagai pencuci piring. Jadi kalau tukang masaknya adalah sang ibu, yang bertugas mencuci piring biasanya adalah si bapak, anak atau anggota keluarga lainnya. Sedangkan pada saat posisi kita adalah sebagai tamu maka tuan rumah biasanya walaupun dilarang biasanya pihak wanita atau istri akan bersikeras untuk membantu mencuci peralatan makan. Umumnya ucapan terima kasih untuk jamuan makan tidak cukup hanya diucapkan sekali saja sehingga ucapan terima kasih akan diulangi lagi pada pertemuan selanjutnya. Pembayaran dan bingkisan Umumnya orang Jepang akan membayar harga makanannya sendiri sendiri jadi total harga makanan akan dibagi rata sampai jumlah sen terkecil untuk tiap orang. Biasanya kasir sudah mengetahui apa yang harus dilakukan. Kalau acara jamuan makan adalah bersifat undangan maka berlaku aturan umum yaitu pihak pengundang yang akan membayar semua makanannya. Namun biasanya pihak yang diundang merasa tidak enak kalau hanya datang untuk makan saja jadi mereka biasanya akan membawa bingkisan kecil sebagai rasa terima kasih. Bingkisan itu biasanya adalah kue, sake atau wine kalau kita sudah yakin pihak pengundang bukan berpantang terhadap alkohol. Jamuan yang dilakukan di rumah, maka wine akan dibagi dan diminum pada saat jamuan sedangkan untuk jamauan di rumah makan hal ini tentu saja tidak bisa dilakukan karena aturan (tidak tertulis) dari rumah makan bisanya melarang membawa makanan atau minuman dari luar.

ETIKA MANDI Mandi pun ada aturannya ? Lha, mau dibilang apa, karena begitulah kenyataanya. Kalau Anda melakukannya di kamar mandi sendiri tentu tidak ada aturan apapun yang perlu dijalankan namun kalau tinggal di rumah keluarga atau mandi di pemandian umum tentu saja ada etika kecil yang harus diketahui. Sedikit perlu digaris bawahi disini adalah kata mandi selalu mengacu pada mandi gaya Jepang atau Ofuro yaitu berendam di bak mandi atau kolam dengan air yang bersuhu sekitar 40% Celcius. Sedang mandi dengan mengguyur air ke badan dengan shower adalah merupakan mandi gaya barat yang disebut dengan Shawa o abiru. Untuk mandi yang terakhir ini biasanya cukup dilakukan di rumah secara perorangan jadi tentu saja hampir tidak ada aturan apapun yang perlu diperhatikan. Selengkapnya aturan tentang mandi bisa saya tulis sebagai berikut : Mandi di pemandian umum Tempat pemandian umum yang selalu berarti pemandian air panas adalah suatu tempat yang sangat digemari oleh kebanyakan orang Jepang. Selain sumber air panas yang dipercaya sangat bagus untuk menyembuhkan penyakit tertentu, alasan lain yang tempat semacam ini selalu digemari adalah karena tempat mandi yang luas dan lapang serta kelengkapan lain seperti sauna misalnya.

Beberapa aturan penting yang perlu di perhatikan adalah sebagai berikut. Jangan lansung masuk ke dalam kolam begitu saja, namun terlebih dulu badan harus diguyur dengan air berkali kali. Selain bertujuan menyesuaikan suhu badan dengan suhu air kolam juga bermaksud untuk membersihkan keringat yang ada di badan. Selembar handuk kecil merupakan satu satunya kain yang bisa dibawa selain berfungsi untuk menutupi anggota badan yyang bawa yang dianggap penting juga berfungsi untuk menggosok badan ketika mandi di tempat shower nantinya. Pada saat masuk ke dalam kolam, handuk tidak boleh sampai ikut terendam jadi dilipat dan ditaruh di batu di pinggir kolam atau melipatnya dan menaruhnya di atas kepala. Bermain air, berenang dalam kolam atau mencuci handuk yang dibawa adalah aturan umum lainya yang juga sebaiknya diketahui. Kalau Anda memiliki tatoo di tubuh, kemungkinan besar tidak akan bisa bebas mandi di semua tempat karena kebanyakan dari tempat pemandian umum di Jepang mempunyai aturan melarang atau menolak pelanggan yang mempunyai tatoo di tubuhnya. Jadi Anda harus mencari tempat pemandian yang lain yang bisa menerima semua pelanggan tanpa perbedaan apapun. Tempat pemandian semacam ini biasanya teletak di tengah perkampungan penduduk, berharga murah, namun berarti juga "tidak aman" karena bercampur dengan golongan preman alias "yakuz*. Selama Anda taat dan mematuhi etika yang ada, sepertinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena saya sendiri walau tidak mempunyai tatoo, lebih sering menggunakan tempat ini dengan alasan murah meriah. Tempat pemandian umum juga kadang dipakai sebagai tempat sosialisasi antar atasan dengan bawahan. Caranya adalah dengan membantu menggosok punggung atasan dengan handuk ketika mandi di tempat shower. Mandi di rumah Satu hal yang paling berbeda antara mandi di pemandian umum dengan di rumah adalah luas bak mandi untuk berendam yang hanya cukup untuk satu orang dewasa saja jadi mandi ofuro yang dilakukan di rumah haruslah digilir. Aturan standardnya, yang mendapat giliran mandi paling akhir biasanya bertugas membersihkan dan mengeringkan kamar dan bak mandi, sedangkan orang yang mandi paling awal bertugas menyiapkan tempat tidur. (Note : tidur gaya Jepang, kasur, selimut dll disipakan sebelum tidur dan dilipat serta disimpan kembali pagi harinya) Karena air yang dipakai di bak kamar mandi umumnya bukanlah air yang mengalir terus menerus seperti di pemandian umum yang berarti orang yang mendapat mandi ke dua akan berendam di bak mandi dengan ari yang sama maka badan harus di cuci sebersih mungkin sebelumnya. Jadi terlebih dahulu kita harus mandi seperti layaknya mandi biasa memakai shower, menyikat seluruh badan sebersih mungkin, membilasnya setelah bersih barulah masuk dan berendam di bak mandi. Jadi bak mandi hanya berfungsi sebagai tempat berendam saja. Terakhir setelah dirasa badan cukup hangat badan dibilas dengan air bersih atau air shower sekali lagi dan aktivitas mandi yang disebut ofuro inipun berakhir.

Mengenai urutan, siapa yang mandi paling awal dan siapa paling akhir tidaklah terlalu penting dan tergantung kesepakatan saja. Umumnya anak terkecil mendapat giliran paling awal karena harus tidur lebih awal dan berangkat ke sekolah lebih pagi. Demikianlah ranguman yang bisa saya buat tentang etika dasar pergaulan sehari hari orang atau tinggal di Jepang. Etika lainya, kalau terlewatkan akan saya tambahkan lagi nanti. Tulisan ini dibuat sepenuhnya berdasarkan pengalaman dan pengamatan belaka yang bisa jadi berbeda dengan etika yang Anda pelajari. Sekali lagi tidak ada buku resmi yang bisa dijadikan panduan karena etika itu sendiri merupakan suatu aturan yang tidak tertulis. Salam

06. Japanese business etiquette (Japanese Business Culture, Japanese Business Customs) There are many books claiming to prepare you for Japanese business etiquette. Don't believe everything these books say, and don't make the mistake that you believe you are well prepared to do business in Japan after reading a book about "Japanese business etiquette"! Still, here are a few essential tips: - Take enough ("enough" often means a couple of hundred) professionally prepared "meishi" ("meishi" = business cards). For Japanese people (as else where in Asia-Pacific) exchanging "meishi" is like shaking hands. It is very awkward not to exchange "meishi" when you first meet - few Japanese people will think this is funny. So make sure you have enough. Not to have "meishi" has the meaning of being unemployed (actually this is not specific to Japan alone, but Meishi are equally important in most East-Asian countries). - Impress with facts and achievements, or the fame and power and size of your corporation. Bring documentation of your company in Japanese language. - Be on time and well prepared for meetings. It is extremely inpolite not to do your homework (= market research ) about the companies and peopl you are meeting. In case of doubt, its better to assume that your Japanese partner will have done very thorough research about your company. Your position will be weak if you have not done your preparations. - There is a sophisticated protocol how seating is arranged at meetings, at dinners or in cars etc. The seating protocol depends on seniority, guest-host relationship, the position of the door, decorations in the room, etc. If you are arranging important meetings or dinners at high level, it will impress if you follow these seating customs. Most foreigners who have

not worked a long time in Japan will need advice from Japanese professionals to select the correct seating order. At dinners there are also customs about filling glasses etc. - There are a number of unwritten rules in daily life in Japan, which everybody observes, but nobody talks about, and which don't exist in Europe or USA. For example: no eating and drinking and no baby's perambulators (except folded up) on short-distance commuter trains. It's your choice in a way, but you'll make more friends if you observe these little rules. - There are some things you should definitely not do: (1) Don't blow you nose in front of other people! (2) Don't kiss anybody as a greeting! (You'll thoroughly embarrass your "victim"!) (3) Never throw objects at somebody asking them to catch! Books, papers, documents, meishi, presents, and other important objects are given with both hands and a bow of the head. (4) There are a couple of other "no-no's" (gestures, comments etc) which will provoke embarrassment, or even hostility in Japanese people, and you might be unaware of them. You better ask for them and avoid them. [Fakta Menarik] Kata ya yang diucapkan pengusaha Jepang tidak selalu bermakna setuju. Jika berbisnis dengan orang Jepang, jangan mendesak ataupun menekan. "Everything ok" is shown in western European countries, especially between pilots and divers, with the sign of the thumb and forefinger forming an "O". This sign, especially when fingers are curled, means in Korea and Japan "now we may talk about money" [ citation needed ] In the Americas as well as in Arabic countries the pauses between words are usually not too long, while in India and Japan pauses can give a contradictory sense to the spoken words. Enduring silence is perceived as comfortable in India and Japan, while in Europe, North America and Australia it may cause insecurity and embarrassment.

Appearance Those who dress according to their status or position impress the Japanese. Dress to impress. Men should wear dark conservative attire. Business suits are most suitable. Casual dress is never appropriate in a business setting.

Shoes should be easy to remove, as you will do so often. Slip-ons are the best choice. Women's dress should be conservative. Little emphasis should be placed on accessories. They should be minimal. Women should not wear pants in a business situation. Japanese men tend to find it offensive. Women should only wear low-heeled shoes to avoid towering over men. A kimono should be wrapped left over right to do otherwise symbolizes death. Remember the Japanese phrase "The nail that sticks up gets hit with the hammer" when considering your choices for attire in Japan. Avoid using large hand gestures, unusual facial expressions and any dramatic movements. The Japanese do not talk with their hands and to do so could distract your host. Avoid the "OK" sign; in Japan it means money. Pointing in not acceptable. Do no blow your nose in public Personal space is valued. Because the Japanese live in such a densely populated area, they value their personal space. A smile can have double meaning. It can express either joy or displeasure. Use caution with your facial expressions. They can be easily misunderstood. The Japanese are not uncomfortable with silence. They use it to their advantage in many situations. Allow your host to sit in silence.

Behavior The word for toasting is kampai, pronounced 'kahm-pie'. When toasting the glass is never left unfilled. Drinking is an important part of Japanese culture. It is a way to relieve business stress. Never pour a drink yourself; always allow someone else to do it for you. Most business entertaining is done in restaurants or bars after business hours. Often in karaoke or "hostess bars." Businesswomen should not attend "hostess bars."

Let the host order the meal and pay. Business may be discussed at dinner during these events. Japanese rarely entertain in the home. If you are invited to the home of your Japanese host, consider it a great honor and display a tremendous amount of appreciation. If you are invited to a social event, punctuality is not expected. It is the custom to be "fashionably late." If you do take your host out insist upon paying. The Japanese will refuse but insist. They will prefer that you choose a Western-style restaurant when entertain them. Key phrases to learn are "itadakimasu" at the beginning of dinner, and "gochisousama-deshita" at the end. It is polite use these phrase and it will show you host that you have enjoyed the meal. "Sumimasen" (excuse-me) is a very useful term to add to your vocabulary along with the phrase "kekko desu" (I've had enough). It is perfectly acceptable to slurp your noodles. Doing so will exhibit your enjoyment of your food. To do otherwise, indicates that your meal was not a pleasant one. Do not openly display money. It is rare to see it given from person to person in Japan. It is important to use an envelope to pass money. In Asia the number 14 is bad luck, because in Japanese it sounds like the word 'shuh-shuh', which sounds like the word for death. Tipping is not expected. Gift giving is very important both business and personal gifts - See international business gift giving section. Style is tantamount. The gift itself is of little importance, the ceremony surrounding it is very important. Always wrap gifts . The selection of the wrapping paper is critical. Do not give anything wrapped in white as it symbolizes death. Do not use bright colors or bows to wrap the gift. It is better to have the hotel or the store wrap the gift to ensure that it is appropriate. Do not surprise the recipient with the gift. Give your host some warning during the evening that you intend to give them a present.

Give the gift with both hands and accept gifts with hands. Generally, gifts will not be opened in your presence. If your host insist that you open the gift do so gingerly. They take pride in gift wrapping, show that you appreciation the effort. Do not give gifts in odd number or the number four, as odd numbers are bad luck and four sounds like the word for death in Japanese. Gifts should be given at the end of a visit. Do not admire anything belonging to your host too closely. The Japanese strive to please; you may be rewarded for your admiration. The most popular gift giving occasions in Japan are oseibo , which falls at the end of the year and O- chugen which falls during the middle of the year. Good gift ideas include top choice beef, fruit and alcohol such as brandy, quality whiskey and Bourbon along with excellent wines. They also appreciate gifts from high-end department stores like Saks and Neiman Marcus. The Japanese frown on open displays of affection. They do not touch in public. It is highly inappropriate to touch someone of the opposite sex in public.

Communications In Japan, business cards are called meishi. Japanese give and receive meishi with both hands. It should be printed in your home language on one side and Japanese on the other. Present the card with the Japanese language side up. The card will contain the name and title along with the company name, address and telephone number of the businessman. In Japan, businessmen are call "sarariman." A sarariman who does not have a Take special care in handling cards that are given to you. Do not write on the card. Do not put the card in you pocket or wallet, as either of these actions will be viewed as defacing or disrespecting the business card. Upon receipt of the card, it is important to make a photocopy of the name and title of the individual in your mind. Examine the card carefully as a show of respect. In a business situation, business cannot begin until the meishi exchange process is complete.

The customary greeting is the bow. However, some Japanese may greet you with a handshake, albeit a weak one. Do not misinterpret a weak handshake as an indication of character. If you are greeted with a bow, return with a bow as low as the one you received. How low you bow determines the status of the relationship between you and the other individual. When you bow keep your eyes low and your palms flat next to your thighs. The business card should be given after the bow. This is very important to remember. In introductions use the person's last name plus the word san which means Mr. or Ms. The Japanese prefer to use last names. Do not request that they call you by your first name only. If you are uncertain about the pronunciation of a name, ask for assistance. Understand that the Japanese prefer not to use the word no. If you ask a question they may simply respond with a yes but clearly mean no. Understanding this is critical in the negotiation process. In Asia the number 4 is bad luck, because in Japanese it sounds like the word 'shuh-shuh', which sounds like the word for death.

Anda mungkin juga menyukai