Anda di halaman 1dari 3

Disajikan oleh Pontas R.

Siahaan dalam Workshop Good Corporate Governance bagi Pegawai


Deputi Pengawasan nstansi Pemerintah Bidang Perekonomian di Pusdiklat Pengawasan BPKP,
Gadog, Bogor (18 20 Agustus, 2004)

PENGELOLAAN SDM DALAM RANGKA


PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE
Corporate Governance adalah system tata kelola yang diselenggarakan
dengan mempertimbangkan semua factor yang mempengaruhi proses institusional
termasuk faktor-faktor yang berkaitan dengon fungsi regulator. Di ndonesia konsep
GCG baru pads tahap pengenalan (setting), padahal GCG berhubungan juga
dengan fungsi monitoring atau implementasi secara terus menerus, apa-apa yang
harus diperbaiki terhadap setting yang telah dibuat, sehingga nantinya akan
terbangun model GCG yang sesuai dengon kondisi yang akan berdampak kepada
penguatan kinerja. Kemudian, tahap berikutnya adalah tahap performance yaitu
mengukur kinerja yang dihasilkan dari persiapan GCG ini. Dan , yang perlu diingat
tidek ada single universal corporate governance model. Praktek GCG yang
dibangun haruslah yang sesuai dengan kultur sosial dan budaya ndonesia (untuk
GCG yang diterapkan di ndonesia).
Karakteristik corporate governance di suatu negara dianalisis berdasarkan
faktor-faktor lain seperti sejarah, perkembangan kelembagaan, kebijakan yang
mempengaruhi pola dan struktur kepemilikan perusahaan don bagaimana
perusahaan diorganisasikan dan dikendalikan. (Akhmad Syakhroza, PHD, Ketua
Kajian Corporate Governance, FE U, Warta Pengawasan Januari 2004).
Dari cuplikan ini
,
saya berpendapat bahwa tolok ukur tidak lagi hanya
berdasarkan tingkat kepandaian, atau berdasarkan pelatihan dan pengalaman
tetapi juga berdasarkan seberapa baik kita mengelola diri sendiri dan berhubungan
dengan orang lain ; tolok ukur ini (dibeberapa perusahaan besar) semakin banyak
diterapkan dalam memilih siapa yang akan dipekerjakan dan siapa yang tidak, siapa
yang terpaksa diberhentikan dan siapa yang dipertahankan, siapa yang harus
dimutasi dan siapa yang harus dipromosikan.
Alat ukur baru yang digunakan memusatkan perhatian pada kualitas pribadi,
seperti inisiatif dan empati, adaptabilitas dan kemampuan persuasi. Pengukuran ini
dikenal dengan name pengukuron kecerdason emosi (perubahan dari pengukur
berdasarkan ntelligence Quotient( Q) ke EQ menurut Daniel Goleman dalam
bukunya Kecerdasan Emosi untuk mencapai Puncak Prestasi, terjemahan dari
Disajikan oleh Pontas R. Siahaan dalam Workshop Good Corporate Governance bagi Pegawai
Deputi Pengawasan nstansi Pemerintah Bidang Perekonomian di Pusdiklat Pengawasan BPKP,
Gadog, Bogor (18 20 Agustus, 2004)

Working With Emotional ntelligence), mengatakon enam factor utama bagaimana


perusahaan menyebabkan menurunnya moral dan motivasi karyawan, yaitu:
1. Beban kerja berlebihan
2. mbalan yang tidak memadai
3. Hilangnya sambung rasa
4. Perlakuan tidak adil
5. Kurangnya otonomi
6. Konflik Nilai
Juga tidak adanya kepercayaan dan keterbukaan, menyebabkan karyawan:
Takut melakukan kesalahan membuat orang memilih menahan informasi
Keinginon atasan untuk memegang kendali menghalangi hasrat orang-
orang dalam tim untuk menggunakan kemampuan terbaik mereka.
Menyebarnya kecurigaan - orang saling memandang yang lain sebagai
orang yang tidak aka membantu dan tidak dapat dipercaya.
Padahal, untuk memperbaiki kinerja, tantangan yang paling besar
adalah bagaimana membantu semua tim (para anggotanya) mengembangkan
hubungan pribadi yang lebih baik dan saling memandang orang lain sebagai
sesama manusia. Alasan harus mengubah sikap, dengan mau mendengarkan
aspirasi p a r a karyawan, sehingga reaksi dari bawah akan berubah
menjadi saya akan lakukan, tetapi beri saya mengerjakannya dengan cara
saya. Tentu saja tidak semudah itu, semua saling terkait dalam pekerjaan,
oleh karena itu tahap berikutnya, belajar menjadi saling terkait. Atasan
bertindak sebagai fasilitator dan pendamping. Perannya tidak lagi hanya
mengendalikan dan memerintah, tetapi mendengarkan, menyediakan
sumberdaya dan melayani.
Akhirul kata,
Semua bersangkut paut dengan manusianya, apabila hal-hal yang
terkait dengan manusianya diabaikan, apapun yang lain tidak akan berfungsi
Disajikan oleh Pontas R. Siahaan dalam Workshop Good Corporate Governance bagi Pegawai
Deputi Pengawasan nstansi Pemerintah Bidang Perekonomian di Pusdiklat Pengawasan BPKP,
Gadog, Bogor (18 20 Agustus, 2004)

sebagaimana mestinya.
Untuk itu diperlukan :
Atasan yang optimistic
Tantangan yang tulus
Penekanan pada pembelajaran
Mempertegas rasa memiliki
Menghargai sudut pandang yang beragam
Teladan
Membangun percaya diri melalui umpan balik
(jangan sekali-sekali memberikan reaksi yang menghakimi terhadap
kinerja seseorang, usahakan dialog yang berkesinambungan).

Anda mungkin juga menyukai