Anda di halaman 1dari 5

P R A K T I K U M X Topik : Menentukan Pola Penyebaran Hewan Pantai Tujuan : Untuk menentukan pola distribusi hewan p antai.

Hari / Tanggal : Jumat/ 9 Maret 2012 Tempat : Pantai Sarang Tiung Desa Gedambaan Kab. Kota baru. ALAT DAN BAHAN Alat Meteran Patok Jaring Serok Kertas label Kantung plastik DO meter pH meter Mikroskop Bahan Sampel Fauna sisipan . Sampel air CARA KERJA Menentukan area stand secara subyektif, yaitu pada kawasan pantai sampai kedalaman setinggi dada (50 meter) mulai dari tepi pantai ke arah laut . Membuat area kajian dan menentukan titik-titik pengamatan 0,5 meter (sep inggang), 1 meter (sedada), dan 1,5 meter (sebahu). Pada setiap titik pengamatan membuat kuadran imajiner 4 x 4 meter diulan g 2 kali. Dengan menggunakan jaring atau cara manual, mengambil semua hewan dasar yang terdapat pada area tersebut . Memperhitungkan kerapatan individu untuk setiap spesies dimulai dari 0, 1, 2, 3, 4 dan 5 individu. Bila jumlah individu suatu spesies dalam satu plot le bih dari 5 individu maka dianggap 5 individu . Menyusun data yang didapat, untuk mengetahui apakah tumbuhan terdistribu si secara acak atau non acak dengan menggunakan analisis poison dengan rumus : X2 = ( Pengamatan Harapan )2 Harapan Pada taraf signifikansi tertentu apabila X2 hitung lebih besar dari X2 tabel mak a spesies tumbuhan tersebut pola distribusinya adalah secara tidak acak, sebalik nya bila X2 hitung < X2 table maka pola distribusinya adalah secara acak Untuk mengetahui yang tersebar secara tidak acak tersebut apakah mengel ompok atau reguler, dilakukan perhitungan perbandingan varian : mean. Menurut Bl ackman (1942) dalam Smith (1984), bila dari perhitungan rasio Varian : Mean hasi lnya kurang dari 1, maka tumbuhan tersebut terdistribusi secara reguler, dan seb aliknya bila hasilnya lebih dari 1, maka tumbuhan tersebut terdistribusi secara mengelompok. TEORI DASAR Menurut Crawley (1986), bahwa lingkungan akan berubah dari suatu tempat ke tempa t yang lain. Bersamaan dengan itu terjadi pula perubahan vegetasi, baik komposis i spesies penyusunnya maupun frekuensinya. Perbedaan kondisi lingkungan tersebut dapat juga akan mempengaruhi pola distribusi suatu spesies. Di samping itu, pol a penyebaran tersebut juga dipengaruhi oleh cara dispersal dari spesies tumbuhan . Pola disribusi spesies di alam secara garis dibedakan atas 3 pola, yaitu pola ac ak, pola mengelompok, dan pola teratur atau reguler.

Pola Penyebaran Secara Acak Pola ini menggambarkan penyebaran tumbuhan secara sembarang atau acak, a rtinya setiap spesies tidak mempunyai arah dan posisi terhadap lokasi tertentu, serta spesies yang sama. Pola Mengelompok Pola ini terjadi dalam satu area yang cukup sempit dipermukaan bumi oleh beberapa spesies. Artinya dalam suatu wilayah tertentu, hadirnya suatu spesies akan diikuti oleh spesies yang sama . Pola Teratur Pola distribusi tumbuhan secara teratur jarang terjadi di alam. Pola dis tribusi secara teratur artinya jarak antara satu individu dengan individu lain p ada spesies yang sama dalam satu wilayah adalah sama atau hampir sama. Keadaan s eperti ini hanya terjadi pada ekosistem buatan . Untuk mengetahui pola penyebaran dapat digunakan metode acak ataupun stratified random. Pengacakan dilakukan untuk memperoleh plotplot pengamatan. Cara pengacaka n plot dilakukan dengan pencabutan nomornomor (undian) acakan yang dibuat untuk s umbu x da y, kemudian ditarik garis lurus pada kedua sumbu tersebut sehingga did apat titik tertentu. Pengamatan yang dilakukan berdasarkan densitas dari tiap ti ap spesies.

No. 1.

HASIL PENGAMATAN Pola Penyebaran Hewan Pantai makro Tabel Pengamatan Pola Penyebaran Hewan Pantai Makro Nama Spesies Plot ind cup 50 100 150 Meretrix sp. 1 5 6 2 Varian (Is) 2.4 Mengelom

Table Perhitungan Pola Penyebaran Hewan Pantai Makro No. Nama Spesies ind cup K x2 (x)2 Pola Penyebaran 1. Meretrix sp. 6 2 2 26 36 pok Menggunakan perhitungan dengan cara: Spesies Meretrix sp. Plot X x2 50 100 150 0 1 5 0 1 25 = 6 = 26

K = (ind)/(plot) = 6/3 = 2 Is = (N ( x^2)-(x))/(( x^2)-(x)) = 72/30 = 2.4

Pola Penyebaran Hewan Pantai Mikro Tabel Pengamatan Pola Penyebaran Hewan Pantai Mikro Tabel perhitungan Pola Penyebaran Hewan Pantai Mikro Contoh perhitungan untuk menentukan: K = (ind)/(plot) = 48/3 = 16 KR = (K ind)/( K ind) x 100 % = 16/58.67 x100 % = 27.27% F = (cup)/(plot) = 3/3 = 1 FR = (F ind)/( F ind) x 100% = 1/7 x 100% = 14.29% NP = KR + FR = 27.27 + 14.29 = 41.56 Pi = ( ind n)/( ind N) = 48/176 = 0.27 Pi log Pi = -0.27 x log 0.27 = 0.154 Tabel Perhitungan Varian Pola Penyebaran Hewan Pantai mikro Contoh perhitungan untuk menentukan : Contocamptus arsimilis Plot X x2 50 cm 100 cm 150 cm 10 25 13 100 625 169 48 894 x menyatakan ind per plot x2 menyatakan kuadrat dari ind Keterangan : Is = (N ( x^2)-(x))/(( x^2)-(x)) = 2634/2256 = 1.17

No 1 2 3 4 5 6

Tabel Parameter Lingkungan Parameter dan Satuan Pengulangan 1 2 3 Salinitas () 30 30 25 Suhu (oC) 31 31 30 Kelembaban tanah 100 100 pH tanah 4 4.3 4.8 pH air 8.4 8.8 8.9 8.4-8.9 Kecerahan air (cm) 138 137

Kisaran 25-30 30-31 100 4-4.8 128

100 128-138

ANALISIS DATA Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di pesisir pantai Sarang Tiung kecamatan Gedambaan, yang bertujuan untuk menentukan bagaimana pola distribusi hewan pantai, didapati bahwa di pantai tersebut terdapat berbagai jenis hewan pa ntai yang memiliki jumlah yang beraneka ragam, mulai dari hewan makroskopis samp ai hewan mikroskopisnya. Pengambilan sampel yang dilakukan pada praktikum ini dibagi menjadi 3 zona penga matan, yaitu di kawasan selutut (50 cm), sepinggang (100 cm) dan sebahu (150 cm) . Pada tiap zona ditemukan hewan makroskopis dan beberapa hewan mikroskopis. Hewan Makroskopis Berdasarkan pengamatan pada ketiga zona tersebut, hewan makroskopis yang ditemuk an adalah spesies Meretrix sp. Dari hasil pengamatan tersebut diketahui bahwa sp esies tersebut sepertinya memiliki dominansi yang kuat. Pada zona pertama spesies Meretrix sp. tidak ditemukan, sedangkan pada zona kedu a yaitu pada zona sepinggang spesies ini ditemukan sebanyak 1 buah, dan semakin banyak pada kedalaman sebahu dengan jumlah 5 buah. Kurangnya keanekaragaman spesies hewan makroskopis yang ditemukan dapat juga dis ebabkan oleh adanya arus air pasang yang menyebabkan air naik ke pesisir pantai sehingga pada ketiga zona hanya didapatkan satu spesies. Hewan Mikroskopis Untuk pengamatan pola penyebaran hewan mikroskopis pengambilan sampelnya juga di lakukan di 3 zona pengamatan yaitu di kawasan selutut, sepinggang dan sebahu. Berdasarkan data hasil pengamatan, hewan mikroskopis (khususnya zooplankton) yan g ditemukan di daerah ini cukup beragam jenis dan bentuknya, spesies yang ditemu kan ada 8 jenis, yaitu Contocamptus arsimilis, Euglena mutabilis, Tabellaria, Eu glena accus, Uroglenopsis, Didinium, Aluha circumfimbriata, dan terakhir Moina b rachiata. Spesies yang paling banyak ditemui adalah Contocamptus arsimilis seban yak 48 dan yang paling sedikit ditemui adalah Euglena mutabilis sebanyak 4. Pada praktikum kali ini, didapatkan perhitungan perhitungan yang dapat menunjukk an pola penyebaran hewan daerah pantai. Untuk nilai kerapatan yang paling tinggi ditempati oleh Contocamptus arsimilis yaitu 16.00 dan nilai kerapatan relatifny a juga paling tinggi yaitu 27,27 % dengan nilai penting 41.56. Sedangkan untuk k erapatan paling rendah ditempati oleh Euglena mutabilis yaitu 1.33 dan kerapatan relatifnya 2.27% dengan nilai penting 11.80. Untuk frekuensi tertinggi ditempati oleh Contocamptus arsimilis dengan NP sebany ak 41.56, Tabellaria dengan NP sebanyak 27.92, Uroglenopsis dengan NP sebanyak 1 8.83, Aloha circumfibriata dengan NP sebanyak 33.60 dan Moina brachiata dengan N P sebanyak 37.01, serta memiliki nilai 1 pada frekuensinya. Hewan mikroskopis ini merupakan zooplankton yang merupakan makanan bagi organism e lain seperti ikan dan udang, sehingga dengan banyaknya terdapat plankton, khus usnya zooplankton ini dapat disimpulkan bahwa didaerah ini banyak terdapat ikanikan dan organisme lain pemakan plankton. Pola penyebaran plankton biasanya adal ah tersebar merata di seluruh perairan. Suhu perairan mempengaruhi keberadaan zooplankton secara fisiologis dan ekologis (Kennish, 1990). Secara fisiologis perbedaan suhu perairan sangat berpengaruh t erhadap lama hidup, dan ukuran dewasa zooplankton. Secara ekologis perubahan suh u menyebabkan perbedaan komposisi dan kelimpahan zooplankton. Menurut Dawes (1981) suhu yang baik bagi biota laut untuk hidup normal adalah 2 0 -35 C dengan fluktuasi tidak lebih dari 5 C. Tingkat toleransi pada tiap-tiap zooplankton sangat bervariasi (Kennish, 1990). Salinitas yang ekstrim dapat menghambat pertumbuhan dan meningkatkan kematian p ada zooplankton (Odum, 1993). Menurut Sachlan (1982), pada salinitas 0 10 ppt hi dup plankton air tawar, pada salinitas 10 20 ppt hidup plankton air tawar dan la ut, sedangkan pada salinitas yang lebih besar dari 20 ppt hidup plankton air lau t. Derajat keasaman (pH) mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan organisme pera iran, sehingga sering dipakai untuk menyatakan baik buruknya suatu perairan. Tai

t (1981) menyatakan bahwa kisaran pH optimum bagi pertumbuhan plankton adalah 5, 6-9,4. KESIMPULAN Hewan makroskopis yang ditemukan pada kawasan per zona adalah spesies Me retrix sp. Kurangnya keanekaragaman pada hewan makroskopis yang ada pada kawasan pe r zona ini dapat disebabkan oleh naiknya arus pasang air laut sehingga menyulitk an untuk berenang ke tengah lagi. Jumlah hewan mikroskopis terbesar yang ditemukan pada daerah per zona ad alah Contocamptus arsimilis dan yang paling sedikit ialah Euglena mutabilis. Berdasarkan pengamatan dan hasil perhitungan, hewan pantai baik mikrosko pis ataupun makroskopis memiliki pola penyebaran berkelompok. VII. DAFTAR PUSTAKA Hardiansyah, dkk. 2012. Penuntun Praktikum Ekologi Hewan. PMIPA FKIP UNLAM. Banj armasin. Soetjipto. 1993. Dasar-dasar Ekologi Hewan. Depdikbud. Jakarta. Odum, P.E. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga (Penerjemah T.Samingan). Gadj ah Mada Unversity Press : Yogyakarta. Anonim, 2012. http://www.wordpress.com/?/FAKTOR-FAKTOR%20YANG%20MEMPENGARUHI%20K ELIMPAHAN%20ZOOPLANKTON%20%C2%AB%20strukturkomunitasplanktondotcom.htm. Diakses tanggal 20 Juni 2012

Anda mungkin juga menyukai