Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Katarak adalah setiap kekeruhan yang terjadi pada lensa.

Penuaan merupakan penyebab katarak terbanyak, tetapi banyak juga faktor lain yang mungkin terlibat, antara lain : trauma, toksin, penyakit sistemik (diabetes), merokok, dan adanya faktor herediter. Katarak merupakan penyebab utama berkurangnya penglihatan pada usia 55 tahun atau lebih.5,4 Secara umum dianggap bahwa katarak hanya mengenai orang tua, padahal katarak dapat mengenai semua umur dan pada orang tua, katarak merupakan bagian umum pada usia lanjut. Makin lanjut usia seseorang makin besar pula kemungkinan menderita katarak. Berbagai studi cross-sectional melaporkan prevalensi katarak pada individu berusia 65-75 tahun adalah sebanyak 50%, prevalensi ini meningkat hingga 70% pada individu di atas 75 tahun. Di Amerika Serikat, katarak yang terjadi akibat usia lanjut dilaporkan mencapai 42% dari orang-orang usia 52-64 tahun, 60% dari orang-orang antar usia 65 dan 74 tahun dan 91% dari mereka antara usia 75 dan 85 tahun.5,4,8 Menurut usia, katarak dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu katarak kongenital, katarak juvenilis dan katarak senilis. Jumlah terbanyak adalah katarak senilis yaitu penyakit gangguan penglihatan yang ditandai dengan kekeruhan lensa yang terjadi secara gradual dan progresif. Katarak senilis terus menjadi penyebab utama terjadinya penurunan penglihatan dan kebutaan di dunia. Setidaknya 5-10 juta kasus baru terjadi setiap tahunnya dan dengan teknik bedah modern, sebanyak 100.000-200.000 kasus masih mengalami kebutaan yang ireversibel. Diperkirakan sebanyak 1,2% dari seluruh populasi Afrika mengalami kebutaan, dengan 36% disebabkan oleh katarak. Survei yang dilakukan pada 3 distrik di lembah Punjai menunjukkan bahwa terjadinya katarak senilis adalah sebesar 15,3% dari 1269 orang usia antara 30 tahun keatas, dan sebanyak 4,3% dari keseluruhan usia. Jumlah ini meningkat secara signifikan sebanyak 67% pada usia 70 tahun atau lebih. Analisis kebutaan pada Skotlandia barat juga menunjukkan bahwa katarak senilis merupakan kausa utama dari kebutaan di daerah tersebut.6 Patogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun demikian, pada lensa katarak secara karakteristik terdapat agregat-agregat protein yang 1

menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparasinya. Perubahan protein lainnya akan mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi kuning atau coklat.Pembentukan katarak secara kimiawi ditandai oleh penurunan penyerapan oksigen dan mula-mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh dehidrasi. Kandungan natrium dan kalsium meningkat, sedangkan kandungan kalium, asam askorbat dan protein berkurang. Pada katarak tidak ditemukan glutation. 4,5 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana mendiagnosis katarak. 2. Bagaimana penatalaksaan katarak. 1.3. Tujuan 1. Mengetahui cara mendiagnosis katarak. 2. Mengetahui penatalaksanaan katarak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan. Katarak umumnya merupakan proses penuaan. Paparan sinar ultraviolet jangka panjang, penggunaan obat-obatan dan penyakit tertentu seperti diabetes juga dapat mempercepat timbulnya katarak. Katarak juga dapat terjadi pada saat lahir atau karena trauma pada mata. 2.2. Anatomi dan Fisiologi Lensa 2.2.1. Anatomi Lensa Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan. Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 9 mm. Di belakang iris, lensa digantung oleh zonula (Zonula Zinii) yang menghubungkan dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aqueous dan di sebelah posterior terdapat vitreus. Kapsul lensa adalah suatu membrane semipermeabel yang dapat dilewati air dan elektrolit. Di sebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamellar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi kurang elastik. Lensa terdiri dari 60 % air, 35 % protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lainnya. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Pada lensa tidak terdapat serat nyeri, pembuluh darah atau pun saraf 3 2.2.2. Fisiologi Lensa Lensa kristalina adalah sebuah struktur yang pada kondisi normalnya berfungsi untuk memfokuskan gambar pada retina. Mata dapat mengubah fokusnya dari obyek jarak jauh ke jarak dekat karena kemampuan lensa untuk mengubah bentuknya, suatu fenomena yang dikenal sebagai akomodasi. Elastisitasnya yang alami memungkinkan lensa untuk menjadi lebih atau kurang bulat (sferis), tergantung besarnya tegangan serat-serat zonula pada kapsul lensa. Tegangan zonula dikendalikan oleh aktivitas muskulus siliaris, yang bila berkontraksi akan mengendurkan tegangan zonula. Dengan demikian, lensa 3
2

menjadi lebih bulat dan dihasilkan daya dioptri yang lebih kuat untuk memfokuskan obyek-obyek yang lebih dekat. Relaksasi muskulus siliaris akan menghasilkan kebalikan rentetan peristiwa-peristiwa tersebut, membuat lensa mendatar dan memungkinkan obyek-obyek jauh terfokus. Dengan bertambahnya usia, daya akomodasi lensa akan berkurang secara perlahan-lahan seiring dengan penurunan elastisitasnya.5

Gambar 2.1.2 Skema penampang anatomi mata yang menujukkan posisi lensa mata

2.2.3. Metabolisme Lensa Normal Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation sodium dan kalium). Kedua kation berasal dari humor aqueous dan vitreus. Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke humor aqueous. Dari luar, ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetepa dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase. Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldoe reduktase adalah enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fruktosa oelh enzim sorbitol dehidrogenase.4

2.3.

Etiologi Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya katarak seperti usia

lanjut (terjadinya sklerosis nuklear), penyakit mata (glaucoma, ablasi, uveitis, retinitis pigmentosa, dan penyakit intraocular lain), bahan toksis khusus (kimia dan fisik), keracunan obat (eserin, kortikosteroid, ergot dan asetilkolinesterase topikal), kelainan sistemik atau metabolik (DM, hipokalsemi, distrofi miotonik,dermatitis atopik), genetic dan gangguan perkembangan, infeksi dimasa pertumbuhan janin4,5 Faktor risiko dari katarak antara lain : 4,5 a. Diabetes Mellitus b. Riwayat keluarga dengan katarak c. Penyakit infeksi atau cedera mata terdahulu d. Pembedahan mata e. Pemakaian kortikosteroid jangka panjang f. Terpajan sinar UV g. Merokok 2.4. Patogenesis Patogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti. Walaupun demikian, pada lensa katarak secara karakteristik terdapar agregat-agregat protein yang menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparasinya. Perubahan protein lainnya akan mengakibatkan perubahan warna lensa menjadi kuning atau coklat. Temuan tambahan mungkin berupa vesikel diantara serat-serat lensa atau migrasi sel epitel dan pembesaran sel-sel epitel yang menyimpang. Pembentukan katarak secara kimiawi ditandai oleh penurunan penyerapan oksigen dan mula-mula terjadi peningkatan kandungan air diikuti oleh dehidrasi. Kandungan natrium dan kalsium meningkat, sedangkan kandungan kalium, asam askorbat dan protein berkurang. Pada lensa yang mengalami katarak tidak ditemukan glutation. Lensa katarak memiliki cirri berupa edema lensa, perubahan protein, dan keruskan kontinuitas normal serat-serat lensa. Secara umum, edema lensa bervariasi sesuai dengan stadium perkembangan katarak. Katarak imatur (insipient) hanya sedikit opak, katarak matur yang keruh total (tahap menengah lanjut) mengalami edema. Apabila kandungan air maksimal dan kapsul lensa terenggang, katarak disebut mengalami intumesensi (membengkak). Pada katarak hipermatur 5 (sangat

lanjut), air telah keluar dari lensa dan meninggalkan lensa yang sangat keruh, relative mengalami dehidrasi dengan kapsul yang berkeriput.4

Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Jernih
2

Gambar 2.3.
Gambar 2.32 Mata tampak depan dengan lensa yang keruh (katarak)

Mata tampak depan dengan lensa yang

2.5. Gejala dan Diagnosis Semua sinar yang masuk ke mata harus terlebih dahulu melewati lensa. Karena itu setiap bagian lensa yang menghalangi, membelokkan atau menyebarkan sinar bisa menyebabkan terjadinya gangguan penglihatan. Beratnya gangguan penglihatan tergantung pada lokasi dan kematangan katarak. Katarak berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri disertai gangguan penglihatan yang muncul secara bertahap. Gangguan penglihatan akibat hilangnya transparansi lensa bisa berupa : 1 a. Penurunan ketajaman penglihatan (bahkan pada siang hari), b. Kesulitan melihat pada malam hari, c. Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata. Gejala lainnya adalah sering berganti kacamata dan penglihatan pada salah satu mata. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata. Pemeriksaan dignostik yang biasa dilakukan adalah : 5 a. Pemeriksaan mata standar, termasuk pemeriksaan dengan slitlamp. Lensa paling baik diperiksa dalam keadaan pupil yang berdilatasi. Gambaran lensa yang diperbesar dapat terlihat dengan menggunakan slitlamp atau dengan oftalmoskop direk dengan pengaturan plus tinggi (+10) b. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak 6

2.6. Klasifikasi Katarak Berdasarkan usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu : a. Katarak Kongenital Adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.Katarak kongenital sering terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita penyakit rubella, galaktosemia, homosisteinuria, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik, dan histoplasmosis. Katarak congenital dapat diklasifikasikan lagi menjadi katarak kapsulolentikular (katarak kapsul dan katarak Polaris) dan katarak lentikular (katarak yang mngenai kortek atau nukleus saja).6 b. Katarak Juvenil Adalah katarak yang mulai terbentuk pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenile biasanya merupakan kelanjutan dari katarak congenital dan biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya seperti, trauma, radiasi maupun pengaruh obatobatan.6 c. Katarak Senil Adalah semua kekeruhan lensa yang tedapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. 6 Menurut morfologinya,katarak senilis dibagi diklasifikasikan menjadi 5,7 1. Katarak Nuklear Proses kondensasi normal dalam nucleus lensa menyebabkan terjadinya sklerosis nuclear setelah usia pertengahan. Gejala yang paling dini mungkin berupa membaiknya penglihatan dekat tanpa kacamata (penglihatan kedua). Ini merupakan akibat meningkatnyankekuatan lensa bagian sentral, menyebabkan refraksi bergesar ke myopia (penglihatan dekat). Gejala lain dapat berupa diskriminasi warna yang buruk atau diplopia monocular. Sebagian besar katarak nuclear adalah bilateral, tetapi bisa asimetrik. 2. Katarak subkapsular posterior Terdapat pada korteks di dekat kapsul posterior bagian sentral. Di awal perkembangannya, katarak ini cenderung menimbulkan gangguan penglihatan. Gejala-gejala yang umum, antara lain glare dan penurunan penglihatan pada 7

kondisi pencahayaan yang terang. Kekeruhan lensa dapat timbul akibat trauma, penggunaan kortikosteroid, peradangan, atau pajanan radiasi pengion. 3. Katarak kortikal Adalah kekeruhan pada korteks lensa. Perubahan hidrasi serat lensa menyebabkan terbentuknya celah-celah dakan pola radial di sekeliling daerah equator. Katarak ini cenderung bilateral, tetapi sering asimetris. Derajat gangguan fungsi penglihatan bervariasi, tergantung seberapa dekat kekeruhan lensa dengan sumbu penglihatan.

Gambar 2.4.7 Tiga tipe katarak senile berdasarkan pada morfologinya.

Katarak senile secara secara klinik dikenal dalam 4 stadium, yaitu : 5,6,7 1. Katarak insipien Kekeruhan dimulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. 2. Katarak imatur Hanya sebagian lensa saja yang mengalami kekeruhan (katarak belum mengenai seluruh lapisan lensa). Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degenerative. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaucoma sekunder. 3. Katarak matur 8

Adalah bentuk katarak yang seluruh proteinnya telah mengalami kekeruhan. Tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif. 4. Katarak hipermatur Protein-protein di bagian korteks lensa telah mencair. Cairan ini bisa keluar dari kapsul yang utuh, meninggalkan lensa yang mengerut dengan kapsul keriput. Katarak hipermatur yang nukleus lensanya mengambang dengan bebas di dalam kantung kapsulnya disebut sebagai katarak morgagni Tabel 2.1 6
Perbedaan stadium katarak senile

Kekeruhan Cairan lensa Iris COA Sudut COA Shadow test Penyulit

Insipiens Ringan Normal Normal Normal Normal Negatif -

Imatur Sebagian Bertambah masuk) Terdorong Dangkal Sempit Positif Glaucoma

Matur Seluruh (air Normal Normal Normal Normal Negatif -

Hipermatur Masif Berkurang

(air

massa lensa keluar Tremulans Dalam Terbuka Pseudopositif Uveitis+glaukoma

Klasifikasi lainnya adalah klasifikasi Burrato: Grade I o o o o o Refleks fundus positif Visus lebih dari 6/12 Nukleus lunak Lensa nampak sedikit keruh dan warnanya agak keputihan Usia kurang dari 50 tahun

Grade II o o o o Refleks fundus positif Visus 6/12 hingga 6/30 Nukleus sedikit keras, tampak sedikit kekuningan Gambaran seperti katarak subkapsular posterior

Grade III o o Refleks fundus negatif Visus 6/30 hingga 3/60 9

o o

Nukleus agak keras, warna kekuningan Korteks berwarna abu-abu

Grade IV o o o o Refleks fundus negatif Visus 3/60 hingga 1/300 Nukleus keras, warna kuning kecoklatan Usia lebih dari 65 tahun

Grade V o o o o Refleks fundus negatif Visus kurang dari 1/300 Nukleus sangat keras, warna kecoklatan hingga kehitaman

(brunescent cataract / black cataract) Usia lebih dari 65 tahun

2.7. Penatalaksanaan Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan apabila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila katarak ini menimbulkan penyulit seperti glaucoma dan uveitis. 6 Metode operasi yang umum yang dipilih untuk katarak dewasa atau anak yang besar adalah dengan meninggalkan bagian posterior kapsul lensa sehingga dikenal sebagai ekstraksi katarak ekstrakapsular (EKEK). Sehingga, berdasarkan integritas dari kapsula lensa posterior, terdapat dua tipe utama operasi lensa, yaitu ekstraksi katarak intrakapsular (EKIK) dan ekstraksi katarak ekstrakapsular (EKEK).5 Ekstraksi katarak ekstrakapsular - Meninggalkan bagian posterior kapsul lensa - Penanaman lensa intraokular merupakan bagian dari prosedur ini - Insisi dibuat pada limbus atau kornea perifer, bagian superior atau temporal Pada EKEK bentuk ekspresi nucleus, nucleus lensa dikeluarkan dalam keadaan utuh, tetapi prosedur ini memerlukan insisi yang relatif besar. Korteks lensa disingkirkan dengan penghisapan manual atau otomatis. Ekstraksi katarak intrakapsular 10

- Mengangkat seluruh lensa berikut kapsulnya - Sudah jarang dilakukan Insiden terjadinya ablation retina pascaoperasi jauh lebih tinggi dengan tindakan ini daripada dengan pasca bedah ekstrakapsular, namun bedah intrakapsular tetap merupakan suatu prosedur yang berguna, khususnya bila tidak tersedia fasilitas untuk melakukan bedah ekstrakapsular. Fakoemulsifikasi - Bagian dari teknik EKEK yang saat ini paling sering digunakan - Menggunakan vibrator ultrasonik genggam untuk menghancurkan nukleus yang keras hingga substansi nucleus dan korteks dapat diaspirasi melalui suatu insisi berukuran sekitar 3 mm. - Menggunakan foldable intraocular lens Keuntungan-keuntungan dari tindakan bedah insisi kecil : a. Kondisi intraoperasi lebih terkendali b. Menghindari penjahitan c. Perbaikan luka yang lebih cepat dengan derajat distorsi kornea yang lebih rendah d. Mengurangi peradangan intraocular pascaoperasi e. Rehabilitasi penglihatan lebih singkat Selain keuntungan-keuntungan di atas, teknik fakoemulsi juga menimbulkan risiko lebih tinggi untuk terjadinya pergeseran materi nukleus ke posterior melalui suatu robekan kapsul posterior, sehingga dibutuhkan tindakan vitreoretina yang komplek.5 2.8. Perawatan Pascaoperasi Jika digunakan teknik insisi kecil, masa penyembuhan pascaoperasi biasanya lebih pendek. Pasien umumnya boleh pulang pada hari operasi, tetapi dianjurkan untuk bergerak hati-hati dan menghindari mengangkat benda berat selama kurang lebih satu bulan.
5

DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2008. Katarak. http://www.klinikmatanusantara.com/index.php? option=com_content&task=view&id=32&Itemid=9. Diakses : Sabtu, 18 Maret 2012. Pukul : 17.30 WIB 11

Fajaru. 2008. Semua Tentang Katarak. http://kinton.multiply.com/reviews/item/ Diakses : Sabtu, 18 Maret 2012. Pukul : 17.30 WIB Harper, R.A. and J.P. Shock. 2008. Lens in P. Riordan-Eva and J.P. Whitcher (Eds). Vaughan and Ashbury General Ophtalmology. Mc Graw Hill Co, New York, p.169-177 Ilyas, S. 2008. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI. Jakarta, hal: 200-211 Kanski, J. J. 2003. Clinical Ophtalmology, A Systematic Approach. Fifth Edition. Butterworth Heinemann. Edinburg, p:96 ; 286 Santosa Budi. 2010. Penegakkan Diagnosis pada Pasien Katarak Matur. http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php? page=Penegakan+Diagnosis+Pada+Pasien+Katarak+Matur. Diakses : Sabtu, 18 Desember 2010. Pukul : 19.00 WIB.

12

Anda mungkin juga menyukai