Anda di halaman 1dari 12

VARIASI INTRA POPULASI

Oleh : Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten : Risna Ayu Kusumawati : B1J010172 : IV :1 : Nina Agustina

LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2012

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Metode tradisional yang digunakan dalam taksonomi klasik adalah pengelompokan individu yang diperoleh dari suatu lokasi berdasarkan

persamaan dan perbedaan morfologi yang dimiliki oleh masing-masing individu tersebut. Sebagai akibatnya Linnaeus telah mendiskripsikan itik jantan berwarna cerah sebagai Anas boschas dan mendiskripsikan itik betina berwarna sawo matang sebagai Anas platyrinchos, demikian juga dengan elang dewasa berbintik-bintik sebagai Accipiter palumbarius dan elang muda berstrip sebagai Accipiter gentiles. Padahal setelah status biologi mereka diketahui ternyata merupakan spesies yang sama, tetapi phena yang berbeda (Tenzer, 2003). Secara garis besar, ada dua penyebab terjadinya variasi, yaitu factor non genetik dan genetik. Variasi non genetik dapat terjadi karena adanya variasi umur, variasi musiman pada suatu individu, variasi musiman pada beberapa keturunan, variasi social, variasi habitat, variasi karena induksi kondisi iklim temporer, variasi yang ditentukan oleh inang, variasi tergantung kepadatan, variasi alometrik, variasi neurogenik, variasi traumatic, dan variasi induksi parasit serta perubahan pasca kematian. Variasi genetik, terjadi karena adanya seksual dimorphisme seperti perbedaan sek primer dan sek sekunder, gynandromorfi dan intersek, strain seksual dan uniparental serta variasi diskontinyu dan variasi kontinyu (Brotowijoyo, 1993). Metamorphosis berasal dari bahasa Yunani yaitu Greek = meta (diantara, sekitar, setelah), morphe` (bentuk), osis (bagian dari), jadi metamorphosis merupakan perubahan bentuk selama perkembangan post-embrionik. Hewan yang mengalami metamorfosis cukup banyak, di antaranya adalah katak, kadal, kupu-kupu dan serangga. Katak merupakan hewan peralihan antara hewan air dan hewan darat. Oleh karena itu, awal dari kehidupannya dimulai di perairan kemudian pindah ke daratan. Habitat katak sangat bervariasi dari rawa sampai ke pegunungan. Kebanyakan hidup di daerah yang berhutan karena katak membutuhkan tempat yang lembab untuk melindungi diri dari kekeringan. Terdapat jenis katak yang sepanjang hidupnya selalu di air dan juga yang hidup di daratan serta di pohon yang tinggi. Katak yang hidup di luar air biasanya pada periode tertentu akan berkunjung ke perairan untuk melakukan

perkembangbiakan. Tingkatan taksonomi pada katak dapat dikertahiui dengan

memperlihatkan karakter morfologinya sebagai acuan untuk identifikasi dan determinasi (Kurniati, 2003). Kadal merupakan organisme reptil yang berjalan dengan melata, memiliki dua pasang kaki dan biasanya dapat kita temui di persawahan ataupun di area perkebunan. Tubuh kadal tertutupi oleh kulit yang kering dengan sisik-sisik zat tanduk dipermukaannya tanpa adanya kelenjar-kelenjar lendir. Warna pada kadal dapat berbeda-beda berdasarkan lingkungan atau umur kadal itu sendiri. Kadal (Mabouya multifasciata) hidup di daerah tanah basah atau lembab. Tubuh kadal terbagi menjadi tiga bagian yaitu kepala (caput) yang terdiri dari mata, lubang hidung dan telingga. Badan (truncus) yang terdiri dari telingga hingga kloaka dan yang terakhir yaitu bagian ekor (cauda) yang memiliki bentuk bulat meruncing ke ujung. Kadal mempunyai sepasang anggota depan (extrimitas anterior) dan sepasang anggota belakang (extrimitas posterior). Masing-masing terdiri atas lima jari dan kuku-kuku yang cocok untuk berlari, mencengkeram, dan naik ke pohon. Kadal dan katak dipilih sebagai preparat praktikum karena ukurannya yang relatif sedang. Struktur anatominya mudah diamati dan dipelajari bagian-bagiannya. Selain itu juga mudah didapat dan harganya relatif terjangkau. B. Tujuan Tujuan dari praktikum kali ini adalah mengenali berbagai variasi (umur, seksual, musiman, polimorfisme, dsn sebagainya) pada suatu populasi hewan, serta menentukan spesies hewan berdasarkan berbagai variasi (umur, seksual, musiman, polimorfisme, dsb), yang terdapat pada suatu populasi hewan.

II. MATERI DAN METODE

A. Materi Alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, gunting bedah, buku gambar, dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah larva katak, berudu, berudu berkaki, katak berekor, katak dewasa (Fejervarya cancrivora) , kadal jantan dan kadal betina (Mabouya multifasciata). B. Metode 1. Preparat disiapkan terlebih dahulu dan ditaruh diatas bak preparat. 2. Masing-masing preparat diamati bagian-bagiannya. 3. Penggambaran dilakukan di atas buku gambar 4. Penggambaran katak dimulai dari telur sampai katak dewasa, sedangkan kadal digambar bentuk morfologinya dan gambar sistem urogenital jantan dan betinanya. 5. Setelah selesai menggambar, kemudian diberi keterangan dari masingmasing gambar tersebut.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Siklus Metamorfosis katak (Fejervarya cancrivora)

Gambar 2. Gambar Skematis Kadal (Mabouya multifasciata)

Gambar 3. Alat Reproduksi Kadal

B. Pembahasan Variasi intra populasi yaitu perbedaan-perbedaan yang terdapat pada hewan-hewan dalam suatu populasi. Variasi di alam dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor genetik dan faktor non genetik. Factor genetic yaitu factor yang mempengaruhi variasi spesies dikarenakan oleh peristiwa pewarisan sifat dari tetua ke keturunannya, yaitu melalui factor pembawa keturunan (DNA). Factor non genetic yaitu factor yang mempengaruhi variasi spesies dalam populasi dikarenakan factor selain genetic, yaitu seperti dikarenakan variasi umur, variasi musiman pada suatu individu, variasi social, variasi habitat (Inger and Iskandar, 2005). Populasi dari kebanyakan hewan terdiri atas beberapa phena yan berbeda, sebagai hasil beberapa proses seperti variasi umur variasi seksual, variasi musiman, polymorfisme dan sebagainya. Kegagalan mengenalai variasi ini akan berakibat pada kesalahan dalam penentuan suatu spesies dan kategori tertentu. Oleh karena itu, pemahaman mengenai variasi yang terjadi pada populasi hewan sangat penting dalam taksonomi (Inger and Iskandar, 2005). Gen pool adalah kumpulan semua alel unik pada suatu species atau populasi, dan stain yaitu binatang yang digunakan untuk tujuan eksperimental. Jika seseorang menyeleksi specimen dari satu lokasi. Ada 4 kemungkinan

muncul ketika seseorang menyeleksi spesimen dari satu lokasi : 1. Phena sama,spesies beda. PHENON/PHENA adalah istilah untuk menunjuk perbedaan bentuk atau fenotip yang terjadi dalam satu populasi (varian individu) 2. Phena beda, spesies sama

3. Spesies sibling, adalah spesies sangat mirip dalam karakteristik penampilan, perilaku dan lain sementara mereka terisolasi secara reproduktif, 4. Beda spesies Spesiasi Alopatrik merupakan spesiasi melalui isolasi geografik, misalnya melalui fragmentasi habitat dan migrasi. Seleksi di bawah kondisi demikian dapat menghasilkan perubahan yang sangat cepat pada penampilan dan perilaku organism,Karena seleksi dan hanyutan bekerja secara bebas pada populasi yang terisolasi, pemisahan pada akhirnya akan menghasilkan organisme yang tidak akan dapat berkawin campur. Spesiasi alopatrik terjadi karena adanya penghalang fisik seperti sungai, gunung, letak geografis dan

sebagainya. Penghalang ini memisahkan sebuah populasi dari populasi induknya, yang berarti memotong aliran gen antar kedua pupulasi

tersebut. Setelah terisolasi mereka membentuk sejumlah perbedaan genetik, termasuk penghalang reproduksi yang membedakannya dari populasi

induknya. Contoh dari spesiasi alopatrik ini adalah hasil evolusi dari populasi burung kutilang (finches) di Kepulauan Galapagos yang terpisah dari populasi induknya di Benua Amerika bagian selatan (Mahardono,1980). Spesies simpatrik merupakan spesiasi tanpa isolasi geografik.

Mekanisme ini cukup langka karena hanya dengan aliran gen yang sedikit akan menghilangkan perbedaan genetika antara satu bagian populasi dengan bagian populasi lainnya. Secara umum, spesiasi simpatrik pada hewan mememerlukan evolusi perbedaan genetika dan perkawinan tak-acak, mengijinkan isolasi reproduksi berkembang. Salah satu jenis spesiasi simpatrik melibatkan perkawinan silang dua spesies yang berkerabat, menghasilakn spesies hibrid. Hal ini tidaklah umum terjadi pada hewan karena hewan hibrid biasanya mandul. Sebaliknya, perkawinan silang umumnya terjadi pada tanaman sering

mengadakan jumlah kromosomnya membentuk poliploid. Kromosom dari tiap spesies tetua membentuk pasangan yang sepadan selama meiosis. Salah satu contoh kejadian spesiasi ini adalah ketika tanaman Arabidopsis thaliana dan Arabidopsis arenosa berkawin silang menghasilkan spesies baru Arabidopsis suecica (Mahardono, 1980). Gynandromorph adalah organisme yang berisi karakteristik pria dan wanita. Para gynandromorph panjang, dari bahasa Yunani perempuan "gyne" dan "Andro" laki-laki, terutama digunakan dalam bidang Lepidopterology (kupukupu / ngengat studi) atau entomologi (semua serangga). Karakteristik ini dapat dilihat pada kupu-kupu, di mana karakteristik pria dan wanita bisa dilihat secara fisik karena dimorfisme seksual. Kasus gynandromorphism juga telah dilaporkan di krustasea, terutama lobster, kepiting dan kadang-kadang bahkan pada burung. Sebuah contoh yang jelas pada burung adalah Zebra gynandromorphic Finch. Burung ini telah lateralised struktur otak dalam menghadapi sinyal steroid umum, memberikan bukti kuat bagi mekanisme seks non hormonal utama yang mengatur diferensiasi otak (Brotowijoyo, 1993). 1. Katak sawah (Fejervarya cancrivora) Klasifikasi katak sawah (Fejervarya cancrivora) menurut Djuhanda (1982), adalah sebagai berikut :

Phylum Subphylum Classis Ordo Familia Genus Species

: Chordata : Vertebrata : Amphibia : Anura : Ranidae : Rana : Rana cancrivora

Variasi umur pada katak yaitu dimulai dari telur yang berasal dari katak betina dewasa yang sudah dibuahi, kemudian telur tersebut akan menetas setelah 10 hari. Setelah menetas, telur katak tersebut menetas menjadi berudu. Setelah berumur 2 hari, berudu mempunyai insang luar yang berbulu untuk bernapas. Setelah berumur 3 minggu insang berudu akan tertutup oleh kulit. Menjelang umur 8 minggu, kaki belakang berudu akan terbentuk kemudian membesar ketika kaki depan mulai muncul. Umur 12 minggu, kaki depannya mulai berbentuk, ekornya menjadi pendek serta bernapas dengan paru-paru. Setelah pertumbuhan anggota badannya sempurna, katak tersebut akan berubah menjadi katak dewasa (King, 1996). Hewan yang mengalami variasi umur selain katak adalah kupu-kupu. Kupu-kupu mengalami proses metamorfosis sempurna. Tahap-tahapnya adalah sebagai berikut (Jumar, 2000) : a. Telur b. Larva : bentuk serangga muda antara telur dan pupa. Ciri-ciri larva antara lain tidak memiliki tunas sayap dan tanpa mata majemuk. c. Pupa : masa istirahat/ periode tidak aktif. d. Imago : Setelah stadium pupa/ nimfa serangga berakhir, barulah serangga mencapai tahap dewasa. e. Serangga dewasa (kupu-kupu) 2. Kadal (Mabouya multifasciata) Klasifikasi kadal (Mabouya multifasciata) menurut Radiopoetro (1990), adalah sebagai berikut : Phylum Subphylum Classis Ordo Sub ordo : Chordata : Vertebrata : Reptilia : Squamata : Lacertilia

Familia Genus Spesies

: Scincidae : Mabouya : Mabouya multifasciata

Bagian luar kadal terdiri dari kepala, badan dan ekor. Kepala berbentuk pipih dan meruncing ke bagian ujungnya. Rahang atas dan bawah membatasi bagian sisi mulut. Badan berbentuk bulat memanjang dan terdapat squa epidermis di sepanjang tubuh kadal. Squa epidermis merupakan sisik, pada daerah perut berwarna putih kekuningan, sedangkan pada daerah punggung berwarna antara kuning coklat sampai coklat tua (Brotowidjoyo,1993). Perbedaan kadal jantan dengan kadal betina adalah pada kadal jantan memiliki suatu organ yang disebut hemipenis. Sedangkan pada kadal betina tidak memiliki organ tersebut. Hemipenis berfungsi sebagai alat kopulasi. Serta untuk membantu dalam perkawinan pada kadal (Radiopoetro, 1990). Menurut Gutowsky & Fox (2011), Teori sejarah hidup dapat digunakan untuk memprediksikan respon fenotipik dari spesies invasif (misalnya, perubahan umur ketika dewasa, alokasi reproduksi, pertumbuhan) terhadap kondisi populasi dan lingkungan setelah peristiwa invasi. Kemungkinan besar, proses-proses yang bergantung pada kepadatan, faktor biotik (seperti perubahan resiko dimangsa predator, dan ketersediaan makanan), serta keragaman musiman dalam faktor abiotik (misal, suhu dan kecepatan aliran air) saling berinteraksi, sehingga mempengaruhi sifat-sifat sepanjang hidup yang diamati pada spesies invasif yang diujicobakan, yang terjadi pada berbagai tahap invasi.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Sesuai dari hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Katak merupakan hewan yang mengalami variasi intra populasi berupa variasi umur. 2. Kadal betina letak ovarium pada bagian kanan lebih tinggi dibandingkan pada ovarium di bagian kiri, sedang testis pada kadal jantan mempunyai kecenderungan bahwa satu testis terletak lebih tinggi dari testis yang lain. 3. Secara garis besar, ada dua penyebab terjadinya variasi, yaitu faktor non genetik dan genetik.

B. Saran Praktikum berlangsung dengan lancar tanpa ada kendala, untuk ke depannya tetap dipertahankan kualitas praktikum ini.

DAFTAR REFERENSI

Brotowidjoyo, M. D. 1993. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta. Djuhanda, T. 1982. Anatomi dari Empat Species Hewan Vertebrata. Armico, Bandung. Gutowsky, L. F. G. & Fox, M. G. 2011. Intra-population variability of life-history traits and growth during range expansion of the invasive round goby, Neogobius melanostomus. Fisheries Management and Ecology, 2012, 19, 78-88.

Inger, R.F. and Iskandar, J. T. 2005. A Collection of Amphibians From West Sumatra With Description of A New Species of Megrophys (Amphibia:Anura). The Raffles Bulletin Zoology. 53(1)133-142.
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. King, G. 1996. Reptiles and Herbivory. Chapman & Hall, London. Kurniati, H. 2003. Amphibians and Reptiles of Gunung Halimun Nation Park West Java Indonesia (Frogs, Lizards and Snakes). An Illustrated Guide Bokk. Researc Center For Biology-LIPI, Bogor. Mahardono, A. 1980. Anatomi Katak. PT Intermasa, Jakarta. Radiopoetro. 1990. Zoologi. Erlangga, Jakarta.

Tenzer, Amy. 2003. Petunjuk Praktikum Struktur Hewan II. Malang. Jurusan Biologi UM.
Zug, G. R. 1997. Herpetology : An Introduction Biology of Amphibian and Reptiles. Academic press, Inc., New York.

Anda mungkin juga menyukai