Keterangan Umum
Nama : Nn. O Perempuan Jenis kelamin:
Usia
Alamat Agama
:
: :
21 tahun
Lampung Islam : Belum menikah
Status marital
Anamnesis
Keluhan Utama : Batuk dan berkeringat Anamnesa Khusus : Pasien datang dengan keluhan batuk-batuk dan berkeringat yang dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan disertai dengan perasaan berdebar-debar dan tangan yang selalu tremor. Pasien mengeluhkan nafasnya yang sentiasa terganggu dan tidurnya yang menjadi tidak nyaman. Nafsu makan pasien menurun dan telah mengalami kehilngan berat badan sebanyak 10 kilo dalam tempoh sebulan. Pasien sering berkeringat dan lebih enak berada di tempat yang dingin. Mata pasien tampak agak melotot, tetapi penglihatan masih tidak terganggu. Tidak ada riwayat anggota keluarga dengan gejala serupa.
Pasien sudah pernah berobat di rumah sakit daerah Lampung sebulan yang lalu. Pasien telah didiagnosa mengalami pembesaran kelenjar tiroid dan diberikan obat PTU.
Pasien datang ke Bahagian Nuklir RSHS karena keluhan-keluhan batukbatuk, berkeringat, serta keluhan-keluhan lain masih tidak sembuh lagi.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Compos mentis Tanda Vital :
T = 100/60 mm Hg
R = 24 x / menit Berat Badan Status Generalis : 40 kg
N = 84 x / menit
S = afebris
Pemeriksaan Fisik
Leher : KGB tidak membesar Kelenjar tiroid membesar bilateral simetris pada bagian anterior leher Thorax : Bentuk dan gerak simetris Pulmo : rh (-), wh (+) Abdomen : Hepar/Lien : tidak membesar Ekstremitas : Palmar : telapak tangan lembab, tremor (+)
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : T3 : 1.0 nmol/L fT4 : 2.4 ng/dL TSHs : <0,01 uIU/mL ( N:1.0-3.3 nmol/L) ( N:0.8-1.7ng/dL) ( N:0.3-3.8 uIU/mL)
Deskripsi : Kadar hormon T3 normal, kadar T4 bebas tinggi, sedangkan kadar TSH sensitif rendah. Dari pencitraan, tampak kedua lobi membesar dengan distribusi radioaktivitas rata. Nilai uji tangkap Tc-99m Pertechnetate : 40.2% (Normal 0.5%-5%).
Sidik Kelenjar Gondok : Dari pencitraan, tampak kedua lobus membesar dengan distribusi radioaktivitas merata.
Diagnosis
Struma difusa toksik Penatalaksanaan Th/ Radioaktif - I 131 8mCi Prognosis Quo ad vitam : ad bonam Quo ad functionam : ad bonam
Cara pengobatan ini aman, mudah, dan tidak memberikan efek samping yang berarti bagi penderita, keturunannya, lingkungan.
Namun demikian, prinsip kehati-hatian tetap perlu diterapkan agar radiasi yang berasal dari (diberikan hanya di lingkungan rumah sakit berlisensi). Pengobatan dengan iodium radioaktif diutamakan pada pasien yang resisten dengan obat antitiroid atau yang residif pascaoperasi tiroidektomi.
Dapat diberikan pada semua penderita, kecuali bila alergi obat atau ada gangguan faal hati berat
Dapat diberikan pada semua penderita, kecuali ibu hamil dan ibu menyusui
Indikasi: kelenjar tiroid yang besar Pra operasi : fungsi tiroid harus normal dulu
Cepat
Efek Samping
-Hipotiroidi permanen (efek -Hipoparatiroidi jangka panjang) -Kelumpuhan pita -Oftalmopati aktif memburuk suara -Hipotiroidi permanen (tergantung jaringan tiroid yang disisakan) Relatif murah, tidak perlu perawatan di rumah sakit Mahal, perlu perawatan di rumah sakit.
Biaya Perawatan
Radiofarmaka
Na- I 131 dengan dosis rendah (80-150 uCi/g), sedang (150-200 uCi/g), tinggi (>200 uCi/g), per oral. Dosis ditentukan menggunakan rumus berikut :
Dosis (uCi) = berat kelenjar (gram) x dosis (uCi/g) % iodium uptake 24 jam
Pengobatan hipertiroid dengan radioaktif (I 131) merupakan pengobatan definitif penyakit tersebut. Radiasi beta dari I 131 akan mengablasi sel-sel folikel tiroid sehingga produksi hormon tiroid yang berlebihan dihentikan.
Efek Samping
Eksaserbsi tirotoksikosis (jarang terjadi, biasanya dalam 1 minggu pasca-pengobatan) Rasa pembengkakan di daerah tiroid dan mulut kering (biasanya hilang sendiri) Hipotiroid selintas (biasanya 3-6 bulan pasca-pengobatan)
Hipotiroid menetap (diapantau dengan rneggunakan kadar TSHs secara periodik selama 3-6 bulan sekali)
Pengawasan Pasca-Pengobatan
Bagi penderita hipertiroid: Efek maksimum baru akan terlihat 2-3 bulan setelahnya; bila setelah 3 bulan fungsi tiroid masih belum baik, iodium radioaktif dapat diberikan lagi, Pasca-pengobatan dapat terjadi kondisi hipotiroid (kekurangan hormon tiroid) karena kelenjar tiroid sudah tidak berfungsi lagi,
Oleh karena itu setelah dinyatakan sembuh, periksa kadar hormon tiroid setiap 6 bulan; bila terjadi hipotiroid, berikan suplemen tiroid sebagai pengganti sesuai dengan kebutuhan selama seumur hidup.
Tinjauan Kepustakaan