Anda di halaman 1dari 4

Rabu, 26 Oktober 2011

CA LARING

A. Pengertian Secara anatomi laring dibagi menjadi laring supraglotik (diatas pita suara), daerah glotik (pita suara asli), dan daerah subglotik (dibawah batas pita suara asli). (Higler, Adams Boies; 1997). Kanker laring mengacu pada karsinoma pita suara atau bagian lain dari laring yang terjadi pada pria. Di Amerika Utara, kira-kira 2/3 dari karsinoma laring timbul pada pita suara (glotis), hampir 1/3 timbul didaerah subpraglotis, dan kira-kira 3% timbul pada daerah subglotis. Karsinoma pita suara menyebar perlahan karena suplai darah minimal. Kanker laring lain menyebar lebih cepat karena suplai darah dan limfe berlebihan serta segera melibatkan nodus limfe leher. Namun, bila diatasi dengan segera kanker ini dapat disembuhkan. (Nettina, Sandra. M; 2001). B. Etiologi Faktor-faktor penunjang atau resiko terjadinya kanker laring: Tembakau (merokok, perokok pasif) Alkohol Ketegangan vokal Laringitis kronis Pemajanan industrial terhadap karsinogen Defisiensi nutrisi, dan Predisposisi keluarga C. Patofisiologi Kanker laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun kebanyakan pada laki-laki. Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti oleh para ahli. Kanker kepala dan leher menjebabkan 5,5 % dari semua penyakit keganasan terutama neoplasma laringeal 95% adalah karsinoma sel skuamosa. Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik) menyebar dengan lambat. Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase kearah kelenjar limfe. Bila kanker melibatkan epiglotis (ekstrinsik) metastase lebih umum terjadi. Tumor subpraglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum mengenai pita suara sehingga mengakibatkan suara serak. Tumor pita suara yang sejati terjadi lebih dini biasanya pada waktu pita suara masih dapat digerakan. D. Manaifestasi klinis Serak terjadi pada awal-awal di area glotis. Nyeri dan rasa terbakar pada tenggorok ketika minum cairan panas dan jus jeruk. Mungkin teraba benjolan pada leher. Gejala-gejala akhir termasuk disfagia, dispnea, serak dan napas bau. Perbesaran nodus servikal, penurunan berat badan, debilitas umum, dan nyeri yang menjalar ketelinga dapat menandakan adanya metastasis. E. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan cermin tak langsung terhadap laring atau laringoskopi dan biopsi langsung untuk mengidentifikasi lesi. Pemindaian CT dan tes radiologis lain untuk mendeteksi tumor. Laringografi- studi kontras laring untuk memastikan pembuluh darah dan nodus limfe. Penatalaksanaan medis Pengobatan bervariasi tergantung pada kemajuan malignansi; pilihanya termasuk terapi radiasi dan pembedahan. Pemeriksaan gigi lengkap untuk menyingkirkan penyakit gigi. Masalah-masalah gigi harus dibereskan sebelum penjadwalan pembedahan. Terapi radiasi mencapai hasil yang sangat baik jika hanya satu sisi pita suara yang terkena. Laringektomi parsial dianjurkan pada tahap dini, terutama pada kanker laring intrinsik. Laringektomi supraglotik(horizontal) digunakan untuk beberapa tumor ekstrinsik. Keuntungan utama dari operasi ini adalah pemulihan suara. Laringektomi hemivertikal dilakukan jika tumor sudah menjalar melebihi pita suara, tetapi ini kurang dari 1 cm dalam area subglotis. Laringektomi total untuk kanker ekstrinsik (menjalar melebihi pita suara). Pasien akan mengalami kehilangan suara tetapi akan mempunyai kemampuan menelan normal. MANAJEMEN KEPERAWATAN Pengkajian Dasar Kanker supraglotik Sensasi geli pada tenggorok. Kekeringan dan rasa penuh (benjolan) pada tenggorok. Nyeri saat menelan (odinofagia)- dikaitkan dengan invasi otot ekstralaring. Batuk saat menelan. Nyeri menyebar pada telinga (gejala lanjut). Kanker glotis (pita suara) Suara serak atau perubahan suara. Afonia (kehilangan suara). Dispnea. Nyeri (pada tahap lanjut). Kanker subglotis Batuk. Periode singkat kesulitan dalam bernapas. Hemoptisis; bau busuk-akibat dari ulserasi dan disintegrasi tumor. Diagnosa Keperawatan Kurang pengetahuan tantang prosedur pembedahan dan perjalanan pasca-operatif. Ansietas yang berhubungan dengan diagnosa kanker dan pembedahan yang akan dijalani. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan perubahan akibat pembedahan pada jalan napas. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan pengangkatan laring dan edema. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan dengan kesulitan menelan. Gangguan citra tubuh, konsep diri dan harga diri yang berhubungan dengan pembedahan mayor leher. Intervensi dan Implementasi F.

A. a. b. c. d. e. a. b. c. d. a. b. c. B. C.

Diagnosa keperawatan: kurang pengetahuan tentang prosedur pembedahan dan perjalanan pascaoperatif. Intervensi : a. Berikan pasien dan keluarga materi edukasi (tertulis dan audiovisual) untuk mengulas dan memberikan penguatan. b. Jelaskan pada pasien bahwa suara alamiahnya akan hilang. c. Yakinkan pasien bahwa banyak yang dapat dilakukan melalui program rehabilitasi. d. Tinjau ulang peralatan/pengobatan yang akan menjadi bagian dari perawatan pasca-operatif. e. Ajarkan latihan batuk/napas dalam; siapkan untuk peragaan ulang. Diagnosa keperawatan: Ansietas yang berhubungan dengan diagnosa kanker dan pembedahan yang akan dijalani. Intervensi: a. Kaji persiapan psikologi dan berikan kesempatan untuk mengungkapkan perasaan dan berbagai persepsi; berikan jawaban yang lengkap, ringkas terhadap pertanyaan yang diajukan. b. Atur kunjungan dari pasien lain yang telah menjalani pasca laringektomi untuk membantu pasien mengatasi situasi dan mengetahui keberhasilan rehabilitas adalah hal yang mungkin dicapai. Diagnosa keperawatan: Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan perubahan akibat pembedahan pada jalan napas. Intervensi: a. Baringkan dalam posisi semi-fowler atau posisi fowler setelah pulih dari anestesia. b. Hindari obat yang menekan perasaan. c. Berikan dorongan untuk berbalik dan napas dalam; lakukan penghisapan jika perlu; lakukan ambulasi dini. d. Lakukan perawatan terhadap selang laringektomi dengan waktu yang bersamaan dengan perawatan selang trakeostomi. e. Jaga agar stoma tetap bersih dengan membersihkan setiap hari sesuai yang diresepkan. f. Amati drainase cairan, ukur dan laporkan. Diagnosa keperawatan: Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan pengangkatan laring dan edema. Intervensi: a. Implementasikan sistem komunikasi , misal; magic slate isyarat tangan. b. Gunakan tangan yang tidak dipakai untuk menulis, untuk pemasangan infus IV. c. Pertimbangkan defisit visual atau buta huruf yang menciptakan masalah-masalah komunikasi. d. Informasikan pasien tentang metode alternatif komunikasi, elektrofaring dan fungsi trakeal esofageal. Diagnosa keperawatan: Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan dengan kesulitan menelan. Intervensi: a. Informasikan tentang status puasa selama 10-14 hari; akan diberikan sumber nutrisi alternatif, misal; cairan intarvena, pemberian makan enteral, dan nutrisi parenteral total (TPN). b. Jelaskan bahwa pemberian makanan per oral akan dimulai dengan cairan kental seperti Ensure dan gelatin untuk memudahkan penelanan; intruksikan untuk menghindari makanan manis, yang meningkatkan salivasi dan menekan napsu makan. c. Intruksikan untuk membilas mulut dengan air hangat atau pencuci mulut dan menyikat gigi dengan teratur.

Diagnosa keperawatan: Gangguan citra tubuh, konsep diri dan harga diri yang berhubungan dengan pembedahan mayor leher. Intervensi: a. Gunakan pendekatan positif; biarkan untuk ikut serta dalam perawatan dan peninjauan selang; pembalutan, dan drain dengan pasien dan keluarga. b. Jadi pendengar dan pendukung yang baik bagi keluarga. c. Rujuk pada kelompok pendukung; seperti American Laryngectomi Assosiation dan I Can Cope. D. Evaluasi Mengutarakan pemahaman proses penyakit / proses praoperasi dan harapan pasca operasi. Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan. Menunjukan perasaan dan mengidentifikasi cara yang sehat dalam berhadapan dengan mereka. Tampil santai, dapat beristirahat/tidur cukup. Menetapkan pola napas yang normal/efektif dan bebas dari sianosis atau tanda-tanda hipoksia lainnya. Mendemonstrasikan komunikasi verbal dan non verbal. Mendemonstrasikan berat badan stabil. Berpartisipasi dalam intervensi spesifik untuk merangsang nafsu makan. Mulai menunjukan adaptasi dan menyatakan penerimaan pada situasi diri. Mengenali dan menyatu dengan perubahan dalam konsep diri yang akurat tanpa harga diri negatif.

DAFTAR PUSTAKA Baughman, Diane C., 2000. Keperawatan Medikal Bedah (Buku Saku Dari Brunner and suddarth). Jakarta; EGC. Higgler, Adams Boies., 1997. Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta ;EGC. Nettina, Sandra M ., 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta; EGC. Marylynn, Doegoes., 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta; EGC.

Anda mungkin juga menyukai