Anda di halaman 1dari 10

KEHIDUPAN MASYARAKAT PANTAI DI DAERAH CILACAP

UNTUK MEMENUHI TUGAS GEOGRAFI SOSIAL Dosen Pengampu : Dra. Inna Prihartini, MS

DISUSUN OLEH : BHEKTI DWI SANTOSO K5409014

PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya,sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah yang harus diselesaikan. Makalah ini dibuat berdasarkan dari beberapa landasan teori dan referensi dari berbagai media. Dalam penulisan makalah ini terdapat berbagai kendala yang dapat diatasi dengan bantuan dari berbagai pihak,baik langsung maupun tidak langsung,untuk itu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Dra.Inna P, M.Si selaku Dosen Pembimbing 2. Teman-teman Pendidikan Geografi Angkatan 2009 3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu Akhirnya penulis berharap semoga makalah yang sederhana ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca pada umumnya dan Hukum pada khususnya, juga diharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar mengarah pada kesempurnaan makalah ini.

Surakarta, Maret 2012

Penulis

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH Pesisir Pantai adalah wilayah yang unik, karena dalam konteks bentang alam, wilayah pesisir merupakan tempat bertemunya daratan dan lautan (Kay and Alder, 1999)1. Lebih jauh, wilayah pesisir merupakan wilayah yang penting ditinjau dari berbagai sudut pandang perencanaan dan pengelolaan. Transisi antara daratan dan lautan di wilayah pesisir telah membentuk ekosistem yang beragam dan sangat produktif serta memberikan nilai ekonomi yang luar biasa terhadap manusia.. Sejalan dengan pertambahan penduduk dan peningkatan kegiatan pembangunan sosial-ekonomi, "nilai" wilayah pesisir terus bertambah. Konsekuensi dari tekanan terhadap pesisir ini adalah masalah pengelolaan yang timbul karena konflik pemanfaatan yang timbul akibat berbagai kepentingan yang ada di wilayah pesisir.

B. RUMUSAN MASALAH Apa saja yang dilakukan masyarakat pantai di Kabupaten Cilacap dalam kehidupan sehari-hari ? C. TUJUAN Tujuan penulisan makalah ini untuk mendiskripsikan dan menjelaskan kehidupan masyarakat pantai yang berada di Kabupaten Cilacap.

D. MANFAAT Dapat mengetahui kehidupan masyarakat pantai yang berada di Kabupaten Cilacap.

PEMBAHASAN

Kehidupan Masyarakat Pesisir Pantai Di Kabupaten Cilacap. Kondisi sosial masyarakat merupakan suatu penghambat bagi laju pertumbuhan

pengembangan Kawasan Segara Anakan, hal tersebut dapat dilihat dengan tingginya pertumbuhan penduduk, rendahnya kesadaran masyarakat dan tingkat pendidikan serta pengetahuan tentang pelestarian lingkungan. Kondisi sosial tersebut berakibat pada

permasalahan kemiskinan pada penduduk, sehingga pemanfaatan sumberdaya yang ada dieksploitasi secara berlebihan tanpa memperhitungkan keberlanjutannya. Sesuai dengan keadaan alamnya maka mata adalah sebagai nelayan dengan daerah kegiatan : Perikanan Daerah Payau Segara Anakan (Inshore Fishery) Perikanan ini merupakan perikanan rakyat. Hasil tangkapan pada usaha perikanan di daerah payau sebagian besar (75 %) terdiri dari campuran antara rebon (drysidasea) dan udang penacid (juveniledaen) yang banyak dipergunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan terasi. Selain itu perairan ini juga potensial menghasilkan jenis ikan blanak dan jenis-jenis clupaid. Rata-rata untuk produktifitas udang Segara Anakan setiap tahunnya berkisar 450 kuintal. Di perairan Segara Anakan juga potensial menghasilkan kepiting dan rajungan dengan produksi mencapai 60 ton per tahun. Perikanan Laut (Offshore Fishery) Kabupaten Cilacap yang terletak di pesisir pantai selatan Pulau Jawa merupakan pangkalan perikanan yang terbesar. Daerah tangkapannya meliputi perairan laut Teluk Pangandaran (Jawa Barat) disebelah barat, Teluk Penyu (Cilacap) dan sampai ke Yogyakarta di sebelah timur. Daerah tersebut mempunyai hubungan dengan Segara Anakan yang banyak dipengaruhi oleh aliran sungai yang bermuara di daerah tersebut, namun kehidupan para nelayan dari tahun ke tahun semakin sulit dan mereka beralih profesi dari nelayan menjadi petani tambak / sawah, mengingat hasil produksi ikan semakin menurun berkaitan dengan semakin dangkal dan menyempitnya laguna Segara Anakan. Selain perikanan, sektor peternakan adalah merupakan pendamping utama sektor pertanian (tradisional) karena pengolahan tanah (membajak dan pupuk kandang), sebagian besar masih memanfaatkan tenaga ternak (sapi dan kerbau). Namun pada kenyataannya masyarakat 3 pencaharian sebagian besar penduduk

wilayah Kecamatan Kampung Laut belum memiliki dan memanfaatkan ternak besar, mereka baru mengembangkan ternak kecil seperti kambing, babi dan unggas yang cukup berkembang. Pengembangan sektor peternakan mulai diarahkan kepada usaha ekonomi desa dan diversifikasi usaha tani dalam rangka menghasilkan pupuk kandang dan menjaga kelestarian ternak melalui usaha kelompok petani ternak. Kegiatan perindustrian adalah sektor-sektor industri kecil dan rakyat atau kerajinan. Jenis industri kecil atau industri rakyat atau kerajinan baru pada taraf perkembangan dan pembinaan, antara lain; pembuatan terasi, anyaman bambu dan tikar mendong.

Pengelolaan Wilayah Pesisir Pantai Berbasis Masyarakat dengan Mengupayakan Pengembangan Masyarakat Pantai. Strategi pengembangan masyarakat pantai dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu, yang bersifat struktural dan non struktural. Pendekatan structural adalah pendekatan makro yang menekankan pada penataan sistem dan struktur social politik. Pendekatan ini mengutamakan peranan instansi yang berwewenang atau organisasi yang dibentuk untuk pengelolaan pesisir laut. Dalam hal ini peranan masyarakat sangat penting tetapi akan kurang kuat karena aspek struktural biasanya lebih efektif bila dilakukan oleh pihak-pihak yang mempunyai kewenangan, paling tidak pada tahap awal. Dilain pihak pendekatan non struktural adalah pendekatan yang subyektif.Pendekatan ini mengu tamakan pemberdayaan masyarakat secara mental dalam rangkameningkatkan kemam

puan anggota masyarakat untuk ikut serta dalam pengelolaan dan persoalan pesisir laut. Kedua pendekatan tersebut harus saling melengkapi dan dilaksanakan secara integratif. 1. Pendekatan struktural. Sasaran utama pendekatan struktural adalah tertatanya struktur dan sistem hubungan antara semua komponen dan sistem kehidupan, baik di wilayah pesisir dan laut maupun komponen pendukung yang terkait, termasuk komponen sosial, ekonomi dan fisik. Dengan penataan aspek struktural, diharapkan masyarakat mendapatkan kesempatan lebih luas untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan. Selain itu penataan struktur dan sistem hubungan sosial dan ekonomi tersebut diharapkan dapat menciptakan peluang bagi masyarakat untuk ikut serta melindungi sumber daya alam dari ancaman yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi bahkan menghilangkan masalah-masalah sosial dan ekonomi yang utama yang selama ini secara terus menerus menempatkan masyarakat (lokal) pada posisi yang sulit. Pendekatan struktural membutuhkan langkah-langkah strategi sebagai berikut : a. Pengembangan Aksesibilitas Masyarakat pada SumberDaya alam Aksesibilitas masyarakat terhadap sumber daya alam adalah salah satu isu penting dalam rangka membangun perekonomian masyarakat. Langkah tersebut diharapkan dapat membantu masyarakat untuk dapat menikmati peluang pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan (sustainable). b. Pengembangan keputusan. Keberhasilan pengembangan masyarakat sebagai bagian dari pengelolaan pesisir dan laut sangat tergantung pada ketepatan kebijakan yang diambil. Kebijakan aksesibilitas masyarakat terhadap proses pengambilan

yangdikembangkan dengan melibatkan dan memperhatikan kepentingan masyarakat dan menjamin keberhasilan pengelolaan sumber daya alam dan wilayah. Keterlibatan masyarakat sangat diperlukan karena akan menghasilkan kebijakan yang disesuaikan dengan potensi, aspirasi dan kepentingan masyarakat. Kebijakan yang berbasis pada potensi masyarakat akan mendorong keterlibatan masyarakat dalam pemanfaatan dan perlindungan sumber daya alam. Selain itu juga memberikan keuntungan ganda : pertama, dengan mengakomodasi aspirasi masyarakat maka pengelolaan pesisir dan laut akan menarik masyarakat sehingga akan mempermudah proses penataan. Kedua 5

memberikan peluang bagi masyarakat untuk ikut bertanggung jawab atas keamanan pesisir dan laut. Selain itu yang lebih penting lagi adalah adanya upaya untuk meningkatkan kepentingan hakiki masyarakat yaitu kesejahteraan.

c. Peningkatan aksebilitas masyarakat terhadap informasi. Informasi merupakan salah satu aspek penting dalam pengembangan masyarakat pantai sebagai bagian dari pengelolaan pesisir dan laut. Kesediaan informasi mengenai potensi dan perkembangan kondisi wilayah dan sumber daya alamnya sangat berharga untuk penyusunan kebijakan, program dan kegiatan di wilayah tersebut.

d. Pengembangan kapasitas kelembagaan. Untuk meningkatkan peran masyarakat dalam perlindungan wilayah dan sumber daya alam, diperlukan kelembagaan sosial, untuk mendorong peranan masyarakat secara kolektif. Semangat kolektif akan mendorong upaya pemberdayaan masyarakat untuk melindungi wilayahnya dari kerusakan yang dapat mengancam perekonomian. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan lembaga sosial diharapkan untuk memperkuat posisi masyarakat dalam menjalankan fungsi manajemen wilayah pesisir dan laut e. Pengembangan sistem pengawasan berbasis masyarakat. Keberadaan sistem pengawasan yang efektif merupakan syarat utama keberhasilan pengembangan masyarakat sebagai bagian dari pengelolaan wilayah pesisir dan laut. Sistem pengawasan tersebut harus mampu menjalankan fungsinya dengan cara memobilisasi semua unsur terkait. Salah satu pendekatan yang efektif adalah pengembangan sistem pengawasan berbasis pada masyarakat. Sistem pengawasan yang berbasis pada masyarakat adalah suatu sistem yang dilandasi oleh kepentingan, potensi dan peranan masyarakat lokal. Untuk itu, sistem pengawasan yang berbasis pada masyarakat tersebut selain memberikan peluang bagi masyarakat untuk ikut mengawas sumber daya alam dan wilayah tempat mereka tinggal dan mencari makan, juga memperkuat rasa kebersamaan masyarakat dalam mengembangkan potensi daerahnya. Hal ini dapat dilakukan melalui lembaga sosial masyarakat pantai (nelayan).

f. Pengembangan jaringan pendukung. Pengembangan koordinasi tersebut mencakup pembentukan sistem jaringan manajemen yang dapat saling membantu. Koordinasi melibatkan seluruh unsur terkait (stakeholders), baik jaringan pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha.

2. Pendekatan Subyektif. Pendekatan subyektif (non struktural) adalah pendekatan yang menempatkan manusia sebagai subyek yang mempunyai keleluasaan untuk berinisiatif dan berbuat menurut kehendaknya. Pendekatan tersebut berasumsi bahwa masyarakat lokal dengan pengetahuan, keterampilan dan kesadarannya dapat meningkatkan peranannya dalam perlindungan sumber daya alam disekitarnya. Karena itu, salah satu upaya untuk meningkatkan peran masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam dan wilayah pesisir dan laut adalah dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat untuk berbuat sesuatu demi melindungi sumber daya alam. Pengetahuan dan keterampilan tersebut tidak harus berkaitan langsung dengan upaya-upaya penanggulangan masalah kerusakan sumberdaya alam tetapi juga hal-hal yang berkaitan dengan usaha ekonomi, terutama dalam rangka membekali masyarakat dengan usaha ekonomi alternatif sehingga tidak merusak lingkungan, antara lain yaitu : a. Peningkatan pengetahuan dan wawasan lingkungan. b. Pengembangan keterampilan masyarakat c. Pengembangan kapasitas masyarakat. d. Pengembangan kualitas diri e. Peningkatan motivasi masyarakat untuk berperanserta f. Penggalian & pengembangan nilai tradisional masyarakat.

Kesimpulan 1. Pengelolaan Berbasis Masyarakat dapat diartikan sebagai sustu sistem pengelolaan sumberdaya alam di suatu tempat dimana masyarakat lokal di tempat tersebut terlibat secara aktif dalam proses pengelolaan sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya.

2. Strategi pengembangan masyarakat pantai dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu, yang bersifat struktural dan non structural.

Daftar Pustaka

Costanza, R. (Ed.) (1991) Ecological Economics: The Science and Management of Sustainability, Columbia University Press, New York.

Harbinson dan Myers,1965, Manpower and Education : Country Studies in Economic Development

Kay, R. and Alder, J. (1999) Coastal Management and Planning, E & FN SPON, New York

Moh. Manshur Hidayat & Surochiem As, Artikel Maritim : Pokok-Pokok Strategi Pengembangan Masyarakat Pantai Dalam Mendorong Kemandirian Daerah, Ridev Institute Surabaya

Rokhimin D,1999, Prosiding : Perencanaan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Terpadu Berbasis Masyarakat. Kerjasama Direktorat Jenderal Pembengunan Daerah dengan Coastal Recsources Management Project (CRMP/CRC-URI). Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai