Anda di halaman 1dari 5

Panggilan Menjadi Duta June 2, 2008 By Daniel T.A.

Harahap Kotbah Minggu kedua sesudah Trinitatis

Evangelium : Lukas 10:1-12 Epistel : Keluaran 3:10-12 Sebelum kita mendalami lebih jauh bahan kotbah hari ini marilah kita meluruskan atau mengkoreksi dulu pemahaman kita tentang 3(tiga) hal. Pertama: pemahaman tentang keutuhan manusia. Banyak orang Kristen berpikir dualistis ekstrim, menganggap hidup ini terbagi dua, dan keduanya benar-benar terpisah serta tidak ada berhubungan satu sama lain. Yaitu: jasmani dan rohani. (Bahasa Batak: pardagingon dan partondion) Selanjutnya: duniawi dan sorgawi. Seterusnya: kerja dan ibadah. Padahal Alkitab tidak berpandangan seperti itu. Alkitab menyaksikan Tuhan Allah menciptakan kita sebagai pribadi, manusia yang utuh. Tubuh, jiwa, pikiran, perasaan, dan roh itu benar-benar menyatu dalam diri kita, sering tidak bisa dibedakan apalagi dipisah-pisahkan. Apapun aktifitas kita sebagai manusia melibatkan sekaligus tubuh, jiwa, pikiran dan perasaan serta roh kita. Sebagai contoh: ketika kita makan atau minum, atau berhubungan seks, maka yang terlibat bukan hanya tubuh tetapi juga pikiran dan perasaan kita. Sebaliknya ketika kita beribadah maka yang terlibat juga bukan hanya jiwa dan roh kita tetapi sekaligus juga tubuh kita. Makan, minum, istirahat, rekreasi, belajar dan bekerja, dan ibadah sama-sama penting dan mulia. Manusia itu diciptakan Tuhan baik adanya (Kej 1:31) dan berharga di mataNya (Yes 43:4) dan ditempatkan di dunia yang dikasihiNya (Yoh 3:16). Pemahaman dualisme, pemisahan tubuh dan jiwa/roh itu adalah warisan filsafat Plato dan bukan pandangan Yesus dan juga para penulis Alkitab. Sebab itu kita harus mengkoreksi pemikiran kita, dan tidak lagi menganggap aktifitas olahraga, makan dan minum,sertabekerjasebagaisesuatuyangbersifatduniawi,jasmaniataukedagingandan karena itu kurang berharga dan mulia serta tidak berhubungan dengan iman dan Tuhan. Semua aspek hidup dan kerja kita berhubungan dengan Tuhan, harus dilakukan dengan baik dan benar, serta dipertanggungjawabkan kepada Tuhan. Kedua:pemahamantentanghambaTuhan.IstilahhambaTuhanseringkalidikenakan hanya kepada para pendeta, penatua, atau penginjil (yang terakhir ini sekarang lebih disebut sebagai: pembicara). Anggarapnini jelas menyesatkan dan merugikan kekristenan kita. Semua kita orang yang percaya kepada Kristus adalah hamba Tuhan. Hamba artinya: orang yang terikat, dimiliki dan di bawah perintah tuannya. Itu artinya kita, tanpa kecuali, adalah orang yang terikat, dimiliki dan di bawah perintah Tuhan. Pertanyaan saya: jika hanya pendeta saja yang merupakan hamba Tuhan, lantas anggota jemaat hamba siapa? Apakah anggota jemaat biasa tidak perlu tunduk kepada Tuhan? Sekali lagi kita semua adalah hamba Tuhan. Yang membedakan kita hanyalah tugas dan wilayah pekerjaan. Ada hamba Tuhan yang bertugas dalam gereja dan ada hamba Tuhan yang bertugas di luar gereja, yaitu di tengah-tengah masyarakat. Tugas hamba-hamba Tuhan dalam gereja itu sangat beragam: berkotbah, mengajar, melayani

diakonia, menata keuangan, dan membangun jemaat dan lain-lain. Namun lebih banyak lagi tugas hamba Tuhan di luar gereja: menegakkan hukum, menjaga keamanan, mendidik, membangun perumahan, memudahkan transportasi, melakukan pengobatan dan tindakan medik, menyalurkan barang-barang kebutuhan pokok, melakukan penelitian ilmiah, mengangkut sampah, dan lain-lain. Juga: mengurus rumah tangga. Semua kita dalam berbagai profesi kita masing-masing adalah hamba Tuhan. Dengan ini kita hendak disadarkan bahwa semua profesi (kecuali yang melanggar hukum, moral dan hati nurani) harus dipandang sebagai pekerjaan yang berasal dari Tuhan dan harus dipakai untuk melayani dan memuliakan Tuhan. Dengan memahami profesi kita sebagai hamba Tuhan maka kita akan melakukan pekerjaan itu dengan senang, ikhlas dan sungguh-sungguh, sepenuh hati, dan juga baik dan benar, serta sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita tidak perlu merasa rendah diri atau malu, sebaliknya juga tidak perlu sombong. Agar semua pekerjaan yang diberikan Tuhan kepada kita itu dapat terlaksana tentu diperlakukan berbagai pengaturan, mekanisme, persyaratan dan kompetensi. Selain itu kita juga diperlukan spesialisasi dan penjurusan, terutama pembagian tugas yang jelas. Itu artinya kita tidak boleh mencampur-adukkan berbagai tugas itu atau malah ingin melakukan segalanya dan sekaligus. Contoh: seorang pendeta tidak boleh menjadi anggota partai dan mencalonkan diri menjadi anggota legislatif (kecuali dengan mengundurkan diri dan melepaskan kependetaannya). Sebaliknya: seorang anggota partai tidak boleh menjadi pengkotbah atau pendeta sebab itu akan sangat berbahaya! Contoh lain: seorang hamba Tuhan dibidang penegakan hukum tentu tidak boleh sekaligus ingin bergerak dibidang perdagangan. Itu akan membuat dia kesulitan melaksanakan tugasnya sebagai hamba Tuhan yang jujur, adil dan benar. Sekali lagi, mari kita ingatkan diri kita bahwa kita semua, tanpa kecuali, adalah hamba Tuhan, yang harus bekerja sesuai perintah Tuhan. Ketiga: pemahaman tentang panggilan. Istilah panggilan juga acap kali hanya dikenakan kepada pendeta atau penginjil. Padahal Alkitab menyaksikan kita semua adalah orang yang terpanggil. Yesus telah memanggil dan memilih kita menjadi murid, saksi dan pelayanNya (Yoh 15:16). Panggilan tidak harus diartikan panggilan Allah secara langsung. Memang sampai sekarang Allah masih memanggil orang-orangNya secara langsung untuk diberikan suatu tugas khusus yang sangat spesifik dan luar biasa, persis seperti yang dilakukanNya kepada Musa, Paulus, Yeremia, Yesaya dan Amos, kedua belas murid dll. Namun banyak cara Allah memanggil. Allah juga bisa memanggil lewat gerejaNya seperti Stefanus dan para diaken lain. Allah juga bisa memanggil kita lewat didikan dan pengajaran orang tua kita, menumbuhkan cita-cita dan keinginan dalam hati kita, atau lewat berbagai peristiwa bermakna dalam hidup kita. Panggilan secara langsung atau tidak langsung sama nilainya. Yang paling penting adalah mempergumulkan sungguh-sungguh panggilan itu. Marilah kita merenung: apakah panggilan Tuhan secara khusus kepada kita masingmasing dan kepada kita bersama sebagai gereja? Kemanakah Tuhan mengutus kita? Ada orang yang dipanggil Tuhan menjadi pendeta, ada yang dipanggil menjadi guru atau dosen, pegawai negeri, polisi, peneliti, pedagang, pengusaha, akuntan, penjual polis asuransi, pekerja pabrik atau pertanian, supir, atau juga ibu/bapak rumah tangga. Beberapa panggilan itu menyatu dalam diri kita. Namun ada panggilan yang tidak boleh digabung karena akan menyulitkan. Baiklah kita memahami profesi, kemampuan khusus, pernikahan, dan hidup kita seluruhnya sebagai panggilan Tuhan yang harus kita jalankan sebaik-baiknya. Ini perlu kita garis

bawahi sebab banyak orang yang menganggap pekerjaan menambal ban, membuka bengkel, menjadi supir angkot, bekerja di pabrik atau pertanian, sebagai pekerjaan yang kurang berharga dan karena itu merasa kecil hati, rendah diri dan malu. Padahal jika kita menghayatinya sebagai panggilan hidup kita akan melakukannya dengan sukacita dan bangga, serta berusaha mengembangkannya lebih berguna, menyejahterakan dan memuliakan Tuhan. Selanjutnya, apakah pesan Tuhan secara khusus kepada kita melalui Lukas 10:1-12 yang kita baca tadi? PERTAMA: TUHAN MENGUTUS KITA PERGI KE SEMUA TEMPAT DI DUNIA. Yesus mengutus 70 (tujuh puluh) murid di luar dua belas murid sebelumnya, agar pergi ke semua kota dan tempat. Dalam Sesudah kebangkitanNya dikatakan Yesus juga mengutus semua muridNya agar pergi ke seluruh penjuru sampai ke ujung bumi. (Kisah Rasul 1:8, Matius 28:18, Markus 16:15). Amanat atau perintah Yesus inilah yang mendasari dan mendorong gerakan para murid atau gereja sepanjang jaman untuk selalu bergerak memberitakan Injil. Apakah kita semua harus meninggalkan profesi, rumah dan keluarga, tanggungjawab seharihari kita lantas pergi ke mengabarkan Injil? Jawabnya: TIDAK. Memang ada orang-orang tertentu yang disuruh Tuhan berpindah profesi dan kota tempat tinggal untuk menjadi pendeta atau pengajar firman. Ada juga orang-orang tertentu yang mendapat karunia khas untuk tidak menikah sepanjang hidup (selibat) agar fokus kepada tugas khusus yang diberikan Tuhan kepadanya. Namun secara umum, kita semua dipanggil dan diutus menjadi saksi, duta, dan pewarta Injil dengan tetap menjalankan profesi kita masing-masing, hidup dan menetap di wilayah kita masingmasing, dan menghayati kemampuan, bakat dan minat kita masing-masing. Sebab itu pertanyaannya tentu: bagaimanakah kita menjadi saksi, duta dan pewarta Injil di tempat hidup dan kerja, sesuai profesi dan latar belakang pendidikan, menurut kemampuan, bakat dan minat kita masing-masing? Di sini kita disadarkan bahwa sebagai gereja atau orang-orang Kristen kita harus hadir dan berinteraksi dengan masyarakat luas. Itu jugalah yang tercermin dalam visi gereja kita: menjadi gereja yang inklusif, dialogis dan terbuka. Gereja bukanlah pusat tetapi lebih merupakan sumber kehidupan dan aktifitas kita. Gereja tidak boleh dibayangkan sebagai kolam penampungan (bandingkan Laut Mati) tetapi mata air yang selalu memancar. Gerakan gereja Kristus bukanlah memusat tetapi menyebar. Konkretnya: gereja harus mendorong semua warganya untuk bergerak dan masuk ke tengah-tengah dunia dan menjadi duta, saksi dan pelayan Kristus di sana. Baiklah kita kritis: kecenderungan sebagian orang Kristen sekarang untuk membangun megachurch atau gerejaraksasaadalahbertentangandenganamanatPekabaranInjildanjugapolahidupYesus. Juga kebiasaan orang Kristen untuk mengisolasi diri, hanya ingin berkumpul dan bergaul dengan sesamanya saja. Pertanyaan saya: jika kita hanya berkumpul-kumpul saja di gereja ini dari Senin sampai Minggu, dari pagi sampai malam: lantas kapan kita bekerja di tengah-tengah masyakat? Kalau kita hanya mau berkumpul-kumpul di dalam gereja saja: kapan kita melaksanakan tugas kita sebagai hamba Tuhan menegakkan hukum, membangun perekonomian, menjaga keamanan, mendidik anak-anak bangsa dan lain-lain? Ada hal yang penting sekali disampaikan Yesus kepada ketujuh puluh murid dahulu: tuaian banyak pekerja sedikit. Ya, sebenarnya ada banyak sekali bidang dan jenis pekerjaan di tengahtengah masyarakat dan dunia ini yang menanti orang-orang yang mau mengerjakannya. Yesus mengumpamakan dunia ini bagaikan panen raya. Tenaga kita sangat kurang. Sebab itu kita

membutuhkan lebih banyak lagi orang yang mau menjadi pelayan, duta, saksi dan pekerjaNya. Itu artinya tema Tahun Marturia HKBP 2008 Boan Sadanari (= bawa satu lagi) harus diartikan dalam rangka jemaat dan gereja misioner ini. Membawa satu orang lagi datang ke gereja untuk beribadah tentu baik dan penting. Namun itu belum cukup dan belum selesai. Kita harus mengajak satu orang lagi dari gereja mau menjadi saksi, pelayan dan duta Kristus! KEDUA: TUHAN MEMPERLENGKAPI KITA UNTUK MELAKUKAN TUGAS YANG DIBERIKANNYA . Yesus tidak hanya tahu menyuruh murid-muridNya pergi menjadi dutaNya, namun memperlengkapi mereka apa dan bagaimana mereka melakukan tugas itu. Ada dua tugas utama yang harus mereka lakukan sebagai duta atau utusan Kristus. Pertama: mewartakan Allah adalah Sang Raja. Kedua: menyembuhkan atau mengatasi kelemahan. Ini jugalah tugas yang diberikan kepada gereja atau orang Kristen masa kini. Yaitu: mewartakan kepada sekeliling kita, dimanapun kita berada dan ditempatkan Tuhan, apapun profesi dan pendidikan kita, bahwa Allah itu adalah Sang Raja. Kita harus menyampaikan kepada semua orang agar mereka juga mau diperintah dan dikuasai oleh kasih, damai, kebenaran dan keadilan Allah itu, dan percaya kepada dan hidup bersama Yesus Kristus, Anak Allah, Tuhan dan Juruslamat kita. Selanjutnya: kita disuruh dengan kekuatan RohNya ikut serta menyembuhkan, memulihkan dan memberdayakan kehidupan sekitar kita agar damai sejahtera. Sama seperti kepada murid-muridNya dahulu Yesus juga memesankan kepada kita agar tetap fokus kepada tujuan, dan tidak mudah menyimpang ke kanan-ke kiri, atau terlalu banyak bicara di tengah jalan sehingga lupa apa inti tugas kita. Dia juga menyuruh kita belajar bekerja dalam tim atau grup dan tidak berpikir ingin melakukan segalanya seorang diri. Dia juga membekali kita dengan kemampuan berkomunikasi yang baik. Inilah salah satu PR komunitas kristen yang paling sulit: belajar berkomunikasi. Baiklah kita sadar bahwa kita sebenarnya tidak bisa mengabarkan Injil jika kita tidak suka mendengar orang lain. Duta Kristus pertama-tama dan terutama bukan harus pintar berbicara tetapi justru pandai mendengar dan bersimpati. Selanjutnya: baiklah kita, dengan profesi, di wilayah, kemampuan, bakat dan minat kita masing-masing membagikan damai sejahtera kepada semua orang yang mau menerima kita! KETIGA: TUHAN BERJANJI MENYERTAI KITA. Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman, janji Yesus kepada murid-muridNya. (Mat 28:20). Aku menyertai kamu menyampaikan pesan kepada Firaun, janji Allah kepada Musa (Kel 3:11). Itu jugalah janji Tuhan kepada kita orang-orang Kristen sekarang. Sebab itu jangan takut dan jangan merasa diri terlalu lemah. Jangan melarikan diri dari masyarakat dan kemudian bersembunyi lama-lama di gereja. Tantangan di dalam dunia memang sangat banyak dan berat. Namun Tuhan tidak akan membiarkan kita sendirian menghadapinya. Tuhan tidak membiarkan Saudara sendirian menegakkan hukum, memulihkan lingkungan, membangun kota, membuka bengkel atau warung, menjalankan usaha transportasi, menjadi dokter, memeriksa keuangan, atau mengurus rumah tangga dengan baik dan benar, serta sesuai dengan kehendakNya. AMIN. Pdt Daniel Taruli Asi Harahap Catatan: disampaikan pada kebaktian Minggu di HKBP Serpong 1 Juni 2008 pukul 07.00 saat

kunjungan Punguan Ina Gloria HKBP Rawamangun.

Anda mungkin juga menyukai