Anda di halaman 1dari 4

Menyongsong hadirnya Perusahaan Penjamin Kredit Daerah (PPKD) Jawa Tengah oleh : Kartiko A.

Wibowo Direktur KJKS BINAMA Semarang Dengan diberlakukannya Perda no 2 tahun 2012 tentang Pengelolaan Koperasi di Jawa Tengah, maka agenda untuk mendirikan Lembaga/Perusahaan Penjamin Kredit Daerah (PPKD) menjadi semakin jelas. Perda ini mengamanatkan Pemerintah Provinsi untuk mendirikan PPKD paling lama 2 (dua) tahun, artinya pada tahun 2013 akhir atau awal 2014 PPKD harus sudah beroperasi. Untuk lebih melihat sisi penting pendirian PPKD, dapat kita perhatikan dari sisi kepentingan UMKM di Jawa Tengah ketika mereka mengajukan kredit/pembiayaan kepada kreditur. Secara umum kita lebih sering memahami bahwa kreditur adalah pihak perbankan. Padahal jika kita perhatikan bahwa tujuan pendirian PPKD adalah untuk menjamin UMKM, maka sebenarnya kreditur yang paling berkepentingan adalah Koperasi Simpan Pinjam dan Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Secara riil untuk kredit/pembiayaan yang diterima UMKM dilayani oleh KSP/KJKS. Berdasar data dari Deputi Bidang Pengkajian Sumber Daya UMKM Asdep Urusan Penelitian UKM, Kemenkop R, Kredit Usaha Rakyat di Jawa Tengah menunjukkan angka (dalam jutaan) sebesar Rp 2.322.032 atau (14,12 %) dan jumlah debitur 478.808 orang atau (20.80%). Demikian pula Bank Indonesia melansir pada webnya bahwa komposisi 82,67% kredit dikuasai oleh perbankan, sedangkan Koperasi Simpan Pinjam baik konvensional maupun Syariah sebesar 11,17%. Data di atas menunjukkan bahwa kredit/pembiayaan pada KJK/KJKS cukup signifikan yaitu mencapai 11% terhadap total kredit di Jawa Tengah. Pada praktek pemberian kredit/pembiayaan kepada UMKM biasanya terkendala pada aspek collateral/agunan. Oleh karenanya sebagai debitur, UMKM sering sulit mengakses dana pinjaman untuk meningkatkan volume usahanya. Hal itu tentu mendukung bahwa bentuk penjaminan kepada UMKM sebagai penerima kredit/pembiayaan menjadi penting. Peran ini dapat dilakukan oleh PPKD dengan menjadi penjamin UMKM. Dalam hal ini PPKD menjadi penting didirikan agar kreditur, seperti KJK/KJKS memiliki keyakinan yang tinggi terhadap UMKM untuk menyalurkan kredit/pembiayaannya. Pada saat ini di tingkat nasional sudah terdapat dua perusahaan penjaminan kredit, yaitu Perum Jamkrindo (Jaminan Kredit Indonesia) dan PT. PKPI (Penjamin Kredit Pengusaha Indonesia), serta 1 perusahaan asuransi yang juga melakukan fungsi penjaminan kredit, yakni PT. Askrindo (Asuransi Kredit Indonesia). Perum Jamkrindo saat ini memiliki 17 kantor di 17 propinsi, sedangkan PT. Askrindo memiliki 33 kantor di 20 propinsi. Namun mengingat keterbatasan

permodalan dan wilayah operasional, maka pelayanan kedua lembaga tersebut belum secara optimal dapat dirasakan oleh UMKM di seluruh Indonesia. Di Jawa Tengah, perjalanan menginisiasi pendirian PPKD telah berlangsung sejak tahun 2009, sebagai implementasi dikeluarkannya UU no 20 tahun 2008, bahwa salah satu peran pemerintah dan pemda adalah menjadi penjamin terhadap kredit UMKM. Sebagaimana dicantumkan pada pasal 8 huruf d membantu para pelaku Usaha Mikro dan Usaha Kecil untuk mendapatkan pembiayaan dan jasa/produk keuangan lainnya yang disediakan oleh perbankan dan lembaga keuangan bukan bank, baik yang menggunakan sistem konvensional maupun sistem syariah dengan jaminan yang disediakan oleh Pemerintah. Selain itu pada pasal 23 ayat 1 huruf b juga disebutkan .... menumbuhkan, mengembangkan, dan memperluas jangkauan lembaga penjamin kredit;. Beberapa kendala pendirian PPKD di Jawa Tengah dapat disimpulkan sbb : a. Pendirian PPKD perlu payung hukum Perda Prov. Jateng b. Pengalokasian modal yang cukup besar c. Penyediaan SDM pengelola PPKD yang tidak mudah
d. Keraguan bahwa PPKD dapat menghasilkan profit

e. Kekhawatiran munculnya sikap meremehkan untuk membayar pinjaman dari debitur Realitas tahun 2012 Dengan disahkannya Perda No 2 tahun 2012 tentang Pengelolaan Koperasi di Jawa Tengah, telah mengamanatkan untuk dibentuk PPKD selambatnya 2 tahun sejak di sahkannnya Perda tersebut. Pasal 51 ayat 2 Perda tersebut menyebutkan Badan Layanan Umum Daerah dan Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a dibentuk dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak berlakunya Peraturan Daerah ini. Jadi pembentukan PPKD di Jawa Tengah sudah memiliki payung hukum dan sekaligus deadline yang jelas. Artinya Pemerintah Provinsi harus segera melakukan langkah-langkah riil untuk menuju berdirinya PPKD. Problem permodalan ternyata sudah mendapat jalan lebih baik, yaitu dengan diubahnya Peraturan Menteri Keuangan no 222/PMK.010/2008 dengan Peraturan Menteri Keuangan no. Nomor 99/PMK. 010/2011 tentang PPKD, dimana pada perubahan tersebut kebutuhan modal untuk pendirian PPKD diturunkan dari Rp 50 milyar menjadi Rp 25 milyar. Jadi modal dasar pendirian PPKD pada saat ini telah dipermudah dengan diperkecilnya jumlah modal disetor. Sharing dengan stakeholder

Untuk mewujudkan lahirnya PPKD di Jawa Tengah, bisa diwujudkan dengan berbagai kemungkinan. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah segera menetapkan alokasi dana untuk mencukupi persyaratan modal sebesar minimal Rp 25 milyar. Tentu saja hal ini menjadi penting sehubungan misi kedua Pemprov Jateng yaitu Pembangunan ekonomi kerakyatan berbasis agrobisnis, pertanian, UMKM, dan industri padat karya. Juga selaras untuk menjadikan Provinsi Jateng sebagai provinsi UKM, dimana PPKD merupakan bagian dari pembangunan UMKM itu sendiri, dimana penjaminan akan menjadikan UMKM memiliki bargaining position yang semakin baik dalam rangka mengakses pendanaan. Ide lainnya adalah menjadikan PPKD dalam bentuk sharing dengan pihak-pihak lain. Artinya, permodalan PPKD kelak tidak mayoritas dimiliki oleh Pemerintah Provinsi, tetapi juga pihak lain seperti sektor swasta dan Koperasi. Jika memang demikian, maka bisa ditawarkan tentang permodalan yang melibatkan pihak lain. Tentu saja dalam hal ini sesuai payung hukum dan kepentingan bisnisnya, pelaku-pelaku Koperasi (KJK/KJKS) menjadi salah satu yang seharusnya merespon tawaran ini. Belajar lembaga yang sama di Indonesia maupun luar negeri, maka kepemilikan PPKD memang tidak mutlak harus 100% pemerintah. Di Thailand lembaga penjamin kredit Small Industry Credit Guarantee Corporation (SICGC) dimiliki Pemerintah (93,18 %), sisanya Asosiasi Bank, Bank Pemerintah, Filipina dengan sebutan The Small Business Guarantee and Finance Corporation (SB Corporation) saham 43 % pemerintah pusat, 57 % lembaga keuangan pemerintah dan Malaysia The Credit Guarantee Corporation Bhd (CGC) saham dikuasai oleh Bank sentral dan Bank Swasta. Di Jawa Timur, komposisi kepemilikan PPKD yang dinamai Jamkrida dimiliki 99% Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan 1 % dimiliki Koperasi Pegawai Negeri Pemprov Jatim. Di Jawa Tengah, tentu saja dapat ditawarkan juga ke pihak luar, seperti KJK/KJKS. Artinya, gerakan Koperasi dapat mengambil bagian dalam penguasaan permodalan PPKD. Perseroan Terbatas Bentuk badan hukum yang ideal adalah Perseroan Terbatas. Pemilihan badan hukum PT dapat mengakomodir semua stakeholder. Pertama, KJK/KJKS dapat menempatkan dananya sebagai pemegang saham. Demikian pula pemerintah dapat menyertakan dana APBD dengan persetujuan DPRD dalam saham pula. Bentuk badan hukum PT akan memudahkan semua pihak dalam berinteraksi dan tidak melanggar ketentuan yang berlaku. Jika kita perhatikan Peraturan Menteri Keuangan No. 222/PMK.010/2008, pasal 13 ayat 1 Bagi pemegang saham yang berbentuk badan hukum Indonesia, jumlah penyertaan modal pada Penjamin ditetapkan paling banyak sebesar 50% (lima puluh per seratus) dari modal sendiri bersih badan hukum yang bersangkutan, hal ini memberi pengertian bahwa jika akan Koperasi adalah Koperasi yang memiliki modal kuat, karena persyaratan ikut syarat adalah maksimal separo dari total modal Koperasi bersangkutan.

Komposisi kepemilikan modal sebaiknya mayoritas tetap dimiliki Pemerintah yaitu sebesar 51%, agar peran pemerintah sebagai motor pembangunan tetap terjaga. Toh, dana-dana untuk modal PPKD juga bersumber dari pajak yang dibayarkan oleh rakyat, sehingga jika dialokasikan ke perusahaan yang berkhidmat untuk rakyat tentu sesuai dengan tujuan mensejahterakan rakyat. Memang secara resmi Pemprov Jateng belum melansir jumlah resmi ketersediaan modal untuk PPKD. Secara riil anggaran memang tidak mungkin dilansir sedang lembaga yang akan mengelolanya belum ada. Namun harapan masyarakat agar PPKD segera terbentuk sebagai bentuk komitmen Pemerintah dalam mengembangkan UMKM di Jawa Tengah. Semoga cita-cita keberadaan PPKD ini segera terwujud beriring dengan telah diterbitkannya Perda no 2 tahun 2012 di atas. Selamat datang PPKD.

Semarang, 30 Januari 2012

Penulis adalah : 1. Sekjen Asosiasi KJKS (Koperasi Jasa Keuangan Syariah) Jawa Tengah 2. Direktur KJKS BINAMA Semarang 3. Mahasiswa S3 Jurusan Ekonomi Islam UII Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai