PLEMBON, RT 01/ RW 08, TAJI, PRAMBANAN, KLATEN, JAWA TENGAH Telp: 085643178764, Email: serikatpekerja.sce@gmail.com
pulang setelah waktu kerja selesai dan mengamcam mem-PHK tidak bisa dibenarkan oleh hukum. Maka, dapat disimpulkan bahwa Pemutusan Hubungan Kerja terhadap Ebo Budiyanto selaku ketua SP SC Enterprises, demi hukum batal dan perusahaan wajib untuk mempekerjakan kembali sebagaimana biasanya. PHK secara sewenang-wenang tersebut yang kemudian menimbulkan gejolak nyatanya dapat diselesaikan dengan baik setelah muncul rekomendasi baik dari DPRD Kabupaten Klaten maupun Dinas Tenaga Kerja Klaten pada tanggal 7 Mei 2012. Dimana semua persoalan yang muncul akan diselesaikan pada mediasi tanggal 9 Mei 2012. Dalam mediasi yang diselenggarakan di Kantor Dinas Tenaga Kerja Klaten dihadiri juga oleh anggota Komisi IV DPRD Kab. Klaten dan Wartawan. Pihak perusahaan datang berserta para preman dan beberapa pengacara. Dalam acara mediasi tersebut, premanpreman yang diberikan ID Card dan seragam security oleh pihak perusahaan melakukan upaya yang membuat mediasi menjadi tidak kondusif, seperti menekan dan memaksa pihak Dinas Tenaga Kerja Klaten untuk membekukan SP SCE padahal sudah ada nomor pencatatan SP dari Disnaker. Selain itu juga menekan untuk menyatakan bahwa SP SCE dan KASBI illegal untuk menjadi wadah organiasi di PT. SC Enterprises, bahkan ketika mediasi selesai pun, pihak SP SCE diminta untuk menahan diri keluar dari ruangan karena di luar ruangan masih banyak preman-preman perusahaan, menghindari terjadinya hal-hal yang tidak dinginkan. http://harianjoglosemar.com/berita/mediasi-buruh-pt-sce-panasdiwarnai-intimidasi-75337.html Keesokan harinya pada tanggal 10 Mei 2012 dan hari-hari berikutnya manajemen PT. SC Enterprises melakukan PHK terhadap wakil SP SCE yang mewakil perundingan pertama dan mediasi di kantor Dinas Tenaga Kerja Kalten serta beberapa anggota SP SCE. Perusahaan menyatakan bahwa PHK tersebut karena efisiensi dan habis masa kontrak. Namun nyatanya hingga kini PT SC Enterprises masih terus menerima pekerja baru dan tetap melakukan pelatihan terhadap pekerja baru. Demikian argumentasi habis kontrak tersebut juga sangatlah janggal, karena pertama terdapat pekerja yang baru beberapa hari menandatangani kontrak namun kemudian di PHK secara sewenang-wenang. Kedua, terdapat pekerja yang kontraknya telah habis sejak akhir tahun 2011 ataupun jauh sebelum bulan Mei 2012 namun tetap bekerja tanpa perpanjangan kontrak. Suatu hal yang seharusnya menurut Undang-undangan Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003 sudah diangkat menjadi pekerja tetap. Jelas kemudian PHK yang dilakukan tidak lebih dari upaya Pemberangusan Serikat Pekerja SC Enterprises. Selain itu pada pukul 10.00 WIB, Supervisor pabrik keluar dari ruang meeting mengumpulkan semua pekerja di departemenya masing-masing untuk kemudian menyatakan bahwa Perusahaan membentuk sebuah serikat pekerja bernama Serikat Pekerja Independen. Setelah itu mereka memaksa pekerja mengisi daftar nama anggota Serikat Pekerja Independen (SPI). Dari pihak pekerja sendiri sebetulnya ada penolakan namun pihak PT SC Enterprises (Inisial Oc) terus menanyakan beberapa pekerja alasan kenapa tidak mau mengikuti SPI. Pihak PT SC Enterprises juga menyatakan bahwa KASBI ilegal, pihak perusahaan mengatakan siapa yang mendaftar SPI akan dijamin perlindungan, kesejahteraan dan keselamatannya. Namun bila pekerja tidak mendaftar di SPI maka ada ancaman PHK dan tidak bertanggung jawab jika terjadi apa-apa. Sesuai dengan UU Ketenagakerjaan khususnya pasal 151 dan 153 bahwa jika pekerja menolak PHK maka harus diadakan perundingan. Dan jika tidak ada titik temu maka PHK harus berdasarkan atas penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Sementara belum ada keputusan tersebut maka kedua belah pihak baik pengusaha maupun pekerja harus tetap melaksanakan segala kewajibannya. Hal itu yang coba dilakukan oleh beberapa Pengurus SP SCE pada tanggal 12 Mei 2012 dengan mencoba menjalankan kewajibannya untuk tetap bekerja di PT SC Enterprises. Namun belum sampai masuk kedalam pabrik mereka justru diusir oleh petugas keamanan PT SC Enterprises. Dan bahkan di pos satpam PT SC Enterprises dipasang kertas dimana terdapat daftar nama dan foto. Serta bertuliskan DAFTAR NAMA ORANG YANG TIDAK BOLEH MASUK KE AREA PT SCE. Didalam daftar tersebtu antara lain adalah Pengurus serta Anggota SP SCE yang telah di PHK secara sepihak.
Kemudian pada tanggal 17 Mei 2012 diselenggarakan deklarasi Serikat Pekerja Independen. Deklarasi yang mewah tanpa kejelasan asal dananya diadakan dengan memaksa seluruh pekerja untuk hadir. Pintu gerbang dijaga PT SC Enterprises ketat dan tidak boleh satupun pekerja pulang. Terkait PHK tersebut baik anggota maupun bukan anggota SP SCE yang masih bekerja di PT SC Enterprises berupaya untuk memberikan solidaritas. Dengan landasan kemanusiaan pada tanggal 23 Mei 2012 mereka mengumpulkan uang untuk membantu salah satu korban PHK yang single parent dan harus membiayai sekolah anaknya. Namun rasa kemanusiaan tersebut kemudian coba dihancurkan oleh PT SC Enterprises. TM: Manajer Finishing, A: Manajer Gudang Aksesoris, Y: Manajer Operasional, S: Purchasing, I: Manajer Eksport Import memanggil semua pekerja yang memberikan solidaritas dan menyatakan bahwa kalau masih memberikan solidaritas untuk kawan-kawan yang di PHK sewenang-wenang ataupun untuk KASBI maka akan di PHK. Pada tanggal 21 Mei 2012, 39 korban PHK sewenang-wenang secara resmi mengadukan PHK tersebut ke Disnaker Klaten. Bersamaan dengan itu SP SCE juga melakukan upaya perundingan terkait PHK sewenang-wenang. Namun tanggal 24 Mei 2012 saat dimana perundingan seharusnya dilakukan yang terjadi justru pengusiran dan tindak kekerasan yaitu pencekikan oleh satpam PT SCE dan beberapa oknum berpakaian sipil terhadap perwakilan dari SP SCE. (http://manteb.com/berita/3428/Audiensi.Dengan.Manajemen.Pabrik,.Buruh.Diusir.Paks a), (http://krjogja.com/read/129808/keamanan-pt-sce-usir-buruh.kr) Paska insiden tersebut pekerja di Departemen Sewing dikumpulkan oleh kembali oleh orang-orang yang sama dari PT SC Enterprises. Yang dikatakan juga sebagai Pengurus Serikat Pekerja Independen. Dalam pertemuan tersebut mereka menyatakan bahwa KASBI adalah illegal, kalau ikut-ikutan solidaritas untuk KASBI maka akan di PHK, kalau mengikuti SPI maka dijamin kontrak akan diperpanjang dan kalau tetap menjalin hubungan dengan KASBI maka harus mengundurkan diri dari PT SC Enterprises. Bahkan juga menyatakan bahwa orang-orang di KASBI kerjaannya adalah membuat rusuh pabrik dan mencari uang dari situ. Pada tanggal 31 Mei 2012, giliran beberapa pekerja dari Departemen lain yang dipanggil oleh supervisor mereka. Inti argumentasi dari pihak Perusahaan tetaplah sama yaitu jika masih memberikan solidaritas maka resiko harus ditanggung sendiri. Demikian pada tanggal 13 Juni lalu, beredar sebuah form dengan judul DAFTAR NAMA-NAMA YANG MENOLAK KEHADIRAN KEMBALI SERIKAT KASBI (Sdr Ebo, dkk). Dimana kemudian pekerja dari seluruh Departemen dipaksa untuk menandatanganinya. Oleh karena itu kami, Serikat Pekerja SC Enterprises menuntut PT SC Enterprises untuk: a. Mempekerjakan kembali seluruh pekerja PT SC Enterprises yang telah di PHK secara sewenang-wenang. b. Menghentikan segala tindakan kekerasan dan intimidasi terhadap pekerja PT SC Enterprises. c. Menghentikan segala bentuk pemberangusan serikat terhadap Serikat Pekerja SC Enterprises d. Segera memenuhi hak-hak normatif seluruh pekerja PT SC Enterprises. Demikian karena telah terdapat dugaan keras terkait adanya tindak pidana terhadap hak-hak pekerja/buruh untuk berserikat dan berorganisasi, sebagaimana telah diatur di dalam ketentuan Pasal 28 jo Pasal 43 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Buruh, di lingkungan PT. SC Enterprises.
Yang berbunyi Pasal 28 UU SP/SB No 21 Tahun 2000: Siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh untuk membentuk atau tidak membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi pengurus, menjadi anggota atau tidak menjadi anggota dan/atau menjalankan atau tidak menjalankan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh dengan cara:
a. b. c. d. 1)
melakukan
pemutusan
hubungan
kerja,
memberhentikan
sementara,
menurunkan jabatan, atau melakukan mutasi; tidak membayar atau mengurangi upah pekerja/buruh; melakukan intimidasi dalam bentuk apapun; melakukan kampanye anti pembentukan serikat pekerja/serikat buruh. Pasal 43 UU SP/ SB No 21 Tahun 2000: Barang siapa yang menghalang-halangi atau memaksa pekerja/buruh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, dikenakan sanksi pidana paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling sedikit Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah), 2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan tindak pidana kejahatan.
maka Serikat Pekerja SC Enterprises tidak memiliki pilihan lain selain mengadukan tindak pidana kejahatan tersebut kepada pihak berwajib.