Anda di halaman 1dari 2

PROSES TERJADINYAAURORA

Bumi memiliki medan magnet yang dibangkitkan oleh inti Bumi. Seperti halnya pada magnet batang, magnet Bumi juga memiliki kutub-kutub (Utara dan Selatan), letaknya dekat dengan kutub-kutub Bumi. Di atas eksosfer ada satu daerah yang menunjukkan sifat-sifat magnetik Bumi dan berinteraksi dengan arus radiasi Matahari korpuskuler yang mengisi ruang antar planet yang disebut angin surya (solar wind) yang setelah sampai ke Bumi berinteraksi dengan magnet Bumi yang disebut magnetosfera. Akibat interaksi ini, magnetosfera bentuknya menjadi seperti komet karena adanya hembusan angin surya tersebut. Magnetosfera merupakan perisai Bumi terhadap partikel-partikel dari Matahari yang dapat membahayakan kehidupan makhluk hidup di Bumi. Partikel-partikel yang datang ke arah Bumi dihadang oleh magnetosfera sehingga terkungkung di dalam medan ini. Daerah tempat terkungkungnya partikel-partikel tersebut dinamakan Sabuk Van Allen (Van Allen Belts) sesuai dengan nama yang menemukannya, James A. Van Allen. Jadi Van Allen belts adalah pita-pita radiasi yang berbentuk kue donat terbuat dari partikel-partikel bermuatan yang terperangkap dalam medan magnetik Bumi. Aurora adalah lengkungan lembaran cahaya (seperti tirai) beraneka warna yang selalu bergerak-gerak dan memendar di langit yang sering nampak pada belahan bumi utara dan selatan. Peristiwa ini akibat variasi medan magnet Bumi yang timbul karena adanya peningkatan aktivitas di Matahari sehingga intensitas angin surya yang menghantam Bumi bertambah besar. Pendaran cahaya aurora semakin terasa pada daerah yang mendekati kutub dan berasal dari sabuk radiasi Van Allen. Sabuk radiasi Van Allen merupakan daerah yang memiliki partikel energi terbesar dari angin matahari yang berhembus menjauhi inti matahari dan ditangkap oleh medan magnet bumi. Sabuk radiasi Van Allen bagian luar bermuatan proton, sedangkan bagian dalamnya bermuatan elektron. Saat terjadi aurora, elektron-elektron menuju ke arah Bumi dengan gerakan spiral, terutama ke arah kutub di sepanjang garis medan magnet dan bertemu dengan ion-ion yang terdapat di dalam thermosfer, sehingga menghasilkan emisi cahaya. Cahaya pada aurora diemisikan antara ketinggian terbawah (80-105 kilometer) hingga level teratas (200 kilometer) di atas permukaan Bumi. Angin matahari akan terjadi jika terjadi benturan keras antara elektron dan proton hasil emisi matahari tersebut, yang keluar dari gaya gravitasi matahari dan menuju ke angkasa dengan

kecepatan 1 juta kilometer/jam dalam bentuk plasma yang kemudian dikenal sebagai angin matahari (solar wind). Jika partikel yang bermuatan ini menuju ke arah Bumi, maka akan berinteraksi dengan medan magnet, sehingga terjadi penguraian partikel. Matahari memang secara periodik mencapai aktivitas yang tinggi sehingga membentuk jilatan (solar flares) dan bercak (sunspots). Selama periode tersebut angin matahari diemisikan dengan intensitas yang lebih tinggi, dan plasma diemisi dengan kecepatan, kepadatan dan energi yang lebih tinggi pula. Jika fenomena ini terjadi, maka angin matahari akan mendistorsi magnetosfer dan menyebabkan jumlah elektron yang masuk ke dalam sabuk radiasi Van Allen menjadi semakin banyak, yang akibat kelanjutannya ialah terbentuknya aktivitas aurora. Pada saat elektron dari magnetosfer dimasukkan ke dalam atmosfer bagian atas, maka akan terjadi benturan dengan atom dan molekul gas yang terdapat di sana. Proses yang terjadi antara lain perpindahan energi dari partikel berenergi tinggi dari megatosfer menjadi molekul gas dari atmosfer, yang mengalami efek kejut dan mengalami lompatan menuju level energi yang lebih tinggi. Pada saat molekul gas kembali ke keadaan normal, yakni dengan level energi yang biasa, maka keluarlah energi radiasi selama proses ini berlangsung. Beberapa radiasi memiliki panjang gelombang cahaya tampak yang dipancarkan menghasilkan aurora. Spektrum cahaya tampak yang dapat dilihat dengan kasat mata, membentuk dua jenis aurora: Aurora Borealis di belahan bumi Utara dan Aurora Australis di belahan bumi Selatan. Aurora umumnya membentuk lembaran, kejutan dan pendaran cahaya yang berwarnawarni pada garis lintang kutub. Warna tersebut dihasilkan oleh adanya berbagai jenis gas yang berasal dari warna karakteristik emisi yang berbeda - beda pada saat ada muatan partikel dari megatosfer. Namun terkadang ada pula aurora yang berbentuk cincin yang mengelilingi / mengitari kutub-kutub magnet, dan fenomena ini paling sering ditemukan pada garis lintang 60 70 derajat dan ketinggian aurora diperkirakan sekitar 80 150 km bahkan ada yang mencapai 1.000 km di atas permukaan Bumi

Daftar Pustaka http://id.wikipedia.org/wiki/aurora/ diakses tanggal 19 Juni 2012 http://langitselatan.com/2010/08/04/dari-flare-matahari-hingga-aurora/ diakses tanggal 19 Juni 2012

Anda mungkin juga menyukai