Anda di halaman 1dari 1

Kebijakan Pronelayan Kita bisa membandingkan dengan Korea yang memiliki konsep Vision for Marine Policy of Korea

yang mengintegrasikan lintas sektor kelautan. Kanada memiliki Ocean Act 1997 dan Canadas Ocean Strategy 2002 yang menjadi dasar terwujudnya Ocean Management Plan. Konsep ini mampu melibatkan seluruh pemangku kebijakan kelautan, termasuk nelayan tradisional yang dilibatkan dalam proses pembangunan kelautan secara integral. Apakah kita berdiam diri? Sebenarnya tidak karena dari 1979 hingga 2009 pemerintah menelurkan 14 UU yang terkait dengan kelautan dan perikanan. Yang terbaru adalah UU Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara dan UU Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan. Namun, fakta di lapangan isi regulasi itu sering tumpang tindih dengan keppres atau PP, bahkan peraturan menteri belum mampu mewadahi semua kegiatan di lautan yang lintas sektor itu. Kedua; jaminan sosial nelayan dalam bentuk asuransi menyangkut bidang pendidikan, kesehatan, dan pangan. Tiga bidang ini menjadi harapan standar nelayan kapan pun, terlebih pada saat musim barat. Asuransi pendidikan bisa berupa beasiswa untuk anak nelayan agar mereka minimal mengeyam pendidikan setingkat SMK. Lingkaran kemiskinan nelayan tidak lepas minimnya kualitas SDM. Ketiga; sistem perpajakan pronelayan, artinya menghapuskan semua iuran yang selama ini masih diterapkan oleh pemda kepada nelayan, semisal retribusi di TPI. Pemerintah perlu membebaskan nelayan tradisional dari pajak dan retribusi yang memberatkan. Jika memerlukan dana untuk memperbaiki sarana dan prasarana TPI, hendaknya dibebankan kepada APBD, yang notabenya juga sedikit mengalokasikan untuk nelayan. Saat ini nelayan membutuhkan kebijakan yang berpihak kepada mereka, bukan semata-mata bantuan. Membantu nelayan berarti menjamin keberlangsungan kehidupan mereka di tengah kondisi yang makin sulit.

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2012/02/10/176653/10/Jaminan-SosialNelayan Diakses tanggal 21 Juni 2012 pukul 22: 28

Anda mungkin juga menyukai