Anda di halaman 1dari 12

TINJAUAN TINGKAT AKSESIBILITAS ANGKUTAN UMUM PERDESAAN (Studi Kasus Kabupaten Bantul Propinsi D.I.

Yogyakarta)
HENDRA SUPRIYANTO Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,Indonesia Phone/Fax :+62-274524713 hendra_s7@yahoo.com SIGIT PRIYANTO Staf Pengajar Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada Yogyakarta,Indonesia Phone/Fax :+62-274524713 spriyanto@mstt.ugm.ac.id

Abstrak Saat ini, masyarakat perdesaan sudah mulai berkembang pesat, mereka mulai melakukan perjalanan dengan jarak yang cukup jauh guna pemenuhan kebutuhannya, baik kebutuhan utama maupun kebutuhan bahan pertanian. Masyarakat perdesaan membutuhkan suatu moda transportasi, yaitu angkutan umum perdesaan dimana angkutan umum tersebut dapat melayani masyarakat kemanapun tujuan perjalanan yang diinginkan. Oleh karena itu, masyarakat perdesaan membutuhkan angkutan umum perdesaan yang memiliki tingkat aksesibilitas yang tinggi sehingga pergerakan masyarakat dapat dilayani oleh angkutan umum perdesaan tersebut. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat aksesibilitas angkutan umum perdesaan yang saat ini beroperasi di Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga dapat ditemukan solusi untuk menangani permasaklahan rute angkutan umum perdesaan tersebut. T Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa tingkat aksesibilitas ratarata angkutan umum perdesaan Bantul adalah 0,282 Km/Km. Adapun hasil lain yang didapatkan adalah terdapat kenyataan bahwa beberapa kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bantul saat ini tidak dilayani oleh angkutan umum perdesaan. Hal ini dapat dirasakan oleh masyarakat pada Kecamatan Pajangan, Piyungan, dan Sedayu. Dari hasil survei penumpang angkutan umum perdesaan didapatkan sebanyak 55,14 % penumpang tidak melakukan perpindahan moda angkutan umum. Sebanyak 32,71 % penumpang menunggu angkutan umum perdesaan sealam 10-15 Minute dengan jarak berjalan kaki sebesar kurang dari 100 m dari asal menuju angkutan umum dan angkutan umum menuju tujuan berturut-turut 36,449 % and 47,664 % penumpang. Sementara itu, 33,645 % penumpang melakukan perjalanan dengan jarak 10 20 Km dan waktu perjalanan kurang dari 30 menit, oleh 56,075 % penumpang. Adapun biaya terbanyak yaitu Rp 1.500 Rp 2.500 dibayarkan penumpang 44.86 % penumpang. Perbaikan tingkat aksesibilitas angkutan umum perdesaan Bantul dapat dilakukan dengan perbaikan pada rute C, D, dan H yang memiliki aksesibilitas rendah, yakni berturut-turut 0,477 Km/Km, 0,3871 Km/Km and 0,4899 Km/Km dan pengadaan angkutan umum perdesaan pada wilayah yang belum dilayani oleh angkutan umum perdesaan.

236

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bantul seperti Pajangan, Piyungan, dan Sedayu masih belum memiliki sarana transportasi yang memadai, bahkan kalaupun ada, sarana transportasi tersebut belum melayani seluruh wilayah. Sementara itu, Bantul mempunyai aktivitas yang multicorak, dimana terdapat gaya hidup berbeda antara satu orang dengan yang lain, jadwal kegiatan yang berlainan, pertambahan penduduk, perbedaan keinginan tiap-tiap orang, dan tuntutan pemenuhan kebutuhan dasar. Oleh sebab itu, Bantul membutuhkan perbaikan atau pengadaan angkutan umum perdesaan yang dapat melayani seluruh wilayah Bantul, dalam arti memiliki aksesibilitas yang tinggi sehingga masyarakat dapat hidup produktif baik dari segi ekonomi maupun sosial. B. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui gambaran parameter aksesibilitas angkutan umum perdesaan yang terdapat di Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Mengetahui tingkat aksesibilitas angkutan umum perdesaan di Bantul. 3. Mengetahui rute angkutan umum perdesaan Kabupaten Bantul mana saja yang memiliki aksesibilitas yang rendah. II. TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Umum Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, mengangkut, atau menggerakkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat tujuan ini objek tersebut dapat lebih bermanfaat (Miro, 2002). Undang Undang Pengangkutan (1992) membagi pengangkutan menjadi empat macam, yakni : 1. Angkutan Antar Kota 2. Angkutan Dalam Kota 3. Angkutan Perdesaan 4. Angkutan Lintas Batas Negara B. Angkutan Umum Menurut Warpani (1990), angkutan umum adalah pelayanan jasa angkutan yang memiliki trayek dan jadwal tetap. Tujuan angkutan adalah memberikan pelayanan yang aman, cepat, nyaman dan murah pada masyarakat. Angkutan umum perdesaan merupakan angkutan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dalam satu daerah kabupaten yang terikat dalam trayek (Departemen Perhubungan, 2005). Ciri-ciri angkutan umum perdesaan (Peraturan Pemerintah, 1993) : a. Mempunyai jadwal tetap dan/atau tidak berjadwal. b. Pelayanan lambat. c. Dilayani oleh mobil bus umum dan/atau mobil penumpang umum. d. Tersedianya terminal penumpang sekurang-kurangnya tipe C, pada awal pemberangkatan dan terminal tujuan.

237

Rute adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil penumpang maupun bus yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak tetap yang akan membentuk suatu jaringan rute (Peraturan Pemerintah, 1993). Jaringan rute adalah kumpulan dari rute-rute yang menjadi satu kesatuan. Faktor pertimbangan dalam penetapan jaringan rute adalah (Departemen Perhubungan, 2002) : 1. Pola Tata Guna Lahan 2. Pola Pergerakan Penumpang Angkutan Umum 3. Kepadatan Penduduk 4. Daerah Pelayanan 5. Karakteristik Jaringan C. Aksesibilitas Aksesibilitas adalah suatu ukuran kenyamanan dan kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan berinteraksi satu sama lain (Black, 1981). Mudahnya suatu lokasi dihubungkan dengan lokasi lain bergantung dari jaringan transportasi yang ada, berupa jalan dan alat angkut. Pernyataan mudah atau susah merupakan hal yang subyektif dan kualitatif (Tamin, 2000). Oleh karena itu, diperlukan suatu kinerja kuantitatif yang dapat menyatakan aksesibilitas. Faktor-faktor yang dapat digunakan dalam pengukuran aksesibilitas secara kuantitatif adalah (Miro, 2002) : 1. Faktor Jarak 2. Faktor Waktu Tempuh 3. Faktor Biaya Perjalanan 4. Faktor Kepadatan 5. Faktor Pendapatan Orang yang Melakukan Perjalanan Secara kualitatif, persamaan aksesibilitas adalah (Black, 1981): n L dj Hi = (1.) dj =1 tij dimana : Hi = Aksesibilitas dari zona asal i ke berbagai zona tujuan j. Ldj = Ukuran aktivitas di setiap zona tujuan j. tij = Faktor kendala seperti ukuran waktu, biaya, jarak fisik. n = Banyaknya zona tujuan j. Dalam menentukan tingkat aksesibilitas angkutan umum perdesaan, indikator-indikator yang dapat digunakan yaitu : 1. Panjang Rute dan Luas Wilayah yang Dilayani Rute berpengaruh terhadap aksesibilitas angkutan umum perdesaan. Apabila angkutan umum perdesaan tidak menjangkau tempat yang dituju, dapat dikatakan aksesibilitasnya rendah sehingga bila dirumuskan adalah : L K= (2.) A dimana : K = Aksesibilitas amgkutan umum (Km/Km). L = Panjang rute angkutan umum (Km).

238

2.

3.

4.

A = Luas wilayah yang dilayani angkutan umum pada satu rute (Km). Tingkat Perpindahan Angkutan Umum Rute harus direncanakan secara efisien dan efektif agar tingkat perpindahan angkutan umum yang dilakukan penumpang sesedikit mungkin, bahkan tidak ada. Semakin buruk rute angkutan umum, maka semakin banyak perpindahan yang dilakukan oleh penumpang, sehingga tingkat aksesibilitas angkutan umum semakin rendah. Waktu perjalanan Waktu perjalanan adalah waktu total yang dibutuhkan untuk menyelesaikan perjalanan yang dilakukan dari asal perjalanan sampai tempat tujuan. Hal yang harus diperhitungkan yakni : a. Waktu tunggu, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh pengguna angkutan umum untuk menunggu kedatangan angkutan umum. b. Waktu berjalan kaki, yaitu waktu penumpang berjalan kaki sebelum maupun sesudah menggunakan angkutan umum. Dalam perhitungannya, yang harus diperhatikan adalah jarak tempuh. Jalan kaki yang dilakukan penumpang terdiri atas dua, yakni : Waktu berjalan kaki dari tempat asal ke tempat pemberhentian angkutan umum perdesaan. Waktu berjalan kaki dari tempat pemberhentian angkutan umum perdesaan ke tempat tujuan perjalanan. c. Waktu di dalam kendaraan, yaitu waktu yang digunakan oleh penumpang angkutan sejak naik sampai turun dari angkutan. Biaya Perjalanan Biaya perjalanan adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan oleh penumpang/pengguna untuk membiayai perjalanannya dari asal sampai tujuan perjalanan yang dilakukan. Biaya ini sangat dipengaruhi oleh jarak perjalanan yang dilakukan oleh penumpang angkutan umum perdesaan.

III. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di daerah perdesaan Kabupaten Bantul Propinsi D.I Yogyakarta serta di dalam angkutan umum perdesaan yang beroperasi di Bantul. Penelitian ini dilakukan dengan metoda pengumpulan sampel, yakni dilakukan dengan cara sampling, dengan data yang dibutuhkan yakni : 1. Data primer, yang terdiri atas : a. Kuisioner Survei Non-penumpang. b. Kuisioner Survei Penumpang. c. Tingkat aksesibilitas angkutan umum perdesaan. 2. Data sekunder, yang berasal dari pihak terkait yakni Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah, Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya, Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul. Data sekunder pada penelitian ini berupa : a. Peta wilayah dan geometr jalan Kabupaten Bantul. b. Karakteristik angkutan umum perdesaan. c. Batas dan luas wilayah tempat penelitian. d. Jumlah desa, dusun, penduduk dan kepala keluarga.

239

Sampel yang digunakan untuk survei non-penumpang dan penumpang sebanyak 293 dan 107. Adapun tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Mulai Perumusan Masalah Studi Literatur Survei Pendahuluan

Persiapan Survei Utama : Pembuatan Draft Pertanyaan Untuk Survei Penumpang Pembuatan Draft Pertanyaan Untuk Survei Non Penumpang.

Pengumpulan Data Sekunder : Peta Wilayah Rute Angkudes Panjang Rute Geometri Jalan Batas Wilayah Pembagian Wilayah

Pelaksanaan Survei Utama Pengolahan Data Hasil Penelitian Kesimpulan dan Saran Selesai

Gambar 1. Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian Survei dilaksanakan pada tanggal 11 14 Mei 2006. Survei penumpang dilakukan tiga hari masing-masing dua kali yaitu pada pagi dan siang secara acak antara pukul 06.00 9.00 dan 12.00 15.00. Survei non-penumpang dilakukan selama lima hari pada pukul 9.00 12.00 dan 15.00 17.00. IV. ANALISIS ANGKUTAN UMUM PERDESAAN BANTUL A. Karakteristik Wilayah Penelitian dan Responden Secara administratif, Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari 17 kecamatan dan 75 desa/kelurahan, sedangkan jumlah penduduk pada Tahun 2004 sebanyak 799.211 Jiwa dan kepadatan penduduk Bantul adalah 1577 Jiwa/km (BPS Bantul, 2004). Luas wilayah Kabupaten Bantul adalah sebesar 506,85 Km. Responden pada penelitian ini terdiri atas 171 pria dan 122 wanita pada survei non-penumpang serta 59 pria dan 48 wanita pada survei penumpang. Usia

240

terbanyak responden berkisar antara 31 40 Tahun, yakni sebanyak 128 responden. Mayoritas responden memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta, yakni 101 pada survei non-penumpang dan 29 pada survei penumpang. Pendapatan mayoritas responden adalah kurang dari Rp. 500.000,00 per bulan, yang dimiliki oleh 104 responden survei non-penumpang dan 55 survei penumpang. Sedangkan pendapatan lebih dari Rp. 2.000.000,00 dimiliki 12 responden pada survei nonpenumpang dan 3 responden pada survei penumpang. Kepemilikan kendaraan pada sebagian penduduk Bantul masih kecil yakni satu buah kendaraan, yang dimiliki oleh 166 responden. Tujuan perjalanan sebagian penduduk Bantul dan penumpang angkutan umum perdesaan saat ini didominasi pekerjaan, dimana 172 responden survei nonpenumpang dan 43 responden survei penumpang melakukan perjalanan dengan tujuan pekerjaan.Frekusensi perjalanan yang dilakukan perhari oleh responden non-penumpang yaitu sebanyak satu kali per hari, dengan kendaraan yang paling sering digunakan adalah sepeda. B. Angkutan Umum Perdesaan Kabupaten Bantul Angkutan umum perdesaan di Bantul saat ini berjumlah 38 unit kendaraan yang menggunakan mobil penumpang merek Mitsubishi jenis Colt T 120 SS dengan kapasitas resmi sebanyak 9 penumpang. Angkudes dilayani oleh dua koperasi yakni Koperasi Karya Taman Sari yang melayani rute A H dengan jumlah armada 28 buah dan Koperasi Abadi yang melayani rute Bantul Depok sebanyak 10 buah armada. Angkudes Bantul dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Angkutan Umum Perdesaan Wilayah pelayanan angkutan umum perdesaan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rute Angkutan Umum Perdesaan Bantul dan Wilayah yang Dilayani
Jalur Jalur Trayek Panjang Trayek (Km) 12 13 9 Kecamatan yang Dilalui Bantul, Jetis dan Imogiri Bantul, Kasihan dan Sewon Imogiri dan Desa yang Dilalui Bantul, Ringinharjo, Trirenggo, Sabdodadi, Sumberagung, Trimulyo, Karangtalun, dan Imogiri Bantul, Pendowoharjo, Bangunjiwo, dan Tamantirto Karangtalun, Imogiri, Wukirsari, Luas wilayah (Km) 10,464 18,928 18,862

A B C

Bantul - Imogiri Bantul Bangunjiwo Imogiri - Dlingo

241

Dlingo

Girirejo, Karangtengah, Selopamioro, Mangunan, dan Dlingo Luas wilayah (Km) 23,253

lanjutan Tabel 1.
Jalur Jalur Trayek Panjang Trayek (Km) 9 Kecamatan yang Dilalui Imogiri dan Dlingo Bantul, Jetis dan Pleret Bantul, Jetis dan Pundong Bantul dan Pajangan Bantul, Bambanglipuro dan Kretek Desa yang Dilalui Karangtalun, Imogiri, Wukirsari, Girirejo, Karangtengah, Terong, Selopamioro, Mangunan, Munthuk, Bantul, Ringinharjo, Trirenggo, Sabdodadi, Sumberagung, Trimulyo, Timbulharjo, Wonokromo, dan Pleret Bantul, Ringinharjo, Trirenggo, Sumberagung, Canden, Patalan, Srihandono, dan Panjangrejo Bantul,Ringinharjo, dan Guwosari Bantul, Sumbermulyo, Mulyodadi, Trirenggo, Palbapang, Sidomulyo, Donotirto, Tirtomulyo, dan Parangtritis

Imogiri - Munthuk

Bantul - Pleret

15

21,391

G H

Bantul - Pundong Bantul - Krebet

13 5

20,424 10,207

Depok

Bantul - Depok

22

36,496

1.

C. Aksesibilitas Angkutan Umum Perdesaan Panjang Rute dan Luas Wilayah yang Dilayani Contoh perhitungan tingkat aksesibilitas angkutan umum perdesaan adalah sebagai berikut : Misal : Rute A Panjang rute (L) : 12 Km Luas desa : Bantul = 0,873 Km Ringinharjo = 0,554 Km Trirenggo = 1,525 Km Sabdodadi = 1,160 Km Trimulyo = 3,555 Km Sumberagung = 2,117 Km Imogiri = 0,277 Km Karangtalun = 0,403 Km Luas wilayah total (A) = 10,464 Km 12 Maka tingkat aksesibilitas (K) = = 1,1468 Km/Km 10,464 Dalam perhitungan tingkat aksesibilitas, panjang rute dihitung berdasarkan kondisi yang ada di lapangan, sedangkan perhitungan luas wilayah sangat dipengaruhi oleh jumlah rute yang melayani pada suatu daerah. Misalnya, Kecamatan Bantul yang memiliki luas 5,24 Kmdilayani oleh enam rute, sehingga luas pelayanan satu buah rute sebesar 0,873 Km. Hal ini dikarenakan wilayah yang dilalui oleh lebih dari satu rute angkutan umum tentu akan memiliki tingkat aksesibilitas yang lebih tinggi daripada wilayah yang hanya dilalui oleh satu rute angkutan. Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa rute A memiliki aksesibilitas tertinggi, yakni 1,1468 Km/Km, sedangkan rute yang memiliki aksesibilitas terendah yaitu rute C, yakni 0,3871 Km/Km. Rata-rata tingkat aksesibilitas angkutan umum perdesaan Kabupaten Bantul adalah 0,641 Km/Km. Lebih jauh, aksesibilitas angkudes Bantul dapat dilihat pada Gambar 3.

242

Aksesibilitas Angkutan Umum Perdesaan


1,50 1,20 A k s e s i b i l i ta s 0,90 0,6868 0,477 0,3871 0,7012 0,6365 0,4899 0,6028 0,60 0,30 0,00
A

1,1468

Depok

Jalur Angkutan Umum

Gambar 3. Tingkat Aksesibilitas Angkutan Umum Perdesaan Bantul 2. Aksesibilitas angkutan umum perdesaan berdasarkan responden Dari perjalanan yang dilakukan responden menggunakan angkutan umum perdesaan, didapatkan bahwa angkutan umum perdesaan Bantul yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat berdasarkan parameter aksesibilitas yang tersaji pada Tabel 2. berikut ini. Tabel 2. Tingkat Aksesibilitas Angkutan Umum Perdesaan Bantul Berdasarkan Perjalanan Responden PARAMETER A B C D E Tingkat Perpindahan 59 20 16 9 3 Waktu Perjalanan 12 18 23 35 a. Waktu Tunggu 19 b. Jarak Berjalan Kaki 23 9 14 22 39 Awal 19 7 16 14 51 Akhir c. Waktu Dalam Kendaraan 12 10 14 36 35 Jarak Tempuh 2 5 6 33 60 Lama Waktu Biaya Perjalanan 23 48 24 8 3 Adapun kriteria penilaian tingkat aksesibilitas angkutan umum perdesaan berdasarkan responden dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Penilaian Aksesibilitas Berdasarkan Perjalanan Responden A Sangat Baik B Baik C Cukup D Buruk E Sangat Buruk Kriteria penilaian pada tabel di atas tersebut diberikan berdasarkan pilihan pada formulir survei, di mana hasilnya didapat dari jawaban responden. Sehingga bila dilihat hasilnya, maka angkutan umum perdesaan memiliki tingkat aksesibilitas berdasarkan perjalanan responden sangat baik.

243

V. ANALISIS RUTE ANGKUTAN UMUM PERDESAAN BERDASARKAN TINGKAT AKSESIBILITAS A. Latar Belakang Perencanaan Rute Alternatif Angkutan Umum Perdesaan Bantul Latar belakang perencanaan rute alternatif angkutan umum perdesaan lebih dititikberatkan pada tingkat aksesibilitas angkutan umum perdesaan yang masih kecil, yakni memiliki rata-rata 0,6410 Km/Km. Faktor lain yang berpengaruh adalah permintaan penduduk Kecamatan Pajangan dan Sedayu, dimana total 18 atau 54,545 % responden mungkin menggunakan angkutan umum perdesaan bila tersedia. B. Pencanaan Rute Alternatif Angkutan Umum Perdesaan Pada perencanaan rute alternatif angkutan umum perdesaan Kabupaten Bantul ini, rute yang telah ada tidak dihilangkan sama sekali, perencanaan rute alternatif berpedoman pada rute yang telah ada. Namun, terdapat beberapa perubahan rute dari angkutan umum perdesaan yang ada dan ada pula rute yang berubah total dari rute sebelumnya. Perubahan ini terdapat pada panjang rute pelayanan maupun daerah yang dilayani. Lebih jauh, rute alternatif angkutan umum perdesaan dapat dilihat pada Tabel 4. dibawah ini. Tabel 4. Rute Alternatif Angkutan Perdesaan dan Wilayah yang Dilayani
Jalur Jalur Trayek Panjang Trayek (Km) 23 Kecamatan yang Dilalui Bantul, Jetis, Imogiri dan Pundong Bantul, Sewon, Kasihan, dan Sedayu Imogiri dan Dlingo Imogiri, Pleret, Jertis, dan Piyungan Bantul, Jetis, Pleret, dan Banguntapan Bantul, Pandak, Bambanglipuro, Kretek, Sanden, dan Srandakan Bantul , Bambanglipuro, Pundong, dan Kretek Sewon, Bantul, dan Pajangan Desa yang Dilalui Bantul, Ringinharjo, Palbapang, Trirenggo, Sabdodadi, Sumberagung, Karangtalun, Imogiri, Kebonagung, Sriharjo, Karangtengah, Seloharjo, Panjangrejo, Canden, Srihandono Bantul, Pendowoharjo, Bangunjiwo, Triwidadi, Argodadi, Argorejo, dan Argomulyo Karangtalun, Imogiri, Wukirsari, Girirejo, Karangtengah, Mangunan, Dlingo, Temuwuh, Jatimulyo, Terong, dan Munthuk Karangtalun, Imogiri, Sumberagung, Wukirsari, Segoroyoso, Pleret, Bawuran, Sitimulyo, dan Srimulyo Bantul, Ringinharjo, Trirenggo, Sabdodadi, Sumberagung, Trimulyo, Wonokromo, Pleret, Jambidan, Wirokerten, Singosaren, Potorono, Baturetno, dan Banguntapan Bantul, Ringinharjo, Palbapang, Wirirejo, Triharjo, Mulyodadi, Sidomulyo, Tirtomulyo, Srigading, Gadingharjo, Gadingsari, Murtigading, Poncosari, dan Trimurti Bantul,Ringinharjo, Trirenggo, Palbapang, Patalan, Sumbermulyo, Mulyodadi, Triharjo Panjangrejo, Sidomulyo, Donotirto, Tirtosari dan Parangtritis Bangunharjo, Panggungharjo, Timbulharjo, Sabdodadi, Trirenggo, Bantul, Ringinharjo, Guwosari, Gadingsari, dan Triwidadi Luas wilayah (Km) 31,807

Bantul - Imogiri -Pundong Bantul - Kasihan - Sedayu Imogiri - Dlingo -Munthuk Imogiri - Pleret Piyungan Bantul - Pleret Banguntapan

23

35,676

21

37,795

24

36,357

25

37,652

Bantul - Pandak - Srandakan

25

38,642

Bantul Parangtritis Sewon - Bantul Pajangan

22

39,372

22

27,284

244

C. Tingkat Aksesibilitas Rute Alternatif Tingkat aksesibilitas rute alternatif angkutan umum perdesaan memiliki rata-rata sebesar 0,6576 Km/Km. Tingkat aksesibilitas rute alternatif angkutan umum perdesaan Bantul dapat dilihat pada Gambar 4. berikut ini.
Aksesibilitas Angkutan Umum Perdesaan
1,00 0,8074 0,80 Aksesibilitas 0,60 0,40 0,20 0,00 0,7231 0,6447 0,5556 0,6601 0,6640 0,6470 0,5588

Jalur Angkutan Umum

Gambar 4. Tingkat Aksesibilitas Rute Alternatif Angkudes Bantul Misal : Rute A Panjang rute (L) : 22 Km Luas yang dilayani : Bantul = 0,873 Km Ringinharjo = 0,554 Km Trirenggo = 1,220 Km Sabdodadi = 0,773 Km Sumberagung = 2,117 Km Karangtalun = 0,403 Km Imogiri = 0,830 Km Kebonagung = 1,870 Km Sriharjo = 6,320 Km Karangtengah = 2,880 Km Seloharjo = 5,550 Km Panjangrejo = 2,885 Km Srihandono = 6,870 Km Luas wilayah total (A) = 31,807 Km 22 Tingkat aksesibilitas (K) = = 0,7231 Km/Km 31,807 D. Analisis Komparasi Rute Angkutan Umum Perdesaan Saat Ini Dengan Rute Alternatif Pada perencanaan rute alternatif, ada beberapa rute angkutan yang ada digunakan, namun rute tersebut diperluas wilayah pelayanannya. Tetapi ada juga rute alternatif yang berbeda jauh dari rute saat ini. Salah satu perbedaan yang cukup mencolok antara kedua rute ini adalah tujuan dan panjang rute angkutan umum perdesaan. Sebagai konsekuensi dari perbedaan rute angkutan umum perdesaan, maka wilayah pelayanan dan tingkat aksesibilitas jangkutan umum perdesaan juga memiliki perbedaan antara rute yang ada dengan rute alernatif, baik pelayanan terhadap kecamatan maupun pelayanan terhadap desa yang ada di Kabupaten Bantul. Lebih jauh, perbedaan tujuan dan panjang rute antara rute yang telah ada dengan rute alternatif dapat dilihat pada Tabel 5. berikut ini.

245

Tabel 5. Komparasi Rute Saat Ini Dengan Rute Alternatif


Rute Saat Ini Jalur A B C D E G H Depok Kecamatan yang Dilayani Bantul, Jetis dan Imogiri Bantul, Kasihan dan Sewon Imogiri dan Dlingo Imogiri dan Dlingo Bantul, Jetis dan Pleret Bantul, Jetis dan Pundong Bantul dan Pajangan Bantul, Kretek, dan Bambanglipuro Luas (Km) 10,464 18,928 18,862 23,253 21,391 20,424 10,207 36,496 Tingkat Aksesibilitas (Km/Km) 1,1468 0,6868 0,4770 0,3871 0,7012 0,6365 0,4899 0,6028 Jalur A B C D E F G H Rute Alternatif Kecamatan yang Dilayani Bantul, Jetis, Imogiri dan Pundong Bantul, Sewon, Kasihan, dan Sedayu Imogiri dan Dlingo Imogiri, Pleret, Jertis, dan Piyungan Bantul, Jetis, Pleret, dan Banguntapan Bantul, Pandak, Kretek, Sanden, Srandakan, dan Bambanglipuro, Bantul , Bambanglipuro, Pundong, dan Kretek Sewon, Bantul, dan Pajangan Luas (Km) 31,807 35,676 37,795 36,357 37,652 38,642 39,372 27,284 Tingkat Aksesibilitas (Km/Km) 0,7231 0,6447 0,5556 0,6601 0,6640 0,6470 0,5588 0,8074

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Parameter yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat aksesibilitas angkutan umum perdesaan bantul adalah : a. Panjang rute dan luas wilayah pelayanan rute b. Tingkat perpindahan angkutan umum yang dilakukan oleh penumpang. c. Waktu perjalanan menggunakan angkutan umum perdesaan, terdiri atas : Waktu tunggu angkutan umum perdesaan Waktu dan jarak berjalan kaki dari asal menuju tempat pemberhentian angkudes dan dari angkudes menuju tujuan akhir perjalanan. Lama dan jarak perjalanan dengan menggunakan angkudes. d. Biaya perjalanan dengan menggunakan angkutan umum perdesaan. 2. Aksesibilitas rata-rata angkutan umum perdesaan tiap jalur adalah 0,6410 Km/Km. Nilai aksesibilitas angkudes tiap jalur dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Nilai Aksesibilitas Rute Angkutan Umum Perdesaan Bantul
No Jalur A B C D E G H Depok Panjang Trayek (Km) 12 13 9 9 15 13 5 22 Luas wilayah (Km) 10,464 18,928 18,862 23,253 21,391 20,424 10,207 36,496 Tingkat Aksesibilitas (Km/Km) 1,1468 0,6868 0,4770 0,3871 0,7012 0,6365 0,4899 0,6028

246

3. Berdasarkan parameter aksesibilitas, angkutan umum perdesaan Bantul berdasarkan perjalanan penumpang memiliki tingkat aksesibilitas yang baik. 4. Rute alternatif angkutan umum perdesaan Kabupaten Bantul memiliki ratarata tingkat aksesibilitas sebesar 0,6576 Km/Km, sedangkan rute yang ada saat ini angkutan umum perdesaan Bantul memiliki rata-rata tingkat aksesibilitas sebesar 0,6410 Km/Km. 5. Dilihat dari luas pelayanan, rata-rata luas wilayah pelayanan rute alternatif lebih besar daripada rute yang telah beroperasi di Kabupaten Bantul saat ini, yakni 20,0031 Km berbanding dengan 35,5685 Km. Selain itu, jumlah kecamatan yang dilayani oleh rute rencana lebih banyak dari rute saat ini. B. SARAN Adapun saran yang dapat dikemukakan antara lain : 1. Dalam perencanaan rute angkutan umum perdesaan, bukan hanya permintaan akan jasa angkutan saja yang diperlukan, tetapi juga diperlukan analisis mengenai tingkat aksesibilitas rute yang akan direncanakan. 2. Diperlukan penelitian mengenai kemungkinan aplikasi rute alternatif pada operasional angkutan umum perdesaan di Kabupaten Bantul. 3. Perlunya penelitian untuk menentukan standar tingkat aksesibilitas angkutan umum perdesaan.

247

Anda mungkin juga menyukai