Anda di halaman 1dari 17

1. Dengue Fever demam tinggi terus menerus 6-7 hari, disertai adanya tanda perdarahan, contohnya ruam.

Ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang. Selain itu tanda dan gejala lainnya adalah sakit perut, rasa mual, trombositopenia, hemokonsentrasi, sakit kepala berat, sakit pada sendi (artralgia), sakit pada otot (mialgia) demam tanpa adanya sumber infeksi, ruam petekial dengan trombositopenia dan leukopenia relatif. DHF : ada perdarahan DSS : DBD ditambah dengan syok / presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian 2. Demam Tifoid

demam tinggi dari 39 sampai 40 C (103 sampai 104 F) yang meningkat secara perlahan tubuh menggigil denyut jantung lemah (bradycardia) badan lemah ("weakness") sakit kepala nyeri otot myalgia kehilangan nafsu makan konstipasi sakit perut pada kasus tertentu muncul penyebaran vlek merah muda ("rose spots")

3. Malaria malaria tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax, dengan gejala demam dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi Malaria kuartana yang disebabkan oleh Plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala tersebut kemudian akan terulang kembali setiap 3 hari Pemeriksaan laboratorium : parasitologi, darah tepi lengkap, uji fungsi hati, uji fungsi ginjal dan lain-lain untuk mendukung/menyingkirkan diagnosis/komplikasi lain, misal :: punksi lumbal, foto thoraks, dan lain-lain. 4. Anemia Defisiensi Besi pada Anak white) Papil lidah atrofi : lidah tampak pucat, licin, mengkilat, merah, Lemas, pucat dan cepat lelah Sering berdebar-debar Sakit kepala dan iritabel Pucat pada mukosa bibir dan faring, telapak tangan dan dasar kuku Konjungtiva okuler berwarna kebiruan atau putih mutiara (pearly

meradang dan sakit. Jantung dapat takikardi Jika karena infeksi parasit cacing akan tampak pot belly

Penderita defisiensi besi berat mempunyai rambut rapuh, halus serta

kuku tipis, rata, mudah patah dan berbentuk seperti sendok.


Kadar Hb <10 g/dL, Ht menurun MCV <80, MCHC <32 % Mikrositik hipokrom, poikilositosis, sel target SSTL sistem eritropoetik hiperaktif SI menurun, IBC meningkat

5. Anemia Defisiensi Asam Folat pada Anak


pucat lekas letih dan lemas berdebar-debar pusing dan sukar tidur tampak seperti malnutrisi glositis berat (radang lidah disertai rasa sakit) diare dan kehilangan nafsu makan

Hb menurun, MCV >96 fL Retikulosit biasanya berkurang Hipersegmentasi neutrofil Aktivitas asam folat dalam serum rendah (normal antara 2,1-2,8 mg/ml) SSTL eritropoetik megaobalstk, granulopoetik, trombopoetik 6. Anemia Aplastik pada Anak disebabkan oleh :

radiasi sinar rontgen dan sinar radioaktif zat kimia seperti benzena, insektisida, As, Au, Pb obat seperti kloramfenikol, busulfan, metotrexate, sulfonamide, fenilbutazon. Individual seperti alergi Infeksi seperti IBC milier, hepatitis Lain-lain seperti keganasan, penyakit ginjal, penyakit endokrin Yang paling sering bersifat idiopatik Pucat, lemah, anorexia, palpitasi Sesak napas karena gagal jantung Aplasi sistem hematopoetik seperti ikterus, limpa/hepar membesar, KGB membesar

Anemia karena eritropoetik menurun eritrosit menurun

retikulositopenia,Hb,Ht,

Perdarahan oleh karena trombopoetik menurun trombositopenia Rentan menurun terhadap infeksi netropenia oleh karena granulopoetik

Bersifat berat dan serius Anemia hipokrom normositik dan makrositik Retikulosit menurun Leukopenia Trombositopenia Kromosom patah

SSTL hipoplasia / aplasia yang diganti oleh jaringan lemak atau jaringan penyokong

7. Anemia Hemolitik Gejala klinis dan laboratorium

Kelaian darah

Berupa anemia berat tipe mikrositik karena sintesis HbA menurun, penghancuran eritrosit meningkat dan defisiensi asam folat.

Kelainan organ

karena proses penyakit dan hemosiderosis karena transfusi. Berupa hepatomegali splenomegali, pada anak yang besar disertai gizi yang jelek dan muka fasies mongoloid. tulang medula lebar, kortek tipis sehingga mudah fraktur dan trabekula kasar, tulang tengkorak memperlihatkan diploe dan brush appereance. Gangguan pertumbuhan berupa pendek, menarche, gangguan pertumbuhan sex sekunder, perikarditis dan kardiomegali dapat menyebabkan dekomp kordis.

Darah tepi

Mikrositik hipokrom, jumlah retikulosit meningkat, pada hapusan darah tepi didapatkan anisositosis, hipokromi, poikilositositosis, sel target. Kadar besi dalam serum (SI) meninggi dan daya ikat serum besi (IBC) menjadi rendah. Hemoglobin mengandung kadar HbF yang tinggi lebih dari 30%. Di indonesia kira-kira 45% penderita talasmeia juga mempunyai HbE, penderita talasemia HbE maupun HbS secara klinis lebih ringan dari talasemia mayor.

Umumnya datang ke dokter pada umur 4-6 tahun sedang talasemia mayor gejala sudah tampak pada umur 3 bulan. Penderita talasemia HbE dapat hidup hingga dewasa. 8. Campak (Measles, Rubeola) 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu berupa: - Panas badan - nyeri tenggorokan - hidung meler ( Coryza ) - batuk ( Cough ) - Bercak Koplik - nyeri otot mata merah ( conjuctivitis ) 2-4 hari kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik). Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah timbulnya gejala diatas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar. Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas serta suhu tubuhnya mencapai 40 Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang. Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari. 9. Cacar (Varicella simplex)

Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti timbul di anggota gerak dan wajah. Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi. Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang. 10. Rubela

Pembengkakan pada kelenjar getah bening. Demam diatas 38 derajat Celsius. Mata terasa nyeri. Muncul bintik-bintik merah di seluruh tubuh.

Kulit kering. Sakit pada persendian. Sakit kepala. Hilang nafsu makan.

11. Sitomegalovirus
1. Mononukleosis-like syndrome yaitu demam yang tidak teratur

selama 3 minggu. Secara klinis timbul gejala lethargi, malaise dan kelainan hematologi yang sulit dibedakan dengan infeksi mononukleosis ( tanpa tonsilitis atau faringitis dan limfadenopati servikal ). Kadang-kadang tampak gambaran seperti hepatitis dan limfositosis atipik. Secara klinis infeksi sitomegalovirus juga mirip dengan infeksi virus Epstein-Barr dan dibedakan dari hasil tes heterofil yang negatif. Gejala ini biasanya self limitting tetapi komplikasi serius dapat pula terjadi seperti hepatitis, pneumonitis, ensefalitis, miokarditis dan lain-lain. Penting juga dibedakan dengan toksoplasmosis dan hepatitis B yang juga mempunyai gejala serupa.

2. Sindroma post transfusi. Viremia terjadi 3 8 minggu setelah transfusi. Tampak gambaran panas kriptogenik, splenomegali , kelainan biokimia dan hematologi. Sindroma ini juga dapat terjadi pada transplantasi ginjal.

3. Penyakit sistemik luas antara lain pneumonitis yang mengancam jiwa yang dapat terjadi pada pasien dengan infeksi kronis dengan

thymoma atau pasien dengan kelainan sekunder dari proses imunologi ( seperti HIV tipe 1 atau 2 ). 1. peningkatan titer antibodi anti sitomegalovirus sebesar lebih dari 4 kali (konversi serologi 2. Adanya antibodi IgM ibu, atau 3. Isolasi virus. 12. Thalassemia ejalanya seperti anemia dengan gejala tambahan pucat, sulit tidur, lemas, kurang nafsu makan atau infeksi yang kerap berulang. Pemriksaan hapusan darah tepi : hipokrom mikrositik

13. Leukemia anak Hipertrofi gusi terutama terjadi pada LMA. Infiltrasi ke kulit, yang dapat terjadi pada kelompok resiko standar dan tinggi, sering terjadi di kulit kepala, dan dapat merupakan gejala dini dari leukemia. Pada anak laki-laki, infiltrasi ke testis menyebabkan pembesaran testis yang tidak nyeri pada salah satu atau kedua testis, hal ini nantinya akan mempengaruhi prognosis karena menyebabkan kambuh. Umumnya gejala pada anak yang menderita LMA merupakan akibat dari gangguan sumsum tulang, seperti pada LLA, dan infiltrasi pada organ. Pembengkakan jaringan lunak di orbita dan gusi lebih menonjol. Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang, dan dilengkapi dengan pemeriksaan radiografi dada, cairan serebrospinal, dan beberapa pemeriksaan penunjang

lainnya. Cara ini dapat mendiagnosis sekitar 90% kasus, sedangkan sisanya memerlukan pemeriksaan lebih lanjut, yaitu sitokimia, imunologi, sitogenetika dan biologi molecular 14. Influenza anak Masa inkubasi biasanya hanya 2 hari, tetapi dapat bervariasi antara 1 sampai 5 hari. Tingkat keparahan influenza tergantung pada riwayat imunologik terdahulu dengan antigen varian virus. Secara umum, hanya 50% dari orang yang terinfeksi influenza akan timbul gejala klinis klasik influenza. Penyakit influenza klasik ditandai dengan demam, mialgia, sakit tenggorokan, dan batuk yang tidak produktif secara tiba-tiba. Demam berkisar antara 38,3-38,9C. Gejala demam muncul secara mendadak sehingga pasien dapat memberitahukan waktu yang tepat kapan demam muncul. Mialgia terutama dirasakan di otot punggung. Batuk terjadi sebagai akibat destruksi epitel trakea. Gejala tambahan lain dapat berupa rinorea, sakit kepala, rasa terbakar substernal dan gejala okular (nyeri dan sensitif terhadap cahaya).

Gejala sistemik dan demam biasanya berlangsung selama 23 hari, jarang yang lebih dari 5 hari. Gejala akan berkurang dengan pemberian asetosal atau asetaminofen. Asetosal tidak boleh diberikan pada bayi, anak-anak, maupun remaja karena risiko terjadinya sindrom Reye setelah infeksi influenza. Penyembuhan biasanya cepat, tetapi beberapa orang akan menjadi astenia dan depresi selama beberapa minggu. 15. Diare pada Anak

a.Sering buang air besar lebih dari 3 kali dan dengan jumlah 200 250 gr. b.Anorexia. c.Vomiting. d.Feces encer dan terjadi perubahan warna dalam beberapa hari. e.Terjadi perubahan tingkah laku seperti rewel, iritabel, lemah, pucat, konvulsi, flasiddity dan merasa nyeri pada saat buang air besar. f.Respirasi cepat dan dalam. g.Kehilangan cairan/dehidrasi dimana jumlah urine menurun, turgor kulit jelek, kulit kering, terdapat fontanel dan mata yang cekung serta terjadi penurunan tekanan darah. 1.Dehidrasi 2.Hipokalemi. 3.Hipokalsemi 4.Cardiac 5.Hiponatremi. 6.Syok 7.Asidosis. 16. Epiglotitis

disrythmias hipovolemik

demam tinggi mendadak & berat, nyeri tenggorok, sesak nafas, obstruksi sal respiratori yang progresif obstruksi total Anak yang lebih besar : nyeri tenggorok, disfagia, posisi duduk, badan membungkuk ke depan dengan mulut terbuka dan ekstensi leher ( sniffing position )

Anak yang lebih kecil : panas tinggi, afonia, lidah terjulur, respiratory distress, stridor inspirasi.

epiglotis besar, bengkak, merah ceri.

suspect epiglotitis : jangan menggunakan spatula

lidah : refleks laringospasme, obstruksi total akut, aspirasi sekret, henti cardiorespirasi 17. Croup Syndrome keadaan klinik ditandai oleh batuk, suara parau (serak) dan stridor inspirasi dengan atau tanpa adanya stress pernafasan kategori: Ringan : batuk keras menggonggong, stridor tidak muncul, saat istirahat dan retraksi dinding dada ringan. Sedang : batuk menggonggong sering timbul, stridor terdengar saat pasien beristirahat, retraksi dinding dada sedikit terlihat, tidak ada respiratory distress. Berat : batuk menggonggong, stridor inspirasi terdengar jelas, stridor expirasi kadang terdengar, retraksi dinding dada, respirasi distress Gagal napas mengancam : batuk tidak jelas, stridor, gangguan kesadaran dan letargi. 18. Bronkitis Akut Viral pada Anak
-

Biasa mengikuti infeksi sal. napas rhinitis, faringitis Klinis: batuk 3-4 hr stlh. rhinitis keras & kering produktif

- Dapat terjadi muntah & keluhan nyeri dada

auskultasi

tidak

khas

pada

stadium

awal stadium lanjut: ronkhi kasar, suara napas berat & kasar, wheezing, atau kombinasi 19. Bronkitis Akut Bakterial pada Anak Stadium prodromal : 1-2 hari demam dan gejala sal pernafasan bagian atas, gejala ini sering tidak nyata.
Stadium trakeobronkial : 4-6 hari, demam, batuk mula-mula non

produktif dan kemudian timbul ekspektorasi, demam biasanya tidak tinggi.


Stadium rekovalesen : panas turun, batuk berkurang, kemudian

sembuh. Pada stadium ini sering tjd infeksi sekunder oleh bakterial.
Demam, 37,8 39 C Batuk, mula-mula kering kemudian berdahak, anak besar purulen,

anak kecil : sekret merangsang muntah Nyeri waktu batuk Gx rinitis Faring hiperemis Ronki basah kasar (khas) 20. Bronkiolitis Diagnosis bronkiolitis :

mengi (wheezing) dan hiperventilasi (gejala utama).

didahului infeksi saluran napas atas (batuk dan pilek). ekspirium memanjang, ronki basah halus nyaring pada akhir atau awal ekspirasi.

kenaikan suhu tubuh tidak tinggi / subfebril (jarang). Kasus ringan : gejala menghilang 1 3 hari. Dalam 1 2 hari, gejala bertambah berat : gelisah, Frekuensi pernapasan meningkat (> 60/menit), retraksi serta sianosis. Manifestasi klinis berat : apnea dan kegagalan karena tertekan oleh paru yang hiperinflasi).
Laboratorium : tidak spesifik. AL berkisar 500024.000/ l.

napas

cuping hidung, penggunaan otot pernapasan tambahan dan pernapasan.

Hepar dan lien teraba (akibat pendorongan diafragma

Jika lekositosis infeksi sekunder bakteri. AGD : asidosis metabolik atau respiratorik (keadaan berat). Pemeriksaan nasofaring : untuk virus dengan deteksi antigen atau dengan biakan.
Gambaran radiologis : Normal; atau menunjukkan hiperinflasi paru,

diameter anteroposterior meningkat pada foto lateral, diafragma mendatar, penonjolan daerah retrosternal dan pelebaran interkostal. Sebagian besar : infiltrat peribronkial, konsolidasi infiltrat. 21. Pneumonia pada Anak
Gambaran radiologis : Normal; atau menunjukkan hiperinflasi paru,

diameter anteroposterior meningkat pada foto lateral, diafragma mendatar, penonjolan daerah retrosternal dan pelebaran interkostal. Sebagian besar : infiltrat peribronkial, konsolidasi infiltrat.
Retraksi, grunting

Takipnu
Auskultasi : rales, ronki basah halus/ fine crackles.

Ro: infiltrat, konsolidasi lekositosis (>15.000/ul) sering dijumpai


dominasi netrofil (pergeseran ke kiri) bakteri

LED dan CRP tidak khas Rhinitis pada Anak inkubasi vi Influenza 1-7 hari, rata-rata 7-14 hari ( 3 mgg ) Sekret hidung jernih dan encer, demam ( 1-3 hari ) kental dan purulen ( jumlah PMN & deskuamasi sel epitel ) Kehijauan ( aktivitas enzim PMN ) Hidung tersumbat, bersin, coryza, iritasi faring, demam tidak tinggi. Edema & eritema mukosa hidung, limfadenopati servikalis anterior. Kelainan pada telinga tengah : vi di nasofaring sebabkan disfungsi tuba eustachius 22. Faringitis Semua infeksi akut pada faring, termasuk tonsilitis ( tonsilofaringitis ) Berlangsung 14 hari > 1 tahun, puncak pada usia 4-7 tahun abN tekanan telinga tengah.

23. Faringitis karena Streptokokus Awitan akut, disertai mual dan muntah Faring hiperemis Demam Nyeri tenggorokan Tonsil bengkak dengan eksudasi KGB leher bengkak dan nyeri Uvula bengkak dan merah Ekskoriasi hidung disertai lesi impetigo sekunder Ruam skarlatina Petekiae palatum mole 24. Faringitis karena non Streptokokus Usia di bawah 3 tahun Awitan bertahap Kelainan melibatkan beberapa mukosa Konjungtivitis, diare, batuk, pilek, suara serak Mengi, ronki di paru Eksantem ulseratif 25. Faringitis Difteri membran asimetris , berdarah , warna kelabu pada faring di anterior tonsil sampai palatum mole dan/ uvula 26. Demam Reumatik Kriteria mayor:

Karditis Poliartritis Korea Nodus subcutan Eritema marginatum. Kriteria Minor Riwayat demam reumatik sebelumnya Kelainan jantung rematik Artralgia Demam. Lab: - LED meninggi - CRP positif - Leukositosis - Anemia - EKG : perubahan terutama PR memanjang 28. Intoleransi Laktosa Laktosa loading test : pemberian laktosa 2 g/kg BB setelah puasa, ukur tiap jam selama 2 jam

Positif : grafik mendatar/ GD < 25%

Barium meal lactose : positif : keluar cepat ( 1 jam): sedikit yang diabsorbsi. Biopsi mukosa usus halus.

Anda mungkin juga menyukai