Anda di halaman 1dari 5

FILOSOFI NALAR HUKUM ISLAM By: Shbt Ahmad Rosyidin Abstraksi Sepanjang sejarah keberagamaan umat Islam selalu

berusaha bagaimana mereka hidup sesuai dengan tuntutan teks agama disatu pihak dan di lain pihak mereka pun har us selalu menyesuaikan diri pada perkembangan jaman. Bagaimana mereka dapat meng ikuti perubahan tetapi tetap berpegang teguh pada asas-asas pokok yang ditetapka n agama?. Sehingga mereka pun menetapkan sumber hukum islam (al-Mashodiru al-Tasyri) sebaga i berikut ; al-Quran, al-Hadits, Ijtihad. Lahirlah dari ijtihad: Ijma, Qiyas, Masl ahah Mursalah, Urf. Dan sebagai pisau analisanya adalah Ushul Fiqh Yang dibidani oleh para intelektual muslim antara lain; Aimatul Madzahib dengan para pengikutn ya, Imam Haramain, Imam Ghozali, Ibnu Rusy, as-Satiby dll. Berdasarkan sumber hukum Islam inilah umat islam berprilaku dan bertindak. Namun ketika perkembangan ilmu pengetahuan melesat jauh melampaui bidang lainnya seh ingga, tersingkaplah sekat antara Barat dan Timur yang berujung pada terjadiny a percampuran ras, etnik, budaya bahkan inteletualitas sehingga menyentuh pada kesadaran keberagamaan umat Islam yang selama ini jauh tertinggal dan terbelakan g dalam segala hal dari umat lainnya. Dari sini lah kemudian timbul pemikiran te ntang bagaimana Rekonstruksi-Dekonstruksi Syariah. Ajaran yang Antroposentris, Is lam Kontekstulis, Islam Inklusif, Kiri Islam, Islam Sosialis. Agama Humanis-Inte gratif, Islam Progressif, yang dibidani oleh para pemikir Islam antara lain; atTufi (maslahah), Fazlur Rahman (Nadzariyatu al-Hudud ), ali asgar (Islam Sosiali s), Nasr Hamid Abu Zaid, (autentisitas) . Key Words al-Mashodiru al-Tasyri, Rekonstruksi-Dekonstruksi Syariah, Falsafah al-Islamiyah, Tekstualis-Kontektualis Teosentris Antroposentris. Pendahuluan Kelahiran filsafat di Yunani sekitar abad 6-4 SM telah membawa angin segar bagi Eropa dan benua lainnya dari mitologis ke rasional. Angin segar itu juga menerp a dunia Islam pada abad ke-2 setelah Rasulullah wafat. Walaupun enggak begitu de ras. Ketika filsafat masuk pada romawi klasik maka filsafat itu merubah keyakina n agama kewahyuan menjadi doktrin-doktrin yang bernuansa mitologis. Tetapi keti ka filsafat masuk pada dunia Islam maka filsafat itu bagaikan sebuah kekuatan ek stra. Di tangan para pemikir muslimlah filsafat itu melahirkan berbagai disiplin ilmu dari tataran pengetahuan ketataran pengetahuan praksis antara lain; Filsaf at Hukum yang melahirkan prinsip-prinsip hukum serta metodologinya (Ushul Fiqh); Ilmu Sejarah beserta metodologinya yang kemudian digunakan secara spesifik dala m Musthalah Hadits, selain Ilmu Sejarah itu sendiri (Tarikh); Ilmu Kedokteran, I lmu Kimia, Ilmu Bumi, Ilmu Antariksa atau Astronomi, Matematika dan lain sebagai nya. Bahkan, dalam Ilmu bahasa, Retorika dan Logika berkembang selain ilmu-ilmu Tata-Bahasa, Mantik Ilmu Penafsiran (Hermenetika, Interpretasi); serta ilmu-ilmu lainnya. Tahlilul Lafdzi Filosofi Nalar an : Hakekat kebenaran : Pertimbangan akal budi manusia, cara pemecahan masalah persoal

Hukum : Peratuaran yang dibuat dan disepakati baik secara tertulis ma upun tidak tertulis; peraturan, undang-undang yang mengikat perilaku setiap masyarakat terte ntu Islam : Patuh, tunduk, selamat,

Jadi Filosofi Nalar Hukum Islam adalah sebuah hakikat kebenaran yang didasarkan pada pertimbangan akal budi manusia terhadap suatu hukum yang diorientasikan unt uk mengikat prilaku penganutnya agar patuh dan tunduk terhadap hukum tersebut de ngan tujuan dapat tercapai hakikat hidup manusia. al-Bahts al-Ijmali Ketika kita berbicara tentang bagaimana Filsafat Hukum Islam maka akan kita temu kan pembahasan itu kembali pada Ushul Fiqh. Sebagai the queen of Islamic science s, ushul fiqih memegang peranan penting dan strategis dalam melahirkan ajaran Is lam rahmatan lil lamn. Wajah kaku dan keras ataupun lembut dan humanis dari ajaran Islam sangat ditentukan oleh bangunan ushul fiqh itu sendiri. Sebagai mesin produ ksi hukum Islam, ushul fiqh menempati poros dan inti dari ajaran Islam. Ushul fiq h menjadi arena untuk mengkaji batasan, dinamika dan makna hubungan antara Tuhan dan manusia. persoalan Ushul Fiqh berkaitan dengan interpretasi nash, mempergun akan konsep-konsep dalam prinsip ilmu tafsir seperti mengkaji makna umum dan khu sus, kontradiksi (ta rudl), dalil isyarat, mafhum mukhlafah dan lain sebagainya Ushul Fiqhh banyak berkutat pada wilayah privat dan domestik seperti perkawinan, waris, hak dan kewajiban suami-isteri, perlakuan terhadap jenazah dst. Untuk wi layah publik kontemporer tidak terlalu banyak disentuh oleh literatur ushul fiqh klasik yang ada selama ini seperti bagaimana kebijakan fiskal dan moneter, eksp or-impor, etika dan ketentuan bergaul dalam masyarakat multikultur dan multireli jius, pemanfaatan sarana informasi teknologi dalam ibadah, menangkal kejahatan b erbasis cyber crime, bom bunuh diri ala teroris yang diyakini sebagai jihad fi s abilillah, isu HAM dan gender, traficking, kapitalisasi ekonomi, bentuk ketaatan terhadap ulil amri dalam konteks sistem pemerintahan modern yang sekuler dan la in sebagainya.. Ketidak beranian melakukan penelitian dan kajian kritis itu kemudian dirasionali sasikan dengan argumen: Apa yang telah dihasilkan para imam mazhab dan para pend ukungnya sudah final dan apapun produk pemikiran mereka harus diterima sebagai b erlaku sekali untuk selamanya. Akibatnya, tradisi keilmuan yang berlangsung kemud ian adalah tradisi syarh dan hsyiah atas matn yang dirumuskan oleh ulama terdahul unya. Generasi berikutnya merasa sudah cukup atas temuan dan rumusan yang dibuat oleh generasi terdahulu, mereka hanya memoles (talwis) dan mengomentari serta m emberikan anotasi secukupnya tanpa daya kritis sedikitpun. Kritik Nalar Hukum Islam Metode Kritik Nalar Islam Kritik epistemik nalar Islam dan analisis dekonstruktif merupakan harga mati bag i Akoun guna mencapai kebangkitan kembali peradaban Islam yang sampai kini masih terkapar dalam hegemoni ortodoksi dan dogmatis. Kerja ilmiah ini digarap oleh A rkoun dengan cara mengkritik secara dekonstruktif terhadap mekanisme-mekanisme b erpikir konvensional yang telah memproduk sistem-sistem teologis dan keyakinan-k eyakinan yang amat varian dan, sebagai langkah kedua, kemudian merekonstruksi po ndasi-pondasi epistemiknya. adapun kritik Arkoun terhadap Ushul Fiqh dapat di ri ngkas sebagai berikut: Dalam ushul fiqh, Arkoun memilih Syafii sebagai sample. Pembacaannya terhadap al -Risalah karya Syafii sampai pada kesimpulan dan disederhanakan dalam poin-poin berikut: 1) Upaya Syafii menjustifikasi dan memberikan pembasisan terhadap suprem asi bahasa Arab sebagai bahasa transendental agama yang sacret; 2) pembasisan da n sakralisasi sunnah berdasarkan tafsiran skriptural atas teks-teks al-Quran dan teori sinonimitas (Qiyas). Akibatnya, sunnah menjadi transendental, ahistoris, dan terkuduskan sebagaimana kudusnya al-Quran; 3) Syafii telah berupaya menundukk an akal di bawah hegemoni teks. Kesimpulan Dalam nalar hukum islam perlu adanya penyegaran wacana sehingga ajaran-ajaran is lam yang selama ini teoposentris menjadi antroposentris, tidak hanya tekstualis tapi juga kontekstualis adanya keberpihakan kepada kaum papah sehingga doktrin-d oktrin yang ada tidak dijadikan sebagai alat hegemoni dan dominasi demi kepentin

gan kekuasaan. Sehingga Islam mampu menjadi ajaran yang rahmatan lil alamin , s ahlihun fi kuli zaman wa makan.

FILOSOFI NALAR HUKUM ISLAM By: Shbt Ahmad Rosyidin Abstraksi Sepanjang sejarah keberagamaan umat Islam selalu berusaha bagaimana mereka hidup sesuai dengan tuntutan teks agama disatu pihak dan di lain pihak mereka pun har us selalu menyesuaikan diri pada perkembangan jaman. Bagaimana mereka dapat meng ikuti perubahan tetapi tetap berpegang teguh pada asas-asas pokok yang ditetapka n agama?. Sehingga mereka pun menetapkan sumber hukum islam (al-Mashodiru al-Tasyri) sebaga i berikut ; al-Quran, al-Hadits, Ijtihad. Lahirlah dari ijtihad: Ijma, Qiyas, Masl ahah Mursalah, Urf. Dan sebagai pisau analisanya adalah Ushul Fiqh Yang dibidani oleh para intelektual muslim antara lain; Aimatul Madzahib dengan para pengikutn ya, Imam Haramain, Imam Ghozali, Ibnu Rusy, as-Satiby dll. Berdasarkan sumber hukum Islam inilah umat islam berprilaku dan bertindak. Namun ketika perkembangan ilmu pengetahuan melesat jauh melampaui bidang lainnya seh ingga, tersingkaplah sekat antara Barat dan Timur yang berujung pada terjadiny a percampuran ras, etnik, budaya bahkan inteletualitas sehingga menyentuh pada kesadaran keberagamaan umat Islam yang selama ini jauh tertinggal dan terbelakan g dalam segala hal dari umat lainnya. Dari sini lah kemudian timbul pemikiran te ntang bagaimana Rekonstruksi-Dekonstruksi Syariah. Ajaran yang Antroposentris, Is lam Kontekstulis, Islam Inklusif, Kiri Islam, Islam Sosialis. Agama Humanis-Inte gratif, Islam Progressif, yang dibidani oleh para pemikir Islam antara lain; atTufi (maslahah), Fazlur Rahman (Nadzariyatu al-Hudud ), ali asgar (Islam Sosiali s), Nasr Hamid Abu Zaid, (autentisitas) . Key Words al-Mashodiru al-Tasyri, Rekonstruksi-Dekonstruksi Syariah, Falsafah al-Islamiyah, Tekstualis-Kontektualis Teosentris Antroposentris. Pendahuluan Kelahiran filsafat di Yunani sekitar abad 6-4 SM telah membawa angin segar bagi Eropa dan benua lainnya dari mitologis ke rasional. Angin segar itu juga menerp a dunia Islam pada abad ke-2 setelah Rasulullah wafat. Walaupun enggak begitu de ras. Ketika filsafat masuk pada romawi klasik maka filsafat itu merubah keyakina n agama kewahyuan menjadi doktrin-doktrin yang bernuansa mitologis. Tetapi keti ka filsafat masuk pada dunia Islam maka filsafat itu bagaikan sebuah kekuatan ek stra. Di tangan para pemikir muslimlah filsafat itu melahirkan berbagai disiplin ilmu dari tataran pengetahuan ketataran pengetahuan praksis antara lain; Filsaf at Hukum yang melahirkan prinsip-prinsip hukum serta metodologinya (Ushul Fiqh); Ilmu Sejarah beserta metodologinya yang kemudian digunakan secara spesifik dala m Musthalah Hadits, selain Ilmu Sejarah itu sendiri (Tarikh); Ilmu Kedokteran, I lmu Kimia, Ilmu Bumi, Ilmu Antariksa atau Astronomi, Matematika dan lain sebagai nya. Bahkan, dalam Ilmu bahasa, Retorika dan Logika berkembang selain ilmu-ilmu Tata-Bahasa, Mantik Ilmu Penafsiran (Hermenetika, Interpretasi); serta ilmu-ilmu lainnya. Tahlilul Lafdzi Filosofi Nalar an Hukum : Hakekat kebenaran : Pertimbangan akal budi manusia, cara pemecahan masalah persoal : Peratuaran yang dibuat dan disepakati baik secara tertulis ma

upun tidak tertulis; peraturan, undang-undang yang mengikat perilaku setiap masyarakat terte ntu Islam : Patuh, tunduk, selamat,

Jadi Filosofi Nalar Hukum Islam adalah sebuah hakikat kebenaran yang didasarkan pada pertimbangan akal budi manusia terhadap suatu hukum yang diorientasikan unt uk mengikat prilaku penganutnya agar patuh dan tunduk terhadap hukum tersebut de ngan tujuan dapat tercapai hakikat hidup manusia. al-Bahts al-Ijmali Ketika kita berbicara tentang bagaimana Filsafat Hukum Islam maka akan kita temu kan pembahasan itu kembali pada Ushul Fiqh. Sebagai the queen of Islamic science s, ushul fiqih memegang peranan penting dan strategis dalam melahirkan ajaran Is lam rahmatan lil lamn. Wajah kaku dan keras ataupun lembut dan humanis dari ajaran Islam sangat ditentukan oleh bangunan ushul fiqh itu sendiri. Sebagai mesin produ ksi hukum Islam, ushul fiqh menempati poros dan inti dari ajaran Islam. Ushul fiq h menjadi arena untuk mengkaji batasan, dinamika dan makna hubungan antara Tuhan dan manusia. persoalan Ushul Fiqh berkaitan dengan interpretasi nash, mempergun akan konsep-konsep dalam prinsip ilmu tafsir seperti mengkaji makna umum dan khu sus, kontradiksi (ta rudl), dalil isyarat, mafhum mukhlafah dan lain sebagainya Ushul Fiqhh banyak berkutat pada wilayah privat dan domestik seperti perkawinan, waris, hak dan kewajiban suami-isteri, perlakuan terhadap jenazah dst. Untuk wi layah publik kontemporer tidak terlalu banyak disentuh oleh literatur ushul fiqh klasik yang ada selama ini seperti bagaimana kebijakan fiskal dan moneter, eksp or-impor, etika dan ketentuan bergaul dalam masyarakat multikultur dan multireli jius, pemanfaatan sarana informasi teknologi dalam ibadah, menangkal kejahatan b erbasis cyber crime, bom bunuh diri ala teroris yang diyakini sebagai jihad fi s abilillah, isu HAM dan gender, traficking, kapitalisasi ekonomi, bentuk ketaatan terhadap ulil amri dalam konteks sistem pemerintahan modern yang sekuler dan la in sebagainya.. Ketidak beranian melakukan penelitian dan kajian kritis itu kemudian dirasionali sasikan dengan argumen: Apa yang telah dihasilkan para imam mazhab dan para pend ukungnya sudah final dan apapun produk pemikiran mereka harus diterima sebagai b erlaku sekali untuk selamanya. Akibatnya, tradisi keilmuan yang berlangsung kemud ian adalah tradisi syarh dan hsyiah atas matn yang dirumuskan oleh ulama terdahul unya. Generasi berikutnya merasa sudah cukup atas temuan dan rumusan yang dibuat oleh generasi terdahulu, mereka hanya memoles (talwis) dan mengomentari serta m emberikan anotasi secukupnya tanpa daya kritis sedikitpun. Kritik Nalar Hukum Islam Metode Kritik Nalar Islam Kritik epistemik nalar Islam dan analisis dekonstruktif merupakan harga mati bag i Akoun guna mencapai kebangkitan kembali peradaban Islam yang sampai kini masih terkapar dalam hegemoni ortodoksi dan dogmatis. Kerja ilmiah ini digarap oleh A rkoun dengan cara mengkritik secara dekonstruktif terhadap mekanisme-mekanisme b erpikir konvensional yang telah memproduk sistem-sistem teologis dan keyakinan-k eyakinan yang amat varian dan, sebagai langkah kedua, kemudian merekonstruksi po ndasi-pondasi epistemiknya. adapun kritik Arkoun terhadap Ushul Fiqh dapat di ri ngkas sebagai berikut: Dalam ushul fiqh, Arkoun memilih Syafii sebagai sample. Pembacaannya terhadap al -Risalah karya Syafii sampai pada kesimpulan dan disederhanakan dalam poin-poin berikut: 1) Upaya Syafii menjustifikasi dan memberikan pembasisan terhadap suprem asi bahasa Arab sebagai bahasa transendental agama yang sacret; 2) pembasisan da n sakralisasi sunnah berdasarkan tafsiran skriptural atas teks-teks al-Quran dan teori sinonimitas (Qiyas). Akibatnya, sunnah menjadi transendental, ahistoris, dan terkuduskan sebagaimana kudusnya al-Quran; 3) Syafii telah berupaya menundukk an akal di bawah hegemoni teks.

Kesimpulan Dalam nalar hukum islam perlu adanya penyegaran wacana sehingga ajaran-ajaran is lam yang selama ini teoposentris menjadi antroposentris, tidak hanya tekstualis tapi juga kontekstualis adanya keberpihakan kepada kaum papah sehingga doktrin-d oktrin yang ada tidak dijadikan sebagai alat hegemoni dan dominasi demi kepentin gan kekuasaan. Sehingga Islam mampu menjadi ajaran yang rahmatan lil alamin , s ahlihun fi kuli zaman wa makan.

Anda mungkin juga menyukai