Anda di halaman 1dari 28

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri penggunaan teknologi dan informasi di dalam hampir setiap aspek kehidupan sangatlah tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Pola pikir dan pola hidup masyarakat seolah-olah telah didoktrin dan dipolakan untuk mengikuti perkembangan teknologi dan informasi yang semakin berkembang dengan pesat tiap waktunya yang tidak mengenal jarak, sehingga banyak orang yang bisa menyebutkan bahwa sebuah rezim baru telah muncul di dunia dengan daya tarik yang sangat tinggi serta memiliki daya globalitas yang tinggi. Penggunaan teknologi dan informasi secara khusus yang banyak digunakan oleh masyarakat dunia pada saat ini adalah komputer dan internet. Dua hal ini sangat berguna untuk memudahkan pekerjaan seorang manusia, karena perkembangan internet yang dapat mengakibatkan para penggunanya mengakses banyak data atau info tertentu yang mereka inginkan. Internet telah menciptakan cyberspace yang menciptakan sebuah ruang antara penggunanya dalam berkomunikasi yang menggunakan teknologi komputer dengan menciptakan suatu virtualitas atau menyebabkan penggunanya seolah-olah melakukan aktivitas tersebut di tempat yang sama atau berdekatan padahal jaraknya berjauhan. Seperti contohnya adalah e-learning atau pembelajaran elektronik. Jenis pembelajaran ini memungkinkan pengajar dan muridnya tidak bertemu secara konvensional dalam suatu kelas untuk membahas pelajaran, tetapi cukup menggunakan teknologi internet serta webcam untuk bertatap muka dan membahas pelajaran, sehingga memungkinkan terjadinya pembelajaran antarnegara dan juga dapat lebih mengurangi biaya karena si murid tidak perlu jauh-jauh belajar ke negeri lain. Elearning ini juga sangat memudahkan dalam berbagi pengetahuan atau info atau bahan ajar yang ingin dibagi oleh pengajar dan juga siswanya tersebut.

Layaknya sebuah pisau yang memiliki dua mata. Dimana pisau tersebut dapat sangat memudahkan manusia dalam mengerjakan sesuatu, pisau juga sangat berbahaya apabila salah menyalahgunakannya. Itu juga yang terjadi pada penggunaan teknologi dan informasi khususnya komputer dan internet. Banyak manfaat internet yang bisa didapatkan oleh para penggunanya, tetapi banyak juga kerugian yang mungkin saja didapat oleh para pengguna internet seperti misalnya mengalami kejahatan di dalam dunia maya atau biasa disebut cybercrime atau kejahatan dunia maya. Contohnya penipuan, pencurian, dan pengancaman secara online. Kejahatan dalam dunia maya ini semakin marak terjadi karena semakin mudahnya akses penggunaan internet, makin mudah ditemui serta peluang untuk tertangkap sangatlah kecil karena pada umunya tingkat kesulitan untuk melacak pelaku kejahatan tersebut sangat besar. Hal ini sangat merugikan masyarakat, maupun negara disamping juga akan menimbulkan kejahankejahatan baru karena kemudahannya tersebut. Seperti diungkapkan oleh Perusahaan Security Clear Commerce di Texas,USA, Indonesia menduduki peringkat kedua dalam kejahatan Carding. Hampir ratusan nasabah dirugikan karena kejahatan jenis ini. Para pelaku menggunakan nomor kartu kredit yang sebelumnya telah dibajaknya untuk memesan barang secara online. Memperhatikan dari banyaknya kejahatan dunia maya, pemerintah sangat mengupayakan pemberantasan kejahatan tersebut, seperti UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Sistem ekonomi. Akan tetapi tetap ditemui banyak kendala yang dihadapi dalam penegakkan hukum pada kejahatan dunia maya dengan cara pembuatan UU. Pembuatan UU ini dikatakan memiliki kendala karena kecepatan perkembangan teknologi dengan lama dan rentang waktu pembaruan UU kadang tidak sejalan. Oleh karena itulah diperlukan tindakan yang lebih efisien dan selektif dalam penanggulangan berkembangnya kejahatan dunia maya tersebut. Akan tetapi muncul banyak pertanyaan apakah hanya sekedar mengetuk pintu (port scanning) pada komputer lain sudah termasuk kejahatan maya. Masih banyak yang perlu ditelaah lagi tentang kejahatan dunia maya tersebut, karena masyakat pada umumnya dan mahasiswa pada khususnya harus mengetahui batasan-batasan serta 2

pengkategorian kejahatan dunia maya tersebut untuk tidak menyalahartikan suatu tindakan baru yang mungkin akan dicurigai sebagai kejahatan dunia maya. Menindaklanjuti dari maraknya kejahatan dunia maya tersebut, sangatlah perlu untuk membahas dan mengupas kejahatan dunia maya tersebut sehingga dapat ditemukan solusi yang tepat untuk menanggulanginya. 1.2 Rumusan Masalah Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam paper ini adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1.3 Apa pengertian dan konsep umum cyberethic dan cybercrime? Apa saja jenis-jenis cybercrime ? Apa saja penyebab terjadinya cyberethic dan cybercrime ? Apa saja contoh kasus cybercrime yang terjadi di Indonesia ? Bagaimana dampak cybercrime terhadap kehidupan ? Bagaimana penanggulangan cybercrime di Indonesia ?

Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan paper ini adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Untuk mengetahui pengertian dan konsep umum cyberethic dan cybercrime Untuk mengetahui jenis-jenis cybercrime Untuk mengetahui penyebab terjadinya cyberethic dan cybercrime Untuk mengetahui contoh kasus cybercrime yang terjadi di Indonesia Untuk mengetahui dampak cybercrime terhadap kehidupan Untuk mengetahui penanggulangan cybercrime di Indonesia

1.4

Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan paper ini adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Mengetahui pengertian dan konsep umum cyberethic dan cybercrime Mengetahui jenis-jenis cybercrime Mengetahui penyebab terjadinya cyberethic dan cybercrime Mengetahui contoh kasus cybercrime yang terjadi di Indonesia Mengetahui dampak cybercrime terhadap kehidupan Mengetahui penanggulangan cybercrime di Indonesia

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Ethics 2.1.1 Pengertian dan Hubungan antara Cybercrime dan Cyber Ethics Perkembangan Internet yang semakin hari semakin meningkat baik teknologi dan penggunaannya, membawa banyak dampak baik positif maupun negatif. Dari segi positif, masyarakat mendapat banyak manfaat dan kemudahan dari teknologi ini, misalnya melakukan transaksi perbankan kapan saja dengan e-banking, e-commerce juga membuat masyarakat mudah melakukan pembelian maupun penjualan suatu barang tanpa mengenal tempat. Mencari referensi atau informasi mengenai ilmu pengetahuan juga bukan hal yang sulit dengan adanya e-library dan banyak lagi kemudahan yang didapatkan dengan perkembangan Internet. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi Internet juga membawa dampak negatif yang tidak kalah banyak. Internet membuat kejahatan yang semula bersifat konvensional seperti pengancaman, pencurian dan penipuan kini dapat dilakukan dengan menggunakan media komputer secara online dengan risiko tertangkap yang sangat kecil oleh individu maupun kelompok dengan akibat kerugian yang lebih besar baik untuk masyarakat maupun Negara disamping menimbulkan kejahatan-kejahatan baru. Dalam dunia maya, masalah keamanan adalah satu hal yang sangat diperlukan. Karena tanpa keamanan bisa saja data-data dan sistem yang ada di internet bisa dicuri oleh orang lain. Seringkali sebuah sistem jaringan berbasis internet memiliki kelemahan atau sering disebut juga lubang keamanan (hole). Nah, kalau lubang tersebut tidak ditutup, pencuri bisa masuk dari lubang itu. Pencurian data dan sistem dari internet saat ini sudah sering terjadi. Kasus ini masuk dalam kasus kejahatan komputer yang dalam bahasa Iggris sering disebut dengan istilah Cybercrime. Pengertian, Karakteristik, serta Hubungan antara Cybercrime dan Cyber

Definisi umum dari cybercrime adalah kejahatan dimana tindakan kriminal hanya bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi cyber dan terjadi di dunia cyber (internet). Dalam beberapa literature, cybercrime ini sering diidentikkan sebagai computer crime. The U.S Department of Justice memberikan pengertian computer crime sebagai any illegal act requiring knowledge of Computer technology for its perpetration, investigation, or prosecution. Pengertian lainnya diberikan oleh Organization of European Community Development, yaitu "any illegal, unethical or unauthorized behavior relating to the automatic processing and/or the transmission of data". Sedangkan Andi Hamzah dalam bukunya Aspek-aspek Pidana di Bidang Komputer (1989) mengartikan cybercrime sebagai kejahatan di bidang komputer secara umum dapat diartikan sebagai penggunaan komputer secara ilegal. Eoghan Casey memberikan definisi mengenai cybercrime seperti berikut : Cybercrime is used throughout this text to refer to any crime that involves computer and networks, including crimes that do not rely heavily on computer. Eoghan Casey mengkategorikan cybercrime dalam 4 kategori yaitu: a. A computer can be the object of Crime. b. A computer can be a subject of crime. c. The computer can be used as the tool for conducting or planning a crime. d. The symbol of the computer itself can be used to intimidate or deceive. Polri dalam hal ini unit cybercrime menggunakan parameter berdasarkan dokumen kongres PBB tentang The Prevention of Crime and The Treatment of Offlenderes di Havana, Cuba pada tahun 1999 dan di Wina, Austria tahun 2000, menyebutkan ada 2 istilah yang dikenal : a. Cyber crime in a narrow sense (dalam arti sempit) disebut computer crime: any illegal behaviour directed by means of electronic operation that target the security of computer system and the data processed by them.

b.

Cyber crime in a broader sense (dalam arti luas) disebut computer

related crime: any illegal behaviour committed by means on relation to, a computer system offering or system or network, including such crime as illegal possession in, offering or distributing information by means of computer system or network. Dari beberapa pengertian di atas, cybercrime akhinrya dirumuskan sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan memakai jaringan komputer sebagai sarana/ alat atau komputer sebagai objek, baik untuk memperoleh keuntungan ataupun tidak, dengan merugikan pihak lain. Cybercrime juga didefinisikan sebagai perbuatan yang melanggar hukum dan tindakan yang dilakukan dapat mengancam dan merusak infrastruktur teknologi informasi, seperti : akses illegal, percobaan atau tindakan mengakses sebagian maupun seluruh bagian sistem komputer tanpa izin dan pelaku tidak memiliki hak untuk melakukan pengaksesan. Pemaparan di atas merupakan beberapa definisi dari cybercrime. Ada satu istilah lagi yang akan dibahas, yaitu cyber ethics. Istilah cyber ethics berasal dari dua buah kata yaitu cyber dan ethic. Cyber dapat diartikan sebagai dunia internet, dan ethic sudah tentu berarti etika, yang artinya ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk serta tentang hak dan kewajiban moral (akhlak), nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Dari arti kata tersebut dapat disimpulkan bahwa cyber ethics secara umum adalah etika dalam dunia internet. Internet merupakan suatu jaringan yang menghubungkan komputer di seluruh dunia tanpa dibatasi oleh jumlah unit menjadi satu jaringan yang bisa saling mengakses. Dengan internet tersebut, satu komputer dapat berkomunikasi secara langsung dengan komputer lain di berbagai belahan dunia. Internet identik dengan cyberspace atau dunia maya. Menurut Dysson (1994) cyberspace merupakan suatu ekosistem boielektronik di semua tempat yang memiliki telepon, kabel coaxial, fiber optik atau gelombang elektromagnetik. Hal ini berarti bahwa tidak ada yang tahu pasti seberapa luas internet secara fisik. Adapun beberapa karakteristik dari dunia maya (Dysson : 1994) adalah sebagai berikut : 7

a. Beroperasi secara virtual atau maya b. Dunia cyber selalu berubah dengan cepat c. Dunia maya tidak mengenal batas-batas territorial d. Orang-orang yang hidup dalam dunia maya tersebut dapat melaksanakan aktivitas tanpa harus menunjukkan identitasnya e. Informasi di dalamnya bersifat publik Hadirnya internet dalam kehidupan manusia telah membentuk komunitas masyarakat tersendiri. Surat-menyurat yang dahulu dilakukan secara tradisional (merpati pos atau kantor pos) sekarang bisa dilakukan hanya dengan duduk dan mengetik surat tersebut di depan komputer. Hal-hal lain pun seperti mengunggah dan mengunduh file atau dokumen, video, dan sebagainya bisa dilakukan dengan mudah dan cepat. Oleh karena itu etika dalam berinternet perlu adanya untuk menjaga agar internet tidak digunakan untuk hal-hal yang negatif. Namun, hal itu bergantung kembali kepada kesadaran masing-masing individu sebagai pengguna internet. Beberapa alasan mengenai pentingnya etika dalam dunia maya adalah sebagai berikut : a. Bahwa pengguna internet berasal dari berbagai Negara yang mungkin memiliki budaya, bahasa dan adat istiadat yang berbeda-beda b. Pengguna internet merupakan orang-orang yang hidup dalam dunia anonymous, yang tidak mengharuskan pernyataan identitas asli dalam berinteraksi c. Berbagai macam fasilitas yang diberikan dalam internet memungkinkan seseorang untuk bertindak etis seperti seseorang yang iseng melakukan halhal yang tidak seharusnya dilakukan d. Harus diperhatikan bahwa pengguna internet akan selalu bertambah setiap saat dan memungkinkan masuknya penghuni baru di dunia maya tersebut yang dengan sengaja melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan dalam dunia maya tersebut. 8

Etika komputer, menurut James H. Moor merupakan analisis mengenai sifat dan dampak sosial teknologi komputer, serta formulasi dan justifikasi kebijakan untuk menggunakan teknologi tersebut secara etis. Oleh karena itu, etika komputer terdiri dari dua aktivitas utama, yaitu : 1. Waspada dan sadar bagaimana komputer mempengaruhi masyarakat; 2. Memformulasikan kebijakan-kebijakan yang memastikan bahwa teknologi tersebut digunakan secara tepat. Adapun tiga alasan utama atas minat masyarakat yang tinggi pada etika komputer, adalah sebagai berikut : 1. Kelenturan logis, kemampuan memprogram komputer untuk melakukan apapun yang kita inginkan. Hal tersebut mengakibatkan masyarakat takut terhadap orang-orang yang memberi perintah di belakang komputer. 2. Faktor transformasi, berdasarkan fakta bahwa komputer dapat mengubang secara drastic cara kita melakukan sesuatu (misalnya penggunaan e-mail, konferensi video, dan konferensi jarak jauh). 3. Faktor tak kasat mata, komputer dipandang sebagai kota hitam. Semua operasi internal komputer tersembunyi dari penglihatan. Operasi internal tersebut membuka peluang pada nilai-nilai pemrograman yang tidak terlihat, perhitungan rumit yang tidak terlihat dan penyalahgunaan yang tidak terlihat. 2.1.2 Karakteristik Cybercrime Cybercrime merupakan perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan memakai jaringan komputer sebagai sarana/ alat atau komputer sebagai objek, baik untuk memperoleh keuntungan ataupun tidak, dengan merugikan pihak lain. Karakteristik dari cybercrime itu sendiri dapat digolongkan kedalam 5 golongan berikut ini : 1. Berdasarkan ruang lingkup kejahatan 9

2. 3. 4. 5.

Berdasarkan sifat kejahatan Berdasarkan pelaku kejahatan Berdasarkan modus kejahatan Berdasarkan jenis kerugian yang ditimbulkan

Berdasarkan ruang lingkup kejahatan cybercrime dikatakan bersifat global. Dikatakan demikian karena cybercrime dilakukan secara transnasional, melintasi batas negara sehingga sulit dipastikan yuridikasi hukum negara yang berlaku terhadap pelaku. Karakteristik internet di mana orang dapat berlalu-lalang tanpa identitas (anonymous) memungkinkan terjadinya berbagai aktivitas jahat yang tak tersentuh hukum. Berdasarkan sifat kejahatannya cybercrime termasuk kedalam kejahatan nonviolence atau kejahatan tanpa kekerasan, karena cybercrime tidak menimbulkan kekacauan yang mudah terlihat. Berdasarkan pelaku kejahatannya cybercrime tergolong bersifat universal, karena kejahatan dilakukan oleh orang-orang yang menguasai penggunaan internet beserta aplikasinya. Sedangkan berdasarkan modus kejahatan, cybercrime memiliki keunikan tersendiri yaitu penggunaan teknologi informasi dalam modus operandi, sehingga sulit dimengerti oleh orang-orang yang tidak menguasai pengetahuan tentang komputer, teknik pemrograman dan seluk beluk dunia cyber. Yang terakhir adalah berdasarkan jenis kerugian yang ditimbulkan, dapat bersifat material maupun non-material, yaitu waktu, nilai, jasa, uang, barang, harga diri, martabat bahkan kerahasiaan informasi.

10

2.2

Jenis-Jenis Cybercrime Ada beberapa jenis cybercrime yang diketahui. Cybercrime dapat digolongkan

berdasarkan jenis aktivitasnya, berdasarkan motif kegiatannya, dan berdasarkan sasaran kejahatannya. Ada sebelas jenis cybercrime yang tergolong berdasarkan jenis aktivitasnya , yaitu sebegai berikut : a. Unauthorized access to computer system and service Kejahatan yang dilakukan dengan memasuki/menyusup ke dalam suatusistem jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari pemilik sistem jaringan komputer yang dimasukinya. Biasanya pelaku kejahatan (hacker) melakukannya dengan maksud sabotase ataupun pencurian informasi penting dan rahasia. Namun begitu, ada juga yang melakukannya hanya karena merasa tertantang untuk mencoba keahliannya menembus suatu sistem yang memiliki tingkat proteksi tinggi. Kejahatan ini semakin marak dengan berkembangnya teknologi Internet/intranet. Kita tentu belum lupa ketika masalah Timor Timur sedang hangat-hangatnya dibicarakan di tingkat internasional, beberapa website milik pemerintah RI dirusak oleh hacker (Kompas, 11/08/1999). Beberapa waktu lalu, hacker juga telah berhasil menembus masuk ke dalam data base berisi data para pengguna jasa America Online (AOL), sebuah perusahaan Amerika Serikat yang bergerak dibidang ecommerce yang memiliki tingkat kerahasiaan tinggi (Indonesian Observer, 26/06/2000). Situs Federal Bureau of Investigation (FBI) juga tidak luput dari serangan para hacker, yang mengakibatkan tidak berfungsinya situs ini beberapa waktu lamanya (http://www.fbi.org). b. Illegal contents Merupakan kejahatan yang dilakukan dengan memasukkan data atau informasi ke internet tentang sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat menganggu ketertiban umum. c. Penyebaran virus secara sengaja 11

Penyebaran virus umumnya dilakukan dengan menggunakan e-mail. Sering kali orang yang sistem e-mailnya terkena virus tidak menyadari hal ini. Virus ini kemudian dikirimkan ke tempat lain melalui e-mailnya. Contoh kasus yang sering beredar antara lain adalah virus Mellisa, I love you, dan Sircam. d. Data forgery Merupakan kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen-dokumen penting yang tersimpan sebagai scripless dokumen melalui Internet. Kejahatan ini biasanya ditujukan pada dokumen-dokumen e-commerce dengan membuat seolah-olah terjadi "salah ketik" yang pada akhirnya akan menguntungkan pelaku karena korban akan memasukkan data pribadi dan nomor kartu kredit yang dapat saja disalah gunakan. e. Cyber espionage Merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan internet untuk melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain dengan memasuki sistem jaringan komputer pihak sasaran. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap dokumen ataupun data penting (data base) dari saingan bisnis tersimpan dalam suatu sistem yang tersambung dalam jaringan komputer (computerized) f. Sabotage and extortion Sabotage and extortion merupakan jenis kejahatan yang dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau penghancuran terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan komputer yang terhubung dengan internet. Biasanya kejahatan ini dilakukan dengan menyusupkan suatu logic bomb, virus komputer ataupun suatu program tertentu, sehingga data, program komputer atau sistem jaringan komputer tidak dapat digunakan, tidak berjalan sebagaimana mestinya, atau berjalan sebagaimana yang dikehendaki oleh pelaku. g. Cyberstalking

12

Dilakukan

untuk

mengganggu

atau

melecehkan

seseorang

dengan

memanfaatkan komputer, misalnya menggunakan e-mail dan dilakukan berulang-ulang. Kejahatan tersebut menyerupai terror yang ditujukan kepada seseorang dengan memanfaatkan media internet. h. Carding Merupakan kejahatan yang dilakukan untuk mencuri nomor kartu kredit milik orang lain dan digunakan dalam transaksi perdagangan di internet. Para carder biasanya mendapatkan nomor kartu dengan beberapa cara. Cara yang paling ekstrim adalah dengan mengais-ngais nota transaksi kartu kredit di pusat-pusat perbelanjaan. Yang sedikit lebih canggih adalah memperoleh nomor kartu kredit melalui sebuah program generator (program yang dapat meng-generate nomor-nomor kartu kredit yang dijamin valid). Cara lain yang lebih memerlukan otak adalah dengan meng-intercept (mencegat) lalu lintas transaksi melalui situs e-commerce. Tapi cara ini biasanya dilakukan oleh mereka yang punya kemampuan sekelas hacker. i. Hacking dan Cracking Istilah hacker biasanya mengacu pada seseorang yang mempunyai minat besar untuk mempelajari sistem komputer secara detail dan bagaimana meningkatkan kapabilitasnya. Besarnya minat yang dimiliki seorang hacker dapat mendorongnya untuk memiliki kemampuan penguasaan sistem di atas rata-rata pengguna. Jadi, hacker memiliki konotasi yang netral. Mereka yang sering melakukan aksi-aksi perusakan di internet lazimnya disebut cracker. Bisa dibilang para cracker ini sebenarnya adalah hacker yang memanfaatkan kemampuannya untuk hal yang negatif. Aktivitas cracking di internet memiliki lingkup yang sangat luas, mulai dari pembajakan account milik orang lain, pembajakan situs web, probing, menyebarkan virus, hingga pelumpuhan target sasaran. Tindakan yang 13

terakhir disebut sebagai DoS (Denial Of Service). Dos attack merupakan serangan yang bertujuan melumpuhkan target (hang, crash) sehingga tidak dapat memberikan layanan. j. Cybersquatting and Typosquatting Cybersquatting merupakan kejahatan yang dilakukan dengan mendaftarkan domain nama perusahaan orang lain dan kemudian berusaha menjualnya kepada perusahaan tersebut dengan harga yang lebih mahal. Sedangkan Typosquatting adalah kejahatan dengan membuat domain plesetan atau domain yang mirip dengan nama domain orang lain k. Hijacking Hijacking merupakan kejahatan melakukan pembajakan hasil karya orang lain. Kasus yang sering terjadi adalah software piracy (pembajakan perangkat lunak) l. Cyber Terorism Suatu tindakan cybercrime dikatakan termasuk ke dalam golongan cyber terrorism jika mengancam pemerintah atau warganegara, termasuk cracking ke situs pemerintah atau militer Sedangkan berdasarkan motif kegiatannya, jenis-jenis cyberspace dapat digolongkan sebagai berikut : a. Tindakan murni kriminal Dapat diartikan sebagai kejahatan yang murni merupakan tindak kriminal yang dilakukan karena motif kriminalitas. Kejahatan jenis ini biasanya menggunakan internet hanya seagai sarana kejahatan. Contoh kejahatan semacam ini adalah carding, yaitu pencurian nomor kartu kredit milik orang lain untuk digunakan dalam transaksi perdagangan di internet. Juga pemanfaatan media internet (webserver, mailing list) untuk menyebarkan material bajakan. Pengirim e-mail anonim yang berisi promosi (spamming) juga dapat dimasukkan dalam contoh kejahatan yang menggunakan internet 14

sebagai sarana. Di beberapa negara maju, pelaku spamming dapat dituntut dengan tuduhan pelanggaran privasi. b. Cybercrime sebagai kejahatan abu-abu Pada jenis kejahatan di internet yang termasuk dalam wilayah abu-abu cukup sulit untuk ditentukan apakah itu merupakan tindak kriminal atau bukan, mengingat motif kegiatannya terkadang bukan untuk berbuat kejahatan. Contohnya adalah probing atau port scanning. Ini adalah sebutan untuk semacam tindakan pengintaian terhadap sistem milik orang lain dengan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari sistem yang diintai, termasuk sistem operasi yang digunakan, port-port yang ada, baik yang terbuka maupun tertutup, dan sebagainya. Adapun berdasarkan sasaran kejahatannya, jenis-jenis cybercrime adalah sebagai berikut : a. Menyerang Individu (Against Person) Jenis kejahatan ini, sasaran serangannya ditujukan kepada perorangan atau individu yang memiliki sifat atau criteria tertentu sesuai tujuan penyerangan tersebut. Beberapa contoh kejahatan ini antara lain adalah pornografi, cyberstalking, dan cyber trespass. Pada pornografi, kegiatan yang dilakukan dengan membuat, memasang, mendistribusikan dan menyebarkan material yang berbau pornografi, cabul, serta mengekspos hal-hal yang tidak pantas. Kemudian kejahatan cyberstalking dilakukan untuk menganggu atau melecehkan seseorang, misalnya dengan menggunakan e-mail yang dilakukan secara berulang-ulang seperti halnya terror di dunia maya. Sedangkan cyber trespass kegiatan yang dilakukan melanggar area privasi orang lain. Misalnya Web Hacking, breaking the PC, Probing, Port scanning, dan sebagainya. b. Menyerang Hak Milik (Against Property)

15

Cybercrime yang dilakukan untuk menggangu atau menyerang hak milik orang lain. Beberapa contoh kejahatan jenis ini misalnya pengaksesan komputer secara tidak sah melalui dunia cyber, pemilikan informasi elektronik secara tidak sah/pencurian informasi, carding, cybersquating, hijacking, data forgery dan segala kegiatan yang bersifat merugikan hak milik orang lain. c. Menyerang Pemerintah (Against Government) Cybercrime Againts Government dilakukan dengan tujuan khusus penyerangan terhadap pemerintah. Kegiatan tersebut misalnya cyber terorism sebagai tindakan yang mengancam pemerintah termasuk juga cracking ke situs resmi pemerintah atau situs militer. Selain itu, ada pula beberapa jenis cybercrime yang lain, antara lain sebagai berikut : a. Offense Against Intellectual Property Kejahatan ini ditujukan terhadap hak atas kekayaan intelektual yang dimiliki pihak lain di internet. Sebagai contoh adalah peniruan tampilan pada web page suatu situs milik orang lain secara ilegal, penyiaran suatu informasi di internet yang ternyata merupakan rahasia dagang orang lain dan sebagainya. b. Infringements of Privacy Kejahatan ini ditujukan terhadap informasi seseorang yang merupakan hal yang sangat pribadi dan rahasia. Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap keterangan seseorang pada formulir data pribadi yang tersimpan secara computerized, yang apabila diketahui oleh orang lain akan dapat merugikan korban secara materil maupun immateril, seperti nomor kartu kredit, nomor PIN ATM, cacat atau penyakit tersembunyi dan sebagainya. 2.3 Penyebab terjadinya Cybercrime dan Cyber Ethics

16

Kasus pertama kejahatan komputer terjadi pada tahun 1966, ketika programmer untuk suatu bank membuat tambahan diprogram sehingga program tersebut tidak dapat menunjukkan bahwa pengambilan dari rekeningnya telah melampaui batas. Ia dapat terus menulis menulis cek walau tidak ada lagi uang di rekeningnya. Penipuan ini terus berlangsung hingga komputer tersebut rusak, dan pemrosesan secara manual mengungkapan saldo yang telah minus. Programer tersebut tidak dituntut melakukan kejahatan komputer, karena peraturan hukumnya belum ada. Sebaliknya, ia dituntut membuat entry palsu di catatan bank. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya Cybercrime di Indonesia, diantaranya adalah faktor politik, faktor ekonomi, dan faktor sosial budaya. 2.3.1 Faktor Politik Kebijakan politik pemerintah Indonesia sangat diperlukan untuk menanggulangi cybercrime yang sudah berkembang di Indonesia. Aparat penegak hukum telah berupaya keras untuk menindak setiap pelaku cybercrime, tetapi penegakan hukum tidak dapat berjalan maksimal karena perangkat hukum yang mengatur khusus tentang cybercrime belum ada. 2.3.2 Faktor Sosio-Ekonomi Kemajuan ekonomi suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh promosi barang-barang produksi. Jaringan komputer dan internet merupakan media yang sangat murah untuk promosi. Seluruh komponen bangsa Indonesia harus berpartisipasi untuk mendukung pemulihan ekonomi akibat dari krisis ekonomi. Media internet dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat untuk mempromosikan Indonesia. Adanya cybercrime merupakan produk ekonomi. Isu global yang kemudian dihubungkan dengan kejahatan tersebut adalah keamanan jaringan (security network). Keamanan jaringan merupakan isu global yang muncul bersamaan dengan internet.

17

Sebagai komoditi ekonomi, banyak negara yang tentunya sangat membutuhkan perangkat keamanan jaringan. Cybercrime berada dalam skenerio besar dari kegiatan ekonomi dunia. Sebagai contoh, memasuki tahun 2000 terjadi isu virus Y2K yang akan menghilangkan atau merusak data atau informasi. Hal tersebut tentu saja membuat kekhawatiran terhadap usaha perbankan, penerbangan, pasar modal, dan sebagainya, yang pada akhirnya mereka sibuk mencari solusi cara menghindarinya. Sehingga hal tersebut menjadi ladang para penyedia jasa teknologi informasi untuk membuat perangkat atau program untuk menanggulanginya, yang pada akhirnya kenyataannya ancaman tersebut tidak pernah terjadi. 2.3.3 Faktor Sosial Budaya Ada beberapa aspek untuk faktor sosial budaya yang perlu diperhatikan, antara lain yaitu sebagai berikut : a. Kemajuan Teknologi Informasi Pada era globalisasi seperti sekarang ini, manusia tidak akan bisa melepaskan kebutuhan akan teknologi informasi. Dengan teknologi informasi manusia dapat melakukan akses perkembangan lingkungan secara akurat. b. Sumber Daya Manusia (SDM) Sumber daya manusia dalam teknologi informasi mempunyai peranan penting sebagai pengendali dari sebuah alat. Apakah alat itu digunakan sebagai sarana kebajikan ataukah alat itu akan dikriminalisasikan sehingga dapat merusak kepentingan orang lain, atau bahkan Negara.

c. Komunitas Baru Dengan adanya media internet sebagai wahana untuk berkomunikasi, secara sosiologis terbentuklah komunitas baru di dunia maya yakni komunitas para

18

pengguna internet yang saling berkomunikasi. Misalnya mailing list, forum, chatting, dan sebagainya. Faktor lain yang juga mempengaruhi maraknya cybercrime di Indonesia adalah dari segi teknis, yaitu Teknologi internet menghilangkan batas wilayah negara yang menjadikan dunia ini menjadi begitu dekat dan sempit. Saling terhubungnya antara jaringan yang satu dengan jaringan yang lain memudahkan pelaku kejahatan untuk melakukan aksinya. Kemudian, tidak meratanya penyebaran teknologi menjadikan yang satu lebih kuat daripada yang lain. Selain itu ada pula beberapa sebab utama terjadinya peningkatan kejahatan komputer, yaitu sebagai berikut : 1. Aplikasi bisnis yang berbasis komputer atau internet meningkat a. Electronic commerce (e-commerce) b. Electronic data interchange (EDI) 2. Desentralisasi server; lebih banyak server yang harus ditangani dan butuh lebih banyak SDM yang handal, padahal sulit mencari SDM 3. Transisi dari single vendor ke multi vendor ; banyak jenis perangkat dari berbagai vendor yang harus dipelajari 4. Pemakai makin melek teknologi; a. Ada kesempatan untuk mencoba, tinggal download software (script kiddies) b. Sistem administrator harus selangkah di depan

2.4

Contoh Kasus Cybercrime di Indonesia Seperti layaknya negara yang sedang berkembang, Indonesia juga sedang

mengikuti tren yang menyebabkan terjadinya globalisasi. Perkembangan teknologi 19

informasi ini yang merupakan ciri globalisasi akan menyebabkan hilanganya batasbatas antarnegara. Negara yang sudah memiliki infrastruktur yang baik tentu akan sangat menikmati hasil dari perkembangan tersebut tetapi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia pasti akan merasakan banyaknya kendala-kendala yang sangat berarti yang kelak akan menimbulkan masalah yang cukup sulit untuk ditangani. Tanpa pengenalan dan penguasaan materi tentu akan menyebabkan masalah-masalah yang terjadi tersebut semakin sulit untuk ditangani. Masalah-masalah atau kasus-kasus yang terjadi di Indonesia cukup banyak dan beragam. Tetapi ada masalah-masalah yang terjadi hampir di seluruh tempat di Indonesia. Masalah yang sangat sering terjadi di dalam dunia perkembangan teknologi informasi. Adapun masalah-masalah tersebut alah sebagai berikut : a. Pencurian dan Penggunaan Account Internet Milik Orang Lain Salah satu kesulitan dari sebuah ISP (Internet Service Provider) adalah adanya account pelanggan mereka yang dicuri dan digunakan secara tidak sah. Berbeda dengan pencurian yang dilakukan secara fisik, pencurian account cukup menangkap userid dan password saja. Hanya informasi yang dicuri. Sementara itu orang yang kecurian tidak merasakan hilangnya benda yang dicuri. Pencurian baru terasa efeknya jika informasi ini digunakan oleh yang tidak berhak. Akibat dari pencurian ini, penggunan dibebani biaya penggunaan acocunt tersebut. Kasus ini banyak terjadi di ISP. Namun yang pernah diangkat adalah penggunaan account curian oleh dua Warnet di Bandung. b. Membajak Situs Web Salah satu kegiatan yang sering dilakukan oleh cracker adalah mengubah halaman web, yang dikenal dengan istilah deface. Pembajakan dapat dilakukan dengan mengeksploitasi lubang keamanan. Sekitar 4 bulan yang lalu, statistik di Indonesia menunjukkan satu (1) situs web dibajak setiap harinya. c. Denial of Service (DoS) dan Distributed DoS (DDos) Attack

20

DoS attack merupakan serangan yang bertujuan untuk melumpuhkan target (hang, crash) sehingga dia tidak dapat memberikan layanan. Serangan ini tidak melakukan pencurian, penyadapan, ataupun pemalsuan data. Akan tetapi dengan hilangnya layanan maka target tidak dapat memberikan servis sehingga ada kerugian finansial. Bagaimana status dari DoS attack ini? Bayangkan bila seseorang dapat membuat ATM bank menjadi tidak berfungsi. Akibatnya nasabah bank tidak dapat melakukan transaksi dan bank (serta nasabah) dapat mengalami kerugian finansial. DoS attack dapat ditujukan kepada server (komputer) dan juga dapat ditargetkan kepada jaringan (menghabiskan bandwidth). Tools untuk melakukan hal ini banyak tersebar di Internet. DDoS attack meningkatkan serangan ini dengan melakukannya dari berberapa (puluhan, ratusan, dan bahkan ribuan) komputer secara serentak. Efek yang dihasilkan lebih dahsyat dari DoS attack saja. d. Kejahatan yang berhubungan dengan nama domain Nama domain (domain name) digunakan untuk mengidentifikasi perusahaan dan merek dagang. Namun banyak orang yang mencoba menarik keuntungan dengan mendaftarkan domain nama perusahaan orang lain dan kemudian berusaha menjualnya dengan harga yang lebih mahal. Pekerjaan ini mirip dengan calo karcis. Istilah yang sering digunakan adalah cybersquatting. Masalah lain adalah menggunakan nama domain saingan perusahaan untuk merugikan perusahaan lain. (Kasus: mustikaratu.com) Kejahatan lain yang berhubungan dengan nama domain adalah membuat domain plesetan, yaitu domain yang mirip dengan nama domain orang lain. (Seperti kasus klikbca.com) Istilah yang digunakan saat ini adalah typosquatting.

21

e.

Probing dan Port Scanning Salah satu langkah yang dilakukan cracker sebelum masuk ke server yang

ditargetkan adalah melakukan pengintaian. Cara yang dilakukan adalah dengan melakukan port scanning atau probing untuk melihat servis-servis apa saja yang tersedia di server target. Sebagai contoh, hasil scanning dapat menunjukkan bahwa server target menjalankan program web server Apache, mail server Sendmail, dan seterusnya. Analogi hal ini dengan dunia nyata adalah dengan melihat-lihat apakah pintu rumah anda terkunci, merek kunci yang digunakan, jendela mana yang terbuka, apakah pagar terkunci (menggunakan firewall atau tidak) dan seterusnya. Yang bersangkutan memang belum melakukan kegiatan pencurian atau penyerangan, akan tetapi kegiatan yang dilakukan sudah mencurigakan. 2.5 Dampak Cybercrime dalam kehidupan Dampak perkembangan teknologi informasi dirasa sangat berpengaruh terhadap pengaturan hukum, karena penggunaan teknologi informasi perilaku masyarakat telah beralih dari model aktifitas yang didasarkan pada suatu bentuk hubungan face to face telah bergeser kepada pola hubungan digitally. Oleh karena adanya pergeseran demikian, maka tidak heran dalam setiap aspek kehidupan manusia pun mulai menunjukan suatu fenomena baru. Hal ini salah satunya dapat dilihat pada upaya kreasi manusia yang berkaitan dengan bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Cybercrime dapat berdampak kepada beberapa subjek, yaitu : 1. Pengguna Internet Pengguna internet akan mengalami dampak dari cybercrime itu juga. Seperti contohnya penyebaran virus yang berbahaya bagi keselamatan data. Dengan adanya virus, keselamatan data dari para pengguna internet tersebut akan menjadi terancam 2. Pemilik Website Salah satu dampak cybercrime itu juga dapat merugikan pemilik alamat website, yaitu dapat mematikan daya kreatifitas dalam mengembangkkan suatu web 22

tersebut. Selain itu, pemilik juga dapat mengalami kerugian secara finansial apabila web tersebut berbayar. 3. Negara Dampak cybercrime terhadap negara adalah salah satunya ketidakpercayaan dunia terhadap Indonesia. Cybercrime dapat menurunkan citra dan martabat bangsa di hadapan dunia. Misalnya pemesanan barang via internet. Bisa saja masyarakat luar negeri tidak percaya untuk membeli produk atau barang dari Indonesia tersebut karena takut akan penipuan. Dampak cybercrime juga dapat menimbulkan kerawanan politik dalam Indonesia yang dapat menciptakan timbulnya suasana yang tidak kondusif. Seperti yang terjadi adalah jaringan suara pada jaringan KPU pada saat penghitungan suara. 2.6 Penanggulangan Cybercrime di Indonesia Kejahatan di dunia maya atau cybercrime di Indonesia sudah menjadi sebuah momok bagi masyarakat. Begitu banyaknya kejahatan yang meresahkan warga, misalnya pembobolan ATM dari jarak jauh seperti yang beberapa waktu silam gencar terjadi di Indonesia dan yang tak kalah meresahkan yaitu beredarnya video-video asusila mirip artis. Cybercrime harus mendapatkan perhatian khusus dari masyarakat dan aparat. Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan terkait penanggulangan cybercrime di Indonesia : 1. Mengamankan sistem 2. Penanggulangan melalui pendekatan global 3. Sosialisasi dan Pelatihan 4. Dibentuknya suatu cyberlaw 5. Dibentuknya lembaga khusus dalam kepolisian untuk menyidik cybercrime 6. Melakukan kerja sama internasional

23

Di samping itu, telah diatur pula dalam undang-undang dan regulasi hukum di Indonesia antara lain yaitu sebagai berikut : 1. KUHP a. b. c. d. e. f. g. Pasal 362 KUHP Pasal 378 KUHP Pasal 335 KUHP Pasal 311 KUHP Pasal 303 KUHP Pasal 282 KUHP Pasal 406 KUHP

2. UU No.19 tahun 2002 tentang Hak Cipta Menurut Pasal 1 angka (8) Undang-Undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, program komputer adalah sekumpulan intruksi yang diwujudkan dalam bentuk bahasa, kode, skema ataupun bentuk lain yang apabila digabungkan dengan media yang dapat dibaca dengan komputer akan mampu membuat komputer bekerja untuk melakukan fungsi-fungsi khusus atau untuk mencapai hasil yang khusus, termasuk persiapan dalam merancang intruksi-intruksi tersebut. Hak cipta untuk program komputer berlaku selama 50 tahun (Pasal 30). 3. UU No.36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi Menurut Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No 36 Tahun 1999, Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan/atau penerimaan dan setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya. Dari definisi tersebut, maka Internet dan segala fasilitas yang dimilikinya merupakan salah satu bentuk alat komunikasi karena dapat mengirimkan dan menerima setiap informasi dalam bentuk gambar, suara maupun film dengan sistem elektromagnetik. 4. UU No.8 tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan 24

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 8 Tahun 1997 tanggal 24 Maret 1997 tentang Dokumen Perusahaan, pemerintah berusaha untuk mengatur pengakuan atas mikrofilm dan media lainnya (alat penyimpan informasi yang bukan kertas dan mempunyai tingkat pengamanan yang dapat menjamin keaslian dokumen yang dialihkan atau ditransformasikan. Misalnya Compact Disk - Read Only Memory (CD - ROM), dan Write Once - Read - Many (WORM), yang diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang tersebut sebagai alat bukti yang sah. 5. UU No.25 tahun 2003 tentang Perubahan Atas UU No.15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang Undang-Undang ini merupakan Undang-Undang yang paling ampuh bagi seorang penyidik untuk mendapatkan informasi mengenai tersangka yang melakukan penipuan melalui Internet, karena tidak memerlukan prosedur birokrasi yang panjang dan memakan waktu yang lama, sebab penipuan merupakan salah satu jenis tindak pidana yang termasuk dalam pencucian uang (Pasal 2 Ayat (1) Huruf q). Penyidik dapat meminta kepada bank yang menerima transfer untuk memberikan identitas dan data perbankan yang dimiliki oleh tersangka tanpa harus mengikuti peraturan sesuai dengan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. 6. UU No. 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Selain Undang-Undang No. 25 Tahun 2003, Undang-Undang ini mengatur mengenai alat bukti elektronik sesuai dengan Pasal 27 huruf b yaitu alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu.

25

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan Seiring dengan perkembangan teknologi pada era globalisasi, teknologi informasi semakin canggih dan maju. Pola pikir masyarakat akan berubah menyesuaikan dengan tingginya tingkat intelektualitas terhadap teknologi tersebut. Banyak masalah yang mungkin dihadapi oleh manusia sebelumnya akan terselesaikan dengan mudahnya sekarang. Sisi lain dari semua kelebihan-kelebihan tersebut adalah kejahatan dunia maya yang semakin tidak terkendali dan merugikan banyak pihak. Kejahatan dunia maya atau cybercrime merupakan kejahatan yang menggunakan fasilitas komputer sebagai alat bantu kejahatan. Cybercrime ini sangat menguntungkan penjahat terkait yang melakukan kejahatan tersebut karena pada umumnya susah untuk diselidiki dan dilacak. Cybercrime memiliki banyak jenis yaitu illegal contents, data forgery, unauthorized access, penyebaran virus, cyberstalking, dan sebagainya. Banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah dunia khususnya Indonesia sebagai negara berkembang dalam menangani kejahatan dunia maya tersebut, yaitu mengamankan sistem keamanan, membuat cyberlaw, membentuk suatu lembaga khusus untuk menyidiki kejahatan dunia maya tersebut. 3.2 Saran 1. Untuk pembaca / pengguna fasilitas internet a. Selalu gunakan antivirus terupdate yang dapat melindungi data-data dari serangan virus dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab b. Jangan mengupload sesuatu apapun yang berbau pornografi c. Lebih berhati-hati dalam mengetik nama web (untuk menghindari webweb palsu), terutama ketika akan melakukan transaksi keuangan atau pembelian barang

26

2. Untuk pemilik web a. Rutin melakukan pengamanan sistem b. Rutin melakukan pengecekan terhadap webnya 3. Untuk negara a. Mengoptimalkan posisi penegak hukum dalam penyelidikan dan pengusutan kasus cybercrime b. Menambah sarana dan prasarana yang berkaitan dengan penyelidikan kasus cybercrime seperti misalnya komputer forensik

27

DAFTAR PUSTAKA
Hutabarat, Agust. 2009. Perkembangan Cybercrime dan Jenis-jenis Cybercrime dalam Tinjauan Kriminologi. Reinhard Golose, Petrus.2006. Perkembangan Cybercrime dan Upaya Penanganannya di Indonesia oleh Polri. Saputri, Ayuningtyas. 2009. Kriminalitas dan Penanganan Cybercrime di Indonesia. Lampung. Rahardjo, Budi. Cybercrime. 2008. Bandung Abo. 2009. Etika Profesi & BP

28

Anda mungkin juga menyukai