Anda di halaman 1dari 7

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1

Verifikasi Model Hasil simulasi model elevasi muka air diverifikasi dengan hasil prediksi TMD di 8 titik

seperti terlihat pada Gambar 4.8. Hasil verifikasi arus hanya didapat di 6 dari 8 titik dikarenakan TMD tidak dapat menampilkan arus pada titik 1 dan 6 yang terletak di estuari Kapuas. Dari Gambar A.9 A.14 dapat dilihat bahwa arus bergerak dalam sumbu utama elips dengan arah tenggara-barat laut. Verifikasi hasil simulasi model elevasi muka air dan kecepatan arus dapat dilihat pada Gambar A.1 - A.14 (Lampiran A). Nilai RMS error dari elevasi berkisar antara 0,0678 sampai 0,1042
m. Sedangkan nilai RMS error untuk kecepatan arus berkisar antara 0.01966 0.051218 m/s untuk u dan 0.076593 0.13989 m/s untuk v. Nilai RMS error untuk elevasi dan kecepatan pada setiap titik

dapat dilihat pada Tabel 5.1. Nilai RMS error di dekat estuari pada titik 1 dan 6 (Gambar A.1 dan A.6 Lampiran A) yang bernilai 0.0865 m dan 0.1042 m cukup besar jika dibandingkan dengan RMS error titik lain yang terletak di tengah laut. Penyebab terjadinya perbedaan ini kemungkinan berasal dari perbedaan batimetri yang digunakan di estuari tersebut antara model dan TMD, dapat dilihat bahwa perbedaan yang signifikan terjadi pada saat neap tide dimana nilai batimetri cukup signifikan mempengaruhi nilai elevasinya pada saat tersebut. Nilai RMS error minimum terdapat di titik 3 yang berada di tengah laut. Berdasarkan RMS error dari 8 titik yang didapatkan dengan membandingkan hasil simulasi dengan data TMD, diketahui bahwa simulasi yang dilakukan sudah cukup baik. Beberapa perbedaan yang dapat disebabkan oleh perbedaan nilai batimetri antara model dan TMD.

Tabel 5.1. Nilai RMS error di 8 titik verifikasi Titik 1 2 3 4 5 6 7 8 0,038703 0,035279 0,10308 0,081789 0,01966 0,044283 0,051218 0,02825 0,13989 0,10491 0,076593 0,10109 RMS u RMS v RMS Elev 0,0865 0,0762 0,0678 0,0769 0,0774 0,1042 0,0685 0,0695

5.2

Elevasi Muka Air di Estuari Kapuas Dari hasil simulasi model elevasi muka air, diambil 8 titik yang tersebar sepanjang

Sungai Kapuas dari Kapuas Besar hingga tengah laut seperti terlihat pada Gambar 5.1 . Dari 8 titik tersebut, masing-masing titik diambil lagi data pada saat debit tertinggi dan debit terendah. Sehingga total data elevasi yang diperoleh adalah 16 data dengan 1 titik 2 data. Pola pasut secara umum adalah dominan diurnal dengan ada semi diurnal pada saat neap tide seperti terlihat pada Lampiran B. Pasut semi diurnal cukup kuat ke arah laut (Gambar B. titik 8) tapi semakin melemah ketika masuk ke Sungai Kapuas (Gambar B. titik 1), hal ini dapat disebabkan oleh adanya debit dari sungai yang menyebabkan elevasi muka air tidak turun pada saat terjadinya pasut semi diurnal. Pada kondisi spring tide, tunggang pasut berkisar antara 1,506875 m hingga 1,754938 m pada saat debit terendah (bulan Juni) dan antara 1,461929 m hingga 1,716508 m pada saat debit tertinggi (bulan November). Sedangkan pada kondisi neap tide tunggang pasut berkisar antara 0,359982 m hingga 0,458526 m pada saat debit terendah (bulan Juni) dan antara 0,221605 m hingga 0,324645 m pada saat debit tertinggi (bulan November). Dapat terlihat bahwa pada saat debit tertinggi nilai tunggang pasut lebih rendah daripada saat debit terendah dikarenakan besarnya debit sungai yang mempengaruhi elevasi muka air sehingga menyebabkan tunggang pasut lebih rendah, hal ini terjadi baik pada saat neap tide ataupun spring tide. Untuk lebih jelas nilai tunggang pasut pada masing-masing titik dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Gambar 5.1. Titik pengambilan data Tabel 5.2. Tunggang Pasut di 8 titik
Titik 1 2 3 4 5 6 7 8 Tunggang Pasut Debit Rendah (Jun) Debit Tinggi (Nov) Spring Neap Spring Neap 1.754938 0.447314 1.716508 0.269022 1.73642 0.439573 1.703749 0.261243 1.695477 0.359982 1.665163 0.265579 1.550654 0.378821 1.509693 0.238094 1.51926 0.367065 1.489176 0.226283 1.506875 0.406389 1.461929 0.221605 1.742398 0.39879 1.69828 0.283611 1.676602 0.458526 1.616428 0.324645

5.2.1.

Elevasi Muka Air Pada Saat Spring Tide dan Neap Tide Perbandingan elevasi muka air pada saat spring tide ketika debit tertinggi (November)

dan debit terendah (Juni) dapat dilihat pada Gambar B.1 (Lampiran B). Pada saat spring tide pola pasut yang terjadi pada saat debit tertinggi atau terendah adalah diurnal. Salah satu perbedaan yang signifikan antara bulan November dan Juni adalah waktu antara pasang dan surut yang berbeda, dimana pada bulan November waktu antara pasang dan surut adalah 6 jam, sedangkan pada saat bulan Juni waktu antara pasang dan surut lebih pendek, yaitu 4 jam. Hal ini menyebabkan perbedaan pola gelombang dimana pada bulan November gelombang pasutnya lebih landai dibandingkan bulan Juni. Perbedaan debit sungai antara bulan November dan Juni juga menyebabkan perbedaan fase antara hulu sungai (titik 1) dan laut (titik 8) yang berbeda. Besarnya perbedaan fase untuk bulan November berkisar 2 jam, sedangkan untuk bulan Juni berkisar 1 jam 30 menit . Perbandingan elevasi muka air pada saat neap tide ketika debit tertinggi (November) dan debit terendah (Juni) dapat dilihat pada Gambar B.2 (Lampiran B). Pada saat neap tide pola pasut yang terjadi pada saat debit tertinggi atau terendah adalah semi-diurnal. Salah satu perbedaan yang signifikan antara bulan November dan Juni adalah tunggang pasut, dimana pada bulan November tunggangnya lebih rendah dibandingkan dengan bulan Juni
5.2.2.

Elevasi Muka Air Pada Saat Debit Tertinggi dan Terendah Perbandingan elevasi muka air pada saat debit tertinggi dan debit terendah dapat dilihat

pada Gambar B.3 (Lampiran B). Perbedaan paling signifikan dapat terlihat pada pola pasut pada debit tertinggi dimana elevasi di sungai dan estuari (titik 1,4 dan 6) tidak mengalami penurunan pada saat di laut (titik 8) mengalami penurunan elevasi. Hal ini dikarenakan adanya debit sungai membuat distorsi pada gelombang pasut sehingga saat elevasi di laut turun, elevasi di sungai turun lebih lama dibandingkan dengan di laut. Berbeda dengan saat debit terendah dimana pola pasutnya cenderung sama dan hanya berbeda fasa, karena efek distorsi gelombang yang disebabkan oleh debit sungai tidak begitu signifikan.

5.3

Komponen Pasut di Estuari Sungai Kapuas Dari hasil elevasi yang diambil di 9 titik pada bulan Juni dan November, 8 titik yang

sama ditambah 1 titik di tengah laut, dilakukan analisis harmonik menggunakan T_Tide untuk mendapatkan nilai amplitudo komponen pasut utama (O1, K1, M2, dan S2) serta komponen pasut perairan dangkal (M4 dan MS4). Kemudian nilai amplitudo masing-masing komponen pasut dibandingkan antara bulan Juni dan November. Perbandingan masing-masing komponen diurnal dapat dilihat pada Gambar C.1 dan C.2 (Lampiran C) dan komponen semi-diurnal pada Gambar C.3 dan C.4 (Lampiran C). Dari perbandingan tersebut dapat terlihat bahwa komponen pasut diurnal memiliki amplitudo lebih besar dibandingkan komponen pasut semi-diurnal, hal ini menunjukkan bahwa pasut di Estuari Kapuas dominan diurnal. Kemudian akan dicari bilangan Formzahl di titik 9 dan 8 untuk memverifikasi tipe pasut di perairan sekitar Estuari Kapuas.
5.3.1 Komponen Pasut Diurnal Dari perbandingan komponen pasut diurnal pada Gambar C.1 dan C.2 (Lampiran C) terlihat

secara umum bahwa amplitudo komponen diurnal bulan November tampak lebih besar dibandingkan pada bulan Juni. Amplitudo komponen diurnal mengalami sedikit penurunan ketika berada diantara titik 4 dan titik 6 yang merupakan pertemuan dengan Sungai Landak, kemudian naik di titik 7 (Ujung Estuari). Pada amplitudo komponen K1 perbedaan amplitudo cukup signifikan, sedangkan pada amplitudo komponen O1 perbedaan antara Juni dan November cukup tipis, bahkan titik 6 amplitudo pada bulan Juni sedikit diatas amplitudo titik 6 bulan November. Amplitudo komponen pasut diurnal terlihat semakin menurun ke arah laut.
5.3.2 Komponen Pasut Semi-Diurnal Dari perbandingan komponen pasut semi-diurnal pada Gambar C.3 dan C.4 (Lampiran C)

terlihat secara umum bahwa amplitudo komponen semi-diurnal bulan November tampak lebih besar dibandingkan pada bulan Juni. Amplitudo komponen semi-diurnal mengalami sedikit penurunan ketika berada diantara titik 4 dan titik 6 yang merupakan pertemuan dengan Sungai Landak, kemudian naik di titik 7 (Ujung Estuari) dan terus naik hingga titik 9 (Laut). Pada amplitudo komponen S2 perbedaan amplitudo cukup signifikan, sedangkan pada amplitudo komponen M2 perbedaan antara Juni dan November cukup tipis, bahkan di titik 8 dan 9 yang terleltak di laut besar amplitudo hampir sama.

5.3.3

Komponen Pasut Perairan dangkal Dari perbandingan komponen pasut semi-diurnal pada Gambar C.5 dan C.6 terlihat secara

umum bahwa amplitudo komponen pasut perairan dangkal akan semakin mengecil ke arah laut. Di ujung estuari terlihat bahwa amplitudo komponen M4 lebih besar dibandingkan amplitudo komponen MS4, tetapi ketika di titik 7 atau ujung estuari amplitudo komponen MS 4 mengalami kenaikan yang signifikan sehingga amplitudonya mendekati M4 pada bulan November bahkan melebihi amplitudo M4 pada bulan Juni. Hal ini dikarenakan meningkatnya juga amplitudo komponen S2 pada titik tersebut. Pada titik 5 terlihat ada kenaikan yang diakibatkan oleh percabangan sungai. Perbandingan antara M4/M2 dari setiap titik pada bulan Juni dan November dijelaskan pada Gambar C.7 (Lampiran C). Dari perbandingan ini didapat nilai distorsi amplitudo elevasi yang terjadi di Estuari Kapuas, dan dari grafik tersebut terlihat bahwa distorsi yang terjadi kurang dari 0,14 . Nilainya mencapai maksimum di hulu dan semakin mengecil ke arah laut. Pada bulan Juni distorsi lebih besar dikarenakan debit yang kecil pada bulan Juni menyebabkan muka air yang lebih rendah sehingga amplitudo komponen perairan dangkal akan lebih besar dibandingkan bulan November yang debitnya besar sehingga muka air lebih tinggi. Pada Gambar C.8 (Lampiran C) dapat terlihat perbedaan amplitudo komponen M4 antara bulan Juni dan November yang sangat kecil, dimana bulan Juni amplitudonya lebih besar dikarenakan perbedaan debit sungai sehingga timbul perbedaan tinggi muka air. Pada titik 3,4 dan 5 amplitudo antara Juni dan November hampir sama dikarenakan pada titik tersebut kedalaman sungai mencapai hingga 15 m, sehingga pengaruh debit sungai tidak terlalu signifikan. Lalu pada Gambar C.8 (Lampiran C) yang merupakan perbandingan amplitudo komponen MS4 antara Juni dan November yang memiliki perbedaan yang cukup besar, dikarenakan perbedaan amplitudo S2 yang besar antara Juni dan November sehingga mempengaruhi amplitudo compound tide MS4. Pada titik 7 amplitudo MS4 mengalami peningkatan dikarenakan meningkatnya juga amplitudo S2 pada titik tersebut baik pada Juni atau November, sehingga MS4 yang merupakan compound tide antara M2 dan S2 mengalami peningkatan amplitudo.

5.4

Formzahl

Bentuk (tipe) dari pasut dapat diketahui berdasarkan perbandingan antara jumlah amplitudo komponen-komponen diurnal K1 dan O1 dengan jumlah amplitudo komponenkomponen semi diurnal M2 dan S2. perbandingan ini dinyatakan dalam hubungan: (5.1) Berdasarkan harga F (yang dikenal dengan bilangan Formzahl) ini maka kita dapat mengetahui tipe pasut yang terjadi di perairan sekitar Estuari Kapuas. Nilai amplitudo masingmasing komponen diambil dari titik 8 dan 9 yang terletak di laut. Hasil dari perhitungan tersebut ditampilkan pada Tabel 5.3. Tabel 5.2. Nilai bilangan Formzahl pada titik 8 dan 9 Titik 8 9 Formzahl Juni November 2,189079 2,515721 1,850885 2,123911

Dari nilai yang didapat dari perhitungan diatas, dapat terlihat bahwa tipe pasut yang terjadi di perairan sekitar Estuari Kapuas adalah pasut campuran tunggal baik pada Juni ataupun November,

karena 1,5 < F < 3,0 dimana tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu. Hal ini dapat dilihat pada grafik elevasi pada Lampiran B yang menunjukkan adanya pasut semi-diurnal pada waktu neap tide.

5.5

Anda mungkin juga menyukai