Anda di halaman 1dari 9

APA ITU BMT Dalam bahasa Arab BMT merupakan singkatan dari Baitul Mal Wat Tanwil, yang

g artinya rumah zakat dan rumah harta. Dengan demikian, BMT bergerak dalam 2 bidang usaha utama yaitu sebagai Baitul Mal dan Baitul Tanwil. BMT menyelenggarakan fungsinya sebagai Baitul Mal dengan menyalurkan amanah Zakat, Infaq dan Sodakoh (ZIS), sedangkan BMT sebagai sebagai Baitul Tanwil melakukan usaha simpan-pinjam dan usaha di sektor riil. Dengan demikian, BMT merupakan suatu lembaga yang menyelenggarakan kegiatan di bidang sosial non profit (ZIS) dan menyelenggarakan usaha profit (keuntungan). Usaha profit yang dilakukan oleh BMT adalah menerapkan sistem bagi hasil, sesuai dengan Syariat Agama Islam. Jadi, di dalam BMT tidak ada istilah bunga. SYARAT SYARAT PENGESAHAN AKTE PENDIRIAN BMT Pengajuan permohonan pengesahan akta pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah wajib melampirkan : 1. Berita acara rapat pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah, disertai dengan daftar hadir, dan bukti fotocopy KTP seluruh anggota. 2. Surat bukti penyetoran modal pada awal pendirian Koperasi jasa Keuangan Syariah primer sekurang-kurangnya Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah), dan Koperasi Jasa Keuangan Syariah Sekunder sekurangkurangnya Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). 3. Setoran sebagaimana dmaksud pada huruf b dilakukan dalam bentuk deposito pada bank syariah yang disetorkan atas nama Menteri cq Ketua Koperasi yang bersangkutan yang dapat dicairkan sebagai modal awal Koperasi Jasa Keuangan Syariah atas dasar persetujuan pencairan oleh Menteri atau pejabat, yang dilaksanakan bersamaan dengan pengesahan dan atau perubahan anggaran dasar koperasi; 4. Rencana kerja sekukrang-kurangnya 1 (satu) tahun, yang menjelaskan antara lain : 1. Rencana penghimpunan dana dan pengalokasian pembiayaannya beserta jenis akad yang melandasinya; 2. Standar Operasional Prosedur (SOP) yang memuat peraturan dan prosedur transaksi sumber dana dan pembiayaan lengkap dengan teknis penerapan akad Syariah dan perhitungan bagi hasil/marjin masingmasing prosuk simpanan maupun pembiayaan, dan telah dimintakan fatwa atau rekomendasi dari Dewan Syariah yang bersangkutan; 3. Rencana penghimpunana modal sendiri berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, modal penyertaan, hibah maupun cadangan; 4. Rencana modal pebiayaan yang diterima, yang dilengkapi dengan penjelasan status akad dan manfaat serta keuntungan untuk pemilik dana dan koperasi; 5. Rencana pendapatan dan beban, harus dijelaskan sesuai dengan Pola Syariah dan tidak bertentangan dengan fatwa dari Dewan Syariah yang bersangkutan; 6. Rencana dibidang organisasi yang meliputi rencana struktur organisasi, uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang, jumlah karyawan, serta rencana pembentukan dewan syariah, bagi Koperasi Jasa Keuangan Syariah/Unit Jasa Keuangan Syariah yang telah mampu mengangkat ahli atau dewan syariah.

5. Nama dan riwayat hidup calon pengelola dangan melampirkan : 1. Surat Keterangan Pengalaman pernah mengikuti pelatihan dan atau magang/kerja di Lembaga Keuangan Syariah; 2. Surat Keterangan Berkelakuan Baik dari pihak yang berwajib yang menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak pernah melakukan tindak pidana; 3. Surat Pernyataan tidak mempunyai hubungan keluarga dengan pengurus sampai dengan derajat kesatu. 6. Keterangan pokok-pokok administrasi dan opembukuan yang didesain sesuai karakteristik lembaga keuangan syariah, meliputi : 1. Blanko permohonan menjadi anggota; 2. Blanko permohonan pengunduran diri sebagai anggota; 3. Buku daftar anggota; 4. Buku daftar simpanan pokok dan simpanan wajib anggota; 5. Blanko Tabungan dan atau Simpanan Berjangka; 6. Blanko administrasi Pembiayaan/Tagihan (Piutang) yang diberikan; 7. Blanko administrasi hutang yang diterima; 8. Blanko administrasi modal sendiri; 9. formulir akad Pembiayaan dan Piutang Jual Beli. 7. Daftar Sarana Kerja yang memuat catatan daftar : 1. Kantor, meja dan kursi; 2. Komputer dan alat hitung; 3. Tempat menyimpan uang atau brankas; 4. Tempat menyimpan buku administrasi dan pembukuan. Pengesahan atas permohonan pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah diatur sesuai dengan lokasi dan jangkauan keanggotaan koperasi yang bersangkutan, dengan ketentuan : 1. 1. Permohonan pengesahan akta pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah Primer dan Sekunder yang anggotanya berdomisili di dua atau lebih propinsi, diajukan kepada Menteri c.q Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, setelah terlebih dahulu mendapatkan rekomendasi Pejabat pada tingkat kabupaten/kota tempat domisili koperasi yang bersangkutan dan selanjutnya Menteri mengeluarkan surat keputusan pengesahan akta pendiriannya; 2. permohonan pengesahan akta pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah, baik Koperasi Jasa Keuangan Syariah Primer maupun Sekunder yang anggotanya berdomisili di beberapa kabupaten dan atau kota dalam satu propinsi, diajukan kepada instansi yang membidangi koperasi tingkat propinsi yang membawahi bidang koperasi, dengan terlebih dahulu mendapatkan rekomendasi dari Pejabat yang membawahi bidang koperasi pada kabupaten dan atau kota tempat domisili koperasi yang bersangkutan. Selanjutnya Pejabat tingkat propinsi mengeluarkan surat keputusan pengesahan akta pendiriannya; 3. permohonan pengesahan akta pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah Primer dan Sekunder yang anggotanya berdomisili dalam satu wilayah kabupaten dan atau kota diajukan kepada Instansi yang membawahi bidang koperasi pada kabupaten dan atau kota setempat dan selanjutnya Pejabat setempat mengeluarkan surat keputusan pengesahan akta pendiriannya;

4. jawaban terhadap permohonan pengesahan akta pendirian Koperasi Jasa Keuangan Syariah dikeluarkan paling lambat dalam waktu 3 (tiga) bulan terhitung sejak diterimanya permohonan pengesahan secara lengkap oleh Pejabat; 5. bagi instansi yang memberikan pengesahan akta pendirian diharuskan membuat catatan dan atau data registrasi koperasi di wilayah masingmasing; 6. pejabat mencatat pengesahan sebagaimana dimaksud pada huruf a,b,dan c ke dalam Buku Daftar Umum Koperasi; 7. tembusan surat keputusan pengesahan akta pendirian yang dikeluarkan oleh instansi tingkat Kabupaten/Kota dan tingkat Propinsi/DI yang membawahi koperasi, dikirimkan kepada Deputi Bidang Kelembagaan Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah untuk diumumkan dalam Berita Negara RI; 8. pengesahan sebagaimana dimaksud pada huruf a,b, dan c berlaku sebagai ijin usaha dan Koperasi Jasa Keuangan Syariah yang bersangkutan dapat melakukan kegiatan usaha pembiayaan. APA BEDA BMT DENGAN BPR Bank Perkreditan Rakyat (BPR) memiliki sepak terjang yang mirip dengan BMT, yaitu mempunyai nasabah dari kalangan masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Namun, BPR masih menggunakan konsep keuntungan BUNGA. Selain itu, BPR merupakan perpanjangan tangan dari bank capital sehingga sebagian dana yang terkumpul disetor ke bank capital yang selanjutnya untuk membiayai usaha kalangan pengusaha besar dan industri. Dengan demikian, BPR tidak sepenuhnya berpihak pada pengembangan ekonomi masyarakat bawah. Selain itu, birokrasi/ persyaratan untuk mendapatkan pelayanan pinjaman dari BPR juga terlalu berbelit-belit sehingga ada rasa ketakutan bagi masyarakat ekonomi lemah. Hal yang sama, BPR pun tidak berpihak kepada kalangan masyarakat ekonomi lemah sehingga tidak memiliki misi terhadap pengentasan kemiskinan. Pendekatan terhadap nasabah pun lebih ditekankan pada aturan perbankan, sehingga tidak ada kepuasan pelayanan bagi masyarakat bawah. Hal tersebut berbeda dengan BMT, dimana BMT lebih berpihak kepada masyarakat karena BMT Berbadan Hukum Koperasi yang memiliki prinsip DARI ANGGOTA, OLEH ANGGOTA DAN UNTUK ANGGOTA. Berhubung anggota BMT mayoritas kalangan masyarakat menengah ke bawah maka BMT pun sangat berpihak kepada masyarakat menengah ke bawah. Karena perbedaan prinsip antara BPR dan BMT, maka BMT kini dianggap sebagai pesaing BPR. Bahkan, kalangan masyarakat ekonomi lemah berpihak kepada BMT karena Tim Pengelola BMT memiliki misi sebagai partner usaha dan konsultan usaha. Fakta terkini yang muncul adalah beberapa BPR sudah mulai tergeser sepak terjangnya oleh kehadiran BMT.

APA BEDA BMT DENGAN BANK KONVENSIONAL Bidang usaha profit di BMT menerapkan sistem bagi hasil yang disepakati oleh kedua belah pihak (pihak BMT dan nasabah). Konsep bagi hasil ini dilakukan dengan sistem tawar-menawar antara pihak BMT dan nasabah. Sistem tawar menawar ini berlaku baik untuk simpanan maupun pembiayaan usaha. Jadi, setiap akan dilakukan penyimpanan oleh nasabah maupun pembiayaan usaha bagi nasabah didahului oleh suatu AKAD yang disetujui oleh kedua belah pihak. Pelaksanaan sistem bagi hasil inilah yang sesuai dengan tuntunan ajaran Agama Islam. Selain itu, BMT merupakan Lembaga Keuangan Syariah menhimpun dana dari masyarakat melalui simpanan dan memberikan pinjaman untuk pengembangan usaha dengan skala prioritas bagi masyarakat kalangan ekonomi lemah (Gress Root). Dengan demikian, BMT memiliki tujuan membangun ekonomi kalangan masyarakat bawah dalam rangka memperkokoh perekonomian nasional. Kehadiran BMT disambut gembira oleh masyarakat luas karena merupakan salah satu lembaga yang peduli terhadap masyarakat ekonomi lemah untuk mengentaskan dari kemiskinan. Akibatnya, kehadiran BMT disambut dengan gembira oleh masyarakat. Di sisi lain, Bank lebih menekankan pada konsep BUNGA, yang sangat dekat dengan konsep RIBA. Padahal riba diharamkan dalam ajaran Agama Islam. Dengan demikian, keuntungan (bunga) hasil penyimpanan uang di bank dapat dikatakan hampir sama dengan riba. Selain itu, bank menerima simpanan dari segala lapisan masyarakat dengan menerapkan keuntungan simpanan berupa bunga. Dana yang terkumpul lebih diprioritaskan untuk pembiayaan usaha berskala besar (pengusaha) dan industri. Akhirnya, yang dapat mengenyam manfaat dana yang terkumpul di bank adalah kalangan masyarakat menengah ke atas. Akibatnya, sistem perbankan tidak dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengentasan kemiskinan. Berdasarkan analisis tersebut di atas, perbedaan antara BMT dengan Bank sudah tampak sangat jelas. Oleh karena itu, kami menyarankan kepada masyarakat untuk memilih partner usaha (simpanan dan pinjaman) yang paling sesuai dengan hati nurani. APA BEDA BMT DENGAN KOPERASI SIMPAN PINJAM Pada dasarnya, BMT dan Koperasi Simpan Pinjam memiliki badan hukum yang sama, yaitu KOPERASI. Namun, koperasi lebih menerapkan konsep perbankan (sistem bunga) dalam pengelolaan simpanan dari dan pinjaman untuk nasabah. Bahkan, beberapa koperasi sudah berani memberikan pinjaman kepada non anggota. Hal ini sudah menyalahi aturan main koperasi, yang berprinsip DARI ANGGOTA, OLEH ANGGOTA DAN UNTUK ANGGOTA. Hal ini dilakukan karena keuntungan simpanan didasarkan pada prinsip BUNGA,

sehingga keungan harus secepatnya berputar agar tidak merugi. Misi sosial di koperasi pun sudah sangat berkurang banyak, karena dikejar oleh tuntutan profit untuk memberikan bunga kepada para penyimpan (penabung). Akibat yang muncul adalah bunga pinjaman biasanya sangat tinggi sehingga memberatkan kalangan masyarakat ekonomi lemah yang meminjam. Jadi, koperasi simpan pinjam juga lebih menekankan pada konsep profitability. Uraian di atas berbeda dengan BMT. BMT menekankan pada konsep Syariah Islam dengan sistem bagi hasil. Keuntungan bagi hasil didasarkan pada kemampuan pengeloalaan usaha yang dilakukan, baik bagi BMT maupun bagi nasabah. Besar kecilnya keuntungan dilakukan dengan sistem tawar menawar yang selanjutnya dilakukan perjanjian bagi hasil dengan AKAD. Di sisilah, kita memahami dengan jelas halal-haramnya keuntungan yang diperoleh bagi nasabah dan BMT. Selain Itu, jenis simpanan di BMT (khususnya BMT Bina Artha Ummat) juga lebih bervariasi, seperti Simpanan Amanah, Simpanan Wadiah, Simpanan Pendidikan, Simpanan Walimah, Simpanan Idul Fitri, Simpanan Qurban/Aqiqoh, Simpanan Haji dan Simpanan Mudhorobah Berjangka (Deposito). Jenis-jenis pembiayaan bagi pengusaha kecil dan menengah yang dilakukan oleh BMT Bina Artha Ummat juga bermacammacam, seperti Murobahah, Baiu Bitsaman Ajil (BBA), Ijaroh, Musyarokah, Mudhorobah, Ar-Rahn (Gadai)\ dan Qordhul Hasan. Beberapa ketidaksesuaian koperasi simpan pinjam dengan BMT dapat dicermati berdasarkan : 1. Sistem memperoleh keuntungan (Bagi hasil dan Bunga), 2. Konsistensi terhadap aturan koperasi (peminjam harus anggota koperasi), 3. Konsistensi terhadap pembangunan masyarakat ekonomi lemah dalam rangka pengentasan kemiskinan dan 4. Perbedaan pelayanan (sebagai penyedia dana usaha yang sekaligus sebagai konsultan usaha). ALTERNATIF MANA YANG HARUS DIPILIH Sebagai Ummat Islam sudah sepantasnya melakukan segala kegiatan seharihari harus sesuai dengan Syariat Agama Islam, termasuk dalam hal SimpanPinjam. Prinsip RIBA harus dihindari karena sudah jelas halal-haramnya RIBA dan sejenisnya. Islam sudah mengatur sistem jual beli. Oleh karena itu, kita sudah sepantasnya menghindari SIMPAN-PINJAM dengan sistem BUNGA, karena bunga sudah sangat dekat dengan RIBA. Selain itu, kondisi negara Indonesia hingga kini masih termasuk kategori negara miskin karena masyarakat miskin tidak memiliki peluang usaha. Salah satu penyebabnya adalah kendala pemodalan usaha. Mereka mengalami kesulitan untuk mengakses pembiayaan ke Bank. Oleh karena itu, sebagai masyarakat yang peduli anak bangsa (MADANI) sudah sepantasnya mendukung pengentasan kemiskinan. Bentuk kepedulian dapat dilakukan dengan mempercayakan sebagian hartanya agar dimanfaatkan oleh masyarakat ekonomi lemah sebagai modal usaha melalui BMT Bina Artha Ummat dengan sistem bagi hasil yang halal.

Oleh karena itu, marilah kita dukung kemajuan BMT Bina Artha Ummat agar dapat mengangkat perekonomian kalangan masyarakat bawah (Gress Root). JENIS JENIS PEMBIAYAAN PADA BMT Jenis-jenis Pinjaman (Pembiayaan) produk BMT antara lain : 1. MUROBAHAH, Yaitu pembiayaan untuk jual-beli dengan pembayaran jatuh tempo. 2. BAIU BITSAMAN AJIL, Yaitu jual-beli dengan pembayaran angsuran rutin. 3. IJAROH, Yaitu sewa-menyewa barang atau jasa dengan pembayaran angsuran atau tangguh. Misalnya; pembiayaan untuk sewa ruko (tempat usaha). 4. MUSYAROKAH, Yaitu tambahan modal untuk usaha anggota/nasabah dengan pengembalian secara angsuran atau tangguh dan bagi hasilnya ditentukan berdasarkan komposisi modal dan kesepakatan bersama. 5. MUDHOROBAH, Yaitu pembiayaan modal usaha penuh dari BMT kepada anggota/nasabah untuk mengelola sebuah usaha dan bagi hasilnya ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. 6. AR-RAHN (GADAI), Yaitu pembiayaan dengan jeminan barang bergerak ataupun surat berharga yang dititipkan di BMT. BMT menerapkan sistem keuntungan atau biaya pemeliharaan penyimpanan barang tersebut berdasarkan kesepakatan bersama. 7. QORDHUL HASSAN, Yaitu pembiayaan lunak yang dikhususkan untuk kaum dhuafa atau orang yang sangat membutuhkan. Jenis-jenis Simpanan produk BMT antara lain : 1. SIMPANAN AMANAH 2. SIMPANAN WADIAH 3. SIMPANAN PENDIDIKAN 4. SIMPANAN WALIMAH 5. SIMPANAN IDUL FITRI 6. SIMPANAN QURBAN/ AQIQOH 7. SIMPANAN HAJI 8. SIMPANAN MUDHOROBAH BERJANGKA (DEPOSITO)

Contoh Soal Perhitungan Bagi Hasil Akad Mudharabah

Bank Jayen Syariah (BJS) melakukan kerjasama bisnis dengan Bapak Irfa, seorang pedagang buku di Pasar Shoping Yogyakarta menggunakan akad mudharabah (BJS sebagai pemilik dana dan Irfa sebagai pengelola dana). BJS memberikan modal kepada Irfa sebesar Rp 10.000.000 sebagai modal usaha pada Tanggal 1 Januari 2009 dengan nisbah bagi hasil BJS : Irfa = 30% : 70%. Pada tanggal 31 pebruari 2009, Irfa memberikan Laporan Laba Rugi penjualan buku sebagai berikut: Penjualan Rp 1.000.000 Harga Pokok Penjualan (Rp 700.000) Laba Kotor Rp 300.000 Biaya-biaya Rp 100.000 Laba bersih Rp 200.000 Hitunglah pendapatan yang diperoleh BJS dan Irfa dari kerjasama bisnis tersebut pada tanggal 31 Pebruari 2009 bila kesepakan pembagian bagi hasil tersebut menggunakan metode: a. Profit sharing b. Revenue sharing Jawab: a. Profit sharing Bank Syariah : 30% x Rp 200.000 (Laba bersih) = Rp 60.000 Irfa : 70% x Rp 200.000 = Rp 140.000 b. Revenue sharing Bank Syariah : 30% x Rp 300.000 (Laba Kotor) = Rp 90.000 Irfa : 70% x Rp 300.000 = Rp 210.000

CARA MENGHITUNG BAGI HASIL INVESTASI DI BANK SYARIAH

Mungkn kita sering bertanya, jika kita menyimpan uang atau dana kita di bank syariah, berapa bunga yang akan kita dapat. Pertanyaan ini muncul karena kita sudah terbiasa dengan bank konvensional yang memberikan bunga atas tabungan atau deposito yang kita simpan di bank tersebut. Bank Syariah tidak dibenarkan memberikan bunga uang kepada nasabah atau investornya. Tetapi boleh memberikan bagi hasil kepada investornya apabila uang atau dana yang di percayakan oleh investor itu diteruskan kepada nasabah pengguna dana, baik untuk modal usaha atau jual beli. Syaratnya setelah mendapatkan hasil atau keuntungan dari pengguna dana. Perbedaan bunga dan bagi hasil adalah : bunga sudah dutentukan sekian persen dari pokok sejak awal. Sedangkan bagi hasil diperoleh dari hasil usaha yang diketahui setelah jangka waktu tertentu dan usaha telah berjalan. Untuk mengetahui bagaimana cara menghitung bagi hasil yang kita peroleh dalam satu bulan apabila kita menyimpan dana dalam bentuk tabungan syariah di bank syariah, dapat kita lihat dari contoh di bawah ini : Misalnya, jika saldo rata-rata tabungan syariah kita adalah 1 juta rupiah, kemudian saldo total seluruh nasabah di bank syariah tempat kita menabung adalah 1.547.157.333.901,28 rupiah. Sementara saldo pendapatan distribusi bagi hasil bulanan berjalan adalah 16.894.651.199,90 rupiah, dan nisbah bagi hasil penabung dan bank adalah 45 : 55, maka bagi hasil yang diterima penabung adalah : Saldo rata-rata penabung Saldo pendapatan X nisbah Saldo rata-rata seluruh penabung X distribusi bagi hasil 1.000.000 X 16.894.651.199,90 X 45 1.547.157.335.901,28 100 = 4.913,85 Jadi dengan contoh di atas, kita akan memperoleh bagi hasil sebesar 4.913,85 rupiah atau setara dengan 5,8966 persen per tahun pada bulan yang telah berjalan sebelum dipotong pajak dan zakat. Hasil yang diperoleh tidak sama setiap bulannya, tetapi bergantung kepada pendapatan yang diperoleh oleh bank, bisaebih tinggi atau bisapula lebih rendah dari bulan yang telah berjalan, yang kemudian dibagikan secara proporsional dan sesuai dengan nisbah masing-masing produk dana. Namun demikian dana yang anda peroleh sudah bebas dari riba.

METODE PENGHITUNGAN BAGI HASIL SIMPANAN BANK SYARIAH


Ada dua metode perhitungan bagi hasil yaitu yaitu Profit & Loss Sharing dan Revenue Sharing. Namun pada perbankan syariah metode perhitungan yang sering digunakan dalam perhitungan bagi hasil simpanan nasabah adalah metode Revenue Sharing. Dalam perhitungan bagi hasil, bank syariah biasanya menggunakan konsep HI 1000 yang merupakan perhitungan hasil investasi atas setiap Rp.1000 dana nasabah (DPK) yang dikelola oleh bank syariah. Hal ini digunakan untuk memudahkan nasabah dalam memahami cara perhitungan bagi simpanannya. Selain itu, penggunaan konsep HI 1000 dimaksudkan untuk menghindari penggunaan % yang sering dikonotasikan dengan bunga. Berikut contoh perhitungan bagi hasil pada bank syariah dengan menggunakan metode Revenue Sharing dan konsep HI 1000;

Misal PT. Bank Insan Mulia Syariah menyampaikan laporan ikhtisar perhitungan bagi hasil sebagai berikut: PT. BANK INSAN MULIA SYARIAH IKHTISAR PERHITUNGAN BAGI HASIL PERIODE MARET 2011 A. PENGGUNAAN DANA Saldo rata-rata Pendapatan 1. Pembiayaan 52.000.000.000 568.000.000 2. Penempatan di BI 900.000.000 60.000.000 3. Pen. di Bank Lain 11.600.000.000 50.000.000 4. Total 64.500.000.000 678.000.000 B. SUMBER DANA Saldo rata-rata Bagi Hasil 1.Dana Pihak Ketiga 50.500.000.000 551.615.385 2.Modal 14.000.000.000 126.384.615 3.Total 64.500.000.000 678.000.000 Maka tahap perhitungan bagi hasil nasabah adalah: 1.Menghitung pendapatan bagi hasil porsi DPK Bagi Hasil DPK = (DPK/Pembiayaan) x Pendapatan pembiayaan = ( 50.500.000.000 / 52.000.000.000 ) x 568.000.000,= Rp.551.615.385,2.Menghitung nilai HI 1000 HI 1000 = (Bagi Hasil DPK / DPK) x 1000 = (551.615.385/50.500.000.000) x 1000 = 10,923 3.Menghitung bagi hasil nasabah Jika Nasabah A memilik tabungan Ceria dengan nisbah bagi hasil 0,3 : 0,7 (yang lebih disebutkan adalah porsi nasabah) dan saldo rata-rata selama bulan maret sebesar 10 juta, maka bagi hasil nasabah A adalah: Bagi hasil Nasabah A = Saldo Rata2 x nisbah x HI 1000 / 1000 = 10.000.000 x 0,3 x 10,923/1000 = Rp.32.769,Equivalen Rate = bagi hasil nasabah / saldo rata-rata x 12 = 32.769 /1.000.000 x 12 = 3,9% pa. (setara 3,9% per tahun)

Anda mungkin juga menyukai