Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL JAHE PUTIH (Zingiber officinale Roscoe) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI TESTIS MENCIT (Mus

musculus L.) JANTAN GALUR DDY YANG DIINDUKSI ETANOL Ricky Pebriansyah Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

ABSTRACT Ginger has been analyzed contains natural antioxidant which can increase androgenic activities on testis. The aim of this research was to determine the influence of giving ethanolic extract of white ginger against ethanol-induced spermatogenic and spermatozoa cells total in male mice DDY strains. In this study, 25 male mice DDY strains were divided randomly into 5 groups and given treatment for 10 days. K1 (normal control which was only given aquadest), K2 (negative control which was only given ethanol 50% 0,28 ml/20gBW ), K3 (given ethanolic extract of white ginger 0,14 mg/gBW and ethanol 50% 0,28 ml/20gBW), K4 (given ethanolic extract of white ginger 0,28 mg/gBW and ethanol 50% 0,28 ml/20gBW), and K5 (given ethanolic extract of white ginger 0,56 mg/gBW and ethanol 50% 0,28 ml/20gBW). Results showed that the total average of spermatogenic cells in K1 was 126,1214,07; K2 was 41,127,71; K3 was 123,5621,87 (increasing in comparison with K2 and as almost equal to K1); K4 was 156,4815,20; and K5 was 163,7640,13. Whereas the total average of spermatozoa cells in K1 was 52,6018,07; K2 was 17,164,49; K3 was 62,7213,57; K4 was 77,0815,15; and K5 was 90,2417,94. The conclusion of this research is that ethanolic extract of white ginger at 0,14 mg/gBW, 0,28 mg/gBW, and 0,56 mg/gBW doses can increase spermatogenic and spermatozoa cells total on ethanol-induced testis in male mice DDY strains. Key words : White ginger, spermatogenic cell, spermatozoa cell, testicular histopathology appearance, ethanol. ABSTRAK Jahe telah diteliti mengandung antioksidan alami yang dapat memacu aktivitas androgenik pada testis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol jahe putih terhadap jumlah sel spermatogenik dan sel spermatozoa testis mencit jantan galur DDY yang diinduksi etanol. Pada penelitian ini, 25 mencit jantan dibagi dalam 5 kelompok secara acak dan diberi perlakuan selama 10 hari. K1 (kontrol normal yang hanya diberi aquadest), K2 (kontrol negatif yang hanya diberi etanol 50% 0,28 ml/20gBB), K3 (diberi ekstrak etanol jahe putih 0,14 mg/gBB dan etanol 50 % 0,28 ml/20gBB), K4 (diberi ekstrak etanol jahe putih 0,28 mg/gBB dan etanol 50%

0,28 ml/20gBB), dan K5 (diberi ekstrak etanol jahe putih 0,56 mg/gBB dan etanol 50% 0,28 ml/20gBB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata jumlah sel spermatogenik pada K1: 126,1214,07; K2: 41,127,71; K3: 123,5621,87 (mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan K2 dan hampir sama dengan K1); K4: 156,4815,20; dan K5: 163,7640,13. Sementara untuk rata-rata jumlah sel spermatozoa pada K1: 52,6018,07; K2: 17,164,49; K3: 62,7213,57; K4: 77,0815,15; dan K5: 90,2417,94. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ekstrak etanol jahe putih dosis 0,14 mg/gBB, 0,28 mg/gBB, dan 0,56 mg/gBB dapat meningkatkan jumlah sel spermatogenik dan sel spermatozoa testis mencit jantan yang diinduksi oleh etanol. Kata kunci : Jahe putih, sel spermatogenik, sel spermatozoa, gambaran histopatologi testis, etanol.

PENDAHULUAN Testis merupakan organ yang sering menjadi sasaran kerusakan senyawa xenobiotik yang dapat menyebabkan masalah kesuburan (fertilitas), salah satu senyawa tersebut adalah alkohol/etanol
(Panjaitan, 2003). Menurut penelitian Shukla et al. (2007), untuk meminimalisir efek alkohol (etanol) tersebut terhadap testis, dapat digunakan herbal salah satunya adalah dengan menggunakan jahe (Zingiber officinale). Jahe telah diteliti mengandung antioksidan alami yang dapat memacu

aktivitas androgenik pada testis dengan cara meningkatkan hormon LH, FSH, dan testosteron (Ali et al., 2008). Jahe putih lebih banyak dikonsumsi pada rumah tangga dan lebih mudah diperoleh daripada jahe merah. Penelitian mengenai jahe putih pun masih lebih sedikit jika dibandingkan dengan jahe merah (Anonim, 2011). Dari uraian singkat tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh pemberian ekstrak etanol jahe putih (Zingiber officinale Rosc.) terhadap gambaran histopatologi testis mencit (Mus musculus L.) jantan galur DDY yang diinduksi etanol. Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, makan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol jahe putih terhadap jumlah sel spermatogenik dan sel spermatozoa testis mencit jantan galur DDY yang diinduksi etanol. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan metode acak terkontrol menggunakan 25 ekor mencit (Mus musculus L.) jantan galur DDY berumur 2-3 bulan, berat 2

badan antara 30-40 g, yang dipilih secara random yang dibagi menjadi 5 kelompok, dengan pengulangan sebanyak 5 kali. Selama satu minggu tiap-tiap kelompok mencit diadaptasikan sebelum diberi perlakuan. Bahan penelitian yang digunakan ada dua yaitu etanol dengan dosis 0,28 ml/20gBB dan ekstrak etanol jahe putih dengan dosis 0,14 mg/gBB; 0,28 mg/gBB; dan 0,56 mg/gBB. Bahan kimia yang digunakan untuk pembuatan preparat histologis dengan metode paraffin meliputi larutan formalin untuk fiksasi, garam fisiologis NaCl (0,9%), alkohol teknis, toluol, xylol, parafin dengan titik cair 50-55 derajat celcius, pewarna Haematoxylin dan eosin Y, akuades, Meyers albumin, enthelan (Suntoro, 1983). Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik Metler Toledo dengan tingkat ketelitian 0,01 gr, spuit oral 1 cc, gunting minor set, kapas dan alkohol, serta mikrotom. Subjek penelitian dibagi ke dalam 5 kelompok yang masing-masing terdiri dari 5 ekor mencit. Kelompok I (K1) yaitu kontrol normal, hanya diberikan aquades. Kelompok II (K2) yaitu kontrol negatif, hanya diberikan etanol dengan dosis 0,28 ml/20gBB. Kelompok III (K3) adalah kelompok perlakuan coba dengan pemberian ekstrak etanol jahe putih dosis 0,14 mg/gBB, kelompok IV (K4) dengan dosis jahe putih sebanyak 0,28 mg/gBB, dan kelompok V (K5) dengan dosis jahe putih sebanyak 0,56 mg/gBB. Kemudian ketiga kelompok perlakuan ini selang 2 jam diberikan induksi etanol sebesar dosis 0,28 ml/20gBB. Masing-masing diberikan secara per oral selama 10 hari. Kemudian setelah mencit diberi perlakuan selama 10 hari, mencit tersebut dinarkosis dengan menggunakan kloroform lalu dibuka kantong skrotumnya untuk pengambilan organ testis dan selanjutnya dilakukan pembuatan preparat dengan menggunakan metode parafin serta pewarnaan Hematoksilin Eosin. Gambaran histopatologi testis mencit yang diamati adalah jumlah sel spermatogenik dan sel spermatozoa dengan mengamati 1 tubulus seminiferus tiap lapang pandang hingga mencapai 5 lapang pandang setiap sampel perlakuan pada potongan melintang preparat histopatologi testis. Jumlah sel spermatogenik dan jumlah sel spermatozoa dalam 5 lapang pandang masing-masing kemudian dirata-ratakan untuk tiap sampel. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya dengan pembesaran 400 kali. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan histopatologi di bawah mikroskop diuji analisis statistik menggunakan program SPSS versi 17.0. Hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan uji normalitas (Shapiro-Wilk) dan homogenitas (Levene). Jika distribusi data normal dan 3

varians data homogen, dilanjutkan dengan metode one way ANOVA. Namun, apabila distribusi data tidak normal dan varians data tidak homogen, akan diuji dengan uji Kruskal Wallis. Jika pada uji one way ANOVA menghasilkan nilai p<0,05, dilanjutkan dengan melakukan analisis Post Hoc LSD. HASIL Pada kelompok I, tubulus seminiferus terlihat normal. Sel-sel spermatogenik tersusun rapi dan cukup padat sesuai dengan tingkat perkembangannya yang dimulai dari sel germinal (spermatogonium), lalu spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid, dan berakhir pada spermatozoa. Sel-sel spermatozoa terlihat cukup penuh pada lumen tubulus seminiferus yang menandakan spermatogenesis masih berjalan dengan normal. Sel sertoli juga terlihat pada tubulus seminiferus yang letaknya berdekatan dengan sel-sel spermatogenik.

Gambar 1. Gambaran tubulus seminiferus testis mencit kelompok I dengan pewarnaan H.E. (pembesaran 400 kali) Keterangan : 1. Spermatogonium; 2. Spermatosit primer; 3. Spermatosit sekunder ; 4. Spermatid; 5. Spermatozoa; 6. Lumen tubulus seminiferus; 7. Sertoli. Sementara itu, pada kelompok II terjadi penurunan spermatogenesis serta spermiogenesis pada tubulus seminiferusnya. Tubulus seminiferus mengalami atrofi yang disebabkan karena penurunan jumlah sel spermatogenik, hilangnya sel-sel spermatozoa, serta penurunan diameter tubulus seminiferus. Sel-sel pada tubulus seminiferus banyak mengalami nekrosis dan terlihat lebih banyak sel sertoli. 4

Gambar 2. Gambaran tubulus seminiferus testis mencit kelompok II dengan pewarnaan H.E. (pembesaran 400 kali) Keterangan : 1. Spermatogonium; 2. Spermatosit primer; 3. Spermatozoa; 4. Lumen tubulus seminiferus; 5. Sertoli. Pada kelompok III, terlihat tubulus seminiferus mirip seperti tubulus seminiferus normal pada kelompok I. Proses spermatogenesis dan spermiogenesis tetap berjalan normal padahal mencit tersebut telah diinduksi etanol.

Gambar 3. Gambaran tubulus seminiferus testis mencit kelompok III dengan pewarnaan H.E. (pembesaran 400 kali) Keterangan : 1. Spermatogonium; 2. Spermatosit primer; 3. Spermatosit sekunder ; 4. Spermatid; 5. Spermatozoa; 6. Lumen tubulus seminiferus; 7. Sertoli. 5

Jika dibandingkan dengan kelompok IV, terlihat tubulus seminiferus normal dengan proses spermatogenesis dan spermiogenesis yang melebihi kelompok I dan kelompok III.

Gambar 4. Gambaran tubulus seminiferus testis mencit kelompok IV dengan pewarnaan H.E. (pembesaran 400 kali) Keterangan : 1. Spermatogonium; 2. Spermatosit primer; 3. Spermatosit sekunder ; 4. Spermatid; 5. Spermatozoa; 6. Lumen tubulus seminiferus; 7. Sertoli. Sementara pada kelompok V, terlihat tubulus seminiferus normal dengan proses spermatogenesis dan spermiogenesis yang melebihi kelompok I, III, ataupun IV.

Gambar 5. Gambaran tubulus seminiferus testis mencit kelompok V dengan pewarnaan H.E. (pembesaran 400 kali) Keterangan : 1. Spermatogonium; 2. Spermatosit primer; 3. Spermatosit sekunder ; 4. Spermatid; 5. Spermatozoa; 6. Lumen tubulus seminiferus; 7. Sertoli. 6

Data hasil pengamatan jumlah sel spermatogenik dan sel spermatozoa testis mencit untuk masing-masing kelompok disajikan pada tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Perhitungan sel spermatogenik tiap kelompok Kelompok Sampel Rata-rata jumlah sel Rata-rata jumlah sel spermatogenik tiap spermatogenik tiap sampel kelompok (XSD) (X sampel) I A B C D E A B C D E A B C D E A B C D E A B C D E 127,20 104,80 127,00 127,20 144,40 50,00 45,60 42,20 29,80 38,00 124,00 108,40 115,60 108,80 161,00 176,80 158,00 158,20 155,40 134,00 228,40 175,20 148,20 139,00 128,00 126,1214,07

II

41,127,71

III

123,5621,87

IV

156,4815,20

163,7640,13

Tabel 2. Perhitungan sel spermatozoa tiap kelompok Kelompok Sampel Rata-rata jumlah sel Rata-rata jumlah sel spermatozoa tiap spermatozoa tiap sampel kelompok (XSD) (X sampel) I A B C D E A B C D E A B C D E A B C D E A B C D E 35,60 81,20 57,60 48,60 40,00 11,20 21,00 18,00 14,00 21,60 84,80 57,20 50,40 55,20 66,00 58,40 86,20 75,40 97,20 68,20 103,60 114,60 72,40 80,60 80,00 52,6018,07

II

17,164,49

III

62,7213,57

IV

77,0815,15

90,2417,94

Gambar 6. Grafik rata-rata jumlah sel spermatogenik dan sel spermatozoa PEMBAHASAN Jahe khususnya jahe putih telah diteliti memiliki khasiat sebagai zat antioksidan, immunomodulatory, antikanker, antiinflamasi, antiapoptosis, antihiperglikemi, antiangiogenesis, antiarterosklerotik (antilipidemic), dan antiemetik. Jahe memiliki zat antioksidan yang kuat dan mampu mengurangi serta mencegah terbentuknya radikal-radikal bebas. Jahe telah dianggap sebagai obat herbal yang aman dengan efek samping yang sangat minimal. Sebagai hasil dari aktivitas antioksidannya, jahe putih akan memacu aktivitas androgenik untuk organ testis sebagai hasil dari peningkatan hormon LH, FSH, dan testosteron (Ali et al., 2008). Setelah dilakukan uji statistik dengan uji one way Anova didapatkan perbedaan yang bermakna p=0,000 (p<0,05) baik jumlah sel spermatogenik maupun sel spermatozoa. Nilai ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian ekstrak etanol jahe putih terhadap gambaran histopatologi testis mencit jantan yang diinduksi etanol secara signifikan. Pengaruh ekstrak etanol jahe putih terhadap testis tidak hanya pada tahap spermatogenesis, tetapi juga hingga tahap spermiogenesis. Hasil pengamatan baik jumlah sel spermatogenik maupun sel spermatozoa testis mencit pada kelompok III, IV, dan V menunjukkan perbedaan yang signifikan p=0,000 (p<0,05) melalui analisis Post Hoc LSD jika dibandingkan dengan kelompok II. Nilai ini berarti menunjukkan 9

bahwa mencit yang diberikan ekstrak etanol jahe putih (dosis 0,14 mg/gBB; 0,28 mg/gBB; dan 0,56 mg/gBB) mampu menangkal radikal bebas akibat induksi etanol tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Zahedi et al. (2010) yang menyatakan bahwa ekstrak Zingiber officinale dengan dosis 100 mg/kg/hr pada tikus (0,14 mg/gBB pada mencit) selama 30 hari dapat menghambat toksisitas terhadap sistem reproduksi yang disebabkan oleh gentamisin dengan cara meningkatkan level hormon testosteron (baik testosteron intratestikular maupun testosteron plasma/serum) sehingga menginduksi proses spermatogenesis dan spermiogenesis. Penelitian yang dilakukan oleh Morakinyo et al. (2008) dan Khaki et al. (2009) juga menyatakan bahwa pemberian ekstrak jahe dosis 100 mg/kg/hr pada tikus selama 20 hari dapat meningkatkan kualitas spermatozoa, kadar LH dan FSH, serta menurunkan kadar MDA testis. MDA adalah indikator tidak langsung untuk ROS sebagai hasil dari peroksidasi lipid yang berefek toksik terhadap fungsi dan kualitas sperma (Sharma dan Agarwal, 1996). Pada penelitian ini, mencit diberi perlakuan hanya selama 10 hari, tetapi sudah terlihat efek dari ekstrak etanol jahe putih maupun efek toksis etanol itu sendiri terhadap testis mencit. Dari hasil penelitian Kamtchouing et al. (2002), ekstrak Zingiber officinale dosis 100 mg/kg/hr pada tikus selama 8 hari (hampir 1 kali daur epitel seminiferus) sudah mampu meningkatkan kadar serum testosterone, berat testis, serta aktifitas alfa-glukosida epididimis. Menurut Sakr et al. (2009), pemberian secara oral ekstrak jahe dengan dosis 120 mg/kgBB selama 14 hari dapat meningkatkan jumlah sel spermatogenik tikus jantan yang dipapari oleh fungisida mancozeb, hal ini disebabkan karena terjadinya peningkatan hormon LH dan testosteron (peningkatan aktivitas androgenik) pada testis. Penelitian Sakr dan Badawy (2011) juga menyatakan bahwa antioksidan yang terkandung dalam ekstrak Zingiber officinale dengan dosis 120 mg/kgBB dapat memperbaiki kerusakan histologis dan mengurangi apoptosis testis tikus jantan yang disebabkan oleh metiram. Menurut Kusumaningati (2009), kemampuan jahe sebagai antioksidan alami tidak terlepas dari kadar komponen fenolik total yang terkandung di dalamnya. Jahe memiliki kadar fenol total yang lebih tinggi dibandingkan kadar fenol yang terdapat dalam tomat dan mengkudu. Gingerol dan shogaol telah diidentifikasi sebagai komponen antioksidan fenolik jahe.

10

Fenol adalah senyawa yang mempunyai sebuah cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksil. Senyawa fenol dapat menghambat oksidasi lipid dengan menyumbangkan atom hidrogen kepada radikal bebas, sebagai akibat senyawa tersebut mampu mengubah sifat radikal menjadi nonradikal dan terjadi perubahan oksidasi radikal oleh antioksidan (Widiyanti, 2009). Struktur molekul antioksidan tidak hanya memiliki kemampuan melepas atom hidrogen, tetapi juga mengubah radikal menjadi reaktifitas rendah sehingga tidak bereaksi dengan lemak (Jati, 2008). Jahe merupakan tanaman kaya akan senyawa fenolik dan beberapa dari senyawa fenolik mempunyai senyawa antioksidan yang tinggi serta dapat melindungi sel-sel imun dari kerusakan oleh senyawa radikal bebas. Antioksidan fenolik pada jahe dapat bereaksi sebagai scavenger radikal peroksil (ROO*) dan merupakan scavenger yang kuat terhadap radikal hidroksil (OH*). Senyawa fenolik dalam jahe yang bersifat antioksidan dapat melindungi sel dari kerusakan oksidatif (Winarsi, 2007). Menurut penelitian Zancan et al. (2000), jahe dapat meningkatkan aktivitas antioksidan testikular sehingga memacu aktivitas androgenik pada testis dimana komponen antioksidan yang dimiliki oleh jahe tersebut berupa zingerone, gingerdiol, zingiberene, gingerols, dan shogoals. Siddaraju dan Dharmesh (2007) menjelaskan bahwa komponen ginger-free phenolic (GRFP) dan fraksi ginger hydrolysed phenolic (GRHP) pada jahe dapat menghambat efek radikal bebas dan peroksidasi lipid serta melindungi DNA. Menurut penelitian Hafez (2010), minuman jahe juga memiliki aktivitas antidiabetik dan mampu meningkatkan fertilitas pada tikus jantan yang mengalami diabetes mellitus. Nassiri et al. (2009) juga menyatakan bahwa pengobatan tikus yang mengalami diabetes dengan menggunakan jahe selama 20 hari mampu meningkatkan motilitas dan viabilitas sperma serta menurunkan peroksidasi lipid. KESIMPULAN
1. Ekstrak etanol jahe putih (Zingiber officinale Rosc.) dengan dosis 0,14 mg/gBB, 0,28

mg/gBB, dan 0,56 mg/gBB dapat meningkatkan jumlah sel spermatogenik testis mencit (Mus musculus L.) jantan galur DDY yang diinduksi etanol.

11

2. Ekstrak etanol jahe putih (Zingiber officinale Rosc.) dengan dosis 0,14 mg/gBB, 0,28

mg/gBB, dan 0,56 mg/gBB dapat meningkatkan jumlah sel spermatozoa testis mencit (Mus musculus L.) jantan galur DDY yang diinduksi etanol. DAFTAR PUSTAKA Ali, B.H., Blunden G., Tanira M.O., dan Nemmar A. 2008. Some phytochemical, pharmacological and toxicological properties of ginger (Zingiber officinale Roscoe): a review of recent research. Food Chem Toxicol; 46:409-420. Anonim. 2011. Jahe. http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/jahe.pdf. Diakses tanggal 1 Agustus 2011. Hafez, D. 2010. Effect of extracts of ginger goots and cinnamon bark on fertility of male diabetic rats. J. American Science. 6:9407. Jati, S.H. 2008. Efek antioksidan ekstrak etanol 70% daun salam (Syzygium polyanthum) pada hati tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi karbon tetraklorida. Skripsi. FK Farmasi. Surakarta. Kamtchouing, P., Mbongue G.Y., Fndio T., Dimo, dan H.B. Jatsa. 2002. Evaluation of androgenic activity of Zingiber officinale and Pentadiplandra brazzeana in male rats. Asian J. Androl. 4(4): 299- 301. Kusumaningati, R.W. 2009. Analisa Kandungan Fenol Total Jahe (Zingiber officinale Rosc.) Secara in Vitro. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta. Morakinyo, A.O., Adeniyi O.S., dan Arikawe A.P. 2008. Effect of Zingiber officinale on reproductive function in the male rats. African Journal of Biomedica Research. Vol.11: 329-334. Nassiri, M., Khaki A., Ahmadi-Ashtiani H., Rezazadeh S., Rastgar H., dan Gharachurlu S. 2009. Effects of ginger on spermatogenesis in streptozotocin-induced diabetic Rat. J.Medicinal Plants. 8:11824. Panjaitan, R.G. 2003. Bahaya Gagal Hamil yang Diakibatkan Minuman Beralkohol. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sakr, S.A., Okdah Y.A., dan El-Adly E.K. 2009. Effect of ginger (Zingiber officinale) on mancozeb fungicide induced testicular damage in albino Rats. Aust. J. Basic & Appl. Sci. 3(2): 1328-1333.

12

Sakr, S.A. dan Badawy G.M. 2011. Effect of ginger (Zingiber officinale R.) on metiraminhibited spermatogenesis and induced apoptosis in albino mice. Journal of Applied Pharmaceutical Science. 01 (04); 2011:131-136. Sharma, R.K. dan Agarwal A. 1996. Role of reactive oxygen species in male infertility. Urology. 48: 835-50. Shukla, Y., Singh M., dan Rico S. 2007. Cancer preventive properties of ginger : a brief review. J Food Chem Toxicol. 45(5) :683-690. Siddaraju, M.N. dan Dharmesh S.M. 2007. Inhibition of gastric H+, k+, ATPase and Helicobacter pylori growth by phenolic antioxidants of Zingiber officinale. Mol. Nutr. Food. Res. 51(3): 324-332. Suntoro, H. 1983. Metode Pewarnaan (Histologis & Histokimia). Bhratara Karya Aksara. Jakarta. Widiyanti, R. 2009. Analisis Kandungan Senyawa Fenol. Universitas Indonesia. Jakarta. Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Kanisius. Yogyakarta. Zahedi, A. 2010. Zingiber officinale protective effects on gentamicins toxicity on sperm in rats. Journal of Medicinal Plants. Volume 9, No. 35, Summer 2010. Zancan, K.C., Marques M.O., Petenate A.J., dan Meireles M.A. 2002. Extraction of ginger (Zingiber officinale) oleoresin with CO2 and co-solvent: a study of the antioxidant action of the extracts. J.Superit.Flu. 24: 57-76.

13

Anda mungkin juga menyukai