Anda di halaman 1dari 17

Redoks (singkatan dari reaksi reduksi/oksidasi) adalah istilah yang menjelaskan berubahnya bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom

dalam sebuah reaksi kimia. Hal ini dapat berupa proses redoks yang sederhana seperti oksidasi karbon yang menghasilkan karbon dioksida, atau reduksi karbon oleh hidrogen menghasilkan metana(CH4), ataupun ia dapat berupa proses yang kompleks seperti oksidasi gula pada tubuh manusia melalui rentetan transfer elektron yang rumit. Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan oksidasi. Ia dapat dijelaskan dengan mudah sebagai berikut:

Reduksi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion Oksidasi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom, atau ion.

Walaupun cukup tepat untuk digunakan dalam berbagai tujuan, penjelasan di atas tidaklah persis benar. Oksidasi dan reduksi tepatnya merujuk pada perubahan bilangan oksidasi karena transfer elektron yang sebenarnya tidak akan selalu terjadi. Sehingga oksidasi lebih baik didefinisikan sebagai peningkatan bilangan oksidasi, dan reduksi sebagai penurunan bilangan oksidasi. Dalam prakteknya, transfer elektron akan selalu mengubah bilangan oksidasi, namun terdapat banyak reaksi yang diklasifikasikan sebagai "redoks" walaupun tidak ada transfer elektron dalam reaksi tersebut (misalnya yang melibatkan ikatan kovalen). Reaksi non-redoks yang tidak melibatkan perubahan muatan formal (formal charge) dikenal sebagai reaksi metatesis.

Dua bagian dalam sebuah reaksi redoks

Besi berkarat

Pembakaran terdiri dari reaksi redoks yang melibatkan radikal bebas

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Oksidator dan reduktor 2 Contoh reaksi redoks o 2.1 Reaksi penggantian o 2.2 Contoh-contoh lainnya 3 Reaksi redoks dalam industri 4 Reaksi redoks dalam biologi o 4.1 Siklus redoks 5 Menyeimbangkan reaksi redoks o 5.1 Media asam o 5.2 Media basa 6 Lihat pula 7 Referensi 8 Pranala luar

[sunting] Oksidator dan reduktor


Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mengoksidasi senyawa lain dikatakan sebagai oksidatif dan dikenal sebagai oksidator atau agen oksidasi. Oksidator melepaskan elektron dari senyawa lain, sehingga dirinya sendiri tereduksi. Oleh karena ia "menerima" elektron, ia juga disebut sebagai penerima elektron. Oksidator bisanya adalah senyawa-senyawa yang memiliki unsur-unsur dengan bilangan oksidasi yang tinggi (seperti H2O2, MnO4, CrO3, Cr2O72, OsO4) atau senyawa-senyawa yang sangat elektronegatif, sehingga dapat mendapatkan satu atau dua elektron yang lebih dengan mengoksidasi sebuah senyawa (misalnya oksigen, fluorin, klorin, dan bromin). Senyawa-senyawa yang memiliki kemampuan untuk mereduksi senyawa lain dikatakan sebagai reduktif dan dikenal sebagai reduktor atau agen reduksi. Reduktor melepaskan elektronnya ke senyawa lain, sehingga ia sendiri teroksidasi. Oleh karena ia "mendonorkan" elektronnya, ia juga

disebut sebagai penderma elektron. Senyawa-senyawa yang berupa reduktor sangat bervariasi. Unsur-unsur logam seperti Li, Na, Mg, Fe, Zn, dan Al dapat digunakan sebagai reduktor. Logam-logam ini akan memberikan elektronnya dengan mudah. Reduktor jenus lainnya adalah reagen transfer hidrida, misalnya NaBH4 dan LiAlH4), reagen-reagen ini digunakan dengan luas dalam kimia organik[1][2], terutama dalam reduksi senyawa-senyawa karbonil menjadi alkohol. Metode reduksi lainnya yang juga berguna melibatkan gas hidrogen (H2) dengan katalis paladium, platinum, atau nikel, Reduksi katalitik ini utamanya digunakan pada reduksi ikatan rangkap dua ata tiga karbon-karbon. Cara yang mudah untuk melihat proses redoks adalah, reduktor mentransfer elektronnya ke oksidator. Sehingga dalam reaksi, reduktor melepaskan elektron dan teroksidasi, dan oksidator mendapatkan elektron dan tereduksi. Pasangan oksidator dan reduktor yang terlibat dalam sebuah reaksi disebut sebagai pasangan redoks.

[sunting] Contoh reaksi redoks


Salah satu contoh reaksi redoks adalah antara hidrogen dan fluorin:

Kita dapat menulis keseluruhan reaksi ini sebagai dua reaksi setengah: reaksi oksidasi

dan reaksi reduksi

Penganalisaan masing-masing reaksi setengah akan menjadikan keseluruhan proses kimia lebih jelas. Karena tidak terdapat perbuahan total muatan selama reaksi redoks, jumlah elektron yang berlebihan pada reaksi oksidasi haruslah sama dengan jumlah yang dikonsumsi pada reaksi reduksi. Unsur-unsur, bahkan dalam bentuk molekul, sering kali memiliki bilangan oksidasi nol. Pada reaksi di atas, hidrogen teroksidasi dari bilangan oksidasi 0 menjadi +1, sedangkan fluorin tereduksi dari bilangan oksidasi 0 menjadi -1. Ketika reaksi oksidasi dan reduksi digabungkan, elektron-elektron yang terlibat akan saling mengurangi:

Dan ion-ion akan bergabung membentuk hidrogen fluorida:

[sunting] Reaksi penggantian


Redoks terjadi pada reaksi penggantian tunggal atau reaksi substitusi. Komponen redoks dalam tipe reaksi ini ada pada perubahan keadaan oksidasi (muatan) pada atom-atom tertentu, dan bukanlah pada pergantian atom dalam senyawa. Sebagai contoh, reaksi antara larutan besi dan tembaga(II) sulfat:

Persamaan ion dari reaksi ini adalah:

Terlihat bahwa besi teroksidasi:

dan tembaga tereduksi:

[sunting] Contoh-contoh lainnya

Besi(II) teroksidasi menjadi besi(III)

hidrogen peroksida tereduksi menjadi hidroksida dengan keberadaan sebuah asam: H2O2 + 2 e 2 OH

Persamaan keseluruhan reaksi di atas adalah: 2Fe2+ + H2O2 + 2H+ 2Fe3+ + 2H2O

denitrifikasi, nitrat tereduksi menjadi nitrogen dengan keberadaan asam: 2NO3 + 10e + 12 H+ N2 + 6H2O

Besi akan teroksidasi menjadi besi(III) oksida dan oksigen akan tereduksi membentuk besi(III) oksida (umumnya dikenal sebagai perkaratan):

4Fe + 3O2 2 Fe2O3

Pembakaran hidrokarbon, contohnya pada mesin pembakaran dalam, menghasilkan air, karbon dioksida, sebagian kecil karbon monoksida, dan energi panas. Oksidasi penuh bahan-bahan yang mengandung karbon akan menghasilkan karbon dioksida. Dalam kimia organik, oksidasi seselangkah (stepwise oxidation) hidrokarbon menghasilkan air, dan berturut-turut alkohol, aldehida atau keton, asam karboksilat, dan kemudian peroksida.

[sunting] Reaksi redoks dalam industri


Proses utama pereduksi bijih logam untuk menghasilkan logam didiskusikan dalam artikel peleburan. Oksidasi digunakan dalam berbagai industri seperti pada produksi produk-produk pembersih. Reaksi redoks juga merupakan dasar dari sel elektrokimia.

[sunting] Reaksi redoks dalam biologi

Atas: asam askorbat (bentuk tereduksi Vitamin C) Bawah: asam dehidroaskorbat (bentuk teroksidasi Vitamin C)

Banyak proses biologi yang melibatkan reaksi redoks. Reaksi ini berlangsung secara simultan karena sel, sebagai tempat berlangsungnya reaksi-reaksi biokimia, harus melangsungkan semua fungsi hidup. Agen biokimia yang mendorong terjadinya oksidasi terhadap substansi berguna dikenal dalam ilmu pangan dan kesehatan sebagai oksidan. Zat yang mencegah aktivitas oksidan disebut antioksidan.

Pernapasan sel, contohnya, adalah oksidasi glukosa (C6H12O6) menjadi CO2 dan reduksi oksigen menjadi air. Persamaan ringkas dari pernapasan sel adalah: C6H12O6 + 6 O2 6 CO2 + 6 H2O Proses pernapasan sel juga sangat bergantung pada reduksi NAD+ menjadi NADH dan reaksi baliknya (oksidasi NADH menjadu NAD+). Fotosintesis secara esensial merupakan kebalikan dari reaksi redoks pada pernapasan sel: 6 CO2 + 6 H2O + light energy C6H12O6 + 6 O2 Energi biologi sering disimpan dan dilepaskan dengan menggunakan reaksi redoks. Fotosintesis melibatkan reduksi karbon dioksida menjadi gula dan oksidasi air menjadi oksigen. Reaksi baliknya, pernapasan, mengoksidasi gula, menghasilkan karbon dioksida dan air. Sebagai langkah antara, senyawa karbon yang direduksi digunakan untuk mereduksi nikotinamida adenina dinukleotida (NAD+), yang kemudian berkontribusi dalam pembentukan gradien proton, yang akan mendorong sintesis adenosina trifosfat (ATP) dan dijaga oleh reduksi oksigen. Pada sel-sel hewan, mitokondria menjalankan fungsi yang sama. Lihat pula Potensial membran. Istilah keadaan redoks juga sering digunakan untuk menjelaskan keseimbangan antara NAD+/NADH dengan NADP+/NADPH dalam sistem biologi seperti pada sel dan organ. Keadaan redoksi direfleksikan pada keseimbangan beberapa set metabolit (misalnya laktat dan piruvat, beta-hidroksibutirat dan asetoasetat) yang antarubahannya sangat bergantung pada rasio ini. Keadaan redoks yang tidak normal akan berakibat buruk, seperti hipoksia, guncangan (shock), dan sepsis.

[sunting] Siklus redoks


Berbagai macam senyawa aromatik direduksi oleh enzim untuk membentuk senyawa radikal bebas. Secara umum, penderma elektronnya adalah berbagai jenis flavoenzim dan koenzimkoenzimnya. Seketika terbentuk, radikal-radikal bebas anion ini akan mereduksi oskigen menjadi superoksida. Reaksi bersihnya adalah oksidasi koenzim flavoenzim dan reduksi oksigen menjadi superoksida. Tingkah laku katalitik ini dijelaskan sebagai siklus redoks. Contoh molekul-molekul yang menginduksi siklus redoks adalah herbisida parakuat, dan viologen dan kuinon lainnya seperti menadion. [3]PDF (2.76 MiB)

[sunting] Menyeimbangkan reaksi redoks


Untuk menuliskan keseluruhan reaksi elektrokimia sebuah proses redoks, diperlukan penyeimbangan komponen-komponen dalam reaksi setengah. Untuk reaksi dalam larutan, hal ini umumnya melibatkan penambahan ion H+, ion OH-, H2O, dan elektron untuk menutupi perubahan oksidasi.

[sunting] Media asam


Pada media asam, ion H+ dan air ditambahkan pada reaksi setengah untuk menyeimbangkan keseluruhan reaksi. Sebagai contoh, ketika mangan(II) bereaksi dengan natrium bismutat:

Reaksi ini diseimbangkan dengan mengatur reaksi sedemikian rupa sehingga dua setengah reaksi tersebut melibatkan jumlah elektron yang sama (yakni mengalikan reaksi oksidasi dengan jumlah elektron pada langkah reduksi, demikian juga sebaliknya).

Reaksi diseimbangkan:

Hal yang sama juga berlaku untuk sel bahan bakar propana di bawah kondisi asam:

Dengan menyeimbangkan jumlah elektron yang terlibat:

Persamaan diseimbangkan:

[sunting] Media basa


Pada media basa, ion OH- dan air ditambahkan ke reaksi setengah untuk menyeimbangkan keseluruhan reaksi.Sebagai contoh, reaksi antara kalium permanganat dan natrium sulfit:

Dengan menyeimbangkan jumlah elektron pada kedua reaksi setengah di atas:

Persamaan diseimbangkan:

BAB 2. REAKSI REDUKSI-OKSIDASI


Tujuan Instruksional Umum (TIU): Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa konsep-konsep dasar ilmu kimia. (Gambar 2.1 adalah struktur 3-dimensi molekul vitamin C, salah satu contoh zat antioksidan). Tujuan Instruksional Khusus (TIK): Bila diberikan satu sistem reaksi redoks maka mahasiswa akan dapat menyusun selnya dan menulis reaksi yang terjadi baik sebagai sel galvanik maupun elektrolisis. 2.1 Pendahuluan Manusia hidup karena reaksi oksidasi reduksi atau disingkat redoks. Glukosa dalam tubuh dapat menghasilkan energi karena reaksi oksidasi. Oleh karena itu, kekurangan oksigen dalam tubuh akan menyebabkan kekurangan energi yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas. Reaksi yang berhubungan dengan oksigen disebut oksidasi. Oksigen bereaksi dengan hampir semua unsur membentuk senyawa yang disebut oksida. Contohnya, magnesium sangat mudah bergabung dengan oksigen. Permukaan logam yang masih baru dikenakan terhadap udara akan segera teroksidasi menghasilkan lapisan magnesium oksida, MgO. Besi, juga dengan mudah dioksidasi diudara terbuka menghasilkan karat yang disusun dari Fe2O3. Besi yang telah teroksidasi, atau oksida besi, dapat juga dirusak, atau direduksi, menghasilkan logam Fe murni Proses pembuatan logam dari oksidanya disebut reduksi. Oksigen selain bereaksi dengan unsur dapat juga bereaksi dengan molekul. Reaksi oksigen dengan molekul yang mengandung unsur karbon dan hidrogen, misalnya glukosa, akan menghasilkan hasil akhir yaitu H2O dan CO2. Selanjutnya, pengertian oksida dan reduksi menjadi lebih luas, tidak hanya reaksi dengan oksigen. Misalnya, besi oksida, Fe2O3, adalah senyawa ionik (lihat Kimia Dasar I tentang Struktur Molekul) yang tersusun dari ion Fe3+ dan O2-. Reaksi besi dengan oksigen adalah, Fe(s) + 3O2(g) 2 Fe2O3(s) Berdasarkan reaksi di atas, mula-mula Fe adalah atom netral tetapi kemudian kehilangan elektron sehingga berubah menjadi ion Fe3+. Besi dapat kembali menjadi logam besi. Proses balik ini terjadi bila ion Fe3+ memperoleh elektron. Proses melepaskan dan menerima elektron masing-masing disebut oksidasi dan reduksi. Jadi oksidasi adalah proses melepaskan elektron oleh suatu zat, dan reduksi adalah proses menerima elektron oleh suatu zat. Reaksi yang melibatkan oksidasi dan reduksi disebut reaksi oksidasi-reduksi, atau disingkat reaksi redoks.

Perhatikan reaksi pembentukan MgO, Mg(s) + O2(g) 2MgO(s) Produk MgO adalah senyawa ionik yang mengandung Mg2+ dan O2- yang terbentuk melalui pemindahan elektron dari Mg kepada oksigen. Magnesium melepaskan elektron melalui proses, Mg Mg2+ + 2e (oksidasi) Perubahan Mg menjadi Mg2+ disebut oksidasi karena magnesium melepaskan elektron. Oksigen menerima elektron melalui reaksi, O2 + 4e 2O2- (reduksi) Perubahan O2 menjadi O2- adalah reduksi karena oksigen memperoleh elektron. Oleh karena itu, pada reaksi Mg(s) + O2(g), magnesium dioksidasi dan oksigen direduksi. Pada setiap reaksi redoks, oksidasi dan reduksi terjadi secara bersamaan (simultan). Tidak pernah terjadi zat melepaskan elektron tanpa ada zat lain yang menerimanya. Hal ini disebabkan karena elektron tidak pernah ditemukan sebagai pereaksi atau produk dalam setiap perubahan kimia atau reaksi kimia. Dari sini juga dapat disimpulkan bahwa jumlah total elektron yang diperoleh sama dengan jumlah total elektron yang dilepaskan. Jadi, pada reaksi Mg(s) + O2(g), 2 atom Mg bereaksi dengan 1 molekul O2, karena 2 atom Mg membebaskan 4e dan 1 molekul O2 menerima 4e. Pada reaksi redoks terdapat 2 istilah yaitu zat pengoksidasi (oksidator) dan zat pereduksi (reduktor). Zat pengoksidasi adalah zat yang menerima elektron dari zat yang dioksidasi. Zat pengoksidasi adalah zat yang mengalami reduksi. Jadi zat pengoksidasi adalah zat yang menyebabkan terjadinya oksidasi. Pada reaksi pembentukan MgO, O2 mengambil elektron dari Mg dan menyebabkan Mg teroksidasi. Jadi O2 adalah zat pengoksidasi. Pada reaksi Mg(s) + O2(g), zat pengoksidasi (O2) menjadi tereduksi. Zat pereduksi adalah zat yang memberikan elektron pada zat yang direduksi. Zat pereduksi adalah zat yang mengalami oksidasi. Jadi zat pereduksi adalah zat yang menyebabkan terjadinya reduksi. Pada reaksi pembentukan MgO, Mg memberikan elektron pada O2 yang menyebabkan O2 tereduksi. Jadi Mg adalah zat pereduksi. Pada reaksi Mg(s) + O2(g), zat pereduksi (Mg) menjadi teroksidasi. 2.2 Bilangan Oksidasi Pada reaksi O2 dengan masing-masing Mg dan S berikut, Mg(s) + O2(g) MgO(s) S(s) + O2(g) SO2(s) terdapat paling tidak satu kesamaan, yaitu kedua reaksi menghasilkan oksida. Perbedaannya adalah bahwa hasil reaksi MgO adalah oksida ionik tetapi SO2 adalah molekular yang tidak mengandung ion-ion. Namun demikian, kita harus mampu menjelaskan kedua reaksi dalam satu cara yaitu dengan membuktikan pernyataan bahwa oksigen mengoksidasi Mg dan S. Dengan kata lain, kita harus menjelaskan kedua reaksi sebagai reaksi redoks. Hal ini dapat dilakukan dEngan konsep bilangan oksidasi. Bila menerapkan konsep bilangan oksida maka harus ditentukan terlebih dahulu bilangan oksida unsur. Untuk menentukan bilangan ini harus mangikuti aturan berikut. Aturan-aturan menentukan bilangan Oksidasi: 1. Bilangan Oksidasi setiap unsur dalam bentuk unsurnya adalah nol tanpa memperhatikan kekompleksan molekul yang terjadi. Jadi atom-atom di dalam Ne, F2, P4 dan S8 semua

mempunyai bilangan Oksidasi nol. 2. Bilangan oksidasi ion monoatomik (ion yang tersusun hanya dari satu atom) sama dengan muatannya. Jadi Na+, Al3+ dan S2- masing-masing mempunyai bilangan oksidasi +1, +3, dan 2. 3. Jumlah semua bilangan oksidasi dari semua atom-atom dalam Suatu senyawa adalah nol. Untuk ion poliatomik, jumlah bilangan oksidasi harus sama dengan muatannya. Tambahan pada aturan ini adalah bahwa pada suatu senyawa: 4. Bilangan oksidasi F adalah -1. 5. Bilangan oksidasi H adalah +1. 6. Bilangan oksidasi O adalah -2. Bila menentukan bilangan oksidasi, seringkali terjadi pertentangan antara aturan yang satu dengan yang lain. Bila hal ini terjadi maka prioritas adalah dari aturan tertinggi hingga aturan terendah. Di dalam menentukan bilangan oksidasi atom-atom dalam berbagai senyawa, selain menggunakan aturan-aturan diatas dapat juga menggunakan teori-teori tentang pembentukan ionion dari logam dan non-logam. Pada reaksi redoks terjadi perubahan bilangan oksidasi atau keadaan-oksidasi pada dua atau lebih unsur. Contohnya reaksi antara Mg dan oksigen, Mg(s) + O2(g) MgO(s) bilangan oksidasi: 0 0 +2 -2 dengan bilangan oksidasi tertulis dibawah simbol unsur-unsurnya. Bilangan oksidasi Mg berubah dari 0 menjadi +2 dan bilangan oksidasi O berubah dari 0 menjadi -2. Jadi, pada oksidasi Mg disertai dengan kenaikan bilangan oksidasi (dari 0 menjadi +2) dan pada reduksi O2 disertai dengan penurunan bilangan oksidasi (dari 0 menjadi -2). Contoh ini menghasilkan cara pendefinisian reaksi oksidasi dan reduksi lain yang lebih umum. Jadi oksidasi adalah proses peningkatan bilangan oksidasi dan reduksi adalah proses penurunan bilangan oksidasi. Cara pendefinisian ini lebih disukai. Agar tetap konsisten dengan definisi sebelumnya, maka zat pengoksidasi adalah zat yang direduksi dan zat pereduksi adalah zat yang dioksidasi. Dengan definisi baru ini maka reaksi antara S dan O2 adalah reaksi redoks. Persamaan reaksinya adalah, S(s) + O2(g) SO2(s) bilangan oksidasi: 0 0 +4 -2 dengan bilangan oksidasi S naik dari 0 menjadi +4 dan bilangan oksidasi O turun dari 0 menjadi -2. Jadi S mengalami oksidasi dan O2 mengalami reduksi. Dalam pengertian lain bahwa O2 adalah zat pengoksidasi dan S adalah zat pereduksi. Contoh 1: Tentukan bilangan oksidasi atom-atom dalam senyawa berikut: (a) FeCl3, (b) KNO3, (c) H2O2, (d) Cr2O72-, (e) ClO3, (f) Na2S4O6, dan (g) Fe2(SO4)3. Penyelesaian:

1. Senyawa yang terbentuk dari logam dan non logam adalah senyawa ionik. Klorida dapat mambentuk ion Cl- sehingga bilangan oksidamya adalah -1. (Catatan: karena bilangan oksidasi tidak sama dengan muatan sebenarnya, khususnya untuk senyawa molekular, maka keduanya harus dibedakan. Bila bilangan ditulis mendahului tanda muatan maka disebut muatan, dan bila tanda muatan ditulis mendahului bilangan disebut bilangan oksidasi. Jadi bilangan oksidasi C1- = -1 dan muatan C1- = 1-). Bilangan oksidasi Fe dapat ditentukan dengan aturan 3. Cl 3. (-1) = -3 Fe 1.( x) = x Jumlah = O, maka x = +3. Jadi bilangan oksidasi Fe adalah +3. 2. K (golongan IA) membentuk ion dengan muatan 1+, K+. Jadi bilangan oksidasinya adalah +1 (aturan 2). Bilangan oksidasi oksigen adalah -2 (aturan 6). Bilangan oksidasi N ditentukan dengan aturan 3. K 1.(+1) = +1 (aturan 2) O 3 (-2) = -6 (aturan 6) N 1.( x) = x Jumlah = 0, maka x = +5. Jadi bilangan oksidasi N adalah +5. 3. H2O2 adalah senyawa non-logam atau molekular. Karena tidak ada ion-ion maka aturan 2 tidak dapat digunakan. Aturan 5 dan aturan 6 dapat digunakan, tetapi terdapat pertentangan. Jika bilangan oksidasi H adalah +1, sesuai aturan 5, maka O harus -1 agar jumlah bilangan oksidasi nol. Tetapi jika O adalah -2, sesuai aturan 6, maka H harus +2 agar jumlah bilangan oksidasi nol. Tetapi bila terjadi pertentangan maka digunakan aturan yang lebih tinggi. Karena aturan lebih tinggi adalah aturan 5, maka bilangan oksidasi H = +1 dan O = -1. 4. Untuk ion Cr2O72-, jumlah bilangan oksidasi sama dengan muatannya. Jadi, Cr 2.( x) = 2x O 7. (-2) = -14 (aturan 6) Jumlah = -2 (aturan 3), maka x = +6. Jadi pada ion Cr2O72-, bilangan oksidasi Cr adalah +6. Tetapi perlu diingat bahwa atom-atom dalam ion poliatomik terikat dangan gaya tarik yang sama seperti atom-atom dalam molekul. Jadi sebenarnya tidak ada ion Cr6+ di dalam ion Cr2O72. Jadi, karena molekular, maka bilangan oksidasi Cr dan O bukan muatan sebenarnya. 5. Ion ClO3- terbentuk dari 2 unsur non-logam. Ini berarti bahwa ion terikat dengan gaya tarik yang sama seperti dalam molekul. Ini berarti tidak ada ion Cl- di dalam ion ClO3- sehingga aturan 2 tidak dapat digunakan. Dengan aturan 6, bilangan oksidasi oksigen adalah -2. Sehingga bilangan oksidasi Cl dapat ditentukan. Cl l.(x) = x O 3.(-2) = -6 (aturan-6) Jumlah = -1 (aturan -3), maka x = +5. Jadi bilangan oksidasi Cl adalah +5. Bila bersenyawa dengan logam, seperti pada NaCl dan FeCl3, maka klorida adalah sebagai Cl- sehingga bilangan oksidasinya adalah -1. Jadi dapat terjadi bilangan oksidasi Cl selain -1 yang terjadi bila Cl bersenyawa dengan non-logam. Hal yang sama berlaku untuk senyawa yang mengandung nonlogam selain Cl.

6. Na adalah logam alkali, jadi Na+, sehingga bilangan oksidasinya adalah +1. Sesuai aturan 6, bilangan oksidasi oksigen adalah -2. Na 2.(+1) = + 2 (aturan 2) S 4.( x) = 4x O 6.(-2) = -12 (aturan 6) Jumlah = 0, maka x = +5/2. Bilangan oksidasi S adalah +5/2. Bilangan oksidasi tidak boleh semua bilangan (meskipun bilangan oksidasi itu ada). 7. Fe2(SO4)3 adalah senyawa ionik yang tersusun dari ion Fe3+ dan SO42-. Jadi bilangan oksidasi Fe3+ adalah +3. Bilangan oksidasi oksigen adalah -2, sesuai aturan-6. Jadi, Fe 2(+3) = + 6 (aturan-2) S 3.( x) = 3x O 12.(-2) = -24 (aturan -6) Jumlah = 0, maka x = + 6. Jadi bilangan oksidasi S adalah +6. 2.3 Reaksi Redoks Dalam Larutan Jenis reaksi antara ion-ion di dalam larutan tidak hanya reaksi metatesis. Reaksi metatesis atau reaksi pergantian adalah reaksi yang melibatkan dua senyawa dalam larutan dengan mempertukarkan kation diantara dua anion. contohnya reaksi, AgNO3(aq) + NaCl(aq) AgCl(s) + NaNO3(aq) Reaksi redoks juga banyak melibatkan pereaksi ionik, produk ionik, atau pereaksi dan produk ionik. Reaksi redoks sering lebih kompleks dari reaksi metatesis sehingga sukar menyetimbangkan persamaan reaksinya. Namun demikian, ada metoda menyetimbangkan reaksi redoks. Zat-zat yang dapat melakukan reaksi redoks meliputi zat-zat yang digunakan di laboratorium dan yang sudah digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalan cairan pengelantang seperti clorox, yaitu larutan encer NaOCl. Ion OCl- adalah zat pengoksidasi kuat yang mampu mengoksidasi senyawasenyawa berwarna menjadi tidak berwarna. Ion OCl- (hipoklorit) juga digunakan sebagai active ingredient dalam beberapa produk yang digunakan untuk mencegah pertumbuhan lumut, dan active ingredient pada bahan kimia yang ditambahkan ke dalam kolam renang untuk mengklorinasi air. Ion OCl- membunuh jamur dan mikroorganisme lain dengan cara mengoksidasinya. Disamping untuk membunuh bakteri, reaksi redoks juga digunakan untuk menghasilkan elektrisitas berupa baterai (dibahas di bab III). Salah satu metoda yang dapat digunakan untuk menyetimbangkan reaksi redoks adalan metoda ion-elektron. Dengan metoda ini persamaan reaksi dipecah menjadi dua bagian, yang disebut reaksi. Masing-masing -reaksi disetimbangkan dan kemudian dijumlahkan untuk memberikan persamaan ion total yang telah setimbang. Salah satu contoh adalah reaksi antara larutan SnCl2 dan HgCl2 menghasilkan Hg2Cl2 dan Sn4+. Langkah-langkah penyetimbangan adalah sebagai berikut 1. Tuliskan semua zat yang terlibat dalam reaksi. Sn2+ + Hg2+ + C1- Sn4+ + Hg2C12

2. Membagi persamaan reaksi menjadi dua -reaksi. Untuk membagi reaksi maka dimulai dengan melihat produk yang mangalami perubahan dari pereaksi. Sn2+ Sn4+ Hg2+ + Cl- Hg2Cl2 3. Menyetimbangkan -reaksi dengan aturan-aturan: Menyamakan jumlah atom disebelah kiri dan kanan reaksi. Menyamakan muatan total disebelah kiri dan kanan reaksi. Jadi diperoleh, Sn2+ Sn4+ + 2e 2e + 2Hg2+ + 2Cl- Hg2Cl2 4. Menjumlahkan kedua -reaksi. Untuk menjumlahkan -reaksi maka dipakai prinsip reaksi redoks yaitu jumlah elektron yang diterima harus sama dengan jumlah elektron yang dibebaskan. Bila ini telah dipenuhi maka baru dapat dijumlahkan. Jadi diperoleh, 2e + Sn2+ + 2Hg2+ + 2C1- Sn4+ + Hg2C12 + 2e Bila terdapat spesi yang sama di sebelah kiri dan kanan reaksi maka harus dihilangkan. Jadi dari persamaan ini elektron harus dihilangkan, sehingga diperoleh, Sn2+ + 2Hg2 + 2Cl- Sn+ + Hg2Cl2 Contoh 2: Pada reaksi berikut, zat mana yang tereduksi dan teroksidasi, dan mana zat pengoksidasi dan zat pereduksi? 14HC1 + K2Cr2O7 2KC1 + 2CrC13 + 3C12 + 7H2O. Penyelesaian: Bilangan oksidasi tiap-tiap unsur adalah, 14HC1 + K2Cr2O7 2KC1 + 2CrC13 + 3C12 + 7H2O +1 -1 +1 +6 -2 +1 -1 +3 -1 0 +1 -2 Dapat terlihat bahwa zat yang teroksidasi adalah HC1 dan zat yang tereduksi adalah K2Cr2O7. Atau zat pengoksidasi adalah K2Cr2O7 dan zat pereduksi adalah HC1. 2.4 Reaksi Redoks dalam Larutan Asam Beberapa reaksi redoks dalam larutan membutuhkan atau menghasilkan H+ atau OH . Reaksi ini biasanya juga melibatkan H2O sebagai pereaksi atau produk. Pada beberapa reaksi, H+ atau OHtidak hanya sebagai pereaksi atau produk tetapi juga dapat mempengaruhi produk reaksi. Contohnya, Jika ion MnO4 digunakan sebagai zat pengoksidasi dalam larutan suasana asam maka produk reduksi adalah Mn2+. Tetapi jika larutan adalah suasana basa maka produk reduksinya adalah MnO2. Contoh berikut adalah reaksi redoks antara HCl dan KMnO4 dalam suasana asam menghasilkan Cl2 dan Mn2+, Cl- + MnO4 Cl2 + Mn2+ Tahap-tahap menyetimbangkan reaksi diatas dengan metoda ion-elektron dalam larutan suasana asam adalah sebagai barikut: 1. Membagi persamaan reaksi menjadi -reaksi.

Cl- Cl2 MnO4- Mn2+ 2. Menyetimbangkan atom-atom selain H dan O. 2Cl- Cl2 MnO4- Mn2+ 3. Menyetimbangkan oksigen dengan menambahkan H2O. 2Cl- Cl2 MnO4- Mn2+ + 4H2O 4. Menyetimbangkan hidrogen dengan penambahan H+. 2CI- Cl2 8H+ + MnO4- > Mn2+ + 4H2O 5. Menyetimbangkan muatan dengan penambahan elektron. 2Cl- Cl2 + 2e 5e + 8H+ + MnO4 Mn2+ + 4H2O 6. Membuat jumlah elektron yang diterima sama dengan jumlah elektron yang dibebaskan. (2Cl- C12 + 2e) x5 (5e + 8H+ + MnO4 Mn2+ + 4H2O) x2 7. Menjumlahkan kedua -reaksi. 10Cl- + 16H+ + 2MnO4- 5Cl2 + 2Mn2+ + 8H2O 8. Menghilangkan zat yang sama di sebalah kiri dan kanan reaksi. 10Cl- + l6H+ + 2MnO4- 5Cl2 + 2Mn2+ + 8H2O Contoh 3: Setimbangkan persamaan reaksi berikut dangan metoda ion-e1ektron dalam suasana asam. Cr2O72- + H2S Cr3+ + S (asam). Penyelesaian: Tahap 1: Cr2O72- Cr3+ H2S S Tahap 2: Cr2O72- 2Cr3+ H2S S Tahap 3: Cl207 2Cr3+ + 7H2O H2S S Tahap 4: 14H+ + Cr2O72- 2Cr3+ + 7H2O H2S S + 2H+ Tahap 5: 6e + 14H+ + Cr2O72- 2Cr3+ + 7H2O H2S S + 2H+ + 2e Tahap 6,7: 14H+ + Cr2O72- + 3H2S 2Cr3+ + 7H2O + 3S + 6H+ Tahap 8: 8H+ + Cr2O72- + 3H2S Cr3+ + 3S + 7H2O

2.5 Reaksi Redoks dalam Larutan Basa Pada reaksi yang terjadi dalam suasana asam maka untuk menyetimbangkan reaksi digunakan H2O dan H+. Pada suasana basa digunakan H2O dan OH-. Selain cara ini, cara paling sederhana adalah dengan menghilangkan H+ pada persamaan reaksi setimbang dalam suasana asam dengan penambahan OH . Contohnya, menyetimbangkan -reaksi yang terjadi dalam suasana basa, Pb PbO Hasil penyetimbangan dalam suasana asam adalah, H2O + Pb PbO + 2H+ + 2e Untuk mengkonversi ke suasana basa maka dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengeliminasi H+ dengan penambahan 0H-. H2O + Pb +2OH- PbO+ 2H+ + 2OH- +2e 2. Menggabungkan H+ dengan OH- membentuk H2O. H2O + Pb + 2OH- PbO + 2H2O +2e 3. Menghilangkan H2O dari kedua sisi persamaan reaksi. Pb + 2OH- PbO + H2O + 2e Contoh 4: Setimbangkan reaksi berikut dalam suasana basa. Pb(OH)3- + OCl- PbO2 + Cl- (basa). Penyelesaian: Tahap l: Pb(OH)3- PbO2 OCl- C1Tahap 2: Pb(OH)3- PbO2 + H2O + H+ 2H+ + OCl- Cl- + H20 Tahap 3: Pb(OH)3- PbO2 + H2O + H+ + 2e 2e + 2H+ + OCl- Cl- + H2O Tahap 4: 2H+ + OCl- + Pb(OH)3- Cl- + 2H2O + PbO2 + H+ Tahap 5: Penambahan OH pada kedua sisi reaksi. H+ + OH- + OCl- + Pb(OH)3- Cl- +2H2O+PbO2+OHTahap 6: H2O + OCl- +Pb(OH)3- Cl- +2H2O+PbO2+OHTahap 7: OCl- + Pb(OH)3- Cl- + H2O + PbO2 + OH2.6 Beberapa Zat Pengoksidasi dan Pereduksi Di laboratorium, sering diperlukan zat untuk mengoksidasi atau mereduksi bahan kimia yang digunakan pada percobaan. Untuk tujuan ini terdapat bebarapa zat pengoksidasi dan pereduksi yang dapat digunakan, tetapi perlu dipilih yang paling mudah digunakan. Contohnya, klorin, Cl2, adalah zat pengoksidasi yang sangat kuat tetapi tidak dapat digunakan di laboratorium terbuka karena sifat gasnya membuatnya bersifat racun. Jadi bila manggunakan Cl2 diperlukan perhatian khusus pada sifat gasnya. Oleh karena pekerjaan ini tidak mudah, maka dihindari penggunaan gas Cl2. Terdapat 3 zat pengoksidasi yang biasa digunakan di laboratorium, yaitu: 1. Ion permanganat, MnO4-. 2. Ion kromat, CrO42-.

3. Ion bikromat, Cr2O72-. Ketiga jenis pengoksidasi ion ini paling banyak digunakan karena penanganannya yang mudah. Garam ketiga ion ini harus ditangani atau disimpan dengan hati-hati karena sifat mengoksidasinya. Selain itu, ketiga ion- ini adalah pengoksidasi yang sangat efektif menghasilkan oksigen sehingga jangan dibiarkan melakukan kontak dengan bahan-bahan Organik karena sangat potensial menghasilkan api. Ion permanganat, MnO4-. Di dalam larutan warnanya adalah ungu. Umumnya ion permanganat terdapat sebagai garam kalium, KMnO4, yang berwarna hitam keunguan. Pada larutan asam kuat mengalami reduksi dengan reaksi, 8H+(aq) + MnO4-(aq) + 5e Mn2+(aq) + 4H2O Pada reaksi ini terjadi perubahan warna yang drastis. Pada larutan netral atau sedikit basa terjadi reaksi, 2H2O + MnO4-(aq) + 3e MnO2(s) + 4OH-(aq) Ion kromat, CrO42-, dan bikromat, Cr2O72-. Di laboratorium, biasanya ditemukan sebagai garam kalium dan natrium. Pada suasana asam, larutan ion kromat yang berwarna kuning berubah menjadi bikromat yang berwarna merah jingga. Reaksinya adalah, 2CrO42-(aq) + 2H+(aq) Cr2O72-(aq) + H2O Pada larutan yang mengandung ion bikromat, dalam suasana basa, terjadi reaksi sebaliknya, yaitu: Cr2O72-(aq) + 2OH-(aq) 2CrO42-(aq) + H2O Pada suasana apapun, baik asam atau basa, bila ion bikromat bekerja sebagai zat pengoksidasi maka akan berubah menjadi krom dengan bilangan oksidasi +3. Tetapi rumus kimia senyawa krom yang terjadi tergantung pada suasana larutan. Pada larutan asam terjadi reaksi, 6e + 14H+(aq) + Cr2O72-(aq) 2Cr3+(aq) + 7H2O Pada larutan sedikit basa terjadi reaksi, 3e + 2H2O + CrO42-(aq) Cr(OH)3(s) + 5OH-(aq) Pada larutan sangat basa terjadi reaksi, 3e + 2H2O + CrO42-(aq) CrO2-(aq) + 4OH-(aq) Zat pereduksi yang dapat digunakan di laboratorium adalah: 1. Logam, misalnya Mg atau Zn. 2. Ion sulfit dan bisulfit, SO32- dan HSO3-. 3. Ion tiosulfat, S2O32Dari ketiga pereduksi ini yang paling banyak digunakan sebagai pereduksi adalah (2) dan (3). Kekurangan logam bila digunakan sebagai pereduksi adalah bahwa karena reaksi terjadi pada permukaan maka reaksinya sukar dikontrol, Bila reaksi redoks dilakukan dalam larutan maka digunakan zat pereduksi yang larut dalam air. Jadi, dari ketiga zat pereduksi di atas yang dapat digunakan adalah (2) dan (3). Anion sulfit dan bisulfit diperoleh dari netralisasi (sempurna atau sebagian) asam sulfit, H2SO3. Jika larutan adalah basa maka ion bisulfit berubah menjadi ion sulfit sehingga pereaksinya adalah ion sulfit. Atau sebaliknya, jika larutan adalah asam maka pereaksi adalah ion bisulfit atau

bahkan H2SO3. Reaksi oksidasi ion bisulfit dalam suasana asam adalah, HSO3-(aq) + H2O SO42-(aq) + 3H+(aq) + 2e Oksidasi SO32- dalam suasana basa terjadi lebih mudah, SO32-(aq) + 2OH-(aq) SO42-(aq) + H2O + 2e

Anda mungkin juga menyukai