Anda di halaman 1dari 11

Tentang Garuda Indonesia

Sejarah Garuda Indonesia berhubungan dengan bangsa dan perjuangan untuk kemerdekaan. Garuda Indonesia pertama kali mengudara pada tahun 1949 dengan Dakota DC-3. Pada akhir tahun 1950, Garuda telah memiliki 38 pesawat terbang 22 DC3s, delapan pesawat laut Catalina dan delapan Convair 240s. Pada tahun 1953, armada kami berkembang menjadi 46 buah dengan tambahan delapan Convair 340s, dan di tahun 1954 empat belas De Havilland Herons pun ditambahkan. Pesawat amfibi Catalina dicabut dari pengoperasian pada tahun 1955. Garuda Indonesia mulai melayani penumpang ke Bali pada tahun 1951 dengan menggunakan Douglas Dakota DC-3. Di tahun 1969 Garuda meresmikan penerbangan Denpasar-Sidney dengan menggunakan pesawat terbang Douglas DC-8. Selama bertahun-tahun, Bali secara konsisten telah dinobatkan sebagai Pulau Terbaik di Dunia, dan Garudamemainkan peran penting dalam mengembangkan Bali sebagai tujuan turis internasional. Pada Konferensi Asia Afrika bersejarah yang diadakan di Bandung, Jawa Barat 19 April 1955, Garuda Indonesia menjadi maskapai penerbangan resmi, dan menerbangkan delegasi dari 29 negara, termasuk Kepala Negara, ke Bandara Kemayoran, Jakarta Utara, sebelum melakukan perjalanan ke Bandung. Pada perayaan ulang tahun ke-50 Konferensi Asia Afrika,April 2005, Garuda Indonesia kembali menjadi maskapai resmi, yang menerbangkan 75 Kepala Negara,termasuk Bapak Kofi Annan, Sekretaris Jendral PBB dari Bandara Halim Perdana Kusuma di Jakarta ke tempat perayaan dilangsungkan di Bandung. Pada bulan Juni 1956, untuk pertama kalinya Garuda Indonesia mengoperasikan penerbangan Haji dengan membawa rombonganke Saudi Arabia dengan Convair-340. Hari ini, kami telah menerbangkan lebih dari 100.000 rombongan Haji ke Jeddah dari Indonesia setiap tahunnya. Pada tahun 1961, pesawat bermesin turbo Lockheed Electra bergabung dengan armada Garuda, dan mengaktifkan peluncuran layanan penerbangan ke Hong Kong. Di tahun 1965, Garuda Indonesia merupakan maskapai pertama di Asia Tenggara yang menawarkan layanan jet antar benua dari Jakarta ke Amsterdam melalui Kolombo, Bombay, Roma, dan Praha. Penerbangan menggunakan pesawat berteknologi canggih Convair 990A. Jet bermesin-empat ini merupakan pesawat komersial pertama yang dilengkapi dengan mesin turbofan dan masih memegang rekor sebagai pesawat sipil sub-sonic tercepat di dunia.

Tahun 1969, pesawat terbang Fokker F-27 turboprop mengambil peranan dalam layanan rute domestik dan dua buah pesawat terbang DC 9 dikirimkan. Dua buah jet F28 ditambahkan di tahun 1971 dan di tahun 1980 Garuda memiliki 24 buah pesawat terbang DC9 dan 33 buah F28. Sementara itu, pesawat terbang DC10 untuk pertama kalinya dikirimkan pada tahun 1976, dan di tahun 1980 pesawat Boeing 747-200 didatangkan. Kemudian, pada 1983, didatangkan pesawat Airbus seri A300 yang pertama, diikuti oleh pesawat Airbus A300-600, BoeingB737-300, B737-400, dan pesawat terbang McDonnell Douglas MD11 pada akhir dekade dan awal tahun 1990. Dari awal tahun 1970 sampai pertengahan tahun 1980, Garuda Indonesia mengoperasikan armada terbesar jet kembar Fokker Fellowship F-28. Pada saat itu, armada Fokker F-28 terdiri dari 42 buah pesawat terbang, termasuk MK-1000 dari tahun 1971, MK-30000 dari tahun 1976, dan MK-4000 dari versi termaju tahun 1984. Pesawat terbang F-28 mengakhiri layanannya dengan Garuda Indonesia pada 5 April 2001 dan bergabung dengan Citilink, maskapai bertarif rendah. Garuda Indonesia menggunakan pesawat terbang jet pada seluruh armadanya pada tahun 1977, dengan digantinya pesawat terbang Fokker Friendship F-27 turboprop dengan jet kembar Fokker Fellowship F-28 MK-3000. Armada Garuda terdiri dari empat pesawat terbang bertubuh lebar Douglas DC-10, tiga Douglas DC-8, delapan belas Douglas DC-9, dan tigapuluh dua Fokker F-28. Armada yang semuanya terdiri dari pesawat jet memungkinkan Garuda Indonesia menawarkan tingkat baru kenyamanan dan keandalah di seluruh Indonesia dan sekitarnya. Pada tahun 1980, pesawat jet jumbo Boeing B747-200 pertama kali dikirimkan. Di tahun 1984, armada Garuda terdiri dari 4 pesawat Boeing 747-200, 6 pesawat Douglas DC-10, 9 pesawat Airbus A300-B4 (Forward Facing Crew Cockpit), 24 pesawat Douglas DC-9, dan 36 pesawat Fokker Fellowship F-28. Tepat tanggal 21 Januari 1982, Garuda Indonesia menjadi maskapai pertama yang mengoperasikan pesawat Airbus A300-B4 FFCC (Forward Facing Crew Cockpit), dengan menggunakan dek penerbangan analog dua-orang (two-man analog flight deck) yang dirancang khusus, cikal bakal kokpit dengan dua kaca telah digunakan pada semua pesawat modern di zaman ini. Pada tahun 1985, Pusat Pemeliharaan Fasilitas Garuda di Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan Pusat Pelatihan Garuda di Jakarta Barat dibangun. Pada bulan Agustus 2009, Garuda Indonesia mulai menerima pengiriman 50 pesawat Boeing B737800NG (Next Generation) untuk memenuhi tuntutan masa depan di industri perjalanan yang terus berubah. Di tahun 2011, Garuda Indonesia akan menerima pengiriman 10 pesawat Boeing B777-300 ER (Extended Range) pertama, yang dapat menerbangkan 365 penumpang (tipe tiga kursi) dengan perjalanan 14.685 km tanpa henti.

Perjalanan Panjang Fokker F-28 Garuda

Sejarah 34 pesawat Fokker F-28 Garuda Indonesia cukup panjang. Pesawat-pesawat ini bergabung dengan armada Garuda Indonesia pada September 1971 dan mengakhiri layanan setianya pada 5 April 2001. Bahkan setelah itu, mereka tidak diperbolehkan beristirahat, dikarenakan harus memberikan layanan untuk beberapa tahun dengan Citilink, pesawat bertarif rendah yang didirikan oleh Garuda Indonesia. Selama 29 tahun 7 bulan pelayanan, Fokker F-28 tidak hanya memberikan kontribusi utama pada pendapatan Garuda Indonesia, namun juga membantu menyatukan kepulauan Indonesia. Wiweko memiliki visi di mana setiap kota besar di Indonesia harus dikunjungi oleh pesawat Garuda Indonesia setiap hari. Namun tentu saja sulit untuk mendarat di 26 kota besar setiap hari dengan armada yang 90% baling-balingnya digerakkan pesawat. Dengan pemikiran itu, Wiweko menjual DC8 dan menggantinya dengan 12 pesawat Fokker F-27. Alasannya adalah dengan pesawat turboprop Fokker F-27, pilot Garuda Indonesia lebih mudah membuat transisi ke pesawat jet turbofan Fokker F28. Untuk mengantisipasi kedatangan Fokker F-28, Garuda Indonesia mulai menyiapkan lapangan dan kru, serta mengirimkan delapan kandidat pilot, dua kandidat co-pilot dan satu mekanik ke Amsterdam untuk mengikuti pelatihan. Pada bulan Agustus 1971, pesawat pertama diterbangkan ke Indonesia oleh salah satu pilot Garuda Indonesia yang baru dengan ditemani oleh dua pilot dari pabrik pesawat. Lepas landas dari Bandara Schipol Amsterdam, pesawat berhenti di Teheran, Karachi, Kalkuta, dan Bangkok sebelum akhirnya mendarat di Jakarta. Pesawat Fokker seri F-28 MK-1000 (PK-GJZ) mendarat di Bandara Kemayoran pada pukul 10 pagi tanggal 11 Agustus 1971. Beberapa hari kemudian, pesawat tersebut memulai perjalanannya selama lima hari keliling Indonesia untuk menguji landasan pacu. Rutenya adalah Jakarta-BandungSemarang-Surabaya-Denpasar-Ujung Pandang-Kupang-Ambon-Halmahera-Manado-GorontaloBalikpapan-Banjarmasin-Pontianak-Tanjung Pinang-Medan-Aceh-Medan-Pekanbaru-PadangPalembang-Jakarta. Misi tersebut sukses. Fokker F-28 berhasil mendarat di semua landasan, bahkan landasan yang terbuat dari rumput atau gravel. Menyusul keberhasilan uji coba ini, penerbangan komersial dimulai pada bulan September di tahun yang sama.

Dengan total 62 unit pesawat Fokker F-28 yang terdiri dari tiga versi yang digunakan oleh Garuda Indonesia, menjadikan maskapai ini pengguna terbanyak di dunia yang menggunakan jenis pesawat ini. Setelah pemerintah Indonesia memutuskan untuk menggabungkan Garuda Indonesia dan Merpati Nusantara di tahun 1977, 17 pesawat Fokker F-28 MK-3000 didonasikan ke Merpati Nusantara di awal tahun 1980. Pesawat Fokker F-28 merupakan tulang punggung Garuda Indonesia,di mana pesawat ini memainkan peranan yang sangat penting dalam perkembangan maskapai. Karena pesawat inilah pilot-pilot pada zaman itu memperoleh banyak pengalaman terbang. Pada tahun 1984, sebagai pemilik Fokker F-28 dengan jumlah banyak, menjadikan Garuda Indonesia pemilik armada nomor dua terbanyak se-Asia Pasifik (setelah Japan Airlines), dengan armada hampir 80 pesawat modern. Sejarah

Sejarah dimulai ketika Presiden Soekarno mendesak pengusaha dan warga Aceh mengumpulkan dana untuk membeli pesawat terbang, demi mendukung mobilitas Presiden sebagai kepala pemerintahan. Dana yang telah berhasil terkumpul membuahkan satu pesawat Douglas DC-3 Dakota yang kemudian didaftarkan sebagai RI-001 dengan nama Seulawah yang berarti Gunung Emas. Karena ketatnya jadwal penerbangan, pesawat RI-001 harus menjalani proses pemeliharaan di luar Indonesia, dan pada tanggal 7 Desember 1948, pesawat RI-001 mendarat di Kalkuta untuk proses pemeliharaan. Namun, pada saat pesawat tersebut sedang mengalami proses pemeliharaan, pada tanggal 19 Desember 1948, pasukan militer Belanda meluncurkan agresi militer II.Bahkan ketika pesawat RI-001 telah selesai melewati proses pemeliharaan, pesawat tersebut tidak dapat kembali ke Indonesia. Di saat yang bersamaan, Pemerintahan Burma memerlukan pesawat terbang. Dalam rangka mengumpulkan dana untuk ketersediaan pramugari, akhirnya pemerintah memutuskan untuk menyewakan pesawat RI-001 pada pemerintah Burma. Pada tanggal 26 Januari 1949, pesawat RI001 terbang dari Kalkuta ke Rangoon dengan nama Maskapai Indonesia. Kemudian, pesawat tersebut diberi nama Garuda oleh Presiden Soekarno di mana nama tersebut diambil dari sajak Belanda yang ditulis oleh penyair terkenal pada masa itu, Noto Soeroto; "Ik ben

Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog bovine uw einladen", yang artinya, Saya Garuda, burung Vishnu yang melebarkan sayapnya tinggi di atas kepulauan Anda. Pada tanggal 28 Desember 1949, pesawat Douglas DC-3 Dakota PK-DPD, yang telah diberi logo Garuda Indonesian Airways terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Itulah saat pertama pesawat tersebut terbang dengan nama "Garuda Indonesian Airways". Hari ini, armada kami terdiri dari pesawat Boeing 737-800 Next Generation, di mana Audio & Video tersedia di setiap kelas dengan dilengkapi monitor layar sentuh. Kami merupakan salah satu maskapai pertama di dunia yang memiliki Boeing 737-800 Next Generation dengan Sky interior (interior seperti di angkasa), sistem pencahayaan LED, suasana kabin dapat dirubah menurut waktu yang berbeda ... matahari terbit, matahari terbenam, malam hari, dan biru lembut untuk menciptakan pengalaman yang lebih santai selama penerbangan. Selain itu, suasana kabin terasa lebih luas dengan adanya bagasi atas dengan rancangan terbaru yang memberikan ruang lebih pada jarak kepala. Armada Airbus seri A330 kami meliputi Airbus A330-200 dengan fasilitas kursi tidur yang sepenuhnya dapat direbahkan di Kelas Eksekutif. Sementara itu Airbus A330-300 dilengkapi dengan kursi rebah. Tentu keduanya, menyediakan fasilitas Audio & Video di semua kelas. Baru-baru ini, Garuda Indonesia telah memesan 18 pesawat Bombardier CRJ 10000 NextGen denganpilihan 18 armada tambahan. Total ke-36 pesawat diperuntukkan demi mendukung rencana perluasan jaringan domestik kami. Dengan fasilitas ruang yang lega, interior yang ergonomik dengan pencahayaan LED yang sejuk, kami akan mulai menerbangkan pesawat-pesawat ini pada akhir tahun 2012. Pada enam bulan pertama di tahun 2013, kami akan mulai menerima pengiriman 10 pesawat Boeing 777-300 Extended Range. Dengan kemampuan menyediakan layanan tanpa henti dari Indonesia ke Eropa...pesawat akan difasilitasi dengan konfigurasi tiga kursi (a three-class configuration), termasuk super first class, unit tempat duduk yang sepenuhnya tertutup Oasis. Pada tahun 2015, kami berharap memiliki total 150 armada pesawat, termasuk Boeing 777-300 ER untuk pasar jarak yang panjang, Airbus seri A330 untuk pasar dengan jarak medium, Boeing seri 737 untuk destinasi domestik dan daerah, serta Bombardier CRJ NextGen untuk memberikan perluasan layanan baik dari Timur dan Barat Indonesia.

Seragam Kru Kabin

Anggota kru kabin maskapai penerbangan adalah profesi yang unik. Mereka berlaku sebagai penerima tamu atas nama maskapai, memberikan layanan pada para penumpang. Selain itu, mereka juga bertanggung jawab memastikan keamanan dankenyamanan para penumpang selama perjalanan. Sebelum penerbangan, calon anggota kru kabin mengikuti enam bulan pelatihan yang meliputi simulasi pelayanan di dalam pesawat, keamanan penerbangan, pertolongan pertama, hukum, etika sosial, serta tata cara bersikap. Pelatihan selanjutnya yang akan mereka ikuti ditentukan oleh perjalanan karir mereka sebagai anggota kru kabin. Helen E. McLaughlin, dalam bukunya Footsteps in The Sky (1994), menyatakan bahwa profesi kru kabin muncul pertama kali ketika adanya kebutuhan akan tenaga medis di atas pesawat selama Perang Dunia ke I dan II, yaitu disaat tentara yang cedera dibawa dengan pesawat dan memerlukan perawatan selama penerbangan.

Seragam ini telah melalui berbagai perubahan dan penyesuaian untuk tetap bisa mengikuti trend fashion terbaru. Variasi meliputi baju berwarna krem dengan rok panjang jingga dan topi bulat; kemudian dua seragam berbeda digunakan bersamaan,yang satu berwarna dominan krem dan yang lain berwarna dominan jingga; berikutnya, seragam berwarna dasar krem dengan pola zigzag berwarna biru terang dan kuningpucat. Seragam-seragam ini digunakan sampai tahun 1986. Pada tahun 1986, logo dan skema warna Garuda Indonesia berubah menjadi biru tua, dan seragam kru kabin pun disesuaikan dengan skema warna ini. Di tahun 2009, Garuda Indonesia meluncurkan kebijakan Quantum Leap sebagai ujung tombak transformasi maskapai ini. Sebagai bagian dari kebijakan ini, Garuda memperkenalkan seragam kru kabinbaru yang bercorak batik Indonesia dan jaket yang dirancang secara cerdas, yang merefleksikan pengalaman Garuda Indonesia.

Organisasi dan Grup

PT. Garuda Indonesia (Persero) adalah maskapai pertama dan terbesar di Indonesia, menerbangkan hampir 50 destinasi domestik maupun internasional. Dengan pendekatan berorientasi melayani, Garuda Indonesia bertujuan menjadi penyedia layanan terdepan bagi wisatawan udara maupun pengiriman barang melalui udara di negara ini, dengan armada mendekati 120 pesawat terbang untuk mendukung seluruh pelayanan kami. Grup Garuda Indonesia pada saat ini memiliki lima anak perusahaan: PT. Aerowisata (layanan travel, hotel, transportasi dan katering); PT. GMF Aero Asia (pemeliharaan pesawat terbang); PT. Abacus Distribution System (penyedia reservasi komputer); PT. Gapura Angkasa (layanan pemeliharaan di lapangan) dan PT. Lufthansa System Indonesia (Penyedia dan solusi di bidang IT). Dengan Kantor Pusat kami di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Garuda Indonesia pada saat ini mempekerjakan 5.808 pegawai dan mengoperasikan lebih dari 2300 penerbangan domestik dan internasional setiap minggunya..

Anak Perusahaan

Anak perusahaan adalah satu kesatuan legal yang independen, yang dibangun oleh perusahaan untuk mendukung seluruh kegiatannya. Manajemen anak perusahaan diatur secara independen namun tetap di bawah kontrol induk perusahaan. Anak perusahaan Garuda Indonesia meliputi PT. Aerowisata, PT. Abacus DSI, PT. Garuda Maintenance Facility Aero Asia dan PT. Lufthansa System Indonesia. PT Aerowisata didirikan di Jakarta berdasarkan Akta Notaris Soeleman Ardjasasmita, S.H., dengan No.: 85 tertanggal 30 Juni 1973. Akta penggabungan disahkan oleh Mentri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat KeputusanNo.Y.A.5/32/18 tertanggal 2 Februari1974.Anggaran Dasar PT Aerowisata telah mengalamai beberapa kali perubahan, terakhir oleh Akta Notaris pengganti tertanggal 6 Desember 2005, yang berhubungan dengan perubahan pada komposisi pemegang saham PT. Aerowisata, yang berdomisi di Jalan Prapatan no. 32, Jakarta Pusat. PT Aerowisata menawarkan layanan yang berhubungan dengan perhotelan dan pariwisata. PT. Aerowisata memiliki sejumlah anak perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan, katering (pelayanan penyedia makanan), penyedia layanan transportasi darat, serta wisata & agen perjalanan. Anak-anak perusahaan ini meliputi Hotel Development Corporation, PT Senggigi Pratama International, PT Angkasa Citra Sarana Catering Service, PT Mandira Erajasa Wahana, PT Biro Perjalanan Wisata Satriavi, Garuda Orient Holidays Pty. Ltd. dan PT Aerojasa Perkasa. PT Abacus Distribution Systems Indonesia (PT Abacus DSI) didirikan berdasarkan izin Menteri Keuangan dalam Surat Keputusan No. S-34/MK-016/93 tertanggal 31 Desember 1993 dan Menteri Komunikasi dalam Surat Keputusan No. B-487/Au.003/SK 7 tertanggal 29 Desember 1993dengan Akta Notaris No. 1 tertanggal 1 Maret 1995 oleh Anna Sunarhadi, SH., Notaris Umum di Jakarta, dan terakhir oleh Akta bernomor 2 tertanggal 15 Januari 2001 oleh Suryati Moerwibowo, yang sudah mendapatkan perizinan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dalam Surat KeputusanNo. C1466 HT.01.01tertanggal 28 Februari 2001 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 1231 tertanggal 1 Maret 1996. Akta penggabungan telah didaftarkan dalam buku pendaftaran Kantor Pengadilan Negeri, Jakarta Pusat No. 1156 pada tahun 1995. PT. Abacus DSI memiliki kantor pusat di Jl. Mampang Prapatan Raya no. 93, Jakarta, dengan kantor cabang di Surabaya dan Medan. Visi perusahaan ini adalah menjadi penyedia layanan Sistem Distribusi Global (Global Distribution Systems/GDS) terdepan serta penyedia layanan komunikasi dan teknologi informasi di Indonesia.Cakupan kegiatan perusahaan ini meliputi layanan system reservasi yang terkomputerisasi, penyewaan peralatan komputer yang digunakan oleh agen-agen perjalanan, menyediakan fasilitas pelatihan pegawai untuk agen-agen perjalanan serta menyediakan bantuan teknis dalam system reservasi terkomputerisasi (computerized reservation systems/CRS) untuk agen-

agen perjalanan. PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMFAA) bergabung berdasarkan Akta Notaris No.93 tertanggal 26 April 2002 oleh Arry Supratno, S.H.,Notaris Umum di Jakarta, disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dalam Surat Keputusan No.C-11688.H.T.01.01. tertanggal 25 Juni 2002 dan dicatat dalam Pelengkap Berita Negara RI No. 78 pada tanggal 27 September 2002. Pada tahun 2003, penerbitan dan pembayaran modal terdiri dari 665.699 saham, dengan total Rp.166.4 Milyar. 99% saham dimiliki oleh PT. Garuda Indonesia (Persero) dan 1% dimiliki oleh PT. Aerowisata. Perusahaan ini didirikan untuk melaksanakan dan mendukung ekonomi pemerintahan Indonesia dan kebijakan perkembangan nasional, khususnya dalam bidang pemeliharaan pesawat terbang dan layanan perbaikan serta bisnis lain yang berhubungan dengan pemeliharaan pesawat terbang maupun layanan perbaikan. Selain itu, untuk menghasilkan keuntungan untuk perusahaan melalui pemeliharaan pesawat terbang dan layanan perbaikan termasuk mesin dan komponen. PT Aero Systems Indonesia, sebelumnya dikenal dengan nama PT Lufthansa Systems Indonesia, didirikan pada tahun 2005. Pada awalnya, PT. Garuda Indonesia (Persero) memiliki 51% dari saham perusahaan, dan sisanya 49% dimiliki oleh Lufthansa Systems AG (LSY). Pada tanggal 29 Januari 2009, terjadi transfer kepemilikan saham dari LSY ke PT. Aero Wisata.

Kegiatan ASYST meliputi layanan konsultasi dan sistem teknik teknologi informasi serta layanan pemeliharaan penerbangan dan industri lainnya. Bisnis utama ASYSTadalah melayani sebagai penyedia hosting untuk tiga layanan utama: Software as a Services atau SaaS (layanan perangkat lunak) seperti Passenger Service System atau PSS (system layanan penumpang) dan ERP (Enterprise Resource Planning) business model; dikuatkan oleh Platform as a Service atau PaaS (layanan platform), yang terdiri dari sistem operasional, Reverse Proxy, Web Server, Application Server, and Database; serta Infrastructure as a Service atau IaaS (layanan prasarana) seperti Server (komputasi), penyimpanan, perangkat jaringan, Pusat Data and Disaster Recovery Center (Pusat Pemulihan Bencana) untuk mendukung dan mengoptimalisasikan jaringan bisnis. Seluruh layanan disimpan di dalam pusat data dengan standar internasional Tier III ketersediaan 99.8%. Untuk landasan pelayanan, ASYST telah membuat infrastruktur dengan kapasitas yang sangat besar untuk tempat-tempat utama yang meliputi kerangka utama dan jaringan area penyimpanan. Selain itu, untuk memberikan dukungan yang berkelanjutan bagi klien, ASYST menyediakan layanan Data Recovery Center atau DRC (Pusat Pemulihan Data). Untuk informasi lebih lanjut, kunjungi www.asyst.co.id

Strategi Unit Bisnis Strategi Unit Bisnis atau Strategic Business Unit (SBU)adalah unit bisnis independen di bawah perusahaan yang fokus pada optimalisasi sumber daya untuk memaksimalisasikan nilai perusahaan dengan memberikan produk dan pelayanan kepada pelanggan internal maupun pihak ketiga, antara lain Unit Bisnis Garuda Sentra Medika (GSM), Unit Bisnis Garuda Indonesia Training Center (GITC), Unit Bisnis Garuda Cargo dan Unit Bisnis Citilink (maskapai dengan tarif rendah). Keempat unit bisnis ini bertanggung jawab pada Dewan Direksi. Garuda Sentra Medika SBU Garuda Sentra Medika (GSM) SBU memiliki serangkaian program untuk mencapai visinya menjadi yang terdepan dalam hal pelayanan kesehatan dan penyedia layanan andalan bagi maskapai Garuda maupun BUMN di Indonesia. Berikut adalah program-program GSM: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Selalu siap memberikan pelayanan kesehatan di kota-kota besar di Indonesia. Mengembangkan pelayanan kesehatan keluarga Mempromosikan produk kesehatan melalui media tertulis dan pameran JHCC Meningkatkan fasilitas dan infrastruktur klinik Membatasi/mengatur persediaan Memproduksi TPB & PR menggunakan SIRS Mengevaluasi vendor

Cargo SBU Cargo SBUmelayani kebutuhan pelanggan untuk mengangkut barang melalui transportasi udara. Selain menjual tempat kargo/barang di dalam pesawat, Cargo SBU juga merupakan penyedialayanan air cargo (transportasi udara untuk mengangkut barang). Namun saat ini belum memiliki armada pesawat yang beroperasi. Tempat kargo/barang yang tersedia di dalam pesawat dihitung oleh freight available ton kilometers (FATK). Untuk memajukan kualitas layanan pelanggan dan memberikan kontribusi pendapatan yang optimal, Cargo SBU memiliki beberapa program kerja antara lain: 1. Bekerja sama dengan POSINDO, REPEX, dan PAGAR di Timur Tengah 2. Memproses organisasi bisnis untuk meningkatkan efisiensi

3. 4. 5. 6. 7.

Merestrukturisasi organisasi di Kantor Pusat dan menguatkan fungsi Kantor Cabang. Menjalankan sertifikasi ISO 9001-2000 untuk Garuda Cargo SBU Mendukung kerjasama program IOSA Mengimplementasikan EDI e-Freight Mengembangkan proses seleksi kandidat, dengan cara menguji melalui strategic partnership assessment (alat test yang menguji efektifitas kemitraan) dan mengimplementasikan perubahan manajemen 8. Belly Space Rate (BSR)

Citilink SBU Citilink menyediakan maskapai perjalanan bertarif rendah, dengan target segmen wisatawan pada pasar domestik yang memiliki anggaran rendah namun jumlahnya secara konsisten terus meningkat. Restrukturisasi destinasi pertama kalinya diprakarsai pada bulan Juni 2007 dengan membangun pusat jaringan maskapai di Batam. Restrukturisasi destinasi didasari oleh keuntungan, segmen pasar, iklim yang kompetitif, serta keberadaan perusahaan berdasarkan tujuan utamanya.

Anda mungkin juga menyukai