Anda di halaman 1dari 2

MIDWIVES PERCEPTION ON HIV/AIDS IN SERIRIT SUB-DISTRICT, BULELENG REGENCY IN 2011 By: Putu Theni Aryasih Program Studi Masters

of Public Health ABSTRACT Secara nasional epidemiologi HIV dan AIDS dilaporkan bahwa lebih dari 6,5 juta perempuan di Indonesia menjadi populasi rawan tertular dan menularkan, lebih dari 24.000 perempuan usia subur di Indonesia telah terinfeksi HIV, lebih dari 9.000 perempuan HIV+ hamil dalam setiap tahunnya. Berarti, jika tidak ada intervensi sekitar 3000 bayi dikhawatirkan lahir HIV positif setiap tahunnya. Dengan terinfeksinya ibu hamil maka sangat memungkinkan terjadi penularan infeksi dari ibu ke janin apabila upaya Prevention of Mother to Child Transmission (PMTCT) tidak dilakukan sejak dini. Penularan HIV dari ibu hamil ke bayinya dapat terjadi pada masa kehamilan (17%), masa persalinan (8%) dan masa menyusui (10%). Peran bidan dalam upaya penemuan kasus untuk HIV dan AIDS pada ibu hamil di Bali sangatlah penting, mengingat lebih dari 90% upaya Antenatal Care (ANC) ibu hamil di Bali dilakukan di sarana pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi persepsi bidan tentang HIV dan AIDS di Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng. Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD). Informan terdiri dari 21 orang bidan yang bertugas di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng yang sudah mendapat pelatihan mengenai pengetahuan dasar HIV dan Prevention of Parent To Child Transmission (PPTCT). Untuk triangulasi data tentang peran bidan dalam penemuan kasus, merujuk ibu hamil untuk melakukan tes HIV, ANC serta hambatan-hambatan yang dihadapi, dilakukan wawancara mendalam terhadap satu orang informan ibu hamil HIV positif, enam orang informan ibu hamil yang menolak VCT. Pengetahuan bidan tentang HIV dan AIDS di Kecamatan Seririt sangat baik. Dalam persepsinya tentang epidemi HIV dan AIDS di wilayah kerjanya bidan menyatakan bahwa resiko penularan HIV kepada masyarakat cukup tinggi dan merupakan ancaman yang sangat besar terutama karena menjamurnya kafe-kafe yang sulit untuk dipantau status kesehatannya. Hambatan bidan dalam menjalankan perannya untuk menemukan kasus baru antara lain kesulitan bidan untuk berdiskusi terkait HIV karena HIV merupakan isu yang sensitif, kuatnya budaya patriarki mempengaruhi pengambilan keputusan ibu hamil untuk melakukan tes HIV, masih adanya stigma di masyarakat tentang HIV. Hambatan bidan untuk menjalankan perannya dalam merujuk ibu hamil melakukan tes HIV antara lain karena masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang HIV, persepsi ibu hamil bahwa dirinya kurang beresiko tertular HIV, kekhawatiran menurunnya jumlah pasien dan stigma terhadap HIV yang

vi

mempengaruhi akses terhadap VCT. Pada saat menjalankan perannya dalam melakukan ANC, masih ada rasa khawatir akan tertular walaupun telah memperoleh pelatihan. Dalam upaya meningkatkan potensinya menjalankan perannya khususnya upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke janin, bidan berpendapat dengan jalan menjadikan HIV sebagai program pokok Puskesmas, merubah sistem menjadi jemput bola yang sejalan dengan PICT, perluasan fasilitas VCT di tiap Puskesmas, dilakukan pelatihan dan penyegaran secara rutin dan meningkatkan peran serta tokoh masyarakat.

Key words : HIV and AIDS, midwives perception, hambatan peran bidan, peningkatan potensi peran bidan.

vii

Anda mungkin juga menyukai