Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN Candida albicans adalah flora normal pada saluran pencernaan, kemih, dan kulit manusia. Pada keadaan tertentu dapat menjadi patogen, menyebabkan lesi pada kulit, kuku, dan membran mukosa. Daerah intertriginosa adalah daerah yang paling sering terkena karena pada daerah ini organisme dapat berkembang. Daerah yang paling sering terkena adalah daerah perianal, lipatan paha, lipatan perut, lipatan payudara, daerah interdigitalis, lipatan kuku dan ketiak. Candida albicans adalah organisme oportunis yang bersifat patogen. Pada keadaan gangguan imunitas, atau pada keadaan yang memungkinkan candida untuk berkembang. Panas dan kelembaban adalah keadaan yang mendukung perkembangan candida. Gangguan keseimbangan selama menjalani terapi antibiotik juga menyebabkan perkembangan candida. Demikian juga dengan pH kulit yang tinggi. Popok, panty liner, dan produk-produk yang menyebabkan pembuntuan pori-pori kulit, dapat meningkatkan pH kulit dan dapat memudahkan infeksi kulit karena Candida albicans. Penggunaan buffer topical yang bersifat asam dapat berfungsi sebagai pencegahan pada serangan candida yang berulang.(1)

BAB II PEMBAHASAN
II.1 DEFINISI(4)

Candidiasis adalah penyakit infeksi primer atau sekunder yang disebabkan oleh jamur genus candida terutama Candida albicans. Penyakit ini dapat berjalan akut, sub akut, atau kronik, terlokalisir pada kulit, mulut, tenggorokan, kulit kepala, vagina, jari, kuku, bronchi, paru paru, dan saluran pencernaan, dan dapat pula sistemik mengenai endokardium, meningen sampai septikemia. Candida tidak menyerang rambut. II.2 SINONIM.(4) (6) Nama lain dari candidiasis adalah candidosis, dermatokandidiasis, bronchomikosis, micoticvulvovaginitis, muguet dan moniliasis. Istilah candidiasis banyak digunakan di amerika, sedangkan di kanada dan negara negara di eropa seperti Italy, Perancis dan Inggris menggunakan istilah candidosis

II.3 ETIOLOGI( 7) Penyebab utama dari candidiasis adalah Candida albicans pada 70-80% kasus, sampai dengan 90% kasus. Penyebab lainnya adalah Candida glabrata, Candida parapsilosis sebagai penyebab endokarditis kandidiosis, dan sebagai penyebab kandidiosis septikemia adalah Candida tropicalis. Yang lainnya adalah: C. krusei, C. pseudotropicalis, C. stellatoidea, C. guilliermondii, C. kefyr, C. zeylanoides, C. viswanathi, C. lusitanie, C. dubliensis, dll. Genus candida merupakan sel ragi uniselular yang termasuk termasuk dalam fungi imperfecti atau deuteromycota, klas blastomycetes yang memperbanyak diri dengan bertunas, famili cryptococcaceae. Genus ini terdiri dari lebih dari 150 spesies, yang paling patogen adalah Candida albicans. Candida hidup sebagai saprofit, merupakan flora normal pada mulut, tenggorokan dan saluran pencernaan lainnya, vagina, kadang kadang pada daerah lipatan kulit dan dibawah kuku jari tangan. Di alam bebas ditemukan pada tanah, atmosfir, air, serangga, dan tumbuh tumbuhan. Jamur ini merupakan jamur bimorfik, yang bentuknya tergantung lingkungannya. Bentuk micellium atau bentuk hifa ditemukan pada penyakit, karenanya

bentuk ini dianggap sebagai bentuk yang patogen, sedangkan bentuk ragi atau clamidospora merupakan bentuk istirahat yaitu sebagai saprofit. Seluruh spesies candida mempunyai kemampuan membentuk pseudomiscellia, kecuali Candida glabrata.(4)(6) Candida adalah jamur seperti ragi yang dapat membentuk hyphae sejati dan pseudohyphae. Candida pada umumnya terbatas pada manusia dan reservoir binatang; bagaimanapun, mereka sering didapatkan dari lingkungan rumah sakit, seperti makanan, loket pendaftaran, pendingin ruangan, lantai, respiraotr, dan pekerja medis. Candida adalah organisme komensal pada kulit yang sakit dan mukosa saluran cerna, saluran kemih, dan saluran nafas. Candida juga berisi faktor virulensi mereka sendiri yang mudah dikenali. Beberapa faktor virulensi yang meskipun tidak karakteristik dapat berperan pada kemampuan mereka dalam menyebabkan infeksi. Faktor-faktor virulensi yang utama adalah molekul permukaan yang memungkinkan pelekatan organisme ke struktur lain (misalnya sel manusia, matriks ekstraseluler, alat-alat prostetik), asam proteases, dan kemampuan untuk berubah menjadi bentuk hifa. Jenis Candida yang secara medis penting meliputi yang berikut: ( 7) Candida albicans, jenis yang paling umum dikenali ( 50-60%) Candida glabrata ( 15-20%) Candida parapsilosis ( 10-20%) Candida tropicalis ( 6-12%) Candida krusei ( 1-3%) Candida kefyr (< 5%) Candida guilliermondi (< 5%) Candida lusitaniae (< 5%)Candida dubliniensis, terutama didapatkan dari pasien yang positif HIV C glabrata dan C albicans meliputi kira-kira 70-80% ragi yang didapat dari pasien dengan kandidiasis invasif. C. glabrata telah menjadi penting baru-baru ini oleh karena peningkatan insidensinya di seluruh dunia, dan jelas lebih tidak sensitif terhadap azole dan amphotericin B.

C krusei penting karena resistensi intrimnsiknya terhadap ketoconazole dan fluconazole ( Diflucan); terlebih lagi C. krusei juga lebih tidak peka terhadap semua antifungals lain, mencakup itraconazole ( Sporanox) dan amphotericin B. C lusitaniae juga merupakan spesies penting walaupun tidak umum seperti beberapa spesies candida lainnya memiliki arti klinis penting sebab sering resisten terhadap amphotericin B, walaupun tetap sensitif terhadap azoles dan echinocandins. C parapsilosis merupakan spesies yang penting dipertimbangkan pada pasien rawat inap dengan pemakaian kateter vaskuler. C tropicalis telah dipertimbangkan sebagai penyebab penting candidemia pada pasien dengan kanker (leukemia) dan pada pasien yang sudah menjalani pencangkokan sumsum tulang.

II.4 PATOGENESA(4)(6)
Manifestasi klinis Candidiasis merupakan hasil interaksi antara patogenitas candida dengan mekanisme pertahanan tuan rumah, yang berkaitan dengan faktor predisposisi. Infeksi Candida dapat terjadi, apabila ada faktor predisposisi baik endogen maupun eksogen. Faktor endogen : 1. perubahan fisiologik : a. kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina b. kegemukan, karena banyak keringat c. debilitas d. iatrogenik e. endokrinopati, gangguan gula darah kulit f. penyakit kronik : tuberkolosis, lupus eritematosus dengan keadaan imun buruk 2. umur : orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status imunologik tidak sempurna. 3. imunologik : penyakit genetic

Faktor eksogen : 1. iklim, panas, dan kelembaban menyebabkan prespirasi meningkat 2. kebersihan kulit 3. kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan maserasi dan memudahkan masuknya jamur 4. kontak dengan penderita, misalnya pada thrush, balanopostitis

Seperti infeksi jamur pada umumnya defek dari inang juga berperan penting dalam perkembangan infeksi oleh Candida. Banyak defek dari inang dihubungkan dengan infeksi oleh Candida(7). Berikut adalah mekanisme pertahanan inang terhadap infeksi Candida dan defek pada mekanisme tersebut yang memungkinkan infeksi oleh Candida: Barier utuh/intak mukosa dan kulit - Luka, penggunaan kateter intravena, luka bakar, ulserasi Sel Fagosit - Granulocytopenia Sel PMN Penyakit granulomatosa kronis Sel Monosit Defisit Mieloperoksidase Komplemen- Hipokomplemenemia Immunoglobulin- Hipogammaglobulinemia Kekebalan yang diperantarai sel (imunitas seluler) Kandidasis mukokutaneus kronis, Diabetes Mellitus, pengunaan cyclosporin A, Penggunaan kortikosteroid, infeksi HIV Bakteri pelindung mulosa dan kulit Penggunaan antibiotika spektrum luas

Faktor Resiko yang dihubungkan dengan Candidiasis adalah sebagai berikut: Granulositopenia Pencangkokan Sumsum Tulang

Pencangkokan Organ (Hati, Ginjal) Terapi intera-vena yang lama Keganasan hematologis Pemakaian Kateter Folley Neoplasma solid Kemoterapi dan terapi radiasi Kortikosteroid Antibiotika spektrum luas Luka bakar Rawat inap yang lama Trauma berat Infeksi bakteri Tindakan bedah Tindakan bedah saluran cerna Alat akses intravaskuler sentral Kelahiran prematur Hemodialisis

II.5 GAMBARAN KLINIS (6,7,8,)


Infeksi yang disebabkan oleh spesies-spesies Candida dapat berupa sindroma klinis yang luas sebagaimana akan dijelaskan kemudian. Gejala klinis dapat beragam tergantung pada tipe infeksi dan tingkat imunosupresi inang berupa: Sindroma Candidiasis Cutaneus Candidiasis Cutaneus Generalisata (7,8):

Ini adalah suatu bentuk yang tidak biasa dari Candidiasis Cutaneus berupa erupsi difusa pada tubuh, dada, dan ekstrimitas. Pasien memiliki riwayat pruritus generalisata terutama di lipatan paha, daerah perianal, aksila, tangan, dan kaki. Pada pemeriksaan fisik dijumpai ruam luas yang awalnya berupa vesikel-vesiket tunggal an kemudian menyatu menjadi satu area lesi yang luas. Merupakan candidiasis pada kulit glabrosa yang berasal dari perluasan candidiasis intertriginosa atau mulut. Penyakit ditemukan pada penderita dengan kondsi sistemik yang buruk seperti pada diabetes, penderita dengan defek ektodermal dan debil. Dapat pula terjadi pada orang yang berdiam lama dalam air, menggunakan pakaian basah atau setelah aplikasi krim atau kompres pada seluruh tubuh dengan oklusi sehingga penyakitnya disebut water-bath dermatitis Lesi berbatas tegas, pada bagian tepi kadang-kadang ditemkuan vesikel. Candidiasis Intertriginosa (7,4): Pasien mempunyai riwayat intertrigo di lokasi pada permukaan kulit yang tertutup dan menyediakan suatu lingkungan lembab serta hangat. Timbul ruam kemarahan yang pruritik.Pada pemeriksaan fisik dijumpai ruam yang pada awalnya berupa vesiko-pustula, dan kemudian membesar dan pecah menyebabkan maserasi dan pembentukan fisura. Wilayah yang terkena memiliki batas cekung dengan tepi putih berasal dari epidermis yang nekrotik mengitari dasar maserasi kemerahan. Lesi-lesi satelit sering dijumpai dan dapat menyatu hingga membentuk lesi yang lebih luas. Mengenai daerah lipatan kulit, terutama aksila, inframama, umbilikus, lipatan gluteal, genitokrural, interdigital; dapat juga mengenai daerah retroaurikuler, lipatan kulit perut dan glans penis (balanopostitis). Merupakan candidiasis terbanyak pada orang dewasa Rekurensi sering terjadi 7

Pada lipatan paha sering merupakan perluasan dari infeksi pada vulva dan vagina Lesi pada penyakit yang akut mula-mula kecil kemudian meluas, berupa vesikel atau putul superfisial berdingding tipis, ukuran 2 4 mm, makula eritem, batas tegas, sering terjadi erosi atau maserasi atau basah, ditemukan skuama kolaret. Pada bagian tepi kadang-kadang tampak apul dan skuama. Di sekelilingnya terdapat lesilesi satelit berupa vesikel atau pustul yang kecil. Pada penyakit yang kronik, terdapat papul-papul, likenifikasi, hiperpigmentasi, dan skuama. Kelainan pada kulit menimbulkan keluhan gatal yang hebat, kadang-kadang disertai rasa panas seperti terbakar pada sela jari disebut erosio intrdigitalis blastomycetica, atau candidiasis interdigitalis. Banyak terdapat di daerah tropis, terutama mengenai orang-orang yang dalam pekerjaannya sering berkontak dengan air, misalnya: pada kaki tentara-merupakan penyakit infeksi terbanyak. Pada sela jari tangan biasanya antara sela jari ke-tiga dan ke-empat, pada sela jari kaki antara jari ke-empat dan ke-lima. Kulit sela jari tampak eritem, terkelupas dan terjadi maserasi. Dapat ditemukan fisura. Pada bentuk yang kronik, kulit sela jari menebal, lembab dan berwarna putih. Sering disertai infeksi pada telapak kaki dan sisi lateral kaki.

Luka Kulit Metastatik: Lesi kulit karakteristik muncul pada selkitar 10% pederita dengan

candidasis diseminata dan candidemia. Lesi-lesi dapat banyak ataupun sedikit. Lesi-lesi tersebut umumnya dijelaskan berdifat eritematosa, solid, makronoduler dan tidak disertai kalor. Specimen biopsi pada lesi-lesi tersebut menunjukkan selsel ragi, hifa, pseudohifa, dan 50% kultur menunjukkan hasil yang positif.

Folikulitis Kandida: Infeksi ditemukan sebagian besar di folikel rambut dan, jarang menjadi luas.

Paronychia dan onychomycosis: Seringkali paronikia dan onikomikosis dihubungkan dengan perendaman

tangan di air dan dengan Diabetes Mellitus. Pasien pernah mengalami area eritematosa di sekitar dan di profunda dari kuku atau nail bed. Pemeriksaan fisik mengungkapkan suatu area radang yang menjadi hangat, berkilauan, tegang, eritematosa, dan dapat meluas secara ekstensif di bawah kuku. Itu dihubungkan dengan paku sekunder yang mengentalkan, ridging, pelunturan, dan kerugian paku sekali-kali. Keadaan ini dihubungkan dengan kondisi sekunder dimana kuku mengalami penebalan, perubahan warna, serta sesekali tanggal.

Candidiasis Mucocutaneus Kronis(7,8) Candidiasis Mucocutaneus Kronis menguraikan suatu kelompok Infeksi Candida di kulit, kuku, dan mukosa yang cenderung kronis. Kebanyakan infeksi dijumpai pada masa kanak-kanak atau dua dekade pertama kehidupan, serangan pada orang-orang lebih tua dari 30 tahun jarang dijumpai. Kebanyakan pasien bertahan hidup dan jarang mengalami infeksi jamur yang meluas.Penyebab kematian yang paling umum adalah sepsis bakterial. Candidiasis Mucocutaneus Kronis sering dihubungkan dengan endokrinopati sebagaimana berikut: Hypoparatiroidismus Penyakit Addison Hypotiroidismus Diabetes Mellitus 9

Antibodi autoimun ke jaringan adrenal, tiroid, dan lambung (sekitar 50%) Timoma Dysplasia gigi Penyakit autoimun poliglanduler Antibody terhadap sel pembentuk melanin

Pemeriksaaaan Fisik: Dijumpai lesi yang merusak struktur wajah, kulit kepala, tangan, dan kuku. Seringkali dihubungkan dengan candidiasis oral (thrush) dan perleche: Candidiasis oral (thrush) (6) Biasanya mengenai bayi, tampak pesudomembran putih coklat muda kelabu yang menutup lidah, paltum molle, pipi bagian dalam dan permukaan rongga mulut yang lain. Lesi dapat terpisah-pisah, dan tampak seperti kepala susu pada rongga mulut. Bila pseudomemnbran terlepas dari dasarnya tampak daerah yang basah dan merah. Pada glositis kronis lidah tampak halus dengan papilla yang atrofi atau lesi berwarna putih di tepi atau di bawah permukaan lidah. Bercak putih ini tidak tampak jelas bila penderita sering merokok. Perleche (6) Lesi berupa fisura pada sudut mulut, lesi ini mengalami maserasi, erosi, basah, dan dasrnya eritmatosa. Faktor predisposisi ialah defisiensi riboflavin.

II.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG dan HISTOPATOLOGI ( 7) ( 8)


Temuan Histologis: Jaringan yang terfiksasi dapat diwarnai dengan pewarnaan Hematoksilin-Eosin. Hifa jamur dapat pula ditunjukkan dengan pewarnaan PAS, metilen biru, atau Grocott silver10

methenamine. Gambaran klasik yang biasa ditemukan adalah spesies-spesies Candida dalam bentuk sel ragi yang ovoid atau bulat, hifa, dan pseudohifa. Diagnosa Laboratoris (8): 1). Material Klinis: kerokan kulit dan kuku, urin, sputum, dan usapan bronchial, cairan serebrospinal, cairan pleura dan darah, biopsy jaringan dari beragam visera dan ujung dalam kateter yang dipakai penderita 2). Penggunaan Mikroskop: (a) kulit dan kuku diperiksa dengan KOH 10% dan tinta Parker atau calcofluor white mounts; (b) Eksudat dan cairan tubuh disentrifugasi terlebih dahulu baru kemudian sediment yang didapatkan diperiksa dengan KOH 10% dan tinta Parker atau calcofluor white mounts dan/atau pengecatan Gram; (c) irisan jaringan dicat dengan pewarnaan PAS, Grocotts methenamine silver (GMS) atau pewarnaan Gram. Penemuan Candida dapat meleset pada sediaan jaringan yang di-cat denga Hematoksilin-Eosin. Pada pemeriksaan hendaknya dicari Candida dengan gambaran kumpulan sel-sel ragi (blastoconidia) yang kecil, bulat atau oval, berdinding tipis dan bergerombol serta pseudohifa yang bercabang-cabang. Pseudohifa Candida bisa jadi sulit dbedakan dengan hifa Aspergilus manakala blastoconidia tidak tampak sebagaimana sering terjadi pad biopsy jaringan hati

11

10%KOH yang memperlihatkan sel ragi dan pseudohyphae dari suatu kerokan kulit

PAS yang memperlihatkan sel ragi dan pseudohyphae dari spesimen urin Interpretasi: temuan mikroskopis dari area tubuh yang steril, khususnya biopsi jaringan, harus dianggap penting/bermakna walaupun kultur tidak dapat dilakukan. Tampilan pseudohifa pada kerokan atau hapusan dari lesi kuaneus, oral, esophageal, dan vaginal harus dianggap bermakna sesuai dengan manifestasi klinis dari diagnosa yang akan ditegakkan walaupun penemuan sel-sel ragi saja pada tempat yang sama memiliki arti diagnostik yang kecil. Pseudohifa tidak akan dijumpai pada hapusan jika C. glabrata terlibat dalam infeksi dan penegakan diagnosa akan membutuhkan bukti tambahan yang mendukung. Pemeriksaan mikroskopis pada cairan tubuh yang steril seperti cairan serebrospinal, cairan sendi, badan kaca mata, dan cairan peritoneal agak kurang sensitive dan hasil kultur yang positif akan diperlukan untuk penegakkan diagnosa. 3). Kultur: koloni berwarna putih hingga kekuningan dilapisi permukaan halus yang glabrosa hinga berlilin.

12

Gambaran khas koloni lembab Candida Interpretasi : kultur positif dari darah, cairan tubuh steril lainnya, ataupun biosi jaringan harus dianggap signifikan. Sentrifugasi lisis saat ini dianggap sebagai metode isolasi paling sensitive untuk Candida dalam darah. Hasil kultur yang positif dari spesimen tidak steril seperti sputum, urin, kumbah bronchial, usapan esophageal, tinja dan hasil drainase tindakan bedah dianggap memiliki arti diagnostic yang kecil. Hasil kultur dari lesi di kulit atau membrana mukosa tanpa hasil pemeriksan mikroskopik yang mendukung juga tidak bersifat diagnostic. Spesies-spesies Candida umumnya diisolasi dari mulut, vagina, anus, dan yang agak jarang dari permukaan kulit lembab pada individu normal yang tidak menderita kandidiasis.
4).

Pemeriksaan Serologis: beragam pemeriksaan serologis telah digunakan umtuk sensitive seperti counter immunoelectrophoresis (CIE), enzyme-linked

mendeteksi adanya antibodi terhadap Candida, mulai dari immunodiffusion sampai tes yang lebih immunoabsorbent assay (ELISA), dan radioimmunoassay (RIA). Pemeriksaan serologis tersebut kerap menunjukkan hasil negative pada penderita yang sistem kekebalannya meurun, terutama di awal terjadinya infeksi. Terdapatnya empat atau lebih garis precipitin pada pemeriksan mengunakan metode CIE dianggap bersifat diagnostik pada pasien-pasien dengan faktor-faktor predisposisi.

Beragam tes yang bersifat immunologis maupun yang non-immunologis untuk mendeteksi antigen yang bersirkulasi dalam darah juga telah dikembangkan. Pada tehnik non-immunologis penggunaan gas liquid cromography (GLC) untuk mendeteksi derivat

13

mannose pada dinding sel maupun D-arabinitol, suatu produk metabolik, telah terbukti paling berguna. Tes immunologis seperti ELISA atau RIA untuk mendeteksi adanya antigen juga telah digunakan. Penggunaan latex agglutination test untuk antigen glikoprotein telah terbukti paling berguna pada laboratorium yang kecil walaupun telah dilaporkan adanya hasil yang beragam.
Perlu ditekankan bahwa intrpretasi hasil tes serologis, khususnya pada pasien yang menderita neutropenia, sering slit dan harus dihubungkan dengan metode diagnosa lainnya. Hasil positif-palsu maupun negatif-palsu kerap muncul. Hopwood dan Evans (1991) menyediakan review yang sempurna tentang metode-metode serologis yang ada dewasa ini.

5). Identifikasi: genus Candida memiliki karakteristik blastoconidia yang bulat sampai oval yang mereproduksi budding yang multilateral. Sebagian besar spesies Candida juga memiliki karakteristik adanya pseudohifa yang terbentuk sempurna, walaupun kadang ciri ini tidak dijumpai, khususnya pada spesies yang termasuk dalam genus Torulopsis, arthroconidia, ballistoconidia dan pigmentasi koloni selalu tidak ditemukan.pada genus Candida, fermentasi, asimilasi nitrat, dan asimilasi inositol dapat dijumpai, dapat tidak dijumpai. Semua galur yang bersifat inositol-positif memproduksi pseudohifa.

II.7 DIAGNOSA BANDING


1. Eritrasma : lesi di lipatan, lesi lebih merah, batas tegas, kering, tanpa satelit, pemeriksaan dengan sinar wood positif (coral red) 2. Dermatitis Intertriginosa 3. Dermatofitosis (tinea)

II.8 KOMPLIKASI

14

Infeksi Sekunder memberi gambaran berupa pustula, ulserasi dengan nanah di atasnya atau infiltrate di sekitar macula Id eruption berupa vesikula kecil 1-2 mm yang terletak di bawah epidermis dengan lokasi pada ujung jari-jari tangan atau kaki di sebelah lateral. Keluhannya gatal sekali.

II.9 PENATALAKSANAAN (1,7,8) :


Obat-obatan topikal yang diproduksi untuk tinea juga efektif terhadap candidiasis. Obatobatan yang dapat digunakan untuk terapi candidiasis diantaranya adalah clotrimazole, econazole, ketoconazole, miconazole, oxiconazole, sulconazole, terconazole, ciclopirox olamine, butenafine, terbinatine, nystatin, dan lotion amfoterin B topikal. Obat-obatan seperti asam borat kadang masih digunakan Perawatan Medik : Pengobatan pada tiap infeksi Candida dapat sangat berbeda berdasarkan pada lokasi anatomis infeksi, penyakit yang sedang diderita oleh pasien, status imunologi, faktor-faktor resiko pasien terhadap infeksi, spesies Candida yang menjadi penyebab infeksi, bahkan pada beberapa kasus kepekaan galur Candida tersebut trhadap obat-obatan anti-jamur. Pada bulan Januari 2004, Asosiasi Penyakit Menular Amerika menerbitkan prosedur tetap pengobatan candidiasis terbaru. Rekomendasi terbaru ini mencantumkan di dalamnya obat-obatan anti-jamur terbaru seperti caspofungin dan voriconazole pada beberapa indikasi spesifik. Pilihan-pilihan terapi pada penatalaksanaan candidiasis yang invasif dan candidemia semakin berkembang dengan adanya golongan terbaru dari echinocandin.

Candidiasis Cutaneus: sebagian besar kasus Candidiasis Cutaneus yang ditemukan dapat diterapi dengan clotrimazole, econazole, ciclopirox, miconazole, ketoconazole, nystatin. Jika kasusnya adalah Paronikia maka aspek terpenting dari

15

terapi adalah drainase dari abses yang diikuti dengan pemberian anti-jamur per oral baik menggunakan fluconazole maupun itraconazole. Pada kasus Candidiasis cutaneus yang invasif, pada pasien buruk status imunologisnya, folikulitis, atau onikomikosis, maka pemberian anti-jamur sistemik dianjurkan. Pada kasus onikomikosis karena Candida, Itraconazole oral (Sporanox) menunjukkan efektifitas terbaik. Itraconazole dapat diberikan sekali sehari selama 3-6 bulan, atau dosis yang lebih tinggi diberikan selama 7 hari dan dilanjutkan setelah tiga mingu tanpa terapi lalu diulang sampai siklus tersebut mencapai 3-6 bulan.

Candidiasis Mucocutaneus Kronis: Umumnya pasien Candidiasis Mucocutaneus Kronis diterapi dengan golongan anti-jamur golongan azole secara per oral. Dapat digunakan fluconazole 100-400 mg/hari atau itraconazole 200-600 mg/hari sampai pasien
o

membaik.

Biasanya

terapi

awal

ini

diikuti

dengan

terapi

lanjutan/pemeliharaan dengan macam obat yang sama selamanya. Karena C. glabrata memiliki kepekaan yang rendah terhadap obat-obatan anti-jamur maka infeksi oleh karena spesies ini memerlukan (1) dosis harian lebih tinggi (800 mg/hari) dengan menggunakan fluconazole, (2) caspofungin 70 mg intra-vena sebagai dosis awal dilanjutkan dengan dosis harian 50 mg, (3) amphotericin B konvensional (1 mg/kgBB/hari) ,dan (4) sediaan Amphotericin B dalam lemak 3-5 mg/kgBB/hari. Terapi yang berhasil pada infeksi sistemik Candida yang serius memerlukan pemberian terapi anti-jamu sedini mungkin. Terapi hendaknya segera dilaksanakan setelah didapatkan hasil kultur yang tetap. Empat macam anti-jamur dapat diberikan pada penatalaksanaan infeksi Candida. Golongan azole telah menjadi pilihan utama selama beberapa tahun terakhir baik secara topical maupun sistemik. Polyene meliputi amphotericin B, formula amphotericin B dalam lemak, dan nystatin topikal. Allylamin termasuk didalamnya terbenafin topikal dan tablet oral. Golongan terbaru adalah triazole, contohnya adalah posaconazole

Candidiasis pada pasien-pasien imunosupresi :

16

Infeksi pada pasien-pasien ini sering lebih berat dan umumnya tidak menunjukkan hasil yang baik dengan menggunakan mikonazole topikal disamping sering pula tidak mungkin untuk mengobati faktor predisposisi yang menyertainya. Fluconazole oral [100-400 mg/hari selama 1-2 minggu] kini merupakan obat pilihan untuk mengontrol kandidasis orofaring pada penderita AIDS. Terapi maintenance yang tidak jelas memakai Fluconazole [150-300 mg/minggu] bagaimanapun tetap dibutuhkan dan [pemberian dosis intermiten sesuai kondisi klinis penderita kini disarankanuntuk mencegah kemunculan resistensi beberapa galur C. albicans terhadap Fluconazole. Penderita candidiasis yang invasif disertai neutropenia memerlukan terapi Amphotericin B dosis tinggi [1.0 mg/kg/hari] sering bersamaan dengan pemberian 5- Flucytosine [150 mg/kg/hari]. Kondisi darah dan susceptibility tests terhadap anti-jamur perlu dilakukan pada terapi dengan 5-Flucytosine. Metode diagnostik yang ada saat ini sering tidak cukup untuk mengungkapkan penyebab primer sehingga menimbulkan masalah diagnostik yang besar pada klinisi. Terapi empiris memakai Amphotericin B biasanya diawali pada penderita yang tidak menunjukkan demam yang resisten terhadap antibakterial lebih dari 72-96 jam. Fluconazole dosis tinggi [400-800 mg/hari] dan Amphotericin B Liposomal [3-5 mg/kg/hari] juga dilaporkan memberi hasil yang baik terutama pada kasus Caandidasis hepatolienalis. Kombinasi Fluconazole dengan 5-Flucytosine atau Fluconazole dengan Amphotericin B telah digunakan untuk terapi CAndidasis sistemik. Faktor pertumbuhan haematopoietik seperti G-CSF, GM-CSF and M-CSF telah digunakan untuk merangsang produksi neutrofil dan/atau monosit-makrofage agar sistem imun penderita dapat ditingkatkan.

TINDAK LANJUT Candidiasis Mukokutaneus Pasien dapat dirawat jalan. Pasien diminta kontrol apabila gejala menetap atau memburuk.

17

Bila mengalami kekambuhan, dapat dilaksanakan tes antibody HIV dan dicari kondisi yang dapat menyebabkan status imunologi penderita memburuk, keganasan/tumor solid, maupun Diabetes Mellitus. Apabila tidak ditemukan penyebab yang jelas, pasien dapat dikonsultasikan kepad ahli penyakit menular untuk pemeriksaan lebih lanjut berkenaan dengan menurunnya sistem kekebalan perderita tersebut.

TIPS UNTUK PENCEGAHAN CANDIDASIS

Mengurangi atau menghindari penggunaan gula (gula jagung, glukosa, fruktosa, dan sukrosa). Gula membantu pertumbuhan gula. Kandungan gula dapat dicermati pada setiap label kemasan makanan. Mengurangi atau menghindari alcohol sebab alcohol dirubah oleh tubuh menjadi gula dan membantu pertumbuhan Candida. Produk susu dan yoghurt yang mengandung acidophilus bakteri yang dapat membantu tubuh mengeliminir Candida.

II.10 Prognosa ( 4, 7):


Prognosa dipengaruhi faktor-faktor seperti letak lesi, derajat dan macam

imunosupresi inang, waktu ditetapkannya diagnosa dan terapi. Semakin lama terapi anti-jamur tertunda diberikan maka angka morbiditas serta mortalitas akibat Candidiasis diseminata dan Candidemia akan semakin tinggi.

18

Candidiasis interdigitalis dengan predisposisi sering berkontak dengan air, Candidiasis kutis generalisata sering resisten Candidiasis Mukokutaneus memiliki

bahkan dapat sembuh sendiri dengan menghindari faktor predisposisinya.


Daerah perianal dan perineum yang lembab, gatal dan terdapat erosi (dengan lesi satelit). Atas ijin Matthew C. Lambiase, DO.

terhadap pengobatan. prognosa yang sempurna, tanpa adanya mortalitas, atau morbiditas yang minimal saja.

II.11 GAMBAR GAMBAR

candidiasis.Interdigitalis

19

Candidiasis interdigitalis yang menyerupai tinea

candidiasis Oral pada bayi baru lahir

candidiasis Oral pada pasien dengan keadaan immunosupresi

Candidiasis perianal yang menyerupai tinea.

20

Candida onychomycosis pada pasien dengan keadaan immunosupresi.

III. KESIMPULAN
Candidiasis adalah penyakit infeksi primer atau sekunder yang disebabkan oleh jamur genus candida terutama Candida albicans. Penyakit ini dapat berjalan akut, sub akut, atau kronik, terlokalisir pada kulit, mulut, tenggorokan, kulit kepala, vagina, jari, kuku, bronchi, paru paru, dan saluran pencernaan, dan dapat pula sistemik mengenai endokardium, meningen sampai septikemia. Candida tidak menyerang rambut Manifestasi klinis Candidiasis merupakan hasil interaksi antara patogenitas candida dengan mekanisme pertahanan tuan rumah, yang berkaitan dengan faktor predisposisi. Infeksi Candida dapat terjadi, apabila ada faktor predisposisi baik endogen maupun eksogen. Gejala klinis dapat beragam tergantung pada tipe infeksi dan tingkat imunosupresi inang. Sindroma klinis dapat berupa sebagaimana berikut: Sindroma Candidiasis Cutaneus: Candidiasis Cutaneus Generalisata, Candidiasis Intertriginosa, Luka Kulit Metastatik, Folikulitis Kandida, Paronychia dan onychomycosis. Candidiasis Mucocutaneus Kronis

21

Candidiasis oral (thrush) Perleche

Diagnosa Laboratoris : 1). Material Klinis: kerokan kulit dan kuku, urin, sputum 2). Penggunaan Mikroskop : kulit dan kuku diperiksa dengan KOH 10% dan tinta Parker atau calcofluor white mounts. Pada pemeriksaan hendaknya dicari Candida dengan gambaran kumpulan sel-sel ragi (blastoconidia) yang kecil, bulat atau oval, berdinding tipis dan bergerombol serta pseudohifa yang bercabangcabang. 3). Kultur: koloni berwarna putih hingga kekuningan dilapisi permukaan halus yang glabrosa hinga berlilin. 4). Pemeriksaan Serologis

Obat-obatan topikal yang diproduksi untuk tinea juga efektif terhadap candidiasis. Obat-obatan yang dapat digunakan untuk terapi candidiasis diantaranya adalah clotrimazole, econazole, ketoconazole, miconazole, oxiconazole, sulconazole, terconazole, ciclopirox olamine, butenafine, terbinatine, nystatin, dan lotion amfoterin B topikal. Golongan azole telah menjadi pilihan utama selama beberapa tahun terakhir baik secara topical maupun sistemik : Itraconazole oral (Sporanox). Itraconazole diberikan sekali sehari selama 3-6 bulan, atau dosis yang lebih tinggi diberikan selama 7 hari dan dilanjutkan setelah 3 minggu tanpa terapi lalu diulang sampai siklus tersebut mencapai 3-6 bulan.

22

IV. DAFTAR PUSTAKA


1. James William D; Berger Timothy G, Elston Dirk M: Candidiasis. In :Andrews Disease of The Skin Clinical Dermatology; 10th edition, Canada: Saunders Elsevier, 2006: 308-310 2. Fredberg Irwin M , Eisen Arthur Z, Wolff Klaus, Austen K Frank, Goldmith Lowell A, Katz Stephen I: Cutaneus Candidasis. In: Fitzpatricks Dermatology in General Medition; 6th edition, volume 2, New York: McGraw-Hill, 1999: 20102014 3. Rippon John Willard: Intertgrinous Candidasis. In: Medical Mycology, The Pathogenic Fungi and The Pathogenic Actinomycetes, 3rd edition; Philadelphia: Saunders Company, 1998: 550-552 4. Ramali Lies Marlysa: Kandidiasis Kutan dan Mukokutan. Dlm: Dermatomikosis Superfisialis Pedoman untuk Dokter dan Mahasiswa Kedokteran; Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 2004: 59-72 5. http:// www. Emedicine.com/derm/topic198.htm

23

6. Djuanda Adhi, Hamzah Mochtar, Aisah Siti ; Candidosis. In : Ilmu Penyakit dan Kelamin, 3rd edition ; Jakarta ; Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999 : 103-106 7. http:// www. Emedicine.com/ MED/ topic264.html. 8. http:// www.mycology.adelaide.edu.au/ Mycoses/ Cutaneous/ Candidiasis/ index. html

9.

24

Anda mungkin juga menyukai