Muskinul Fuad
SEBENARNYA..
Ilmu dalam perspektif epistemologi Islam mirip dengan istilah science dalam epistemologi Barat Dalam Epst. Barat sains dibedakan dengan knowledge (pengetahuan) Ilmu dlm epst. Islam Ilmu dibedakan dengan opini (rayu)
TETAPI.
Sains biasanya dibatasi pada bidang fisik atau inderawi, sementara ilmu juga meliputi pada bidang-bidang non fisik, seperti metafisika Sebenarnya pada masa awal abad 19, sains juga dikenakan pada bidang spt teologi, tapi kemudian disempitkan menjadi hanya pada bidang ilmu fisik
KNOWLEDGE/PENGETAHUAN/RAYU/OPINI?
Cukup dipahami sebagai pengetahuan umum yang belum teruji kebenarannya, atau sering kita katakan common -senses
ATAU.
Telah terjadi pergeseran makna sains dari pengetahuan menjadi pengetahuan yang sistematis berdasarkan observasi inderawi Tren ini kemudian mengarah pada pembatasan lingkup sains hanya pada dunia fisik . Sains juga biasa didefinisikan : pengetahuan yg sistematis tentang alam dan dunia fisik
JADI
Filsafat Barat telah menjadikan objek fisik sebagai objek penelitian sains dengan alasan objek tersebut memiliki status ontologis (keberadaan) yg sah dan jelas, tetapi mrk tidak konsisten karena juga memasukkan matematika sbg sains, padahal matematika bukan objek yg empiris
BAHAN DISKUSI
Bagaimana pendapat anda terhadap pernyataan Ilmu tidak bertentangan dengan agama , atau ilmu tidak perlu dipertentangkan dengan agama
LANJUTAN
OKI, kita membutuhkan sebuah filsafat dan agama untuk menyempurnakan pandangan dunia yg lebih komprehensif Supaya manusia dapat menemukan kembali posisinya yg agung dalam kosmos, yg selama telah disingkirkan oleh sains
LANJUT.
Pengenalan
akal tdk bersifat langsung shg obyek yang ditelitinya tidak diketahui scr akrab OKI, kita butuh alat pengetahuan lain yg kita sebut dg intuisi (hati) Dg hati kita menembus jantung sebuah obyek shg terjadi kesatuan antara objek dan subjek, Dg hati, pengenalan terhadap objek akan bisa dicapai
Pengetahuan ttg sesuatu sbgmn adanya yg menjadi definisi ilmu hanya mungkin dicapai apabila status ontologis objek2nya telah ditetapkan lebih dahulu Ingat ! Dalam epistemologi Islam status ontologis objek ilmu meliputi objek fisik dan non fisik Para filosof muslim (ilmuwan muslim) telah menunjukkan secara demonstratif (burhani) bagaimana status ontologis objek2 ilmu (fisik n non-fisik) ditegakkan Menurut mereka: Status ontologis sebuah objek ilmu berpadanan dengan kedudukannya dalam hirarki wujud (tartib al-maujudat) Semakin tinggi posisinya dalam hirarki tersebut , semakin riil dan fundamental status ontologisnya
LANJUTAN
Karena Tuhan sebagai sebab dari segala yang ada menempati puncak hirarki tersebut, menurut pandangan para filosof muslim, maka status ontologis Tuhan adalah paling riil dan fundamental Kemudian disusul oleh para malaikat, benda-benda langit , dan baru kemudian benda-benda fisik, dg masing-masing status ontologisnya yg semakin menurun
Status ontologis objek2 ilmu menjadi penting sbg basis ontologis klasifikasi ilmu yg pada gilirannya juga akan mencerminkan tdk hanya posisi objek2 itu dlm hirarki wujud, tetapi juga sifat dasar mereka Dengan demikian , yg menjadi objek2 ilmu alamiah (fisik) adalah objek2 yang scr niscaya terkait dengan materi, bentuk, dan gerak (Ibnu Sina) Sedangkan yg menjadi objek ilmu Matematika adalah entitas yg pada dirinya adalah tidak bersifat fisik (immaterial), tetapi terkadang masih berkaitan dg materi, bentuk, dan gerak Sedangkan objek ilmu metafisika adalah entitas yg tidak terkait dengan materi, bentuk, dan gerak, yaitu spt : Tuhan, Malaikat, Jin, Ruh, dsb
METODE2 ILMIAH
Objek2 yg merentang luas dari objek fisik hingga non-fisik tdk bisa ditangkap hanya melalui observasi indera yg selama ini telah mjd metode unggulan sains modern karena metode ini hanya akan bekerja utk objek2 yg bersifat fisik Untuk dapat menangkap objek2 non-fisik diperlukan cara (metode) lain yg lebih cocok dengan jenis objeknya. Ilmuwan muslim telah mengembangkan metode lain di luar observasi (bayani), yaitu : metode logis yg disebut metode demonstratif (burhani). Metode ini menangkap objek2 metafisika secara tidak langsung melalui penarikan kesimpulan dari premis2 yg telah diketahui, yg disebut dg silogisme (qiyas) dan metode intuitif (irfani) yg sama-sama menangkap objek metafisika, tetapi dg cara yg sedemikian rupa shg dapat mengenal objeknya setelah dihadirkan dlm jiwanya dg lebh baik dan akrab dlm apa yang disebut dengan modus pengenalan huduri ( knowledge by presence)
LANJUTAN.
Metode ilmiah harus disesuaikan dg nature objek2 ilmu Karena setiap objek ilmu memiliki sifat dasar, karakter, dan status ontologis yg berbeda
MASALAH OBJEKTIVITAS
Kita sering mendengar ungkapan : kalau mau benar, harus objektif atau ilmu harus bersifat objektif dan universal Sebenarnya, objektivitas dlm pengertiannya yg mutlak tdk akan tercapai dan ilmu (ilmuwan) sebaiknya rendah hati utk mengakui bahwa unsur subyektivitas tdk mungkin dihindarkan dlm penelitian ilmiah Akan tetapi, para ilmuwan berkewajiban utk berusaha mengolah data yg diterima seobjektif mungkin shg mendekati cita2 ilmu sbg pengetahuan ttg ssesuatu sbgmana adnya, yaitu dengan menggunakan instrumen dan kriteria (prosedur ) ilmiah yg ketat
Meskipun pengalaman mistik bersifat personal dan subjektif, tidak berarti bahwa pengalaman tsb tdk memiliki basis ontologis yg objektif Misalnya, dunia mimpi, yg dapat dikatakan bersifat objektif karena memiliki ciri2 dan sifat dasar yg sama bagi setiap subyek yg mengalaminya Demikian juga dunia mistik yg disebut alam misal (imaginal word) juga objektif krn memiliki sifat dasar yg sama dan universal bagi siapa sj yg mengalaminya sklipun mereka mengalaminya scr subjektif dan personal. Sifat dasar alam misal-spt alam mimpi- adalah bahwa ia memiliki bentuk atau citra fisik, tetapi sebenarnya tdk memiliki unsur fisik
PENGEMBARAAN TRANSKOSMIK
Selain ttg objektivitas alam mistik, pengalaman mistik..