Anda di halaman 1dari 37

MENEMUKAN TUHAN DAN DIMENSI-DIMENSI KESYIRIKAN PENDAHULUAN Substansi maksud kedatangan islam adalah untuk membimbing dan mengarahkan

manusia kepada pentauhidan Allah SWT. dengan cara menjadikan Dia sebagai satu-satunya yang disembah, satu-satunya yang diibadahi, satusatunya tempat pengharapan dan kecemasan, satu-satunya tumpuan kecintaan dan ketaatan tertinggi, dan lain sebagainya. Kemudian dalam aspek Rububiyyah, islam membimbing manusia untuk membenarkan dengan hatinya (qalbu), mempersaksikan dengan mulutnya (lisan), kemudian mengejawantahkan dengan dengan tindakan nyata, bahwa hanya Allah-lah pencipta jagat raya, pengaturnya, pemeliharanya, pelindungnya, yang menghidupkan atau mematikannya, yang memberi rejekinya,

yang menentukan sebagainya.

jodohnya,

dan

lain

Dalam aspek hukmiyyah, islam membimbing agar ummatnya mengimani bahwa hanya Allah-lah pemilik kompetensi dan kewenangan untuk menentukan dan mengatur bagaimana manusia bertindak dan bersikap tentang cara memperlakukan dirinya sendiri, bagaimana manusia berinteraksi dengan manusia yang lain, (baik dalam kapasitasnya sebagai individu maupun dalam kapasitasnya sebagai pemimpin, yang ditangannya diamanahkan pelayanan dan pengayoman ummat), tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan makhluk Tuhan yang lain (tumbuhan, hewan, planet, dsb), dan tentang bagaimana manusia bersikap dan memperlakukan Tuhan penciptanya Allah SWT. Selanjutnya islam membimbing dan mengarahkan umat manusia bahwa namanama-Nya (sebagian besar terangkum dalam Asmaul husna) dan sifat-sifat

Allah SWT. yang diterangkan didalam Al-Quran dan hadits hanyalah memiliki kesamaan dengan nama atau sifat makhluknya pada sisi pelafalan namun secara substansi berbeda sangat jauh dengan nama dan sifat Allah SWT. ANUGERAH FREE CHOICE Manusia adalah satu diantara sekian banyak makhluk Allah SWT. yang akan diminta pertanggungjawaban atas seluruh hidup dan kehidupannya di dunia, kelak pada hari penghisaban nanti. Pertanggungjawaban adalah konskwensi dari anugrah khas yang diberikan oleh Allah kepada manusia yaitu akal dan sehingga mereka memiliki kebebasan untuk mengikuti kecenderungan kebaikan dan takwa ataukah memperturutkan kecenderungan bermaksiat dan kemungkaran. Makhluk Allah yang lain, seperti binatang, tumbuhan, sungai, gunung, laut, bumi, bulan, dan lain sebagainya, tidak diminta

pertanggungjawaban, karena memang mereka tidak menerima anugrah kebebasan memilih antara kebaikan atau keburukan. Allah SWT. menciptakan sungai dengan ketentuan airnya akan mengalir dari hulu ke hilir, sungai tidak memiliki kecenderungan dan kemamouan gerak untuk memilih agar alirannya bergerak dari hilir ke hulu. Demikian pula dengan pohon, Allah SWT. telah menciptakan dengan ketetapan akarnya berada di tanah dan daun, dahan, danrantingrantingnya di atas, pohon tidak memilki pilihan lain selain ketetapan itu. Demikianlah pula halnya dengan gunung, hewan, bulan, matahari, planet, dan sebagainya, mereka semua tidak dianugrahi karunia free choice (kebebasan memilih). Berbeda dengan manusia yang dianugrahi kebebasan untuk memilih. Dalam hal perkawinan dalam rangka melestarikan keturunan, manusia diberi kebebasan untuk memilih apakah akan hidup membujang seumur hidup ataukah

akan menikah, apakah memilih jalan perzinahan yang dilarang ataukah mengambil jalan pernikahan yang adalah sunnah Nabi SAW. Apakah akan menikahi salah seorang wanita ataukah kawin, dengan sesama jenis kelaminnya (gay atau lesbian), apakah akan membesarkan janin yang dikandungnya hingga lahir menjadi seorang bayi ataukah memilih menggugurkannya dengan berbagai alasan. Kemudian dalam hal makanan manusia memiliki kecenderungan dan kemampuan untuk memilih apakah memakan makanan yang halal atau haram, memilih makanan dan minuman yang diperoleh dengan hasil keringat sendiri ataukah mengambil makanan yang diperoleh dari menipu orang lain, memilih makanan yang akan menyehatkan jiwa dan raganya atau memilih makanan yang merusak dan menghancurkan kemanusiaannya. Maha Benar qauliyyah-Nya : Allah dengan ayat

Artinya : . (18) Maka Allah SWT. mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan jalan ketaqwaan (19) Sungguh berbahagialah orang yang mensucikan jiwanya (20) Dan sungguh celaka orang yang mengotori jiwanya. (QS. Asy-Syams 8-10) Mungkin ada orang yang mungkin mempertanyakan kenapa Allah SWT. menciptakan Isa as atau Yesus Kristus yang terlahir tanpa seorang ayah dan memiliki mukjizat-mukjizat yang hebat sehingga dengannya banyak manusia tersesat mempertuhannya, atau kenapa Allah menciptakan Sidharta Gautama, atau Mirza Ghulam Ahmad, Kong Fu Tse, dan lain sebagainya. Atau mungkin juga ada yang mempertanyakan kenapa Allah menciptakan babi dan khamar, seandainya Allah tidak menciptakan benda-benda

tersebut tentu manusia hanya akan memakan makanan dan minuman yang halal saja dan tidak terjerumus pada perbuatan memakan atau meminum makanan yang haram. Mungkin ada yang mempertanyakan kenapa Allah mengaruniakan kepada manusia kemampuan membuat pakaian yang memperlihatkan aurat-aurat mereka, seandainy kemampuan itu tidak ada, tentu manusia seluruhnya akan memakai pakaian yang menutupi aurat secara syari. Kemungkinan-kemungkinan pertanyaan itu terjawab tuntas dengan Al-Quran surah Asy-Syams 8-10 di atas. Bahwa keberadaan tuhan-tuhan palsu, makanan atau minuman haram, transaksi ekononmi haram, pakaian haram, dan lain sebagainya adalah dalam rangka pemberian kebebasan kepada manusia yang dalam penciptaannnya dikaruniakan dengan kecenderungan fujuur dan taqwa. Seandainya tidak ada tuhan-tuhan palsu, makanan dan minuman haram, cara berpakaian haram, dan lain sebagainya, dan yang ada hanyalah

Tuhan yang sesungguhnya, yang ada hanyalah makanan dan minuman yang halal, yang ada hanyalah transaksi yang halal, dan lain sebagainya, niscaya manusia pun akan diperlakukan sebagaimana perlakuan Allah kepada hewan, tumbuhan, benda-benda angkasa luar, bumi, gunung, langit, dan sebagainya, yaitu perlakuan bebas dari hisab atau pertanggungjawaban. Karena tidak ada pertanggungjawaban maka tidak akan ada surga atau neraka. Dengan alasan adanya kebebasan memilih antara dua jalan kebaikan atau keburukan inilah juga yang menjadikan kenapa dalam hukum islam orang-orang yang dalam keadaan gila, lupa, dan tertidur seandainya mereka meninggalkan perintah-perintah agama (mungkar) atau jika mereka melakukan perbuatan buruk (fahsya), mereka tidak dibebani oleh dosa. Karena manusia dalam tiga keadaan tersebut tidak memiliki kemampuan memilih antara dua jalan, kebaikan atau keburukan.

Pilihan-pilihan Tuhan Sungguh-sungguh beruntung dan sekaligus sungguh celaka manusia dengan takdir Tuhan berupa kemampuan memilih apakah mengikuti kecenderungan fujuur ataukah kecenderungan taqwa. Sungguh beruntung manusia dengan anugrah tersebut, jika manusia mengikuti karunia taqwa, dimana manusia akan mencapai derajat di sisi tuhan yang bahkan melebihi keutamaan malaikat sekalipun. Demikian juga sungguh celaka manusia dengan anugrah free choice itu, jika manusia memperturutka kecenderungan fujuur, dimana manusia derajatnya akan terpuruk bahkan melebihi rendahnya derajat hewan. Manusia diberikan kebebasan yang demikian luas bahkan untuk menentukan siapa tuhan mereka. Apakah akan mempertuhankan Allah SWT. sebagai Tuhan yang sebenar-benarnya berdasarkan penalaran akal dan

informasi wahyu, ataukah memilih tuhantuhan palsu seumpama gunung-gunung, sungai, pohon, manusia, jin, malakat, dan sebagainya. Lebih jauh lagi Allah SWT. memberikan kebebasan untuk meyakini bahwa Tuhan itu tidak ada dan beranggapan bahwa manusia, alam, dan kehidupan ini tercipta secara kebetulan. Namun meskipun Tuhan memberikan kebebasan untuk memilih kebaikan atau keburukan, sesungguhnya Allah sangat menginginkan agar manusia itu memilih kebaikan. Oleh karena itulah Allah SWT. senantiasa mengutus nabi-nabi dan rasul-rasul-Nya yang dipilihnya untuk manusia, agar nabi atau rasul-Nya itu membimbing dan mengarahkan manusia agar memilih kebaikan dan meninggalkan kemaksiatan dan kemungkaran. Berkenaan dengan kebebasan manusia untuk memilih kepada apa atau siapa naluri kebertuhanannya diarahkan, maka Al-Quran senantiasa menganjurkan agar manusia senantiasa memobilisasi potensi akal, potensi pendengaran, potensi

penglihatan, dan potensi perasaan agar dengan proses mobilisasi itu ditemukan kesimpulan bahwa Tuhan memang benarbenar ada. Allah SWT. bahkan mengancam orang-orang yang memiliki akal, penglihatan, pendengaran, dan hati, namun tidak mempergunakannya untuk menemukan atau mencari Tuhan. Sabda Tuhan :

mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu laksana binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang lalai. ( QS. Al-Araf 179) Sungguhpun akal mampu menemukan Tuhan, dengan proses membaca ciptaan Allah SWT. baik yang berupa manusia, hewan, tumbuhan, binatang, bulan, langit, bumi, laut, dan sebagainya. Dimana pada proses akhir membaca atau tafakkur atas alam semesta, manusia akan menemukan kesimpulan yang menundukkan akal dan perasaan sepenuhpenuhnya bahwa memang alam semesta beserta proses penciptaannya yang amat sangat menakjubkan tidaklah mungkin tercipta dengan sendirinya, tapi pasti ada satu pemilik kekuatan maha dahsyat yang menciptakannya. Namun akal tentu tidak akan mampu untuk menarik kesimpulan siapakah yang layak dipertuhankan, bagaimanakah Tuhan tersebut, yang meliputi bagaimana bentuk Tuhan, bagaimana tindak tanduk Tuhan, bagaimana sifat-sifat Tuhan, apa nama-nama Tuhan, bagaimana pola


Artinya : Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayatayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk

interaksi Tuhan dengan makhlukmakhluk-Nya, dan lain sebagainya. Untuk mengetahui hal-hal tersebut sekali lagi akal tidak mampu mencapainya. Alasan utama dari ketidakmampuan itu adalah karena segala sesuatu tentang Tuhan berada di luar kemampuan perangkat penginderaan manusiauntuk menginderanya. Sesuatu tentang Tuhan itu tidak bias dilihat, tidak bias didengar, tidak bias diraba, tidak bias dikecap dengan lidah, tidak bias dicium dengan alat penciuman. Karena itulah akal manusia membutuhkan sesuatu yang lain, yang berada di luar dirinya, untuk mengetahui tentang Tuhan. Sesuatu yang lain, yang berada diluar dirinya itu adalah informasi langsung dari Tuhan, yang disampaikan melalui perantaraan nabi atau rasulNya. Dalam hal ini kita bisa menyimpulkan bahwa penemuan Tuhan, adalah hasil sintesa proses membaca ciptaan dan penciptaan alam semesta

(tafakkur) dengan proses membaca wahyu Tuhan (ayat qauliyyah). Proses tafakkur alam semesta akan membimbing akal manusia agar sampai pada kesimpulan memang benar Tuhan itu ada, tapi akal pasti tidak akan terpuaskan hanya dengan sampai pada kesimpulan memang benar Tuhan itu ada, akal pasti akan mempertanyakan siapakah Tuhan itu, dimanakah Tuhan berada, bagaimana Tuhan itu ada, bagaimana bentuk Tuhan, bagaimana karakter Tuhan, bagaimana. Bagaimana.dan sebagainya. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang demikian, maka wahyu Tuhan memainkan peran, sebagai pemutus interpretasi-interpretasi akal tentang Tuhan. Oleh karena itu, di dalam aqidah islam, segala sesuatu tentang Tuhan tidak didasarkan pada ayat Al-Quran yang menimbulkan dugaan-dugaan makna yang lain (ayat dzanni), tapi diambil

dari ayat yang memiliki makna tersurat, dan tidak mengandung kemungkinan makna-makna yang lain (ayat muhkamat). Sebagai contoh , keyakinan dan prinsip aqidah islam yang menetapkan bahwa Allah SWT. adalah Tuhan Yang Maha Esa, diinformasikan dengan tegas, dengan makna yang tersurat dalam banyak ayat Al-Quran. Salah satunya yang sangat terkenal adalah wahyu Tuhan pada Surah Al-Ikhlash 1-4. Artinya : (1) Katakanlah : Dialah Allah, Yang Maha Esa, (2) Allah adalah Tuhan yang Bergantung kepada-Nya segala sesuatu (3) Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan (4) Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.

Bahwa penemuan Tuhan adalah sinergi antara tafakkur atas ayat kauniyyah dan proses membaca ayat qauliyyah telah dikisahkan oleh Al-Quran melalui kisah perjalanan Nabi Ibrahim as mencari Tuhan. Dimana dikisahkan pada mulanya Ibrahim as berusaha meyakinkan dirinya bahwa bintang gemintang yang berkelapkelip sedemikian indah, begitu dominan diantara benda-benda lain yang tenang didekap gelap gulitanya malam, adalah sesuatu yang layak untuk dipertuhankan. Tetapi Ibrahim as harus harus merevisi kesimpulannya, manakala sang rembulan muncul dan jauh lebih indah dan dominant dibandingkan dengan bintang gemintang, Ibrahim as pun kembali meyakinkan dirinya bahwa rembulan lebih layak untuk dipertuhankan. Tetapi lagilagi keyakinan bahwa sang rembulan adalah Tuhan direvisi lagi oleh Ibrahim as, manakala malam berangsur pergi dan siang dating menjelang, kemegahan dan keindahan rembulan berangsur melemah dari akhirnya hilang dari pandangan, dan kemudian digantikan oleh munculnya

sang mentari dengan cahaya dan kemegahan yang jauh lebih dahsyat daripada rembulan, Ibrahim pun kembali mencoba meyakinkan dirinya, bahwa mentari adalah Tuhan. Tetapi manakala siang berganti malam Ibrahim lagi-lagi merekonstruksi keyakinannya karena mentari yang begitu gagah dengan sinarnya yang sangat tajam menghilang dari pandangan mata. Akhirnya Ibrahim as sampai pada kesimpulan bahwa akalnya dan perasaannya tidak pernah sanggup untuk menemukan siapa Tuhan sesungguhnya yang layak ia dedikasikan seluruh hidup dan kehidupan atau mati dan kematiannya. Karena itu Ibrahim as berdoa kepada Tuhan, agar dia diberi informasi yang meyakinkan agar dahaga naluri bertuhannya dapat terpenuhi dengan menemukan Tuhan yang sebenarbenarnya. Kisah Ibrahim as menemukan tuhan diabadikan dalam Al-Quran surah Al-Anam 76-79 : Artinya :

(76) Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata : Inilah Tuhanku Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata : Saya tidak suka kepada yang tenggelam. (77) Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata : Inilah Tuhanku. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata :Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat. (78) Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata : Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar, maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata : Hai kaumku, sesungguhnya aku

berlepas diri persekutukan.

dari

apa

yang

kamu Dengan memahami bahwa penemuan Tuhan adalah sinergi dari proses membaca ayat kauniyyah (ciptaan dan penciptaan alam semesta), dengan proses membaca wahyu Tuhan (ayat qauliyyah). Dimana tafakkur atas atas ayat kauniyyah akan menstimulasi akal untuk menemukan Tuhan dan memunculkan interpretasiinterpretasi, kemudian ayat qauliyyah memberikan jawaban-jawaban pasti, dan memutuska interpretasi-interpretasi tersebut. Dengan demikian kita bisa menyimpulkan bahwa jika ada kitab suci yang tidak memuat berita pasti tentang Tuhan dan justru memelihara dan melanggengkan interpretasi-interpretasi tentang Tuhan, maka kitab suci yang demikian perlu digugat kesuciannya dan informasi-informasinya tentang apapun layak dan logis untuk diragukan. Katagori-katagori Kesyirikan Pada sebagian besar umat islam, perbuatan mempersekutukan Tuhan (syirik) masih dipahami hanya sebatas

(79) Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. Dengan demikian jelaslah bahwa untuk menemukan Tuhan yang sejati manusia harus mensinergikan tafakkur terhadap ciptaan dan penciptaan alam semesta dengan ittiba terhadap informasi terpercaya dari Tuhan yang berupa wahyu yang disampaikan melalui manusia terpercaya nabi atau rasulNya.Menyerahkan sepenuhnya permasalahan tentang Tuhan kepada potensi akal dan perasaan semata-mata tanpa melibatkan wahyu terpercaya hanya akan menjerumuskan manusia pada kesesatan-kesesatan yang mencelakakan.

10

perbuatan menyembah, ruku dan sujud kepada sesuatu selain Allah. Jika ada seseorang yang ruku dan sujud kepada patung misalnya umat islam akan segera paham bahwa tindakan tersebut adalah perilaku kesyirikan. Dan agaknya inilah manifestasi kesyirikan satusatunya yang dipahami. Dengan demikian berarti ada semacam pemahaman tentang kesyirikan yang tidak utuh pada sebagian besar ummat islam, karena kalau kita membaca Al-Quran dan hadts, kita akan mendapati perilaku maupun pikiran yang dapat digolongkan sebagai perbuatan syirik yang jauh lebih luas daripada apa yang dipahami oleh sebagian besar umat islam. Pemahaman ummat islam tentang perilaku kesyirikan yang jauh dari utuh disebabkan oleh antara lain karena memang seperti inilah pemahaman yang disampaikan oleh lembaga-lembaga syiar islam, baik formal, yang berbentuk sekolah atau madrasah, maupun lembaga informal seperti majelis-majelis talim, khutbah,

moment-moment sebagainya.

hari

besar,

dan

Jika kita membaca buku-buku pelajaran sejarah islam, kita akan mendapatkan kesan yang sangat kuat bahwa kesyirikan adalah perilaku sujud atau ruku kepada patung dan hanya itu. Kesan itu dimunculkan oleh sekian banyak tindakan-tindakan heroic para nabi, rasul, dan para pengikut setia nabi dan rasul itu, dalam memberantas penyembahan penyembahan patung-patung. Namun kita sangat sulit menemukan cerita tentang perjuangan heroic memberantas kesyirikan dalam bentuk selain penyembahan patung atau berhala. Dengan pemahaman yang reduktif terhadap perwujudan kesyirikan, berarti sebagian besar umat islam baru bertauhid 1/3 dari keseluruhan ketauhidan, sehingga dengan fakta ini, bukanlah sesuatu yang sulit untuk dilogikakan kenapa dikalangan ummat islam masih dengan sangat mudah ditemukan perilaku-perilaku yang

11

mencederai kemurnian tauhid. Misalnya mempercayai dukun atau paranormal, bertapa ke goa-goa tertentu, ziarah kubur dengan maksu maksud tertentu, memberi kelambu pada kuburan, memberi sesajen, dan lain sebagainya. Berikut ini adalah tindak kesyirikan : katagori besar

- Allah

adalah satu-satunya pencipta semesta alam :

Firman Allah SWT: Artinya : (Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara sesgala sesuatu. (QS. Al-Anaam 102). Artinya : Yang demikian itu adalah Allah, Tuhanmu, pencipta segala sesuatu, tiada tuhan melainkan Dia; maka bagaimanakah kamu dapat dipalingkan. (QS. Al-Mumin 62).
-

1) Kesyirikan Rububiyyah Kesyirikan Rububiyyah terjadi jika seorang muslim meyakini bahwa bahwa ada sesuatu selain daripada Allah yang menciptakan, memberi rizki, yang menghidupkan dan mematikan, yang memelihara dan mengatur alam semesta, dan sebagainya. Dalam aqidah islam diyakini bahwa hanya Allah-lah pencipta, pengatur, pemelihara, pemberi rejeki, dan sebagainya bagi jagat raya ini. Allah tidak bersekutu dengan apa dan siapapun dalam proses penciptaan, pengaturan, pemeliharaan jagat raya ini.

Allah adalah rezeki :

satu-satunya

pemberi

Firman Allah SWT:

12

Artinya : Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tetrtulis dalam Kitab yang nyata. (QS, Huud 6). Artinya : Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah sesuatu pencipta selain Allah yang dapat memberikan rizki kepadamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia: maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)? (QS. Faathir 3) Artinya : Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan klamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-

Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah 284) - Allah SWT. adalah satu-satunya pemberi kemanfaatan dan kemudharatan Artinya : Katakanlah : Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak pula memberi manfaat?. Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Maa-idah 76) Artinya : Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu ( QS. Al-Anaam 17) Artinya : Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tidak ada yang

13

dapat menolak karunianya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hambahamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampuin lagi Maha Penyayang. (QS. Yunus 107) - Allah SWT. adalah pengatur alam semesta satu-satunya

Ketika seseorang meyakini bahwa ada pencipta, pengatur, pemelihara alam semesta selain dari Allah SWT. maka tidak diragukan lagi bahwa keyakinan tersebut terkatagorikan sebagai syirik. 2) Kesyirikan Uluhiyyah Seseorang dianggap telah melakukan kesyirikan dalam katagori uluhiyyah adalah jika seseorang tersebut melakukan aktifitas-aktifitas penghambaan (ubudiyyah) kepada selain Allah SWT. Karena seluruh hidup dan kehidupan, mati dan kematian manusia, sejatinya hanya didedikasikan untuk Allah SWT. semata-mata. Firman Allah SWT. Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS.Adz-Dzaariyaat 56) Artinya : ..barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang

Artinya : Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (QS. As-Sajdah 5) - Allah pelindung SWT. adalah satu-satunya

Artinya : Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orangorang yang beriman, yang mendirikan sholat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah) . (QS. Al-Maa-idah 55)

14

saleh dan janganlah mempersekutukan seseorang pun dalam penghambaannya kepada Tuhannya. (QS. Al-Kahfi 110) Beberapa aktifitas yang terkatagori ibadah, dimana aktifitas-aktifitas tersebut mutlak hanya ditujukan untuk Allah SWT. Dan jika ditujukan kepada selain Allah SWT. maka tidak diragukan lagi, aktifitas tersebut adalah aktifitas kesyirikan. Aktifitas-aktifitas penghambaan yang dimaksud adalah : 1. Cinta yang menimbulkan penghambaan Seorang muslim yang komitmen dengan janji keimanannya, akan senantiasa menempatkan cinta dan ketaatan kepada Allah SWT. diatas kecintaannya kepada apa dan siapapun, bahkan diatas kecintaannya kepada nyawanya sendiri dan nyawa orang-orang yang sangat dicintainya sekalipun. Firman Allah SWT.

Artinya : Dan diantara manusia ada orang-orang yang menghamba kepada selain Allah: mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.(QS. AlBaqarah 165) Artinya : Katakanlah : Jika bapakbapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiaannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. AtTaubah 24) Nabi Ibrahim as dan anaknya Nabi Ismail adalah manusia-manusia yang mampu menempatkan cintanya kepada Allah SWT. di atas kecintaannya kepada apapun hatta jiwanya sendiri. Ibrahim as

15

dengan penuh ketaatan menyembelih putranya Ismail as, meski pada satu sisi Ibrahim as amat sangat mencintai putra tunggalnya Ismail. Ismail as juga tidak kalah cintanya kepada Allah, dengan bapaknya Ibrahim, dimana ketika Ibrahim menyampaikan wahyu tentang perintah Allah, untuk menyembelih dirinya, Ismail merespon wahyu itu dengan penuh kepasrahan dan ketaatan, tidak terbersit sekalipun keluhan apalagi pengingkaran dan penghindaran. Simaklah kisah sejati penghambaan bapak dan anak tersebut berikut ini : Artinya : (100) Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh (101) Maka kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar (102) Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-

sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu! Ia menjawab : Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insyaAllah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. (103) Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). (104) Dan kami panggillah dia : Hai Ibrahim, (105) sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik (QS. AshShaffaat 100-105) 2. Tawakkal Tawakkal adalah penyerahan secara totalitas pada ketentuan Allah SWT, apapun yang terjadi setelah sebelumnya berusaha maksimal mencapai tujuan yang diinginkan, kemudian menerima penuh

16

kesyukuran jika apa yang diinginkan terwujud, dan menerima dengan penuh kesabaran jika apa yang diinginkan tidak tercapai. Karena hanya Allah SWT. yang memiliki kompetensi menentukan apa yang akan terjadi, dan paling mengetahui apa yang terbaik untuk ciptaannya, maka konskwensinya aktifitas tawakkal hanyalah untuk Allah SWT. dan tidak boleh kepada yang lain. Mengarahkan tawakkal kepada selain Allah SWT. jelas merupakan kesyirikan yang nyata. Firman Allah Artinya : Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (QS. Al-Maa-idah 23) 3. Takut dan pengharapan Karena tunggal hanya Allah-lah pemilik penentu kebaikan atau

keburukan, kebahagiaan atau kecelakaan seseorang, maka hanya kepada-Nya pulalah ketakutan dan pengharapan disandarkan. Firman Allah SWT. Artinya : ..karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. (QS. Al-Maa-idah 44) Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah, dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. Al-Baqarah 218) 4. Sholat, ruku, dan sujud Sesungguhnya sholat adalah doa, ruku dan sujud adalah representasi ketadziman dan penghambaan, maka sungguh betapa tepatnya jika sholat, ruku, dan sujud, ditujukan kepada pemilik pengabul doa, pemilik

17

ketadziman Allah SWT.

dan

penghambaan,

yaitu

Firman Allah SWT. Artinya : Hai orang-orang yang beriman, rukulah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu memperoleh kemenangan. (QS. Al-Hajj 77) Artinya : Katakanlah : Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Al-Anaam 162) 5. Nadzar Nadzar adalah janji seorang hamba untuk melakukan aktifitas penghambaan jika keinginannnya terkabul. Karena nadzar adalah aktifitas ubudiyyah, maka adalah suatu kesyirikan yang nyata, jika aktifitas ini ditujukan kepada selain Allah SWT. 6. Thowaf

Thowaf adalah salah satu rukun dalam pelaksanaan ibadah haji dan ihram, karena itu tidak ada thowaf kecuali ditujukan hanya untuk Allah SWT. Aktifitas thowaf yang dilakukan bukan kepada Allah SWT. jelas merupakan pelanggaran serius terhadap aqidah islam. 7. Taubat Pemilik surga dan neraka adalah Allah SWT. Penentu apakah seseorang itu layak dimasukkan ke dalam surga yang dipenuhi dengan kenikmatan-kenikmatan atau membenamkan seseorang ke dalam neraka yang sangat panas dan penuh dengan penderitaan, juga adalah hak Allah SWT. Oleh karena itu hanya Allah SWT. jugalah yang memiliki hak menerima atau menolak pertaubatan seseorang. Firman Allah SWT. Artinya : Maka mengapa bertaubat kepada Allah ampun kepada-Nya? Dan mereka tidak dan memohon Allah Maha

18

Pengampun lagi Al-Maa-idah 74) 8. Memohon Pertolongan

Maha

Penyayang.

(QS. dan

Perlindungan

Ketika seseorang terbebas dari bahaya yang mengancam keselamatan jiwa, harta, keluarganya, kehormatannya, dan sebagainya, pada hakikatnya Allah-lah pemberi keselamatan dan pertolongan itu, walaupun secara inderawi tim rescue, anggota militer, satuan polisi, atau yang lainnya yang memberi pertolongan dan keselamatan. 3. Kesyirikan Hakimiyyah Kesyirikan Hakimiyyah terjadi jika seseorang memutuskan suatu perkara, menentukan suatu peraturan hidup, membuat undang-undang, dan lain sebagainya, berdasarkan nafsu dan akal manusia.

Aqidah islam menetapkan satu prinsip yang tidak bisa diganggu gugat, bahwa hanyalah Allah SWT. yang berhak dan kompeten untuk mengatur kehidupan manusia dengan peraturan-peraturan, system-sistem, perundang-undangan, yang diturunkannya berupa Kitab Suci dan sunnah Rasul-Nya. Prinsip ini didasarkan pada salah satunyakesadaran bahwa Allah-lah pencipta alam raya ini termasuk manusia, karena Dia adalah pencipta, maka sangat logis jika Dia-lah yang paling mengerti tentang ciptaan-Nya. Konskwensinya Dia-lah pemilik kompetensi untuk menentukan peraturan atau undang-undang untuk manusia. Islam memandang terbentuknya Negaranegara kebangsaan (Nation State) yang kemudian melahirkan nasionalisme, adalah pelanggaran aqidah islam. Karena nasionalisme melanggar prinsip universalisme islam yang dilandaskan pada kesatuan aqidah. Demikian juga dengan praktek perbankan ribawi,

19

reduksi peran Negara yang hanya bertindak sebagai regulator sebagaimana yang dianut system Negara liberal, penjara bagi pelaku pembunuhan, perzinahan, pencurian, dan lain sebagainya jelas merupakan pembangkangan terhadap peraturan Allah SWT. Dan tidak dipungkiri praktekpraktek ini adalah tindak criminal kesyirikan. 4. Kesyirikan Asma wa Shifat Manifestasi kemurnian tauhid islam adalah bahwa islam memerdekakan, Allah secara totalitas dari segala hal yang dapat mencederai ketauhidan , baik pecederaan ketauhidan yang berwujud perbuatan, perkataan, maupun perasaan, pemikiran atau persepsi. Tiada toleransi apapun dan sekecil apapun terhaadap kemurnian ketauhidan itu. Allahlah pemilik absolute segala bentuk dan rupa peribadatan (ubudiyyah), Allah-lah pencipta, pemelihara, pemberi rejeki, pemberi kehidupaan dan kematian, penentu

kebaikan dan keburukan, dan lain sebagainya, Dia tiada bersekutu dengan apa dan siapapun dalam penciptaan dan pemeliharaan jagat raya ini, Allah-lah pemilik kompetensi untuk membuat peraturan atau undang-undang pengatur kehidupan manusia. Kemudian aqidah islam menganut prinsip bahwa Allah SWT. memiliki Nama dan Shifat yang sam sekali berbeda dengan nama dan shifat makhluk-makhluk ciptaan-Nya. Sungguh pun terdapat kemiripan antara Nama-Nama Keagungan Allah SWT. dan Shifat-shifat Allah, dengan nama dan shifat manusia maka kesamaan itu hanyalah terbatas dalam hal pelafalan tetapi sesungguhnya sangat jauh berbeda secara substansi. Islam tidak memiliki keraguan untuk menjatuhkan predikat musyrik kepada siapaun yang mempersepsikan Allah SWT. memiliki kesamaan secara substantive dengan nama dan sifat makhluk-makhluk ciptaan-Nya.

20

Firman Allah. Artinya : Allah mempunyai asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (QS. AlAraaf 180) Masih dalam rangka untuk menjaga kemurnian tauhid, aqidah islam menetapkan bahwa dalam menyikapi ayat Al-Quran atau hadits nabi Saw yang menerangkan nama dan sifat Allah maka sikap dan tindakan terbaik seorang muslim adalah menyerahkan sepenuhnya mengenai substansi kandungan nama dan sifat Allah SWT. tersebut kepada Allah, tanpa melakukan perubahan pelafalan (tindakan tahrif), tanpa melakukan peniadaan (tathil), tanpa bertanya-tanya tentang hakikatnya (takyif), dan tanpa melakukan

penyerupaan dengan nama makhluknya (tasybih).

dan

sifat

Seorang muslim yang menyalahi prinsip-prinsip tauhid asma dan shifat Allah ini, jelas merupakan tindakan yang mencederai ketauhidan dan merusak syahadatainnya. Interpretasi dan Manifestasi Kebertuhanan yang di Koreksi Al-Quran Sesungguhnya manusia diciptakan Allah adalah agar manusia menjadi wakil Allah SWT. di muka bumi, agar memakmurkan dan menyampaikan rahmat (kasih sayang) Allah kepada semua penduduk dunia. Karena manusia adalah wakil Allah di muka bumi, maka sebagai konskwensinya manusia adalah sebagai hamba-Nya (abdullah), dan sebagai konskwensi dari kehambaan itu manusia harus mendedikasikan hidup dan kehidupan, mati dan kematiannya hanya untuk Allah Swt.

21

Seandainya terdapat dalam hidup dan kehidupan, mati dan kematian manusia sesuatu yang tidak didedikasikan untuk Allah SWT. maka sesungguhnya yang demikian adalah bentuk pengkhianatan sebagai wakil Allah SWT. Dalam pengajaran-pengajaran aqidah tauhid, baik yang diajarkan pada lembaga-lembaga pendidikan formal, lembaga-lembaga informal, maupun sebagian buku-buku yang ditulis oleh sebagian ulama-ulama islam, terlihat ada semacam reduksi makna kesyirikan dan tauhidullah. Kita mendapatkan kesan pada pengajaran-pengajaran aqidah tersebut, bahwa kesyirikan hanyalah sebatas tindakan menyembah kepada selain Allah, seperti menyembah patung, menyembah manusia, menyembah gunung, sungai, dan sebagainya. Sehingga jika seseorang tidak lagi menyembah kepada hal-hal tersebut, akan dianggap sebagai orang yang telah pure aqidah tauhidnya.

Padahal kalau kit membaca wahyu Tuhan di dalam Al-Quran dan juga hadits nabi Saw. Kita akan menemukan bahwa anggapan di atas adalah suatu kekeliruan, karena tindakan menyembah patung-patung, kuburan, dan sebagainya itu hanyalah bagian kecil dari perwujudan mensekutukan Allah SWT. Berikut ini adalah manifestasi kebertuhanan yang keliru dan diluruskan Al-Quran. 1. Memperturutkan hawa nafsu Islam benar-benar merupakan agama pembebasan. Memerdekakan manusia dengan semerdeka-merdekanya. Merdeka dari keterikatan dan ketergantungan pada sesuatu apapun baik kepaada jabatan, harta, atasan, anak, istri,, dan sebagainya. Kebebasan paripurna ini adalah dalam bentuk : seandainya kecintaan seseorang kepada anak, istri, orang tua, sanak saudara, bahkan nyawa sekalipun berhadapan dengan kecintaan

22

dan ketaatan kepada Allah SWT. maka seorang muslim akan lebih memilih kecintaan dan ketaatan kepada Allah SWT. dan akan melepaskan kecintaan dan keterikatan kepada hal-hal yang selain Allah SWT. tersebut. Ketika seseorang mampu mengenyampingkan kesenangan dan kecintaan kepada harta, jabatan, anak, istri, danb sebagainya, dan lebih memilih mentaati hukum dan ketentuan Tuhan, berarti seseorang tersebut telah terbebas dari mempertuhankan hawa nafsunya. Demikian juga jika sebalinya, jika kecintaan seseorang kepada harta, jabatan, keluarga, dan sebagaionya diletakkan di atas kecintaannya kepada Allah SWT. sehingga dengan meletakkan ketaatan kepada Allah SWT. pada urutan yang kesekian di bawah kecintaan kepada selain Allah SWT. membuat seseorang itu berani mengutak-atik hukum-hukun Tuhan, sesuatu yang haram dihalalkannya atau sesuatu yang halal

diharamkannya, kebenaran dikatakan kebathilan, kebathilan dikatakannya sebagai kebenaran, maka dalam kondisi inilah seseorang berarti telah memilih hawa nafsunya sebagai Tuhannya, menjadikan hawa nafsunya sebagai ilah, meskipun ia tetap menjadikan Allah SWT. sebagai rabbnya. Firman Allah SWT. Artinya : Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya ? (QS. Al-Furqan 43). Manifestasi lain dari mempertuhankan hawa nafsu selain kecintaan yang sangat kepada harta, jabatan, keluarga, dan sebagainya adalah beramal sholeh dengan tujuan mengharapkan memperoleh pujian dan penghargaan dari manusia dengan cara memperlihatkan (ria) atau memperdengarkan (sumah) amal sholehnya kepada orang lain.

23

Dalam salah satu haditsnya, Nabi Saw. Menganalogikan kesyirikan dalam bentuk ria dan sumah ini, seperti semut hitam kecil, yang berada di atas batu hitam, di malam hari yang gelap pekat. Sebagai gambaran betapa tersamarnya kesyirikan jenis ini. Nabi Saw mengkatagorikan ria dan sumah sebagai syirik khafi (syirik kecil). Dari hadits di atas kita bisa mengapresiasi bahwa betapa islam menginginkan umat manusia untuk benarbenar terbebas dari mensekutukan Allah SWT. dan menginginkan agar ketaatan dan kecintaan kepada Allah SWT. berada di atas segala-galanya. Adapun kecintaan seorang ayah atau ibu kepada anak-anaknya hanyalah refleksi kecintaan seseorang kepada Allah SWT. atau ketaatan seorang prajurit kepada komandfannya juga merupakan refleksi dari ketaatan dan kecintaan kepada Allah SWT. Karena itu di dalam islam ada prinsip yang sangat gagah yaitu : tiada ketaatan di atas kemaksiatan kepada Allah SWT.

Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq ra, sesaat setelah beliau dibaiat sebagai khalifah berpidato kurang lebih demikian : Wahai kaum muslimin, diangkatnya saya sebagai khalifah, buykanlah karena saya orang yang terbaik diantara kalian semua. Tetapi saya hanyalah orang yang lebih berat beban tanggung jawabnya. Taatilah saya selama saya berada dalam ketaatan kepada dan rasul-Nya. Jikia saya tidak lagi berada diatas ketaatan kepada keduanya, maka tiada lagi keharusan kalian untuk menttati saya. Di dalam Al-Quran Allah SWT. memberikan contoh manusia-masusia yang menjadikan hawea nafsunya sebagai tuhan. Dua dari beberapa kisah yang ditampilkan tentang hal tersebut adalah kisah Firaun yang tajub dengan kebesaran kekuasaannya, sehingga dia mengangkat dirinya sendiri sebagai tuhan, yang pada akhirnya dia binasa karena ketajubannya.

24

Kemudian Allah juga menceritakan ketamakan Qarun yang karena kecintaannya kepada harta bendanya sehingga dia mengabaikan ketentuan Allah untuk mendermakan sebagian hartanya. Orang-orang yang seperti Firun dan juga Qarun, mereka yang memperturutkan hawa nafsu dan mengenyampingkan ketentuan-ketentuan Tuhan, Allah SWT. analogikan dengan binatang ternak. Firman Allah SWT. Artinya : Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya. (dari binatang ternak itu). (Qs. AlFurqan 44) 2. Menyembah Patung Di dalam Al-Quran banyak ditemukan cerita heroic para nabi dan rasul

Allah yang ingin meluruskan kesesatankesesatan umatnya yang memperlakukan patung-patung sebagai tuhan.Dimana mereka berkorban untuk patung-patung tersebut, berhaji, umrah, thawab, dan sebagainya. Kemudian mereka juga menumpukan doa, pengharapan, dan kekhawatirannya kepada patung. Salah satu cerita heroic yang sangat terkenal adalah perjuangan nabi Ibrahim as yang begitu gigih memerangi penghambaan kepada patung-patung, dimana beliau rela menerima hukum baker hidup-hidup, meskipun akhirnya beliau diselamatkan Allah SWT. Firman Allah yang mengabadikan cerita Ibrahim tersebut terdapat pada surah AsySyuara 69-77. Artinya : (69) Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim (70) Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya : Apakah yang kamu ssembah?.

25

(71) Mereka menjawab : Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya. (72) Berkata Ibrahim : Apakah berhala-berhala itu mendengar (doa)mu sewaktu kamu berdoa (kepadanya?). (73) atau (dapatkah) mereka memberi manfaat kepadamu atau memberi mudharat?. (74) Mereka menjawab : (Bukan karena itu) sebenarnya kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian. (75) Ibrahim berkata : Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah. (76) kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu?, (77) karena sesungguhnya apa yang kamu itu adalah musuhku, kecuali Tuhan Semesta Alam. Dalam pelajaran sejarah islam, perjuangan memberantas penuhanan patung adalah hal yang sangat dominant. Dan menimbulkan kesan bahwa perjuangan Nabi Saw. Hanyalah sebatas memerangi praktek-praktek penuhanan

patung ini, padahal sesungguhnya medan perjuangan melawan kemusyrikan yang dilakukan Nabi Saw. Jauh lebih luas daripada kesan yang muncul tersebut. Banyak seekali di dalam ayat-ayat yang mencela penyembahan patung-patung. ayat-ayat dimaksud adalah : Al-Quran praktek Diantara

Artinya : Dan berhala-berhala yang kamu seru selain Allah tidaklah sanggup menolongmu, bahkan tidak dapat menolong dirinya sendiri. (QS. Al-Araf 197) Artinya : Dan jika kamu (hai orangorang musyrik) menyerunya (berhala) untuk memberi petunjuk kepadamu, tidaklah berhala-berhala itu dapat memperkenankan seruan-seruanmu; sama saja (hasilnya) buat kamu menyeru mereka ataupun kamu berdiam diri. (QS. Al-Araf 193). Al-Quran juga mengabadikan tindakan Nabi Ibrahim yang berusaha mematahkan logika penyembahan patung oleh kaum

26

musyrik di zamannya. Dimana Nabi Ibrahim merusak patung-patung kecil dan menyisakan satu patung yang paling besar, kemudian Nabi Ibrahim menggantungkan kapak di pundak patung yang paling besar. Ketika Ibrahim ditangkap oleh para penyembah patungpatung tersebut dan Ibrahim diinterogasi. Salah satu pertanyaan yang menjebak kaum penyembah patung itu adalah pertanyaan : Hai Ibrahim apakah kamu yang menghancurkan patungpatung tuhan kami?. Ibrahim menjawab : Cobalah kalian tanyakan kepada patung yang paling besar, bukankah dia di sini senantiasa, dan bukankah kapak pun masih menggantung di poundaknya. Jawaban Ibrahim ini berhasil memecahkan tabir kemusyrikan yang menutup akal dan hati para penyembah patung-patung tersebut. 3. Mempertuhankan Jin dan Malaikat Fenomena manusia mempertuhankan jin dan malaikat merupakan akibat dari proses pencarian tuhan yang hanya

sampai pada proses membaca alam (tafakkur fi khalqillah), atau informasi dari tuhan yang berupa firman-Nya yang termuat dalam kitab suci belum sampai ke tangannya, atau bisa juga diakibatkan keengganannya untuk menerima informasi dari Tuhan itu sebagai hakim dan kata pemutus atas interpretasi-interpretasi tentang tuhan yang ada dibenaknya. Kecenderungan manusia untuk hidup bertuhan adalah sesuiatu yang inheren dalam penciptaan manusia, sebagaimana inherennya naluri untuk berpasangan dengan lawan jenisnya (kawin). Salah seorang ahli kepurbakalaan mengatakan : Bisa saja kita menemukan pada suatu komunitas manusia tidak terdapat didalamnya bangunan-bangunan yang indah, system irigasi yang memadai, tapi jangan berharap kita tidak menemukan didalamnya tempattempat dan ritual pemujaan tuhan, terlepas dari apa yang mereka pertuhankan.

27

Fenomena manusia mempertuhankan jin dan malaikat, merupakan manifestasi kebertuhanan yang dikoreksi Al-Quran. Firman Allah SWT. Artinya : Dan (tidak wajar baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai tuhan..(QS. Ali Imran 80). Artinya : Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki diantara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki diantara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan. (QS. Al-Jin 6) 4. Mempertuhankan nabi-nabi Allah SWT. Allah dalam rangka mengarahkan dan membimbing manusia agar mengikuti kecenderungan jiwa pada jalan ketakwaan, mengutus beberapa orang manusia untuk menjadi perantara untuk menyampaikan tuntunan-tuntunan-Nya.

Orang-orang yang diutus Tuhan itu biasa disebut nabi dan rasul. Manusia-manusia yang diseur kepada kebaikan, seringkali mendustakan, baik mendustakan ajaran yang dibawa maupun mendustakan pribadi rasul atau nabi yang membawa ajaran tersebut. Tuduhan bahwa rasul atau nabi adalah para pembohong, pembangkang agama leluhur, tukang sihir adalah predikat yang acapkali diterima oleh nabi dan rasul. Untuk membuktikan bahwa risalah yang dibawa para nabi dan rasul adalah kebenaran dan manusia yang membawa risalah itu benar-benar nabi dan rasul Allah SWT. Allah menganugrahkan kemampuan yang luar biasa dan berada di luar kemampuan logika manusia serta bertentangan dengan adapt kebiasaan umum kepada nabi atau rasul tersebut. Kemampuan yang luar biasa yang dimiliki oleh para nabi dan rasul Allah itu biasa disebut dengan mukjizat.

28

Namun dalam catatan sejarah, banyak umat manusia yang tersesat dalam mengapresiasi mukjizat nabi dan rasul Allah. Manusia-manusia yang tersesat itu beranggapan kemampuan super yang dimiliki nabi-nabi dan rasul adalah kemampuan nabi-nabi dan rasul itu sendiri, dan bukan karunia khas dari Tuhan. Karena kekelirruan mengapresiasi mukjizat itulah yang pada akhirnya menjadikan mereka juga keliru dengan menganggap nabi dan rasul itu sebagai tuhan atau anak tuhan. Kecenderungan mempertuhankan nabi dan rasul, dibantah oleh Allah dengan firmannya. Artinya : Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Alkitab, hikmah, dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia : Hendaklah kamu menjadi penyembahpenyembahku bukan penyembah Allah. Akan tetapi (dia berkata) : Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani,

karena kamu selalu mengajarkan Alkitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (QS. Ali Imran 79). Bentuk kesyirikan yang berwujud penuhanan terhadap nabi, tetap eksis hingga hari ini. Bahkan merupakan agama dengan jumlah pemeluk terbesar, yaitu penuhanan nabi Isa as (Yesus Kristus) oleh komunitas yang mengidentifikasi diri mereka sebagai pemeluk agama Nasrani, dengan ratusan sektenya. Khusus mengenai penuhanan Isa as (Yesus Kristus), Allah melalui kitab sucinya membantah dengan ama sangat keras dan melakukan punishment kafir atas para pelakunya. Firman Allah. Artinya : Sungguh telah kafir orangorang yang berkata : Sesungguhnya Allah ialah Almasih Putra Maryam; padahal Almasih (sendiri) berkata : Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,

29

maka pasti Allah haramkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu penolong. (QS. Al-Ma-idah 72). Artinya : Sungguh telah kafir orangorang yang berkata : Sesungguhnya Allah ialah salah satu dari yang tiga (Trinitas), padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan yang esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakana itu, pasti orangorang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (QS. AlMaa-idah 73). Pada sebagian ummat Yahudi juga terdapat kasus penuhanan terhadap nabi, sebagaimana yang diabadikan AlQuran berikut : Artinya : Orang-orang Yahudi berkata :Uzair itu Putera Allah dan orang-orang Nasrani berkata : AlMasih itu Putra Allah. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-

orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka bagaimana mereka sampai berpaling. (QS. At-Taubah 30). Perkataan sebagian ummat Yahudi dan umat Nasrani bahwa Allah memiliki putra (anak) adalah benar-benar suatu perkara yang hanya diada-adakan, yang hanya mengikuti hawa nafsu dan terpengaruh kepercayaan paganisme. Allah menggambarkan kemurkaan-Nya sebagaimana yang difirmankan-Nya dalam Surah Maryam 88-93 berikut : Artinya : (88) Dan mereka berkata : Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak. (89) Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar (90) Hampir-hampir langit pecah, bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh karena ucapan itu (91) Karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak

30

(92) Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak (93) Tidak ada seorangpun dilangit dan di bumi, kecuali akan dating kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai seorang hamba. 5. Mempertuhankan Thagut Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah mendefinisikan thagut sebagai orang yang berhukum dengan hukum selain Allah dan Rasul-Nya atau menyembahnya dan mengikutinya tanpa pengetahuan dan izin dari Allah. Dua kalimat syahadat, Asyhadu an la ilaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan rasuulullah, yang diucapkan minimal sembilan kali dalam sehari semalam, yakni ketika seorang hamba membaca tahiyyat awal dan akhir dalam setiap sholatnya, bukanlah sebuah kalimat kosong, bukan untaian kata yang kosong dari makna dan konskwensi, tapi sesungguhnya dua kalimat syahadat itu adalah deklarasi

kemerdekaan seorang manusia dari dominasi apapun dan siapun kecuali dominasi Allah SWT. dan sekaligus deklarasi perbudakan, manusia dibawah dominasi Allah SWT. Ketika seorang manusia mengucapkan dua kalimat syahadat, berarti dia akan segera menerima konskwensi-konskwensi dari kandungan kalimat tersebut. Salah satu konskwensi dari dua kalimat syahadat diantara konskwensikonskwensi yang lain adalah bahwa dia bersumpah, berjanji, bertekad, untuk terikat dengan semua sisytem, peraturan, perundang-undangan, dan sebagainya yang merupakan system, peraturan, perundang-undangan Allah SWT. kemudian secara simultan berlepas diri dari segala system, peraturan, dan perundang-undangan yang berasal dari yang selain Allah SWT. Dengan demikian seorang manusia yang konsisten membaca dua kalimat syahadat dalam sholat fardhunya yang lima kali

31

dalam sehari semalam tetapi pada saat yang lain ia juga konsisten berhukum dan menjadikan system, perundangundangan, dan peraturan selain Allah SWT. (Thagut), maka sesungguhnya orang yang demikian adalah pendusta, pengkhianat, dan pelaku tindak criminal kesyirikan. Sebagian besar ummat islam, wajahnya akan memerah padam, jantungnya berdetak kencang, otot-ototnya menegang, sebagai pertanda kemarahan yang memuncak, jika dirinya disebut sebagai pelaku kesyirikan (musyrik). Padahal sesungguhnya sejak keruntuhan daulah khilafah islamiyyah di Turki pada 1924, ummat islam di seluruh dunia pada hakikat dan secara maknawi telah melakukan tindak criminal kesyirikan dan kekufuran massal yang nyata. Ketika kaum muslimin mengambil system perekonomian kapitalisme, seraya mencampakkan system ekonomi yang bersumber dari kitabullah dan

sunnah Rasul-Nya; ketika kaum muslimin mencampakkan ideology dan islam, kemudian mengambil ideology sekuler liberal atau sosialisme-komunisme; ketika kaum muslimin mengambil system politik demokrasi, kemudian meninggalkan sisterm politik islam; ketika kaum muslimin berbanggabanggadengan suku dan kebangsaannya sendiri sehingga terbentuklah Negaranegara kebangsaan seraya menghancurkan kesatuan kepemimpinan umum ummai islam, khilafah islamiyyah; ketika Negara direduksi peranannya seminimal mungkin dalam pengurusan masalah-masalah rakyat seraya menjadikan Negara hanya laksana wasit dalam pertandingan olah raga; ketika sumber-sumber daya alam yang merupakan kebutuhan rakyat dikuasakan kepada pemodal swasta, bahkan swasta asing yang kafir; ketika pejabat yang diangkat mengabaikan pelayanan kepada rakyatnya dan lebih mementingkan urusan pribadi, keluarga, dan sekelompok kecil manusia; ketikaketikadan ketika apakah istilah dari tindakan-tindakan seperti ini, adakah istilah yang lain

32

untuk menyebut tindakan-tindakan ini selain kesyirikan dan kekufuran? Selain pengingkaran terhadap janji dua kalimat syahadatnya? Selain kebohongan? Selain inkonsistensi atas janji, sumpah, dan tekadnya? Ya..sekali lagi ya.itulah tindakan kekufuran dan kesyirikan yang amat sangat nyata. Firman Allah SWT. Artinya : Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah, Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia pemberi keputusan yang terbaik. (QS. Al-Anam 57). Artinya : Dan tidakpatut bagi lakilaki yang beriman dan tidak pula bagi perempuan yang beriman apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh dia

telah sesat, sesat yang nyata. (QS. AlAhzab 36) Artinya : Dan barang siapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Maaidah 47). Artinya : Dan barang siapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang kafir (QS. Al-Maa-idah 44) Artinya : Dan barangsiapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim. (QS. Al-Maaidah 45) 6. Mengkultuskan Orang-orang Alim Penyimpangan-penyimpangan manusia dalam memanifestasikan naluri beragamanya dengan mengangkat tuhan-

33

tuhan palsu membuka dua fenomena pada manusia sekaligus, yaitu fenomena manusia yang tidak akan mungkin terlepas dari kecenderungan bertuhan, dan menguak fakta betapa manusia tidak akan mampu menangkap rahasia-rahasia metafisis, tanpa informasi langsung dari Tuhan, dapat diyakini manusia tidak akan menemukan jawaban yang memuaskan tentang rahasia-rahasia metafisis tersebut. Ketika manusia tidak mendapatkan akses terhadap wahyu Tuhan yang benar (Al-Quran dan Sunnah Nabi SAW), atau enggan menerima wahyu Tuhan, maka saat itulah manusia sedang berjalan menuju kesesatan. Pengkultusan manusia oleh manusia yang lain, hingga sampai pada tarap mempertuhankannya, entah yang terejawantahkan dengan cara ruku dan sujud kepada manusia tersebut ataukah berupa penerimaan dan ketundukan tanpa reserve terhadap perkataan atau

tindakan tersebut.

manusia

yang

ditokohkan

Tentang ketundukan tanpa reserve kepada seorang tokoh, sehingga menjerumuskan pelakunya kepada tindakan kesyirikan dijelaskan dengan sangat jelas dengan Firman Allah SWT. dan hadits Nabi SAW. Berikut ini. Artinya : Mereka (Yahudi dan Nashrani) telah menjadikan pemuka-pemuka agama mereka dan pendeta-pendeta mereka sebagai tuhan-tuhan lain selain Allah, dan (demikian jugaterhadap) Almasih Anak Maryam. Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan agar mereka beribadah (patuh dan tunduk) kepada Tuhan Yang Esa, yang tiada tuhan melainkan Dia. Maha suci Dia dari segala apa yang mereka persekutukan (kepadanya). (QS. Al-Bara-ah 31). Adi bin Hatim, salah seorang sahabat Nabi SAW. yang dahulunya pemeluk Nasrani, ketika mendengar Nabi SAW.

34

membaca ayat 31 surah Al-Bara-ah di atas, menyanggah Nabi SAW. : Ya Rasulullah, mereka, orang-orang Nashrani dan Yahudi, tidak pernah menjadikan para tokoh dan pemuka agama mereka sebagai tuhan-tuhan mereka!. Nabi SAW. lalu bertanya : Bukankah apa yang dihalalkan ataupun yang diharamkan oleh para pemuka agama mereka itu, mereka patuhi dan ikuti?. Adi bin Hatim menjawab : Ya, benar!. Lalu Nabi SAW. bersabda : Nah, itulah namanya mereka telah beribadah (mempertuhankan) kepada pemuka-pemuka mereka!.

35

36

37

Anda mungkin juga menyukai