Anda di halaman 1dari 16

KEPRIBADIAN (AKHLAQ) MUBALLIGH MAHASISWA MUHAMMADIYAH

by Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ITTelkom on Thursday, November 25, 2010 at 3:32pm Oleh : Fathurrahman Kamal, Lc., MA Jurusan Komunikasi & Penyiaran Islam FAI-UMY Lembaga Pendidikan Bahasa Arab & Studi Islam Mahad Ali Bin Abi Thalib

Prolog : Kepribadian Muhammadiyah

Secara leksikal, kepribadian berasal dari kata pribadi yang berarti manusia sebagai perseorangan. Kepribadian (dengan imbuhan ke-an) berarti sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakan dirinya dengan orang lain atau bangsa lain.[1] Dengan demikian, yang dimaksud dengan kepribadian Muhammadiyah ialah rumusan yang menggambarkan hakekat Muhammadiyah, serta apa yang menjadi dasar dan pedoman amal usaha dan perjuangannya, serta sifat-sifat yang dimilikinya.[2] Narasi berikut ini menjelaskan kepribadian Muhammadiyah yang diharapkan dapat menjadi munthalaq (start pont), pedoman dan pijakan utama dalam merumuskan kepribadian seorang muballigh Muhammadiyah, termasuk Muballigh di kalangan mahasiswa. Muhammadiyah adalah sebagai Gerakan Islam dan Dakwah Amar Maruf Nahi Munkar, beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Quran dan Sunnah. Secara fungsional Muhammadiyah merupakan alat untuk berjuang dan mencapai cita-cita mulia; terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhoi Allah s.w.t. untuk melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi, sebagaimana firman Allah s.w.t. :

Sebuah negeri yang indah, bersih, suci dan makmur di bawah perlindungan Rabb Yang Maha Pengampun. (Saba : 15)

Untuk mencapai tujuan itulah Muhammadiyah didirikan dengan bersendikan dua pilar gerakan utama; amar maruf dan nahi munkar,berdasarkan :

Adakanlah dari kamu sekalian, golongan yang mengajak kepada keIslaman, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah daripada keburukan. Mereka itulah golongan yang beruntung berbahagia. (Alu Imran : 104) Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, Muhammadiyah merumuskan prinsip-prinsip dasar segala gerak dan amal usaha yang tersimpul dalam Muqaddimah Anggaran Dasar berikut ini : 1. Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah dan taat kepada Allah s.w.t. 2. Hidup manusia bermasyarakat. 3. Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan keyakinan bahwa ajaran Islam itu satusatunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan dunia akhirat. 4. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ikhsan kepada kemanusiaan. 5. Ittiba kepada langkah perjuangan Nabi Muhammad saw. 6. Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi. Dengan prinsip-prinsip dasar tersebut maka, apapun yang diusahakan termasuk cara-cara atau sistem perjuangannya, Muhammadiyah berpedoman : Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak membangun di segala bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridlai Allah. Kesemua rumusan tertera di atas mengantarkan kita kepada sepuluh sifat-sifat dasar Muhammadiyah yang wajib dipelihara dan diamalkan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan. Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan. Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta dasar dan falsafah negara yang sah. Amar maruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang baik Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan sesuai dengan ajaran Islam. Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya. Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridlai Allah s.w.t.

10. Bersifat adil serta korektif ke dalam dan ke luar dengan bijaksana.[3]

Kepribadian Warga Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah sebagai tenda besar segala amal usaha dan gerak dakwah kita memiliki kepribadian, sifat-sifat dan karakter dasar yang demikian kuat. Tentunya kita, kader

Persyarikatan, khususnya para muballigh/dai di kalangan mahasiswa, yang menjadi agen utama perubahan umat kepada kebaikan dan penerus estapet perjuangan Muhammadiyah dituntut untuk secara ikhlas dan sungguh-sungguh memegang teguh (iltizam) serta committed dengan kepribadian warga Persyarikatan Muhammadiyah yang telah dirumuskan berikut ini; 1) Memahami hakekat Islam secara menyeluruh mencakup aspek akidah, ibadah, akhlaq dan muamalat dunyawiyah; bersumberkan Al-Quran dan Sunnah Maqbulah. 2) Melandasi segala sesuatu dengan niat ikhlas mencari ridla Allah s.wt. semata-mata.

3) Mengamalkan ajaran Islam secara menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupannya, dan berusaha untuk menegakkan Islam dalam kehidupan pribadi, kehidupan keluarga dan kehidupan bermasyarakat sehingga terwujud masyarakat utama yang diridlai oleh Allah s.wt. 4) Memiliki semangat jihad untuk memperjuangklan Islam.

5) Memiliki kemauan dan kesediaan untuk berkorban demi Islam baik korban waktu, harta, tenaga bahkan nyawa sekalipun. 6) Mempunyai keteguhan hati dalam mengamalkan, menegakkan dan memperjuangkan Islam dengan arti kata tidak mundur karena ancaman dan tidak terbujuk dengan rayuan dan selalu istiqamah dalam kebenaran. 7) Mematuhi pimpinan dalam hal-hal yang disukai dan tidak disukai selama berada dalam garis kebenaran. Apabila terjadi perbedaan pendapat antara dia dan pimpinan dalam hal yang sifatnya mubah atauijtihadi dia akan mendahulukan pendapat pimpinan. 8) 9) Mengamalkan ukhuwah Islamiyah dalam kehidupan bermasyarakat. Aktif dalam dakwah Islam (Muhammadiyah) secara murni dan penuh.

10) Bisa dipercaya dan mempercayai orang lain dalam organisasi.[4] Demikianlah Muhammadiyah telah berusaha maksimal untuk mengkonstruksi karakter dan kepribadian warganya yang diharapkan menjadi shibgah (celupan, warna dasar) yang menjadikannya unggul dalam berinteraksi dengan dirinya sendiri, umat dan sesama anak bangsa.

Kepribadian Kita dan Pergeseran Tata Nilai Umat

Setelah mencermati narasi kepribadian Muhammadiyah dan Warga Muhammadiyah tertera di atas, ada baiknya kita sandingkan dengan fakta dan orientasi kehidupan kekinian yang berubah dalam durasi dan dengan akselarasi yang sangat cepat. Arus globalisasi yang ditandai dengan revolusi teknologi di bidang komunikasi dan transportasi telah berhasil melipat belahan bumi serta mengeliminir jarak dan selisih waktu antar negara. Melalui kekuatan teknologi komunikasi setiap peristiwa di belahan bumi manapun dapat direkam dengan baik, teknologi transportasi telah mampu membuat seseorang untuk berada di beberapa negara dalam waktu yang sedemikian

singkat. Inilah yang kemudian mengakhiri segala bentuk sekat-sekat budaya, ras, aliran, ideologi dan bahkan agama di antara manusia sejagad. Selain itu sistem kapitalisme global semakin menjerat para pemimpin dan warga negara-negara berkembang, yang nota bene-nya adalah umat Islam. Namun di sisi yang lain muncul segelintir pemilik modal raksasa yang dapat menggerakkan kecenderungan masyarakat umum semaunya melalui impor budaya destruktif secara masal. Masyarakat masuk ke sebuah tatanan kehidupan liberal yang individual, materialistis, sekularistik dan hedonis. Orientasi politik masyarakatpun tak terelakkan dari arus deras ini. Lembaga trias politica; eksekutif, legislatif dan yudikatif terjebak pada kubangan pragmatisme dan demokrasi liberal yang mengingkari fakta kehendak nurani umat yang mayoritas. Dengan nalar demokrasi liberal masyarakat dicekoki dengan berbagai produk legislasi yang berada di luar domain akal sehat. Lihatlah aset-aset negara yang dilego secara legal kepada korporasi asing dengan mengorbankan kepentingan rakyat kebanyakan; rakyat semakin menderita! Lihatlah undangundang anti porno-aksi dan pornografi yang nasibnya terseot-seot, lenyap begitu saja di tengah derasnya arus kebebasan tanpa batas ini! Lihatlah aliran-aliran sesat, pelaku terorisme teologis dan separatisme teologis yang dibela sedemikian rupa atas nama HAM! Ini secuil fakta kehidupan politik domestik kita yang menyesakkan. Di tengah-tengah arus deras di atas kita hidup. Dalam menghadapi arus kehidupan yang sedemikian deras, masyarakat dunia, tak terkecuali umat Islam, khususnya kita di Indonesia ini, akan berhadapan face to facedengan berbagai dampak dari era ini dalam bentuk agresi ideologi, politik, ekonomi, budaya, intelektual dll. yang semuanya ini dapat memarjinalkan dan menggerus konservasi kearifan dan budi luhur serta nilai-nilai agama yang telah lama mereka pegang dengan teguh. Kita, warga Muhammadiyah, dan khususnya muballigh mahasiswa Muhammadiyah hidup di tengah pusaran dan gelombang di atas. Pertanyaannnya jelas, akankah syakhshiyah kita sebagai muslim, kepribadian kita sebagai warga Muhammadiyah akan tergerus, lenyap ditelan arus kehidupan tersebut? Ini pertanyaan serius. Bukankah dekadensi moral, tindak kriminalitas, seks bebas dan penggunaan obat-obat terlarang banyak dilakukan oleh oknum kalangan terdidik (mahasiswa)? Saya mengatakan, kita mesti jujur. Kita mesti melakukan rekonstruksi atas bangunan kepribadian kita sebagai muslim dan sebagai warga Muhammadiyah, terlebih dengan predikat muballigh.

Rekonstruksi Kepribadian Muballigh Mahasiswa

Dalam hemat pandangan penulis, para aktivis dakwah Muhammadiyah, terkhusus lagi muballigh dari kalangan mahasiswa, diperlukan sebuah konstruksi kepribadian, karakter atau akhlaq yang berbasis pada sejarah kenabian (sirah nabawiyah) sehingga kita memiliki autentisitas gerakan tabligh (dakwah) di tengah arus kehidupan modern yang sedemikian rupa. Seringkali tidak kita sadari bahwa kita memaknai aktivitas dakwah sebagai aktivitas memperbaiki orang lain. Akibatnya, kita terjebak pada aktivisme yang bersifat rutin dan seringkali sangat menjenuhkan. Bahkan kadang kita mengalami defisit stamina batin dan keropos

pertahanan spiritual. Padahal ini menjadi modal utama dalam berdakwah/bertabligh. Perlu direnungkan baik-baik kecaman Allah s.w.t. terhadap Bani Israel yang terlampau sibuk dengan orang lain dan melupakan diri mereka sendiri :

Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? (Al-Baqarah : 44) Demikian pula ancaman Allah s.w.t. kepada kita, orang-orang beriman : . Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. (Al-Shaff :2-3) Kedua ayat tersebut mengajarkan kita untuk membangun pondasi kepribadian yang kokoh sebelum menyuruh orang lain melakukannya. Inilah kata kunci utama dalam merekonstruksi konsep diri bangunan kepribadian kita. Mulai dari diri sendiri!

Peta Kehidupan Rasulullah s.a.w. Sebagai Cermin Rekonstruksi Konsep Diri Muballigh Mahasiswa Muhammadiyah

Sebagai aktivis muda, tentunya kita masih berada dalam fase pencarian atau perumusan jati diri. Dalam fase ini, penulis mencoba membaca kembali resume kehidupan Rasulullah s.a.w. yang dapat dijadikan sebagai cermin besar dalam membangun ulang konsep diri dan pengembangan kepribadian kita sebagai muslim ataupun kader Persyarikatan. Al-Quran menyatkan secara tegas, perencanaan pengembangan diri bagian integral dari ketaqwaan itu sendiri.[5] Yang dimaksud dengan konsep diri sebagai dasar perencanaan dan pengembangan kepribadian ialah bagaimana sesungguhnya kita mendefinisikan diri kita. Hal ini merupakan hasil dari proses mengenali diri sendiri. Proses inilah yang kemudian disebut sebagai deskripsi diri kita.[6] Hal ini menyangkut segala dimensi diri kita; jasad, ruh dan akal. Nah pekerjaan merumuskan diri ini membutuhkan cermin sebagai parameter. Rasululullah s.a.w adalah cermin yang paripurna. Berikut ini resume sejarah dan kehidupan Rasulullah s.a.w. :

Fase pertama : Sebelum Kenabian (0-40 tahun)

Usia Catatan Perjalanan Hidup Rasulullah s.a.w.

0 tahun Beliau terlahir dalam keadaan tidak mempunyai ayah (yatim). Pada usia kandungan ibundanya bulan ke-6 ayahanda beliau Abdulllah meninggal dunia. 1 4 tahun Hidup di padang pasir bersama kabilah Bani Saad. Beliau menapat air susu ibu dari Halimatus Sadiyah. 4 6 tahun Tinggal bersama Ibunda Aminah. Di usianya tahun ke-6 Sayyidah Aminah meninggal dunia dalam perjalanan sepulang dari Madinah mengunjungi makam ayahandanya Abdullah. 6 8 tahun Beliau tinggal bersama kakek. Abdul Muthallib dikenal sebagai tokoh yang sangat disegani. Beliau membawa cucunya dalam acara-acara penting. Di sini Rasulullah s.a.w. berinteraksi dengan masalah-masalah besar yang mempengaruhi struktur kepribadian beliau. 8 tahun Beliau berpindah dan tinggal bersama pamannya Abu Thalib. Sejak saat ini beliau belajar hidup mandiri dan bekerja sebagai penggembala kambing. 12 tahun Beliau melakukan perjalanan bisnis ke Syam (Syria). Ini pengalaman perjalananan internasional. Beliau bertemu dengan Pendeta Buhaira yang meramalkan kenabiannya, sesuai dengan apa yang tertera di Kitab Sucinya. 15-20 tahun Beliau terlibat Har al-Fijar. Sebuah pertempuran militer yang penting dalam sejarah Quraisy. Perang selama +/- 5 tahun 20 tahun Terlibat pada peristiwa diplomatik menyelesaikan sengketa antara Qurisy dan suku lainnya.

Bekerja pada usaha Khadijah. Beliau menunjukkan diri sebagai profesional sejati yang memiliki integritas moral dan kapasitas manajemen bisnis yang membanggakan.

25 tahun Beliau dilamar oleh Khadijah dan menikah. 25 35 tahun Beliau memiliki pengalaman sebagai kepala keluarga. Perlu diingat, Khadijah adalah seorang yang juga sangat dihormati, di samping beliau dikenal sebagai pebisnis kaya

raya. Ini memberikan kematangan hidup sosial Rasulullah s.a.w. Bahkan di usia ke-35 beliau terlibat urusan yang sangat penting ketika para kepala suku di Makkah berseteru dalam perkara peletakan hajar aswad di tempatnya semula setelah area Masjidil Haram mengalami banjir besar. Beliau memberikan solusi yang amat cerdas. Sosok beliau dikenal sebagai al-Amin. 37 tahun Beliau sudah mampu memetakan permasalahan masyarakat Arab namun beliau belum menemukan solusi yang tepat. Dalam caatatan ahli sejarah, sejak usia ini beliau serius melakukan perenungan dengan melakukan khalwat di Gua Hira di atas bukit Nur (jabal Nur) di Makkah. 40 tahun Beliau menapatkan wahyu dari Allah s.w.t.

Fase Kedua : Dakwah di Makkah (Usia 40-53 Tahun)

1 3 Kenabian

(43 tahun) Dakwah sirriyah. Pembinaan individu secara rahasia di Darul Arqam.

4 10 Kenabian

(50 tahun) Dakwah jahriyah. Di sini beliau menyampaikan dakwah terbuka yang sangat terkenal di bukit Shafa. Deklarasi tauhid sebagai dakwah universal. Beliau membangun umat. Rasulullah telah menetapkanworld view Islam (al-Tashawwur al-Islamy; Ruyatul Islam lil wujd). Di sini pula pergolakan, teror, embargo ekonomi dan sosial serta intimidasi masyarakat Arab terjadi secara sangat dahsyat terhadap Rasulullah s.a.w.

10 13 Kenabian

(52 tahun) Secara serius beliau berdiplomasi dengan suku-suku yang dianggap potensial sebagai pendukung dakwahnya. Di antaranya ialah para anggota misi haji yang datang dari Madinah. Mereka didekati dan dibina. Beliau juga melebarkan sayap dakwah ke Thaif. Di masa ini tampak beliau merencanakan langkah kongkret untuk sebuah islam universal.

Beliau mengutus sahabat Mushab ibn Umair untuk mengajarkan Al-Quran kepada penduduk Madinah Beliau hijrah ke Madinah

Fase Ketiga : Dakwah di Madinah (Usia 53 63 tahun)

1 10 H

(52/53 tahun) 12 Rabiul Awal 1 H/27 September 622 M beliau tiba di madinah. Setiba di Madinah mendirikan Masjid Nabawi sebagai pondasi spiritual, pusat pengendali kehidupan masyarakat.

Muakhat kaum Muhajirin dan Anshar Membentuk konstitusi (mitsaq al-Madinah, Piagam madinah) sebagai payung pemersatu pluralitas masyarakat. Mubarakfury menggambarkannya sebagai berikut : :

. : ) : . ( : : ) ) : ) ( ( : ) : ) ( : ) . ) ( : ) ( : (. : ) ( : ) ( : .) (. ( : .) . : .) ( : ( ( : ) .) . : .

. : . . . . : )641 / 1 (

54 sd 63 tahun Beliau membuat perjanijian-perjannjian dengan komunitas Yahudi

Membangun kekuatan militer 71 , Sejak tahun ke-2 H terjadi agresi dari luar; Rasulullah memenangkan perang Badar .Ramadlan 2 H Terjadi 68 kali peperangan Rasulullah s.a.w. berusia 53 tahun; beliau menjadi pemimpin keluarga, umat dan negara sekaligus menjadi Panglima Militer Beliau melakukan diplomasi internasional dengan mengirim surat seruan masuk Islam .kepada para Pemimpin dunia berpengaruh saat itu . Beliau menguasai kembali kota Makkah dalam peristiwa bersejarah fathu Makkah Beliau menunaikan haji dan khutbah wada

Islam dinyatakan oleh Allah sebagai Din Paripurna dalam Al-Maidah ayat 3 :

Rasulullah s.a.w. menderita sakit dan akhirnya wafat pada waktu dluha, Senin 12 Rabiul Awwal 11 H pada usia 63 tahun lebih 4 hari.

Akhlaq (Kepribadian) Muballigh Mahasiswa Muhammadiyah

Setelah mencermati resume kahidupan baginda Rasulullah s.a.w. diharapkan kita dapat merumuskan dan mempetakan kehidupan kita. Yang perlu kita eksplorasi lebih jauh ialah apa yang menjadi modal beliau dalam mengarungi samudera kehidupannya sehingga dicatat oleh para sejarawan, baik muslim ataupun non muslim, sebagai pribadi paling sukses dan brilian sepanjang sejarah manusia di bumi ini. Aisyah r.a. pernah ditanya oleh sesorang tentang akhlaq Rasulullah s.a.w, beliau menjawab la halai uaileb qalhka( - Quran(. Tampaknya tidak semuanya dapat disebut pada makalah ini. Beberapa di antaranya disebut oleh para ulama khususnya yang konsens pada wilayah fikih dakwah. 1) Ikhlas.

Ikhlas berasal dari kata bahasa Arab khalasha yang berarti bersih, jernih, murni dan tidak bercampur dengan suatu apapun. Syaikh Sayyid Sabiq mendefinisikannya sebagai berikut : . ]7

Ikhlas terdiri dari tiga unsur berikut ini : 1. Niat yang ikhlas ( ( ( 1. 2. Mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya ( ) ]8 )

1. 3. Pemanfaatan hasil usaha dengan tepat dan benar ( )

Jika seseorang telah mendapatkan ilmu, ia apakan ilmunya?Apakah hanya untuk kepentingan status sosial sehingga ia dihormati oleh orang lain?ataukah ia gunakan di jalan Allah s.w.t. untuk menebarkan hidayahNya bagi sebanyak-banyaknya umat. Muballigh sendirilah yang mengetahuinya. Ali bin Abi Thalib mengatakan : Orang riya memiliki empat tanda; malas ketika sendirian; semangat ketika ditengah keramaian orang; bertambah amalnya ketika dipuji; dan berkurang amalnya ketika tidak mendapat pujian. Beliau juga diriwayatkan menyatakan,Janganlah engkau lihat sedikitnya amal, tetapi perhatikanlah diterimanya amal itu, karena Nabi s.a.w. berkata kepada Muadz Ikhlaskanlah amalmu, maka itu cukup bagimu (amal yang sedikit itu).

2) Menjaga stamina ruhiyah/spiritual dengan memperkokoh hubungan dengan Allah s.w.t. melalui ibadah-ibadah wajib dan sunnah.

3) Menambah ilmu :( ( . 113-114) (11:

4) Amanah (Dapat dipercaya)

: ( 58) ( )

Amanah dalam beberapa hal berikut : Amanah ilmiah/intelektual Amanah social (menjaga titipan orang, menjaga rahasia orang yang konsultasi dll( Tidak menyalah gunakan jabatan Menunaikan amanah profesi, menunaikan pekerjaan dengan baik

Amanah terhadap nimat Allah s.w.t.

5) : :

Shidq (jujur) ( ( . 23-24) 119) ( )

Jujur dalam : Dalam perkataan (shidq al-Qaul) Dalam niat dan kehendak/tekad (shidq al-niyat wa al-azm) Dalam menepati janji (shidq al-wad) Dalam bekerja (shidq al-amal) 6) : Lemah lembut, Sopan Santun (Al-Rifq) ( : ( ( ) ( ( : 159) : ) : : : :

7)

Sabar

Dimaknai sebagai menahan diri dari sesuatu yang tidak disukai karena mengharapkan ridla Allah s.w.t. :

: ( 35)

17)

Sebagian orang keliru dalam memaknai sabar. Mereka menyangka sabar prilaku negatif yang identik dengan menyerah, tidak berusaha dan menghinakan diri sendiri. Ini asumsi yang tidak benar tentang dakwah. Ketika Rasulullah s.a.w menunaikan aktivitas dakwah terbuka lalu mendapatkan ancaman dari masyarakat Arab, beliau menghadapi berbagai siksaan, penghinaan dan pelecehan yang luar biasa. Keluarga besar beliau diembargo secara sosial, politik dan ekonomi. Beliau sabar dan tegar menghadapinya dan menyatakan :

Pada bulan Syawal tahun 10 Kenabian (akhir Mei atau awal Juni 619 M) Rasulullah berdakwah di Thaif. Beliau diperlakukan dengan cara yang sangat tidak manusiawi. Beliau hadapi itu dengan untaian doa : ( )

8)

Hirsh (Empati, Perhatian yang sungguh-sungguh kepada maduw) : ( 128)

Kaidah Dakwah Sebagai Pedoman Etis[9] Memberi keteladanan sebelum berdakwah ( . : 44(

1)

( 2)

:2-3)

Mengikat hati sebelum mejelaskan

(951 : 3) (91 : 4) (

Mengenalkan sebelum memberi beban (

Bertahap dalam memberi beban ( ( -33) .

(601 : 23 : 5) : ( 6)

Memudahkan, bukan menyulitkan (

Yang pokok (ushul) sebelum yang cabang (furu) : ( (

7)

Membesarkan hati sebelum memberi ancaman (targhib qabla tarhib) . . -14) . .

01: 8)

Kita mendidik maduw, bukan memamerkan kesalahanya. :

( ( (

5:

( 652 :

[1] Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Cet. Ke-4, hal. 788

[2] Hamdan Hambali, Idoelogi dan Strategi Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007), Cet. Ke-3, hal. 39 [3] Ibid. hal. 40-42 [4] Haedar Nashir dkk., Materi Induk Perkaderan Muhammadiyah(Yogyakarta, Badan Pendidikan Kader Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 1994), Cet. Ke-1, hal.85-86 [5] (Al-Hasyr : 18)

[6] Amaryllia Puspasari, Mengukur Konsep diri Anak (Jakarta: Media Komputindo, 2007), hal.12 [7] Dalam kitab beliau Islamuna dinukil oleh Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq(Yogyakarta : LPPI, 2004) Cet. VII, hal. 29 [8] HR Baihaqi. Dishahihkan oleh Al-Bani dalam Silsilat al-Ahadits al-Shahihah, Jilid 3 hal. 187 [9] Jumah Amin Abdul Aziz, Fiqih Dakwah :hlm. 175-381

Anda mungkin juga menyukai