Anda di halaman 1dari 20

Manajemen Kualitas Air Biodegradasi Limbah Minyak dengan Menggunakan Bakteri

1.

Pendahuluan Minyak dan gas bumi sampai saat ini masih merupakan sumber energi yang menjadi pilihan utama untuk digunakan pada industri, transportasi dan rumah tangga. Peningkatan akan permintaan minyak bumi di seluruh dunia telah mengakibatkan pertumbuhan dan ekspansi pada kegiatan eksplorasi dan pengolahan minyak mentah di berbagai negara, termasuk Indonesia. Namun demikian, kita selalu dihadapkan pada dilema antara peningkatan produksi dengan pelestarian sumberdaya alam lingkungan serta dampak yang ditimbulkan dari proses produksi tersebut. Hal ini berarti perkembangan industri baik pengolahan minyak bumi maupun industri yang menggunakan minyak bumi, ternyata merupakan salah satu sumber pencemar lingkungan (Astri Nugroho, 2006). Industri minyak bumi memiliki potensi sebagai sumber dampak terhadap pencemaran air, tanah dan udara baik secara langsung maupun tidak langsung. Minyak yang merembes ke dalam tanah dapat menyebabkan tertutupnya suplai oksigen dan meracuni mikroorganisme tanah sehingga mengakibatkan kematian mikroorganisme tersebut. Tumpahan minyak di lingkungan dapat mencemari tanah dan perairan hingga ke daerah sub-surface dan lapisan aquifer air tanah. Jumlah tanah yang terkontaminasi minyak bumi yang dihasilkan dalam proses produksi minyak telah meningkat ribuan ton setiap tahun di Indoesia (Bambang Yudono et al. 2009). Chator dan Somerville (1978), menjelaskan bahwa pencemaran minyak bumi di tanah merupakan ancaman yang serius bagi kesehatan manusia. Minyak bumi yang mencemari tanah dapat mencapai lokasi air tanah, danau atau sumber air yang menyediakan air bagi kebutuhan domestik maupun industri sehingga menjadi masalah serius bagi daerah yang mengandalkan air tanah sebagai sumber utama kebutuhan air bersih atau air minum. Pencemaran minyak bumi memiliki potensi sebagai sumber dampak terhadap pencemaran air, tanah dan udara baik secara langsung maupun tidak langsung, meskipun dengan konsentrasi

Manajemen Kualitas Air Biodegradasi Limbah Minyak dengan Menggunakan Bakteri

hidrokarbon yang sangat rendah dapat berpengaruh terhadap bau dan rasa air tanah. Beberapa senyawa organik yang terbentuk di alam dapat didegradasi oleh mikroorganisme bila kondisi lingkungan menunjang proses degradasi tersebut. Artinya, pencemaran lingkungan oleh polutanpolutan organik dapat dengan sendirinya dipulihkan. Namun pada beberapa lokasi terdapat senyawa organik alami yang resisten terhadap biodegradasi sehingga senyawa tersebut akan terakumulasi di dalam perut bumi (Atlas, R.M., 1981). Hidrokarbon minyak bumi merupakan kontaminan yang paling luas yang mencemari lingkungan. Kecelakaan tumpahan minyak yang terjadi sering mengakibatkan kerusakan

lingkungan yang serius. Tingkat pencemaran yang berat mampu membunuh berbagai jenis organism air atau tanah dan menyebabkan lingkungan mengalami kerusakan yang bersifat permanen (Prince et. al. 2003). Pengelolaan limbah pada kegiatan industri minyak pada dasarnya adalah untuk menyelamatkan lingkungan dari kemungkinan penurunan kualitas lingkungan. Limbah minyak merupakan kotoran minyak yang terbentuk dari proses pengumpulan dan pengendapan kontaminan minyak. Limbah minyak mengandung minyak, zat padat, air, dan logam berat. Limbah minyak ini merupakan bahan pencemar yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan oleh sebab itu harus segera ditanggulangi. Berbagai upaya yang dilakukan untuk mengatasi pencemaran lingkungan dengan perbaikan pada sistim penambangan, pengolahan, penyaluran minyak dan pengolahan limbah. Upaya pencegahan tumpahan minyak di lingkungan dapat dilakukan dengan mengusahan sekecil mungkin tumpahan yang dapat terjadi (Dessy, Y., 2002). Ketika minyak masuk ke lingkungan laut, maka minyak tersebut dengan segera akan mengalami perubahan secara fisik dan kimia. Diantara proses tersebut adalah membentuk lapisan (slick formation), menyebar (dissolution), menguap (evaporation), polimerasi (polymerization),

emulsifikasi (emulsification), emulsi air dalam minyak ( water in oil

Manajemen Kualitas Air Biodegradasi Limbah Minyak dengan Menggunakan Bakteri

emulsions ), emulsi minyak dalam air (oil in water emulsions), foto oksida, biodegradasi mikorba, sedimentasi, dicerna oleh plankton dan bentukan gumpalan. Lapisan minyak yang terdispersi dipermukaan air lingkungan akan mengganggu kehidupan organisme dalam air. Hal ini disebabkan oleh Lapisan minyak pada permukaan air akan menghalangi difusi oksigen dari udara ke dalam air sehingga jumlah oksigen yang terlarut di dalam air menjadi berkurang. Kandungan oksigen yang menurun akan mengganggu kehidupan hewan air. Adanya lapisan minyak pada permukaan air juga akan menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air sehingga fotosintesis oleh tanaman air tidak dapat berlangsung. Akibatnya, oksigen yang seharusnya dihasilkan pada proses fotosintesis tersebut tidak terjadi. Kandungan oksigen dalam air jadi semakin menurun. Tidak hanya hewan air saja yang terganggu akibat adanya lapisan minyak pada permukaan air tersebut, tetapi burung air pun ikut terganggu karena bulunya jadi lengket, tidak bisa mengembang lagi terkena minyak. Selain dari pada itu, air yang telah tercemar oleh minyak juga tidak dapat dikonsumsi oleh manusia karena seringkali dalam cairan yang berminyak terdapat juga zat-zat yang beracun, seperti senyawa benzene, senyawa toluene dan lain sebagainya. Penanganan kondisi lingkungan yang tercemari minyak bumi dapat dilakukan secara fisika, kimia, dan biologi. Penanganan secara fisika biasanya dilakukan pada langkah awal yaitu dengan mengisolasi secara cepat sebelum tumpahan minyak menyebar kemana-mana. Metode fisika yang dapat digunakan ialah dengan mengambil kembali minyak bumi yang tumpah dengan oil skimmer. Penanganan secara kimia lebih mudah dilaksanakan yaitu tinggal mencari bahan kimia yang mampu

mendegradasi minyak bumi. Sedangkan penanganan limbah secara biologi antara lain dengan Melalui tulisan ini untuk dapat diperoleh gambaran sejauh mana bakteri laut Indonesia mampu mendegradasi fenantren, maka dilakukan penelitian ini.

Manajemen Kualitas Air Biodegradasi Limbah Minyak dengan Menggunakan Bakteri

2. 2.1

Tinjauan Pustaka Komponen Pencemar Air Komponen pencemar air dapat berupa bahan buangan padat, organik, anorganik, olahan bahan makanan, cairan berminyak, zat kimia, dan panas. 1. Bahan buangan padat/butiran.

a) Pelarutan bahan buangan padat menyebabkan perubahan warna. Larutan pekat dan berwarna gelap mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air, fotosintesis dalam air terganggu sehingga jumlah oksigen terlarut berkurang dan akan berpengaruh terhadap kehidupan organisme dalam air. b) Pengendapan bahan buangan padat akan menutupi permukaan dasar air, menghalangi fotosintesis, menutupi sumber makanan dan telur ikan di dasar air, sehingga jumlah ikan berkurang. c) Pembentukan koloidal yang melayang dalam air menyebabkan keruh dan menghalangi sinar matahari, fotosintesis terganggu dan jumlah oksigen terlarut berkurang sehingga mempengaruhi kehidupan dalam air. 2. Bahan buangan organik. Berupa limbah yang dapat membusuk/terdegradasi oleh

mikroorganisme. Menyebabkan jumlah mikroorganisme bertambah dan tumbuh bakteri patogen yang merugikan. Limbah ini dapat diproses menjadi pupuk/kompos. 3. Bahan buangan anorganik. Berupa limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme sehingga dapat meningkatkan jumlah ion logam dalam air. Limbah ini berasal dari industri yang melibatkan unsur logam Pb, As, Cd, Hg, Cr, Ni, Ca, Mg, Co, misalnya pada industri kimia, elektronika, elektroplating. Ion logam Ca dan Mg menyebabkan air sadah yang mengakibatkan korosi pada alat besi, menimbulkan kerak/endapan pada peralatan proses seperti tangki/bejana air, ketel uap, dan pipa

Manajemen Kualitas Air Biodegradasi Limbah Minyak dengan Menggunakan Bakteri

penyalur. Ion logam Pb, As, Hg bersifat racun sehingga air tidak dapat untuk minum. 4. Bahan buangan olahan bahan makanan (termasuk bahan organik). Jika bahan mengandung protein dan gugus amin akan terdegradasi menjadi senyawa yang mudah menguap dan berbau busuk sehingga air mengandung mikroorganisme dan bakteri patogen. 5. Bahan buangan cairan berminyak. Tidak larut dalam air, mengapung dan menutupi permukaan air. Jika mengandung senyawa volatil akan menguap. Terdegradasi oleh

mikroorganisme dalam waktu lama.

Bahan ini mengganggu karena: a) Menghalangi difusi oksigen dari udara ke dalam air. b) Menghalangi sinar matahari sehingga fotosintesis terganggu. c) Ikan di permukaan dan burung air terganggu, bulu burung lengket dan tak bisa mengembang. d) Air tak dapat dikonsumsi karena mengandung zat beracun seperti benzena, dan senyawa toluena.

6.

Bahan buangan zat kimia, misalnya: a) Sabun, deterjen, shampoo, dan bahan pembersih lainnya. Bahan ini mengganggu lingkungan karena: i. Menaikkan pH air. Jika memakai bahan non-pospat menaikkan pH menjadi 10,5 11. ii. Bahan antiseptik yang ditambahkan akan Sebagian dapat jenis

membunuh/mengganggu

mikroorganisme.

sabun/deterjen tak dapat terdegradasi. b) Bahan pemberantas hama/insektisida. Bersifat racun dan tak dapat/sulit terdegradasi (beberapa minggu sampai beberapa tahun). Insektisida sering dicampur dengan senyawa minyak bumi sehingga permukaan air akan tertutupi minyak.

Manajemen Kualitas Air Biodegradasi Limbah Minyak dengan Menggunakan Bakteri

c) Zat pewarna. Bersifat racun dan

cocarcinogenik (merangsang /

penyebab tumbuhnya kanker) dan dapat mempengaruhi kandungan oksigen dan pH dalam air. Zat warna mengandung senyawa kimia berbahaya chromogen dan auxsochrome. d) Larutan penyamak kulit. Mengandung ion logam Cr, tidak dapat untuk air minum. Sebagai pengganti Cr untuk bahan penyamak dipakai enzym. Bersama lemak dan sisa kulit, enzym akan didegradasi menghasilkan senyawa yang mudah menguap dan berbau busuk (hasil peruraian protein dan senyawa amin). Populasi mikroorganisme akan bertambah dan memungkinkan berkembang biaknya bakteri patogen yang berbahaya. e) Zat radioaktif. Penggunaan radiasi zat radioaktif di berbagai bidang (pertanian, peternakan, kedokteran, hidrologi, farmasi, pertambangan, industri) akan terbawa air ke lingkungan. Akibat radiasi dapat merusak sel tubuh dan genetik.

Manajemen Kualitas Air Biodegradasi Limbah Minyak dengan Menggunakan Bakteri

Hubungan antara bahan pencemar yang berupa gas, bahan terlarut, dan partikulat terhadap lingkungan perairan dan kesehatan manusia dapat ditunjukkan secara skematik sebagai berikut :

Gambar 1. Bagan Pengaruh Beberapa Jenis Bahan Pencemar terhadap Lingkungan Perairan.

2.2

Bioremediasi Bioremediasi memiliki konsep dasar pendaurulangan seluruh material organik. Bakteri pengurai spesifik dapat diisolasi dengan menebarkannya pada daerah yang terkontaminasi dan dengan

menambahkan nutrisi serta ketersediaan oksigen dapat mempercepat penurunan polutan. Proses bioremediasi bergantung pada kemampuan mikroorganisme yang digunakan dan sistem yang dioperasikan. Proses bioremediasi akan bekerja maksimal pada pH dan suhu optimum serta tersedianya oksigen yang cukup bagi mikroorganisme. Tanah sering diolah atau diperlakukan dengan teknologi fase padat. Hal ini biasanya dilakukan dengan menempatkan tanah yang sudah digali ke dalam suatu sistem wadah. Perlakuan fase padat berguna untuk tanah yang terkontaminasi minyak bumi (Crawford & Crawford 1996). Menurut Eweis et al. (1998),

Manajemen Kualitas Air Biodegradasi Limbah Minyak dengan Menggunakan Bakteri

beberapa

kelebihan

teknik

bioremediasi

adalah

murah,

dapat

menghilangkan toksisitas dari senyawa pencemar berbahaya, sederhana, dan bioremediasi secara in situ dapat dilakukan dengan aman. Faktorfaktor yang memengaruhi efektivitas proses bioremediasi ialah keadaan lingkungan, fisik, dan kimia. Faktor lingkungan meliputi suhu, pH, ketersediaan oksigen, nutrisi, dan kelembapan. Faktor fisik terdiri atas ketersediaan air, kesesuaian jumlah mikroorganisme dengan senyawa pencemar, dan tersedianya suatu akseptor yang sesuai, misalnya oksigen. Sementara faktor kimia terdiri atas bentuk struktur kimia dari senyawa pencemar yang akan memengaruhi sifat fisik dan kimia pencemar tersebut (Eweis et al. 1998).

2.3

Senyawa Hidrokarbon 1. Hidrokarbon Alifatik Mikroorganisme pedegradasi hidrokarbon rantai lurus dalam minyak bumi ini jumlahnya relatif kecil dibanding mikroba pendegradasi hidrokarbon aromatik. Di antaranya adalah Nocardia, Pseudomonas, Mycobacterium, khamir tertentu, dan jamur. Mikroorganisme ini menggunakan hidrokarbon tersebut untuk pertumbuhannya. Penggunaan hidrokarbon alifatik jenuh merupakan proses aerobik (menggunakan oksigen). Tanpa adanya O2, hidrokarbon ini tidak didegradasi oleh mikroba (sebagai pengecualian adalah bakteri pereduksi sulfat). Langkah pendegradasian hidrokarbon alifatik jenuh oleh

mikroorganisme meliputi oksidasi molekuler (O2) sebagai sumber reaktan dan penggabungan satu atom oksigen ke dalam hidrokarbon teroksidasi. Reaksi lengkap dalam proses ini terlihat pada gambar 1.

Manajemen Kualitas Air Biodegradasi Limbah Minyak dengan Menggunakan Bakteri

Gambar 1. Reaksi degradasi hidrokarbon alifatik

2. Hidrokarbon Aromatik Banyak senyawa ini digunakan sebagai donor elektron secara aerobik oleh mikroorganisme seperti bakteri dari genus Pseudomonas. Metabolisme senyawa ini oleh bakteri diawali dengan pembentukan Protocatechuate atau catechol atau senyawa yang secara struktur berhubungan dengan senyawa ini. Kedua senyawa ini selanjutnya didegradasi menjadi senyawa yang dapat masuk ke dalam siklus Krebs (siklus asam sitrat), yaitu suksinat, asetil KoA, dan piruvat. Gambar 2 menunjukkan reaksi perubahan senyawa benzena menjadi catechol.

Manajemen Kualitas Air Biodegradasi Limbah Minyak dengan Menggunakan Bakteri

Gambar 2. Reaksi degradasi hidrokarbon aromatik

2.4

Biodegradasi Minyak Bumi Biodegradasi minyak bumi merupakan suatu proses yang kompleks. Proses ini bergantung pada komunitas mikroba, kondisi lingkungan, dan senyawa yang akan diurai. Dalam proses tersebut terjadi penguraian hidrokarbon oleh bakteri yang telah beradaptasi dengan baik di lingkungan tersebut (Udiharto et al. 1995). Degradasi minyak bumi dapat dilakukan dengan memanfaatkan mikroorganisme seperti bakteri, beberapa khamir, jamur, sianobakteria, dan alga biru. Mikroorganisme ini mampu menguraikan komponen minyak bumi karena kemampuannya mengoksidasi hidrokarbon dan menjadikan hidrokarbon sebagai donor elektronnya. Di dalam minyak bumi terdapat dua macam komponen yang dibagi berdasarkan kemampuan mikroorganisme menguraikannya, yaitu

komponen minyak bumi yang mudah diuraikan oleh mikroorganisme dan komponen yang sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Komponen minyak bumi yang mudah didegradasi oleh bakteri merupakan komponen terbesar dalam minyak bumi atau mendominasi, yaitu alkana yang bersifat lebih mudah larut dalam air dan terdifusi ke dalam membran sel bakteri.

10

Manajemen Kualitas Air Biodegradasi Limbah Minyak dengan Menggunakan Bakteri

Jumlah bakteri yang mendegradasi komponen ini relatif banyak karena substratnya yang melimpah di dalam minyak bumi. Isolat bakteri pendegradasi komponen minyak bumi ini biasanya merupakan

pengoksidasi alkana normal. Komponen minyak bumi yang sulit didegradasi merupakan komponen yang jumlahnya lebih kecil dibanding komponen yang mudah didegradasi. Hal ini menyebabkan bekteri pendegradasi komponen ini berjumlah lebih sedikit dan tumbuh lebih lambat karena kalah bersaing dengan pendegradasi alkana yang memiliki substrat lebih banyak. Isolasi bakteri ini biasanya memanfaatkan komponen minyak bumi yang masih ada setelah pertumbuhan lengkap bakteri pendegradasi komponen minyak bumi yang mudah didegradasi.

2.5

Faktor Pembatas Biodegradasi Kemampuan sel mikroorganisme untuk melanjutkan

pertumbuhannya sampai minyak bumi didegradasi secara sempurna bergantung pada suplai oksigen yang mencukupi dan nitrogen sebagai sumber nutrien. Seorang ilmuwan bernama Dr. D. R. Boone menemukan bahwa nitrogen tetap merupakan nutrien yang paling penting untuk degradasi bahan bakar. Selain itu keaktifan mikroorganisme pendegradasi hidrokarbon juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti temperatur dan pH. Kondisi lingkungan yang tidak sesuai menyebabkan mikroba ini tidak aktif bekerja mendegradasi minyak bumi. Sebagai contoh, penambahan nutrien anorganik seperti fosfor dan nitrogen untuk area tumpahan minyak meningkatkan kecepatan bioremediasi secara signifikan. 2.6 Bakteri Hidrokarbonoklastik Mikroorganisme, terutama bakteri yang mampu mendegradasi senyawa yang terdapat di dalam hidrokarbon minyak bumi disebut bakteri hidrokarbonoklastik. Bakteri ini mampu mendegradasi senyawa

hidrokarbon dengan memanfaatkan senyawa tersebut sebagai sumber karbon dan energi yang diperlukan bagi pertumbuhannya. Mikroorganisme ini mampu menguraikan komponen minyak bumi karena kemampuannya

11

Manajemen Kualitas Air Biodegradasi Limbah Minyak dengan Menggunakan Bakteri

mengoksidasi hidrokarbon dan menjadikan hidrokarbon sebagai donor elektronnya. Mikroorganisme ini berpartisipasi dalam pembersihan tumpahan minyak dengan mengoksidasi minyak bumi menjadi gas karbon dioksida (CO2), bakteri pendegradasi minyak bumi akan menghasilkan bioproduk seperti asam lemak, gas, surfaktan, dan biopolimer yang dapat meningkatkan porositas dan permeabilitas batuan reservoir formasi klastik dan karbonat apabila bakteri ini menguraikan minyak bumi. Bakteri hidrokarbonoklastik diantaranya adalah Pseudomonas, Arthrobacter, Alcaligenes, Brevibacterium, Brevibacillus, dan Bacillus. Bakteri-bakteri tersebut banyak tersebar di alam, termasuk dalam perairan atau sedimen yang tercemar oleh minyak bumi atau hidrokarbon. Kita hanya perlu mengisolasi bakteri hidrokarbonoklastik tersebut dari alam dan mengkulturnya, selanjutnya kita bisa menggunakannya sebagai pengolah limbah minyak bumi yang efektif dan efisien, serta ramah lingkungan.

2.7

Penanggulangan Pencemaran Limbah Minyak Bumi Ir. Ginting Perdana Dalam bukunya yang berjudul Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri, menerangkan bahwa pada umumnya, teknik bioremediasi in-situ diaplikasikan pada lokasi tercemar ringan, lokasi yang tidak dapat dipindahkan, atau karakteristik kontaminan yang volatil. Sedangkan Bioremediasi ex-situ merupakan teknik bioremediasi dimana lahan atau air yang terkontaminasi diangkat, kemudian diolah dan diproses pada lahan khusus yang disiapkan untuk proses bioremediasi. Beberapa teknik penanggulangan tumpahan minyak diantaranya in-situ burning, penyisihan secara mekanis, bioremediasi, penggunaan sorbent, penggunaan bahan kimia dispersan, dan washing oil. In-situ burning adalah pembakaran minyak pada permukaan laut, sehingga mengatasi kesulitan pemompaan minyak dari permukaan laut, penyimpanan dan pewadahan minyak serta air laut yang terasosiasi. Teknik ini membutuhkan booms (pembatas untuk mencegah penyebaran minyak) atau barrier yang tahan api. Namun, pada peristiwa tumpahan

12

Manajemen Kualitas Air Biodegradasi Limbah Minyak dengan Menggunakan Bakteri

minyak dalam jumlah besar sulit untuk mengumpulkan minyak yang dibakar. Selain itu, penyebaran api sering tidak terkontrol. Penyisihan minyak secara mekanis melalui 2 tahap, yaitu melokalisir tumpahan dengan menggunakan booms dan melakukan pemindahan minyak ke dalam wadah dengan menggunakan peralatan mekanis yang disebut skimmer.

3.

Materi dan Metode Studi penelitian ini dilakukan di area pelabuhan Kumai, Kalimantan Tengah. Sampel air laut tercemar diambil pada kedalaman sekitar 2 meter dari pelabuhan Kumai Kalimantan Tengah. Bahan kimia seperti fenantren ditambahkan sebagai nutrien pengkayaan digunakan minyak mentah. Beberapa medium yang digunakan adalah swp broth yang mengandung (NH4NO3, K2HPO4, Fe(III) sitrat, ekstrak yeast). Selain itu digunakan medium agar-ONR7 yang mengandung NaCl, Na2SO4,

TAPSO, KCl, NH4Cl, Na2HPO4.7 H2O, NaBr, NaHCO3, H3BO3, NaF, MgCl2, CaCl2, SrCl2 dan FeCl24H2O. Purifikasi dilakukan dengan menggunakan medium marine-agar (2116 difco) yang mengandung yeast peptone, casamino acid, dekstrose, soluble starch, sodium pyruvate dan agar. Pelarut organik yang heksan digunakan adalah diklorometan (Merck),

(Merck), etil asetat (Merck). Peralatan yang digunakan untuk

identifikasi produk konversi adalah GC-Mass dengan kolom kapiler. Tahapan yang dilakukan pada studi ini antara lain, isolasi mikroba, uji tingkat biodegradasi, Isolasi bakteri pendegradasi, uji tingkat biodegradasi, pemisahan senyawa hasil biodegradasi dan analisa produk biodegradasi. Isolasi Mikroba. Sampel air laut sebanyak 4 mL di tambahkan nutrien fenantren 1000 ppm dan 1mL medium swp. Selanjutnya diinkubasi selama 2-4 minggu menggunakan shaker incubator suhu 30oC.Sesudah 2 minggu larutan fermentasi diinokulasi kedalam media agar-onr7 dengan konsentrasi 10-1 dan 10-2. Sebelum diinkubasi dilakukan sublimasi dengan uap fenantren standar pada permukaan agar. Mikroba positif pendegradasi

13

Manajemen Kualitas Air Biodegradasi Limbah Minyak dengan Menggunakan Bakteri

fenantren ditunjukkan dengan adanya zona bening disekitar koloni. Selanjutnya dilakukan isolasi dan purifikasi. Uji Tingkat Biodegradasi. Sebelumnya dibuat prakultur isolat dalam 4mL medium marine broth, kemudian diinkubasi selama 2 hari, sebanyak 3mL larutan prakultur ditambahkan kedalam 300mL medium marine broth yang mengandung minyak mentah (1mL) dan diinkubasi pada rotary shaker suhu 30oC. Sesudah 6 hari, kultur dipanen dan disentrifuse untuk mendapatkan sel bakteri. Sel dipisahkan dari supernatant dan ditimbang berat basahnya. Selanjutnya pellet bakteri dilarutkan dalam 4 mL buffer fosfat pH 7,5 mL. Sebanyak 1 mL larutan inokulum (1,08mg/mL) ditambahkan kedalam 150 mL medium ONR-7 yang masing-masing mengandung PAH fenantren 1000 ppm. Sebagai kontrol abiotik digunakan medium ONR-7 yang mengandung PAH tanpa diinokulasi dengan bakteri. Masing-masing eksperimen dilakukan secara duplo. Kultur diinkubasi pada rotary shaker suhu 30oC, dan dilakukan pengukuran pertumbuhan dengan spektrometer UV/visible panjang gelombang 660 nm. Pemanenan dua kali dalam seminggu dilakukan untuk mendeteksi konsentrasi fenantren yang tersisa. Kultivasi dihentikan ketika grafik pertumbuhan sudah mengalami penurunan. Preparasi sampel yang digunakan untuk analisis GC/GC-Mass dilakukan sebagai berikut, sebanyak 5 mL larutan kultur diekstrak dengan diklorometan, kemudian diambil fasa organiknya, selanjutnya untuk menghilangkan kandungan air ditambahkan natrium sulfat. Fase organik dipekatkan hingga volume akhir 1 mL. Contoh siap dianalisis menggunakan GC dan GCMass. Analisis Gas Chromatography dilakukan untuk mengetahui konsentrasi fenantren sisa biodegradasi.Metode yang digunakan adalah metode Anonimous 1989. Detektor yang digunakan adalah FID, dengan kolom kapiler (HP1) silika panjang 12 m, diameter 0,2 mm, tebal film 0,33 m. Suhu oven 60oC kemudian dinaikkan hingga 280oC. Kecepatan alir 6mL/menit, didiamkan selama 15 menit. Suhu detektor 300oC dan suhu injektor 240oC. Sebagai gas pembawa digunakan hidrogen.

14

Manajemen Kualitas Air Biodegradasi Limbah Minyak dengan Menggunakan Bakteri

Pemisahan Senyawa Hasil Biodegradasi. Untuk menentukan struktur senyawa hasil konversi, dilakukan pemanenan terhadap kultur Pseudomonas sp KalP3b22 pada hari ke-29. Larutan kultur selanjutnya diekstrak dengan pelarut diklorometan, kemudian dievaporasi dan ekstrak difraksinasi menggunakan kromatografi kolom. Kromatografi kolom silika gel dengan elusi gradien heksan-etil asetat digunakan untuk memisahkan fraksifraksi produk konversi. Selanjutnya fraksi-fraksi hasil kromatografi kolom dianalisis menggunakan kromatografi lapis tipis untuk menentukan fraksi produk konversi. Sebagai penampak noda digunakan sinar UV. Analisis Produk Biodegradasi. Untuk mengetahui produk konversi hasil degradasi maka dilakukan analisis spektrofotometer infra merah dan analisis GC-Mass. Fraksifraksi hasil pemisahan dengan kromatografi kolom silika gel sesudah dikeringkan diambil sedikit dan dicampur dengan serbuk KBr dan dihaluskan kemudian langsung dimasukkan sample plate dan dilakukan pengukuran.

4.

Hasil dan Pembahasan Isolasi Bakteri Pendegradasi. Dari hasil skrining bakteri

pendegradasi fenantren, diperoleh isolat dengan warna krem yang memberikan zona pada uji sublimasi dengan fenantren. Gambar 1 berikut di bawah ini adalah profil dari isolat pendegradasi terpilih KalP3b22. Identifikasi dengan analisis 16SrDNA dari isolat tersebut menunjukkan jenis Pseudomonas sp KalP3b22. Uji Biodegradasi. Analisis konsentrasi sisa fenantren hasil biodegradasi Pseudomonas sp KalP3b22, dilakukan dengan menggunakan Kromatografi Gas. Gambar 2 berikut adalah profil biodegradasi fenantren oleh bakteri tersebut. Degradasi fenantren berlangsung cepat pada 2 hari pertama kultivasi, dimana terjadi penurunan konsentrasi hingga 44,4%. Selanjutnya hingga hari ke-29 penurunan konsentrasi fenantren mencapai 59,5%. Hasil tersebut membuktikan bahwa metabolisme fenantren pada bakteri Pseudomonas sp KalP3b22 maksimal pada 2 hari kultivasi, pada hari selanjutnya metabolisme fenantren sangat lambat. Hingga hari ke-29,

15

Manajemen Kualitas Air Biodegradasi Limbah Minyak dengan Menggunakan Bakteri

bakteri ini tidak mampu mendegradasi fenantren secara total. Sehingga untuk mendegradasi hidrokarbon secara sempurna, diperlukan optimasi baik dari segi lingkungan (pH, nutrien, oksigen, suhu) maupun dari mikrobanya sendiri dilakukan rekayasa genetika dan penggunaan konsorsium .

Analisis Produk Konversi. Pemisahan senyawa hasil fermentasi menggunakan kromatografi kolom menghasilkan 4 fraksi. Fraksi 1 menggunakan eluen heksan 100%, fraksi 2 heksan:etil asetat (5:1), fraksi 3 heksan:etil asetat (4:1) dan fraksi 4 heksan:etil asetat (1:1). Analisis TLC fraksi 1 dan 2 mempunyai waktu retensi sama dengan fenantren (0,6), sedangkan fraksi 3 dan 4 mempunyai waktu retensi (0,3). Terhadap fraksi
16

Manajemen Kualitas Air Biodegradasi Limbah Minyak dengan Menggunakan Bakteri

tersebut dilakukan analisis GC-Mass. Di bawah ini adalah profil GC senyawa hasil biodegradasi fenantren oleh bakteri Pseudomonas sp kalp3b22. Analisis kromatogram GC-Mass senyawa hasil biodegradasi fenantren menunjukkan 2 puncak penting, puncak 1 pada waktu retensi 15,16 menit dan puncak 2 pada waktu retensi 21,55 menit. Analisis spektra massa menggunakan internal standar menunjukkan bahwa senyawa dengan waktu retensi 15,16 menit adalah naftalenol sedangkan senyawa dengan waktu retensi 21,55 menit adalah fenantren. Gambar 4 di bawah ini merupakan spektra massa senyawa naftalenol. Dari profil fragmentasi senyawa hasil biokonversi didapatkan base peakm/z 144 yang menunjukkan berat molekul 1-naftalenol. Puncak ion dengan m/z 115

17

Manajemen Kualitas Air Biodegradasi Limbah Minyak dengan Menggunakan Bakteri

Gambar tersebut menunjukkan hilangnya ion =C-OH pada gugus naftalenol, selanjutnya diikuti dengan hilangnya 2 atom C menghasilkan puncak ion pada m/z 89. Pecahnya seluruh cincin aromatik ditandai dengan hilangnya molekul =HC-CH= ,sehingga muncul ion molekul dengan m/z 63. Dari hasil analisis tersebut memberikan bukti bahwa bakteri Pseudomonas sp Kalp3b22 mampu mendegradasi fenantren menjadi senyawa naftalenol. Gambar 5 berikut adalah struktur fenantren dan 1-naftalenol. Jalur metabolik biodegradasi fenantren dengan naftalen pada bakteri tertentu sangat berhubungan satu sama lain, sehingga pembentukan senyawa turunan naftalen dalam hal ini naftalenol pada metabolisme fenantren dapat terjadi. Selain itu Kiyohara juga melaporkan bahwa jalur metabolisme fenantren pada jamur juga melibatkan serangan naftaloksidatif pada posisi K-region fenantren, yang selanjutnya dapat terbentuk senyawa turunan naftalen.

5.

Kesimpulan Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bakteri laut asal Kumai pseudomonas sp KalP 3b22 merupakan jenis yang potensial untuk dikembangkan menjadi bakteri biodegradator PAH. Dengan model molekul fenantren terbukti bakteri ini mampu mendegradasi hingga tahap

18

Manajemen Kualitas Air Biodegradasi Limbah Minyak dengan Menggunakan Bakteri

pembukaan cincin aromatik. Penelitian genetika, functional gene dan enzimologi sangat diperlukan untuk mengetahui kemampuan

pendegradasiannya secara menyeluruh.

19

Manajemen Kualitas Air Biodegradasi Limbah Minyak dengan Menggunakan Bakteri

DAFTAR PUSTAKA

Herdiyantoro, D. 2005. Biodegradasi Hidrokarbon Minyak Bumi oleh Bacillus sp. Galur ICBB 7859 dan ICBB 7865 dari Ekosistem Air Hitam Kalimantan Tengah dengan Penambahan Surfaktan. IPB Press Syafrizal1, Devitra Saka Rani1,*, Sri Astuti Rahayu1. Pemanfaatan Surfaktan dalam Pengolahan Limbah Berminyak secara Bioproses. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS, Jakarta Selatan Murniasih T. , et al. 2007. Biodegradasi Fenantren Oleh Bakteri Laut Pseudomonas sp KalP3b22 Asal Kumai Kalimantan Tengah. MAKARA, SAINS, VOL. 13, NO. 1, APRIL 2009: 77-80 Nursyirwani dan Amolle, K. C. 2007. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Hidrokarbonoklastik dari Perairan Dumai dengan Sekuen 16S rDNA. Jurusan Ilmu Kelautan, Faperika, Universitas Riau, Pekanbaru 28293 Yani, M. dan Akbar, Y. Tanpa tahun. Proses Biodegradasi Minyak Diesel oleh Campuran Bakteri Pendegradasi Hidrokarbon. Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Zam, S. I. Tanpa tahun. Optimasi Konsentrasi Inokulum, Rasio C:N:P Dan Ph Pada Proses Bioremediasi Limbah Pengilangan Minyak Bumi Menggunakan Kultur Campuran. Jurusan Pertanian Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Sultan Syarif Kasim Riau

20

Anda mungkin juga menyukai