Anda di halaman 1dari 23

645 BAB III UN DA N G -U N D AN G Y AN G B ER KA I T AN D E N G AN L A L U L I N TA S DAN ANGKUTAN JALAN 1. U n d a n g -U n d a n g N o . 1 4 T a h u n 1 9 9 2 T e n t a n g L a l u L i n t a s d a n A n g k u t a n Jalan. a.

UULAJ adalah undang-undang pidana karena : 1) Mengatur tentang perintah dan larangan bagi manusia di jalan umum. Adanya sanksi pidana bagi yang melanggar. Hukuman pidana berdasarkan pasal 10 KUHP. Diatur secara jelas pada pasal 68 UULAJ bahwa tindak pidana adalah pelanggaran.

2) 3) 4) b.

Lalu lintas dan angkutan jalan dikuasai oleh Negara dan pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah (Menteri Perhubungan). 1) Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan kesatuan sistem dari manusia (pengemudi, pengisaha, petugas), kendaraan, dan jalan. Tanggung jawab komponen-komponen lalu lintas tersebut dilakukan oleh instansi yang berbeda yaitu : a) Departemen Perhubungan/DLLAJ bertanggung jawab di bidang kendaraan dan komponen-komponennya LLAJ. Kewenangannya diatur dalam UU No. 14 tahun 1992 tentang LLAJ dan PP 41 tahun 1993 (Angkutan jalan), PP 42 tahun 1993 (Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di jalan), PP 43 tahun 1993 (Prasarana dan Lalau Lintas Jalan), PP 44 tahun 1993 (Kendaraan dan Pengemudi). Departemen Pekerjaan Umum/Dirjen Bina Marga bertanggung jawab di bidang jalan dan komponenkomponennya. Kewenangan-nya diatur dalam UU nomor 14 tahun 1992 dan PP nomor 43 tahun 1993 tentang Prasarana Lalu Lintas Jalan, UU nomor 13 tahun 1980 tentang jalan dan PP 26 tahun 1985, PP nomor 8 tahun 1990 tentang jalan tol. Departemen Dalam Negeri / Pemerintah Daerah / DLLAJ bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas jalan di daerahnya. Kewenangannya diatur dalam

b)

c)

646 UU nomor 7 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah, PP 22 tahun 1990 tentang penyerahan sebagian urusan lalu lintas jalan kepada Pemda Tk I dan Pemda Tk II di daerah, PP nomor 6 tahun 1988 tentang kewenangan Kepala Daerah mengkordinasikan instansi vertikal di UU nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP dan Perda tentang LLAJ di daerah. d) Polri bertanggung jawab di bidang manusia pengemudi termasuk penyelengaraan pelayanan administrasi dan penegakan hukum. Kewenangan Polri diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan seperti dimaksud diatas dan ditambah dengan KUHP, KUHAP (UU nomor 8 tahun 1981 dan PP 27 tahun 1983), UU nomor 28 tahun 1997 tentang Pohl serta berbagai Perda yang berkaitan dengan LLAJ di daerah.

2)

Pembina jalan ada pada Menteri Pekerjaan Umum. Setiap jalan wajib dilengkapi dengan : a) Rambu-rambu yang terdiri dari 4 golongan : 1) Rambu peringatan (peringatan ada bahaya). 2) Rambu larangan (nyatakan larangan).

3)

Rambu perintah (perintah yang wajib dilakukan oleh pemakai jalan). Rambu petunjuk (menyatakan petunjuk mengenai jurusan, kota fasilitas bagi pemakai jalan). (pasal 17 PP 43 tahun 1993)

4)

b)

Marka jalan (pasal 19 s/d 27 PP 43 tahun 1993) terdiri dari: 1) Marka membujur (garis utuh, garis putus-putus, garis ganda terdiri dari garis putus dan garis utuh, garis ganda yang terdiri dari dua garis utuh). Marka melintang (garis utuh, garis putus-putus) Marka serong berupa garis utuh. Marka lambang (panah, segitiga, tulisan).

2) 3) 4)

647 (5) Marka lainnya (marka parkir, marka penyeberang, marka larangan parkir).

c)

Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) pasal 28 s/d 30 PP 43 tahun 1993, terdiri dari : 1)Lampu tiga warna (merah, kuning, hijau) 2) Lampu dua warna (merah, hijau) 3) Lampu satu warna (kuning)

d)

Rambu, marka dan APILL mempunyai kekuatan mengikat yang diatur berdasarkan kewenangan pembinaan jalan yaitu : 1) Bila dipasang pada jalan negara diatur dengan SKEP Dirjen Hubdat. Bila dipasang pd jalan Propinsi diatur dengan Perda Tk I. Bila dipasang pada jalan Kabupaten/ Kota madya diatur dengan Perda Tk II.

2)

3) e)

Rambu, marka dan APILL harus diumumkan dalam Berita Negara / Berita daerah wajib diselesaikan dalam waktu 60 hari dan setelah 30 hari pemasangan (wajib sosialisasi oleh Pemda/DDLA1, pasal 2 angka 5b PP 43 tahun 1993). APILL merupakan perintah yang wajib didahulukan dari rambu, kecuali ada perintah dari petugas Polri dalam keadaan tertentu yang melakukan tindakan : 1) Memberhentikan arus lalu lintas. 2) Perintahkan pemakai jalan untuk jalan terus. Mempercepat arus lalu lintas. Perlambat arus lalu lintas.

f )

3) 4) 5)
g

Mengubah arus lalu lintas. (pasal 34 PP 43 tahun 1993).

Alat pengendali dan pengamanan pemakai jalan. (pasal 35 PP 43 tahun 1993).

648
1) Alat pengendali berupa : alat batas kecepatan dan alat pembatas tinggi dan lebar (portal). Alat pengaman pemakai jalan berupa : a) P a g a r p e n g a m a n b) Ce r m i n t i k u n g a n c) D e l i n a t o r d) Pulau-pulau lalu lintas e) P i t a p e n g g a d u h h) Alat pengawasan dan pengamanan jalan. Pasal 36 s/d 37 PP 43 tahun 1993. Alat pengawasan berupa : alat penimbangan yang bersifat tetap yang dilengkapi dengan fasilitas penunjang berupa gedung operasional, lapangan parkir untuk bongkar muat barang, fasilitas jalan keluar masuk dan gudang penyimpanan barang, dan atau pengawas berupa alat penimbangan berat dan muatan yang dapat dipindahpindah. i) Fasilitas pendukung meliputi fasilitas pejalan kaki, parkir pada badan jalan, halte, tempat istirahat dan penerangan jalan. Fasilitas pejalan meliputi : 1) 2) Trotoar Tempat penyeberangan dinyatakan dengan marka jalan dan atau rambu-rambu Jembatan penyeberangan Terowongan penyeberangan

0)

3) 4) c.

Tata cara berlalu lintas. Penggunaan jalur jalan menggunakan jalur jalan sebelah kiri. Penggunaan jalan selain jalur kiri hanya dapat dilakukan apabila : 1)Pengemudi akan membelok ke kiri. 2)Ditunjukkan atau ditetapkan oleh petugas.

649

d.

Tata cara melewati kendaraan lain : 1) 2) Pandangan bebas dan menjaga ruang yang cukup. Mengambil jalur kanan dari kendaraan yang dilewati, kecuali dalam keadaan tertentu dapat mengambil jalur jalan sebelah kiri dengan tetap memperhatikan keselamatan lalu lintas.

e.

Perlambat kendaraan, apabila akan melewati : 1) Kendaraan umum yang sementara berada ditempat turun naik penumpang. Kendaraan tidak bermotor yang ditarik hewan, hewan yang ditarik atau ditunggangi Pengemudi bus sekolah yang sementara berhenti menaikkan / menurunkan anak sekolah yang dinyatakan dengan lampu, pengemudi dibelakangnya wajib berhenti. Pengemudi yang akan perlambat kendaraannya harus mengamati arus lalu lintas di samping dan dibelakang kendaraan serta perlambat kendaraan dengan cara yang tidak membahayakan kendaraan lain.

2)

3)

4)

Pengemudi dilarang melewati 1) 2) Kendaraan lain di persimpangan atau persilangan sebidang. Kendaraan lain yang sementara memberi kesempatan menyeberang kepada pejalan kaki atau pengendara sepeda.

g.

Pengemudi yang akan dilewati wajib : 1) 2) Beri ruang gerak yang cukup untuk dilewati. Beri kesempatan atau menjaga kecepatan sehingga dapat dilewati dengan aman.

h.

Ketentuan bagi pejalan kaki. Pejalan kaki wajib berjalan pada bagian jalan dan menyeberang pada tempat penyeberangan yang telah disediakan bagi pejalan kaki. (pasal 26 UULAJ) Pejalan kaki yang berjalan pada jalan yang tidak dilengkapi dengan bagian jalan dan tempat penyeberangan khusus bagi pejalan kaki, tetap wajib diperhatikan dan dilindungi keselamatannya oleh setiap

650 pengemudi. Lebih lanjut dijelaskan pada pasal 84 PP 43 tahun 1993 bahwa :

1)

Pengemudi kendaraan bermotor wajib mengutamakan keselamatan pejalan kaki yang berada pada bagian jalan yang diperuntukkan

bagi pejalan kaki.


2) Yang akan atau sedang menyeberang jalan. Dalam hal tidak terdapat tempat penyeberangan yang ditentukan, pejalan kaki dapat menyeberang ditempat yang dipilihnya dengan memperhatikan keselamatan dan kelancaran lalu lintas (pasal 91 PP 43 tahun 1993).

i .

Apabila berpapasan dengan kendaraan lain : 1) Dari arah berlawanan pada jalan dua arah dan dipisahkan secara jelas, harus berikan ruang gerak yang cukup disebelah kanan kendaraan. Dan jika terhalang oleh suatu rintangan atau pemakai jaln lain di depannya harus mendahulukan kendaraan yang datang dari arah yang berlawanan. Pada jalan tanjakan atau menurun, jika tak mungkin untuk saling berpapasan, pengemudi yang arahnya turun harus beri kesempatan jalan kepada kendaraan yang menanjak.

2)

3)

Pengemudi yang akan membelok atau berbalik arah : 1) 2) Harus mengamati situasi lalu lintas di depan, samping dan belakang kendaraan dan beri isyarat tangan. Termasuk juga bagi pengemudi yang akan berpindah lajur atau bergerak ke arah samping, harus mengamati arus lalu lintas di depan, samping dan belakang kendaraan serta memberikan isyarat. Pada setiap persimpangan pengemudi dapat langsung belok ke kin, kecuali ditentukan lain oleh rambu-rambu atau APILL isyarat lalu lintas pengatur belok kiri.

3)

k.

Posisi kendaraan dengan kecepatan rendah dari kendaraan lain: 1)Mengambil lajur di sebelah kiri. 2)Pada persimpangan yang dikendallikan dengan bundaran a) Gerakan kendaraan harus memutar.

645 BAB III UN DA N G -U N D AN G Y AN G B ER KA I T AN D E N G AN L A L U L I N TA S DAN ANGKUTAN JALAN 1. U n d a n g -U n d a n g N o . 1 4 T a h u n 1 9 9 2 T e n t a n g L a l u L i n t a s d a n A n g k u t a n Jalan. a. UULAJ adalah undang-undang pidana karena : 1) Mengatur tentang perintah dan larangan bagi manusia di jalan umum. Adanya sanksi pidana bagi yang melanggar. Hukuman pidana berdasarkan pasal 10 KUHP. Diatur secara jelas pada pasal 68 UULAJ bahwa tindak pidana adalah pelanggaran.

2) 3) 4) b.

Lalu lintas dan angkutan jalan dikuasai oleh Negara dan pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah (Menteri Perhubungan). 1) Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan kesatuan sistem dari manusia (pengemudi, pengisaha, petugas), kendaraan, dan jalan. Tanggung jawab komponen-komponen lalu lintas tersebut dilakukan oleh instansi yang berbeda yaitu : a) Departemen Perhubungan/DLLAJ bertanggung jawab di bidang kendaraan dan komponen-komponennya LLAJ. Kewenangannya diatur dalam UU No. 14 tahun 1992 tentang LLAJ dan PP 41 tahun 1993 (Angkutan jalan), PP 42 tahun 1993 (Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di jalan), PP 43 tahun 1993 (Prasarana dan Lalau Lintas Jalan), PP 44 tahun 1993 (Kendaraan dan Pengemudi). Departemen Pekerjaan Umum/Dirjen Bina Marga bertanggung jawab di bidang jalan dan komponenkomponennya. Kewenangan-nya diatur dalam UU nomor 14 tahun 1992 dan PP nomor 43 tahun 1993 tentang Prasarana Lalu Lintas Jalan, UU nomor 13 tahun 1980 tentang jalan dan PP 26 tahun 1985, PP nomor 8 tahun 1990 tentang jalan tol. Departemen Dalam Negeri / Pemerintah Daerah / DLLAJ bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas jalan di daerahnya. Kewenangannya diatur dalam

b)

c)

646 UU nomor 7 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah, PP 22 tahun 1990 tentang penyerahan sebagian urusan lalu lintas jalan kepada Pemda Tk I dan Pemda Tk II di daerah, PP nomor 6 tahun 1988 tentang kewenangan Kepala Daerah mengkordinasikan instansi vertikal di UU nomor 8 tahun 1981 tentang KUHAP dan Perda tentang LLAJ di daerah. d) Polri bertanggung jawab di bidang manusia pengemudi termasuk penyelengaraan pelayanan administrasi dan penegakan hukum. Kewenangan Polri diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan seperti dimaksud diatas dan ditambah dengan KUHP, KUHAP (UU nomor 8 tahun 1981 dan PP 27 tahun 1983), UU nomor 28 tahun 1997 tentang Pohl serta berbagai Perda yang berkaitan dengan LLAJ di daerah.

2)

Pembina jalan ada pada Menteri Pekerjaan Umum. Setiap jalan wajib dilengkapi dengan : a) Rambu-rambu yang terdiri dari 4 golongan : 1) Rambu peringatan (peringatan ada bahaya). 2) Rambu larangan (nyatakan larangan).

3)

Rambu perintah (perintah yang wajib dilakukan oleh pemakai jalan). Rambu petunjuk (menyatakan petunjuk mengenai jurusan, kota fasilitas bagi pemakai jalan). (pasal 17 PP 43 tahun 1993)

4)

b)

Marka jalan (pasal 19 s/d 27 PP 43 tahun 1993) terdiri dari: 1) Marka membujur (garis utuh, garis putus-putus, garis ganda terdiri dari garis putus dan garis utuh, garis ganda yang terdiri dari dua garis utuh). Marka melintang (garis utuh, garis putus-putus) Marka serong berupa garis utuh. Marka lambang (panah, segitiga, tulisan).

2) 3) 4)

647 (5) Marka lainnya (marka parkir, marka penyeberang, marka larangan parkir).

c)

Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) pasal 28 s/d 30 PP 43 tahun 1993, terdiri dari : 1)Lampu tiga warna (merah, kuning, hijau) 2) Lampu dua warna (merah, hijau) 3) Lampu satu warna (kuning)

d)

Rambu, marka dan APILL mempunyai kekuatan mengikat yang diatur berdasarkan kewenangan pembinaan jalan yaitu : 1) Bila dipasang pada jalan negara diatur dengan SKEP Dirjen Hubdat. Bila dipasang pd jalan Propinsi diatur dengan Perda Tk I. Bila dipasang pada jalan Kabupaten/ Kota madya diatur dengan Perda Tk II.

2)

3) e)

Rambu, marka dan APILL harus diumumkan dalam Berita Negara / Berita daerah wajib diselesaikan dalam waktu 60 hari dan setelah 30 hari pemasangan (wajib sosialisasi oleh Pemda/DDLA1, pasal 2 angka 5b PP 43 tahun 1993). APILL merupakan perintah yang wajib didahulukan dari rambu, kecuali ada perintah dari petugas Polri dalam keadaan tertentu yang melakukan tindakan : 1) Memberhentikan arus lalu lintas. 2) Perintahkan pemakai jalan untuk jalan terus. Mempercepat arus lalu lintas. Perlambat arus lalu lintas.

f )

3) 4) 5)
g

Mengubah arus lalu lintas. (pasal 34 PP 43 tahun 1993).

Alat pengendali dan pengamanan pemakai jalan. (pasal 35 PP 43 tahun 1993).

648
1) Alat pengendali berupa : alat batas kecepatan dan alat pembatas tinggi dan lebar (portal). Alat pengaman pemakai jalan berupa : a) P a g a r p e n g a m a n b) Ce r m i n t i k u n g a n c) D e l i n a t o r d) Pulau-pulau lalu lintas e) P i t a p e n g g a d u h h) Alat pengawasan dan pengamanan jalan. Pasal 36 s/d 37 PP 43 tahun 1993. Alat pengawasan berupa : alat penimbangan yang bersifat tetap yang dilengkapi dengan fasilitas penunjang berupa gedung operasional, lapangan parkir untuk bongkar muat barang, fasilitas jalan keluar masuk dan gudang penyimpanan barang, dan atau pengawas berupa alat penimbangan berat dan muatan yang dapat dipindahpindah. i) Fasilitas pendukung meliputi fasilitas pejalan kaki, parkir pada badan jalan, halte, tempat istirahat dan penerangan jalan. Fasilitas pejalan meliputi : 1) 2) Trotoar Tempat penyeberangan dinyatakan dengan marka jalan dan atau rambu-rambu Jembatan penyeberangan Terowongan penyeberangan

0)

3) 4) c.

Tata cara berlalu lintas. Penggunaan jalur jalan menggunakan jalur jalan sebelah kiri. Penggunaan jalan selain jalur kiri hanya dapat dilakukan apabila : 1)Pengemudi akan membelok ke kiri. 2)Ditunjukkan atau ditetapkan oleh petugas.

649

d.

Tata cara melewati kendaraan lain : 1) 2) Pandangan bebas dan menjaga ruang yang cukup. Mengambil jalur kanan dari kendaraan yang dilewati, kecuali dalam keadaan tertentu dapat mengambil jalur jalan sebelah kiri dengan tetap memperhatikan keselamatan lalu lintas.

e.

Perlambat kendaraan, apabila akan melewati : 1) Kendaraan umum yang sementara berada ditempat turun naik penumpang. Kendaraan tidak bermotor yang ditarik hewan, hewan yang ditarik atau ditunggangi Pengemudi bus sekolah yang sementara berhenti menaikkan / menurunkan anak sekolah yang dinyatakan dengan lampu, pengemudi dibelakangnya wajib berhenti. Pengemudi yang akan perlambat kendaraannya harus mengamati arus lalu lintas di samping dan dibelakang kendaraan serta perlambat kendaraan dengan cara yang tidak membahayakan kendaraan lain.

2)

3)

4)

Pengemudi dilarang melewati 1) 2) Kendaraan lain di persimpangan atau persilangan sebidang. Kendaraan lain yang sementara memberi kesempatan menyeberang kepada pejalan kaki atau pengendara sepeda.

g.

Pengemudi yang akan dilewati wajib : 1) 2) Beri ruang gerak yang cukup untuk dilewati. Beri kesempatan atau menjaga kecepatan sehingga dapat dilewati dengan aman.

h.

Ketentuan bagi pejalan kaki. Pejalan kaki wajib berjalan pada bagian jalan dan menyeberang pada tempat penyeberangan yang telah disediakan bagi pejalan kaki. (pasal 26 UULAJ) Pejalan kaki yang berjalan pada jalan yang tidak dilengkapi dengan bagian jalan dan tempat penyeberangan khusus bagi pejalan kaki, tetap wajib diperhatikan dan dilindungi keselamatannya oleh setiap

650 pengemudi. Lebih lanjut dijelaskan pada pasal 84 PP 43 tahun 1993 bahwa :

1)

Pengemudi kendaraan bermotor wajib mengutamakan keselamatan pejalan kaki yang berada pada bagian jalan yang diperuntukkan

bagi pejalan kaki.


2) Yang akan atau sedang menyeberang jalan. Dalam hal tidak terdapat tempat penyeberangan yang ditentukan, pejalan kaki dapat menyeberang ditempat yang dipilihnya dengan memperhatikan keselamatan dan kelancaran lalu lintas (pasal 91 PP 43 tahun 1993).

i .

Apabila berpapasan dengan kendaraan lain : 1) Dari arah berlawanan pada jalan dua arah dan dipisahkan secara jelas, harus berikan ruang gerak yang cukup disebelah kanan kendaraan. Dan jika terhalang oleh suatu rintangan atau pemakai jaln lain di depannya harus mendahulukan kendaraan yang datang dari arah yang berlawanan. Pada jalan tanjakan atau menurun, jika tak mungkin untuk saling berpapasan, pengemudi yang arahnya turun harus beri kesempatan jalan kepada kendaraan yang menanjak.

2)

3)

Pengemudi yang akan membelok atau berbalik arah : 1) 2) Harus mengamati situasi lalu lintas di depan, samping dan belakang kendaraan dan beri isyarat tangan. Termasuk juga bagi pengemudi yang akan berpindah lajur atau bergerak ke arah samping, harus mengamati arus lalu lintas di depan, samping dan belakang kendaraan serta memberikan isyarat. Pada setiap persimpangan pengemudi dapat langsung belok ke kin, kecuali ditentukan lain oleh rambu-rambu atau APILL isyarat lalu lintas pengatur belok kiri.

3)

k.

Posisi kendaraan dengan kecepatan rendah dari kendaraan lain: 1)Mengambil lajur di sebelah kiri. 2)Pada persimpangan yang dikendallikan dengan bundaran a) Gerakan kendaraan harus memutar.

651 b) Atau memutar sebagian bundaran searah jarum jam kecuali ditentukan lain oleh rambu/marka.

I .

Pengemudi yang berada di belakang kendaraan lain wajib menjaga jarak.ruang yang cukup dengan kendaraan di depannya dengan maksud : 1)Agar tidak terjadi benturan. 2)Dapat dengan mudah melakukan gerakan melewati. 3)Atau mengubah haluan.

m.

Hak utama pemakai jalan pada persimpangan sebidang yang tidak diatur dengan Apill, pengemudi wajib berikan prioritas bagi : 1) 2) 3) 4) 5) Kendaraan yang datang dari arah depan atau bila ditentukan dengan rambu. Kendaraan dari jalan utama. Kendaraan dari arah cabang persimpangan sebelah kiri. Kendaraan yang telah berada di seputar bundaran. Pada perlintasan sebidang dengan jalur kereta api bei hak utama kepada: a)Kereta api. b)Kendaraan yang lebih dahulu melintasi rel.

n.

Kendaraan yang mendapatkan prioritas dan dengan pengawalan petugas. Urutan prioritas sebagai berikut : 1) Kendaraan pemadam kebakaran yang sementara tugas. 2) 3) 4) Ambulans mengangkut orang sakit. Kendaraan yang memberi pertolongan kecelakaan.

Kendaraan Kepala Negara atau Pemerintah Asing yang menjadi tamu negara. Iring-iringan pengantaran jenazah. Konvoi, pawai atau kendaraan orang cacat

5) 6)

652
7) Kendaraan yang penggunaannya untuk keperluan khusus mengangkut barang-barang khusus.

Perintah dan larangan yang dinyatakan dengan alat pemberi isyarat lalu lintas tentang isyarat berhenti tidak diberlakukan terhadap kendaraan tersebut. (pasal 65 PP 43 tahun 1993). o. Pengawalan dilakukan oleh petugas yang berwenang atau dilengkapi

dengan isyarat atau tanda yaitu : lain


ISyarat dengan bunyi berupa sirene hanya dapat digunakan oleh:
1) 2) 3) 4) 5) Kendaraan pemedam kebakaran yang bertugas dan kendaraan lain yang diperbantukan. Ambulas yang mengangkut orang sakit. Kendaraan jenazah yang sedang mengangkut jenazah. Kendaraan petugas penegak hukum tertentu yang sedang melaksanakan tugas. Kendaraan petugas pengawal kendaraan Kepala Negara atau Pemerintah Asing yang menjadi tamu negara.(Pasal 72 PP 43 tahun 1993)

P.

Isyarat dengan lampu warna biru hanya boleh dipasang pada kendaraan bermotor : 1)Petugas penegak hukum tertentu. 2)Dinas pemadam kebakaran. 3)Penanggulangan bencana. 4)Ambulans. 5)Unit Palang Merah. 6)Mobil Jenazah. Terkait dengan uraian diatas, timbul pertanyaan apakah pengawalan lalu lintas hanya dapat dilakukan oleh Polri ?. Jawaban : Pengawalan tidak diatur secara jelas dalam UU No. 14 tahun 1992, hanya menjelaskan untuk kepentingan kelancaran lalu lintas pemakai jalan tertentu mendapatkan prioritas dengan pengawalan (vide pasal 65 PP 43 tahun 1993). Dijelaskan juga bahwa pengawalan dilakukan dengan kendaraan bermotor oleh petugas yang berwenang yang dilengkapi dengan lampu sinar warna biru dan bunyi sirene (vide pasal 72 PP 43

653
tahun 1993 yo pasal 66 dan 75 PP 44 tahun 1993. Pengawalan lalu lintas merupakan sub sistem dari pengamanan lalu lintas yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pengaturan dan penjagaan lalu lintas. Petugas yang berwenang adalah petugas Polri yang dapat memberikan pengamanan sekaligus perlindungan hukum bagi yang dikawal dan atau kepada masyarakat melalui tugas-tugas preventif dengan pengawalan sebagai bentuk pengaturan lalu lintas bergerak. Hal tersebut sesuai dengan kewenangan Polri seperti diatur pada pasal 34 PP 43 tahun 1993 yang tidak dimiliki oleh instansi lain. Kecuali POM ABRI untuk pengawalan Kepala Negara dengan menggunakan formasi konvoi tertentu sesuai kepentingan (Kep.Men Hankam Pangab No.17 tahun 1975).

q.

Berdasarkan pasal 52 UULAJ penyitaan surat-surat dan atau kendaraan bermotor dalam penyidikan pelanggaran dan penyidikan kecelakaan lalu lintas tidak dibenarkan (baca penjelasannya). Bagaimana jika hanya luka berat ? Pada prinsipnya penyitaan BB hanya untuk kepentingan penyidikan, yaitu berkas perkara yang dikirimkan ke pengadilan. 2 alat bukti adalah syarat formal untuk mendapatkan keyakinan Hakim (pasal 183 KUHAP). Pada pasal 52 UULAJ sub a disebutkan : benda yang diduga ....... atau benda yang dipakai untuk melakukan tindak pidana. Pelanggaran lalu lintas adalah tindak pidana, termasuk kecelakaan lalu lintas yang berakibat luka ringan, luka berat dan kerugian harta benda. Berdasarkan pasal 111 KUHAP disebutkan ........ menangkap dan membawa tersangka dengan atau tanpa barang bukti kepada penyidik untuk dilakukan penyidikan. Penyidik segera melakukan pemeriksaan atau "tindakan lain" (baca penjelasan pasal 5 KUHAP) terhadap tersangka. Dengan demikian dalam hal pelanggaran atau kecelakaan lalu lintas yang berakibat lukaluka penyidik berwenang melakukan penyitaan. Mengamankan barang bukti untuk sementara Oleh Polisi dalam tindak pidana tertangkap tangan adalah tindakan Polisionil dan apabila cukup bukti (bukti permulaaan cukup), maka Penyidik segera melakukan penyidikan dan segera minta persetujuan Ketua PN atas benda yang disita. Pengembalian BB dapat dilakukan jika ada permohonan para pihak jika telah melunasi kewajiban berdasarkan pasal 31 UULAJ dengan catatan pinjam pakai sementara.

r.

Dalam hal terjadi kecelakaan lalu lintas korban meninggal dunia, setelah 3 hari Polri, Dinas PU, DLLAJ segera melakukan penelitian di TKP untuk mencari faktor penyebab kecelakaan. Penelitian dimaksud untuk kepentingan data hukum (kesalahan) dan data teknis untuk kepentingan pencegahan dan pengurangan kecelakaan pada penggal jalan (Spot) tertentu.

654
s. Dewasa ini sering ditemukan petugas DLLAJ di jalan berpatroli sekaligus melakukan pengawalan. Apakah ada wewenang untuk berpatroli dan pengawalan oleh mereka ? Jawaban : Petugas DLLAJ bertanggung jawab atas penempatan kebijakasanaan dengan perintah dan larangan di jalan dengan rambu, apill dan marka jalan. Pengawasan atas kebijaksanaan yang ditetapkan dilakukan melalui pemantauan dan penilaian serta tindakan korektif, untuk itulah petugas DLLAJ berada dijalan. (pasal 2 ayat 4 PP 43 tahun 1993). Petugas DLLAJ tidak dibenarkan melakukan pengawalan, karena hakekat pengawalan adalah pengaturan secara bergerak dengan kendaraan dengan tujuan : 1) 2) Terjaminnya keselamatan jiwa, harta benda yang dikawal karena dilindungi oleh petugas. Tugas, tanggung jawab dan wewenang pengawal diatur dalam undang-undang. Pengawalan dilakukan dalam bentuk formasi tertentu. Kendaraan pengawal dilengkapi dengan isyarat atau tanda tertentu.

3) 4)

Pengawalan merupakan bentuk pengaturan yang bergerak untuk menjamin keamanan dan keselamatan orang yang dikawal. Petugas pengawal berdasarkan wewenang yang oleh UU diwajibkan untuk bertanggung jawab atas jiwa dan keselamatan orang yang dikawal, hal tersebut tidak diatur dalam tugas-tugas DLLAJ berdasarkan UU No. 14 tahun 1992. t. Penggunaan jalan selain untuk kepentingan lalu lintas (pasal 88, 89 PP 43 tahun 1993 dapat diizinkan untuk ditutup apabila ada jalan alternatif yang memiliki kelas jalan yang sekurang-kurangnya sama dengan jalan yang dituitup. Pengalihan arus dinyatakan dengan rambu-rambu dan atau penempatan petugas yang berwenang. Pendaftaran kendaraan bermotor. 1) Pendaftaran dan bukti pendaftaran (pasal 172 PP 44 tahun 1993). a) Setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan dijalan wajib didaftarkan untuk kepentingan pengumpulan data yang digunakan untuk: (1) Tertib admnistrasi.

u.

655 2) Pengendalian kendaraan yang dioperasikan di Indonesia. Mempermudah penyidikan pelanggaran atau kejahatan menyangkut kendaraan yang bersangkutan. Dalam rangka perencanaan, rekayasa dan manajemen lalu lintas dan angkutan jalan. Memenuhi kebutuhan data lainnya dalam rangka perencanaan pembangunan nasional.

3)

4)

5)

b)

Untuk keperluan tertentu kendaraan bermotor yang belum didaftarkan dapat dioperasikan di jalan (173 PP 44/1993). Sebagai bukti bahwa kendaraan telah didaftarkan diberikan Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB).

c)

2)

Masa berlaku STNK 5 tahun dan setiap tahun diadakan pengesahan kembali dan tidak diganti. Pemohon setelah menunjukkan bukti pelunasan pajak KB dan sumbangan wajib dana kecelakaan bermotor yang sudah disahkan maka STNK diberikan kepada pemohon. STNK dicabut secara admnistratif oleh unit pelaksanan pendaftaran (pasal 182 PP 44 tahun 1993) apabila : a) Bukti pendaftaran hilang atau rusak sehingga mengakibatkan tidak dapat terbaca dengan jelas. Operasi kendaraannya dipindahkan secara terus menerus lebih dari 3 (tiga) bulan ke wilayah lain di luar wilayah tempat kendaraan didaftarkan.

3)

b)

5)

c) Spesifikasi teknik kendaraan bermotor diubah sehingga Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) sesuai datadengan176 yang terdapat dalam bukti tidak berisi lagi (pasal data ayat (4) PP 44 tahun 1993, tentang : pendaftaran. d) Pemilikan kendaraan bermotor beralih sehingga nama pemilik tidak sesuai lagi dengan yang tercantum dalam bukti pendaftaran.

656 a)Kode wilayah pendaftaran. b)Nomor pendaftaran kendaraan bermotor. c)Masa berlaku. Bentuk, ukuran, bahan, warna dan tatacara pemasangan TNKB diatur pada pasal 178 PP 44 tahun 1993. 6) Pengoperasian kendaraan bermotor yang belum didaftarkan dan digunakan untuk keperluan tertentu dilengkapi dengan : Surat Tanda Coba Kendaraan (STCK) dan Tanda Coba Kendaraan Bermotor (TCKB) (pasal 191) dan juga dilengkapi dengan buku tanda coba kendaraan bermotor (BTCKB). STCKB dan TCKB dapat digunakan untuk lebih dari satu kendaraan bermotor sepanjang kendaraan bermotor yang bersangkutan memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam pasal 191 (4) dan pasal 194 PP 44 tahun 1993.

v.

Surat Izin Mengemudi (SIM)

1)

Setiap pengemudi wajib memiliki SIM sesuai golongan berdasarkan pasal Pasal 211 ayat (2) PP 44 tahun 1993 dan jika mengemudikan kendaraan umum wajib memiliki SIM sesuai golongan berdasarkan pasal 212 PP 44 tahun 1993. SIM berlaku 5 tahun dan dapat diperpanjang. Persyaratan dan tatacara memperoleh SIM diatur berdasarkan pasal 217 ayat (1) sedangkan bagi pemohon SIM untuk kendaraan umum wajib memenuhi syarat berdasarkan pasal 217 ayat (2). Ujian bagi pemohon SIM meliputi pengetahuan teori dan praktek ketrampilan mengemudi. a) Pengetahuan teori meliputi : peraturan lalu lintas, teknik dasar kendaraan bermotor dan cara mengemudikan kendaraan yang baik dijalan. Praktek ketrampilan mengemudi terdiri dari : praktek ketrampilan mengemudi dan praktek berlalu lintas.

2)

3)

b)

4) 5)

Khusus bagi pemohon SIM Umum pemohon diwajibkan mengikuti ujian teori dan praktek berdasarkan pasal 220. Penguji wajib memenuhi persyaratan :

657
a) Miliki SIM yang sama dengan golongan yang akan diuji 3 tahun. Pe nd id ik an SLTA. Diangkat sebagai penguji oleh pejabat yang berwenang.

b) c) 6)

Bila SIM telah habis masa berlaku lebih 1 tahun pemohon wajib mengikuti ujian teori dan praktek (pasal 224 ayat (3). Pemilik SIM harus melaporkan apabila pindah tempat tinggal secara tetap keluar wilayah kekuasaan pelaksana penerbitan SIM dalam waktu 2 bulan sejak kepindahan. Petugas segera mengeluarkan surat keterangan untuk dipergunakan apabila akan memperbaharui atau memperpanjang SIM. Pemilik SIM tetap dapat menggunakan SIM di tempat tinggal yang baru sampai masa berlaku habis. SIM Internasional diterbitkan oleh badan atau Menteri dengan syarat pemohon harus memiliki SIM yang sama atau disesuaikan dengan golongan yang domohon. Pendidikan mengemudi dapat diselenggarakan oleh pemerintah, badan hukum atau warga negara RI. Caton dapat mengemudi dibawah pengawasan pengemudi sesuai persyaratan : a)Golongan SIM sesuai dengan kendaraan yang digunakan. 0)Pengalaman mengemudi sekurang-kurangnya 3 tahun. b)Kendaraan yang digunakan harus dilengkapi dengan : 1) Tanda bertulisan "latihan" yang kelihatan depan dan belakang kendaraan. Rem tangan yang dioperasikan oleh pengawas

7)

8)

9)

2)

2.

Undang Undang No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan.


-

a.

Pengertian. 1) Jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas. Diperuntukkan bagi lalu lintas kendaraan, orang dan hewan.

658 a) bentuk apapun dimaksudkan bahwa pengertian jalan tidak terbatas pada bentuk jalan konvensional (permukaan tanah), tetapi termasuk jalan yang melintasi sungai besar/danau/laut, dibawah permukaan tanah dan air (terowongan) dan diatas permukaan tanah (jalan layang). Bangunan pelengkap jalan ialah bangunan yang tidak lepas pisah dari jalan antara lain : jembatan, ponton,lintas atas (over pass), lintas bawah (under pass), tempat parkir, gorong-gorong, tembok penahan dan saluran air jalan.

b)

2)

Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Pembinaannya oleh Menteri dikelompokkan dalam jalan nasional. Juga pembinaan diserahkan kepada pemerintah daerah TK I (Gubernur) dan TK II oleh Bupati KDH TK II atau Walikotamadya TK II. Jalan Khusus adalah jalan selain daripada yang termasuk jalan umum. Pembinaannya oleh masing-masing Instansi atau badan hukum dan atau perorangan yang bersangkutan. Contoh jalan inspeksi pengairan, jalan inspeksi saluran minyak atau gas, jalan perkebunan, pertambangan, kehutanan dan jalan komplek bukan untuk umum dan jalan untuk kepentingan Hankam. Bila suatu ruas jalan khusus berdasarkan UU atau dinyatakan oleh pemiliknya dinyatakan terbuka untuk kepentingan lalu lintas umum maka terhadap ruas jalan dan lalu lintas tersebut berlaku peraturan perundang-undangan tentang jalan dan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

3)

4)

Jalan Tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pemakaian jalan tol.

b.

Pengelompokan jalan menurut peranan. 1) Jalan Arteri yaitu Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien. Jalan Kolektor, yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpulan/pembagian dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

2)

659
3) Jalan Lokal, yaitu jalan yang melayani angkutan setempat

dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. c. Bagian-bagian Jalan meliputi :

1) 2) 0)

Daerah manfaat jalan, meliputi : badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengamanannya. Daerah milik jalan meliputi : daerah manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu diluar daerah manfaat jalan.

Daerah pengawasan jalan merupakan sejalur tanah tertentu diluar daerah milik jalan yang ada di bawah pengawasan.

d.

Kelas Jalan. Kelas jalan, ditetapkan oleh Menhub dari Menteri PU, terdiri dan setelah mendengar pendapat dari :
1) Jalan kelas I, jalan arteri 2) Jalan kelas II, jalan arteri 0)Jalan kelas III A, jalan arteri/kolektor 1)Jalan kelas III B, jalan kolektor 2)Jalan kelas III C, jalan local (pasal 11 PP 43 tahun 1993)

e.

Bagian-bagian jalan meliputi : 1) Daerah manfaat jalan (badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang pengaman). Daerah milik jalan (daerah manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu diluar Damanja). Daerah pengawasan jalan, sejalur tanah tertentu di luar daerah milik jalan di bawah pengawasan pembina jalan (pasal 5 UU nomor 13 tahun 1980).

2) 3)

f.

Pengelompokan jalan menurut wewenang pembinaan.

1)

Jalan Nasional oelh Pemerintah Pusat.

660 2)Jalan Daerah oleh Pemerintah Daerah. 3)Jalan khusus oleh instansi , badan hukum, perorangan. Pemerintah dapat menerima atau dapat mengambil alih suatu ruas jalan khusus tertentu untuk dijadikan jalan umum dengan pertimbangan : a) Untuk kepentingan Hankam. b) Kepentingan pembangunan nasional dan daerah. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat. (pasal 42 yo,66 PP 26 tahun 1985)

c)

g.

Penilik jalan di daerah diangkat oleh Pemerintah daerah berdasarkan tanggungjawab pembinaan jalan setelah koordinasi dengan Instansi terkait. Tugas penilik jalan adalah : 1) Mengawasi segala kejadian di daerah manfaat jalan, daerah milik jalan dan daerah pengawasan jalan yang dapat menganggu peranan jalan. Menyampaikan usul tindakan turun tangan kepada pembina jalan atau instansi yang berwenang. 3) Penilik jalan menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada pembina jalan.

2)

h.

Data jalan (dokumen jalan/leger) diperoleh pada kantor pembina jalan (Dinas PU) diperuntukkan bagi kepentingan tugas Polantas (FKK dan PH), (pasal 81 PP 26 tahun 1985).

3.

P P N O. 8 t a h u n 1 9 90 t e n ta n g ) a l a n T o l . a Jalan Tol adalah jalan alternatif lintas jalan umum.. Jalan Tol adalah jalan alternatif lintas jalan umum yang sudah ada. Pada dasarnya merupakan jalan baru yang digunakan untuk pemakai jalan dengan kendaraan bermotor dengan membayar tol. b. Persayaratan jalan tol (pasal 4). 1) 2) Kecepatan paling rendah 80 km per jam (anatar kota), sedangkan dalam kota 60 km per jam. Didesain untuk Mampu menahan muatan sumbu terpusat tunggal (Ms___i I) 8 1/5 ton atau muatan sumbu terpusat tandem kendaraan sekurang-kurangnya 14 1/2 ton.

Anda mungkin juga menyukai