Anda di halaman 1dari 8

KUNJUNGAN NON KONSERVASI DAN SAMPAH PADA EKOWISATA PULAU SEMPU

MAKALAH disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi Pariwisata yang dibina oleh Bapak Suhadi

Oleh Wely Ella S. (309342417631)

The Learning university

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI Desember 2011

A. Permasalahan Cagar Alam Pulau Sempu, terletak di sebelah selatan Pantai Sendang Biru Kecamatan Sumbermanjing, Malang. Pulau Sempu merupakan sebuah cagar alam yang berada dibawah naungan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Jawa Timur.Dengan luas sekitar 877 Ha ini menyuguhkan vegetasi hutan yang masih alami, berbagai jenis fauna juga hidup didalamnya, hingga Macan Tutul pun konon katanya juga menjadi penghuni di pulau itu. Jumlah pengunjung yang datang ke pulau Sempu mengalami lonjakan yang cukup signifikan tiap tahunnya. Selain memberikan keuntungan ekonomis bagi para buruh penarik kapal, lonjakan jumlah pengunjung juga membawa dampak memprihatinkan bagi pulau Sempu. Sepanjang perjalanan, sampah-sampah plastik sisa mie instan atau makanan ringan banyak terlihat di antara tumpukan daun. Hal yang sama juga terjadi di Segara Anakan yang di sepanjang garis pantainya memang sering dijadikan tempat oleh para pengunjung untuk berkemah. Disana, sampahsampah plastik seperti botol air mineral, bungkus makanan dari plastik, botol minuman keras, dll (bahkan yang cukup menyedihkan, ada pengunjung lain yang mengaku menemukan kondom bekas di dekat tendanya). Sampah-sampah itu tak hanya tersebar di atas pasir, namun tak sedikit pula darinya yang dibuang seenaknya ke dalam air pantai Segara Anakan. Selain itu, beberapa pengunjung juga merusak terumbu karang di dasar pantai dengan cara mengangkat dan memindah-mindahkannya. Tujuannya adalah untuk menemukan ikan hias atau batu karang indah yang bisa dibawa pulang. Di beberapa sudut karang tepi pantai juga bisa ditemukan coretan-coretan yang dibuat menggunakan cat olah tangan-tangan iseng.. Seharusnya sebagai seorang pengunjung harus bertanggung jawab untuk menjaga kelestariannya. Perlu diingat lagi, bahwa Pulau Sempu merupakan Cagar Alam bukan tempat rekreasi dan bukan tempat camping. Dimana pengunjung hanya diperbolehkan masuk kawasan untuk penelitian atau pendidikan bukan hanya sekedar berwisata (non konservasi). Namun sekarang masuk kawasan ini sangat mudah, tidak semuanya memakai surat pengantar (SIMAKSI).

B. Identifikasi Masalah

Untuk berkunjung di Pulau Sempu, kita harus melapor dulu kepada Polisi Hutan yang salah satu tugasnya adalah mengawasi setiap pengunjung yang memasuki kawasan tersebut. Saat kami melapor, petugas yang curiga kami akan melakukan peliputan di kawasan Sempu- itu mengungkapkan bahwa sebenarnya kawasan Sempu tidak boleh dimasuki tanpa surat ijin yang diberikan oleh BKSDA Jatim. Dengan kata lain, tidak sembarangan wisatawan bisa masuk kesana kecuali memiliki tujuan yang jelas seperti penelitian misalnya. Namun melihat antusiasme masyarakat yang berkeras ingin masuk ke kawasan tersebut, maka tak banyak yang bisa mereka lakukan untuk mencegahnya. Disinilah akhirnya bisa saya simpulkan bahwa sejak lama Pengelola kawasan cagar alam pulau Sempu memang tidak berdaya menghadapi keinginan banyak orang yang berbondong-bondong ingin memasuki kawasan Sempu. Mungkin karena itu pula, papan peringatan untuk tidak merusak kawasan Cagar alam ini yang dulu masih terpasang di teluk semut, kini sudah menghilang. Akibatnya seperti sudah bisa ditebak, kerusakan wisata cagar alam pulau Sempu hanya tinggal menunggu waktu. C. Kajian pustaka Kawasan Cagar Alam Pulau Sempu ditetapkan berdasarkan SK. GB No. 46 Stbl. 1928 No. 69 tahun 1928 dengan luas 877 Ha. Penetapan kawasan tersebut sebagai Cagar Alam karena keadaan alamnya yang khas, juga diperuntukan bagi kepentingan penelitian dan ilmu pengetahuan. Letak kawasan Cagar Alam Pulau Sempu di perairan Samudera Indonesia yang secara administratif pemerintahan termasuk ke dalam desa Tambakrejo Kecamatan Sumbermanjing wetan Kabupaten Daerah Tingkat II Kabupaten Malang (Departemen kehutanan, tanpa tahun). Cagar Alam Pulau Sempu memiliki 4 (empat) type ekosistem dimana masingmasing memiliki ciri yang berbeda satu sama lain, tetapi secara keseluruhan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

1.

Ekosistem hutan Mangrove

Stuktur hutan mangrove ini sangat sederhana karena terdiri dari satu lapisan tajuk pohon dengan jenis-jenis yang relatif sedikit. Jenis-jenis tumbuhan yang umum di jumpai adalah Bakau (Rhizobhara sp), dan Api-api (Avicenia sp). Sedangkan jenisjenis satwa yang umum di jumpai pada daerah perairan hutan mangrove adalah ikan Glodok, Kepiting dan Udang. 2. Ekosistem Hutan Pantai Areal hutan pantai Cagar Alam Pulau Sempu di bagian Utara, Barat dan Selatan Terutama pada pantai dengan pesisir yang landai. Jenis-jenis tumbuhan terdiri dari ketapang (Terminalia catapa), Baringtonia asitica, Waru laut (Hibicus tidiacus) dan pandan (Pandanum tectorius). Adapun jenis-jenis satwa liar yang sering di jumpai pada kawasan pantai ini antara lain : burung Elang Laut (Helicetus leucogaster), burung Dara Laut (Sterna albiforn), Biawak (Varanus sp), Umang Laut dan lain-lain. 3. Ekosistem Danau Daratan Cagar Alam Pulau Sempu memiliki dua buah danau yaitu Danau Telaga Lele dengan areal seluas 2 Ha, yang merupakan danau air tawar. Danau Segoro anakan dengan areal seluas 4 Ha yang merupakan danau asin. Danau Air Tawar Telaga Lele terletak dibagian timur kawasan Cagar Alam, sedangkan Segoro Anakan berada dibagian Barat Daya. Masing-masing memiliki peranan yang pemting sebagai sumber air bagi kehidupan satwa liar, terutama pada musim kemarau. 4. Ekosistem Hutan Tropis Dataran Rendah Type ekosistem ini menempati areal yang terluas dan tersebar hampir di seluruh kawasan, sehingga menjadi ciri utama dari kawasan Cagar Alam Pulau Sempu. Struktur hutan tropis ini di tandai dengan adanya tumbuh-tumbuhan yang terdiri dari tiga atau empat lapis tajuk pohon dengan komposisi yang beragam. Beberapa jenis pohon yang dominan yaitu Bendo (Artocarpus elasticus), Triwulan (Mishocarpatus sundaica), Wedang (Pterocarpus javanicus) dan Buchanania arborescens. Kawasan Cagar Alam Pulau Sempu memiliki 223 jenis tumbuhan yang tergolong dalam 144 marga dan 60 suku. Dari 60 suku tersebut, telah diketahui lima suku yang memiliki jumlah individu, jenis dan marga yang relatif cukup banyak.

Kelima suku tersebut adalah :

Moraceae,

Euphorbiaeceae,

Anacardiaceae,

Annonaceae, Sterculiaceae. Satwa liar yang hidup di dalam kawasan Cagar Alam Pulau Sempu sekitar 51 jenis yang terdiri dari 36 jenis Aves, 12 jenis mamalia dan 3 jenis reptil. Paling sering di jumpai diantaranya Babi hutan (Sus scopa), Kera hitam (Presbytis cristata), Belibis (Dendrosyqna sp) dan burung Rangkong (Buceros undulatus). Pada kawasan ini terdapat " Goa Air Tawar " yang terletak 25 meter dari pantai pada ketinggian 25 meter di atas permukaan air laut. Panjang (kedalaman) goa sekitar 20 meter dan bagian dalam lebarnya 3 - 5 meter serta berlantai kering. Goa ini bagi masyarakat setempat yang masih percaya akan kegaiban Alas Sempuh, merupakan tempat untuk bertapa (Departemen Kehutanan, tanpa tahun). Menurut Resort Konservasi Wilayah Pulau Sempu (2011), Pulau Sempu merupakan kawasan konservasi dengan status Cagar Alam (bukan tempat wisata, rekreasi dan bukan tempat camping). Jika memasuki kawasan wisata Sendangbiru, maka setiap pengunjung akan dikenakan karcis/tiket masuk wisata oleh pihak Perhutani setempat. Namun karcis tersebut tidak berlaku untuk ke Pulau Sempu karena untuk mengunjungi kawasan konservasi Cagar Alam Pulau Sempu diperlukan perizinan khusus yaitu: SIMAKSI (surat izin masuk kawasan konservasi). Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Pemerintah bertugas mengelola kawasan cagar alam. Suatu kawasan cagar alam dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya. Rencana pengelolaan cagar alam sekurang-kurangnya memuat tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan (Resort Konservasi Wilayah Pulau Sempu, 2011). Sesuai dengan fungsinya, menurut Resort Konservasi Wilayah Pulau Sempu (2011), cagar alam dapat dimanfaatkan untuk: 1. penelitian dan pengembangan

2. ilmu pengetahuan 3. pendidikan 4. kegiatan penunjang budidaya. Beberapa kegiatan yang dilarang karena dapat mengakibatkan perubahan fungsi kawasan cagar alam adalah : 1. melakukan perburuan terhadap satwa yang berada di dalam kawasan 2. memasukan jenis-jenis tumbuhan dan satwa bukan asli ke dalam kawasan 3. memotong, merusak, mengambil, menebang, dan memusnahkan tumbuhan dan satwa dalam dan dari kawasan 4. menggali atau membuat lubang pada tanah yang mengganggu kehidupan tumbuhan dan satwa dalam kawasan, atau 5. mengubah bentang alam kawasan yang mengusik atau mengganggu kehidupan tumbuhan dan satwa Larangan juga berlaku terhadap kegiatan yang dianggap sebagai tindakan permulaan yang berkibat pada perubahan keutuhan kawasan, seperti : 1. memotong, memindahkan, merusak atau menghilangkan tanda batas kawasan, atau 2. membawa alat yang lazim digunakan untuk mengambil, mengangkut, menebang, membelah, merusak, berburu, memusnahkan satwa dan tumbuhan ke dan dari dalam kawasan. Kegiatan wisata, rekreasi atau camping tidak dibenarkan dan tidak diperbolehkan dilakukan didalam kawasan Cagar alam Pulau Sempu karena tidak sesuai dengan status dan fungsi kawasan.
D. Metode

Untuk mengatasi permasalaha ini terdapat solusi yang dapat dilakukan yaitu:

1.

Ijin memasuki kawasan ini semakin diperketat sehingga tak

sembarangan orang bisa masuk ke dalam Pulau Sempu. Keselamatan ekosistem di kawasan ini harus terlebih dulu mendapat prioritas dibanding penguatan sektor wisatanya.
2.

Mengadakan Aksi bersih Pulau Sempu oleh mahasiswa, sebagai cermin

kepedulian kita dengan alam, dengan cara membawa plastik besar 8 kiloan yang digunakan untuk memunguti sampah yang ada di Pulau Sempu.

Bersih-bersih sampah di: blok Segoro anakan dan Teluk Semut (Resort Konservasi Wilayah Pulau Sempu, 2011) 3. Mempertegas aturan yang terdapat pada cagar alam Pulau Sempu dengan memperingatkan pengunjung ketika memasuki wilayah dan membuat plang peringatan. Serta member sanksi tegas bila melanggar, seperti membayar denda. 4. Bagi penduduk sekitar juga harus ikut menjaga kebersihan baik yang berjualan maupun tidak, dengan cara tidak membuang sampah sembarangan. Untuk dapat mengatasi semua masalah yang terjadi diperlukan keterlibatan banayak pihak, mulai dari pengelola yang mempertegas peraturan, pengunjung yang harus mengetahui pentingnya konservasi, sampai pada penduduk sekitar yang juga harus ikut menjaga lingkungan. Maka perlu adanya kerjasama pada ketiga pihak agar dapat saling menguntungkan dan kawasan ini tetap terjaga.

Daftar Rujukan Departemen Kehutanan. Tanpa tahun. Cagar Alam Pulau Sempu. (Online), (http://www.dephut.go.id/informasi/propinsi/jatim/cagaralam_sempu.ht ml, diakses tanggal 14 Desember 2011). Resort Konservasi Wilayah Pulau Sempu. 2011. Sampah di Pulau Sempu. (Online), (http://rkwsempu.blogspot.com/2011/09/besih-sampah.html diakses tanggal 14 Desember 2011).

Anda mungkin juga menyukai