Anda di halaman 1dari 18

DIAGNOSIS BEDAH ORTOPEDI (FRAKTUR, DISLOKASI, SUBLUKSASI)

Suatu diagnosis pada kasus ortopedi dapat ditegakkan melalui beberapa tahapan pemeriksaan dan untuk itu seorang dokter dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan disamping pengalaman yang baik. Pemeriksaan diawali dengan menanyakan riwayat penderita (anamnesis) dan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan-pemeriksaan tertentu berdasarkan kebutuhan yang diperlukan. Data yang dihasilkan kemudian dipadukan dan dianalisa sehingga suatu diagnosis yang baik dapat ditegakkan, yang merupakan dasar/ tuntunan dalam melakukan pengobatan pada penderita. Pemeriksaan yang dilakukan dalam menegakkan suatu diagnosis meliputi: 1. Anamnesis 2. Pemeriksaan Fisik 3. Pemeriksaan Neurologist Pada penderita kelinan ortopedi perlu dilakukan pemeriksaan neurologist lengkap apabila ditemukan adanya gangguan yang berupa kelemahan otot, gangguan kordinasi serta perubahan sensitabilitas. Pemeriksaan neurologist disesuaikan dengan kelainan yang didapatkan atau dicurigai kelemahan otot anggota gerak atas pada spondilosis servikal atau tetraparesis setelah suatu trauma pada tulang belakan servikal. Selain itu harus diperiksa adanya gambaran kelainan pada anggota gerak misalnya claw hand, drop foot, atau adanya atrofi otot pada daerah tertentu. Fungsi motoris Pada pemeriksaan motoris, hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah pemeriksaan tonus dan kekuatan otot. Pemeriksaan tonus otot secara individual dilakukan dengan menggerakkan sendi-sendi, pada pemeriksaan ini dapat diketahui adanya spastisitas atau kelemahan otot. Di samping itu perlu dilakukan dan dicatat pemeriksaan kekuatan otot.

Fungsi sensoris Pada pemeriksaan sensoris, yang dilakukan adalah pemeriksaan sensibilitas, yaitu dengan melihat apakan ada kelainan dalam sensibilitas pada daerah tertentu, misalnya hiperastesia atau anastesia. Salah satu pemeriksaan sensibilitas misalnya pemeriksaan tanda Tinel untuk mengetahui distribusi saraf medianus pergelangan tangan. Pada pemeriksaan sensibilitas perlu dibuat gambar kelainan dan daerah yang mengalami perubahan sensibilitas

Pemeriksaan refleks Pemeriksaan refleks dilakukan dengan memeriksa refleks fisiologis yaitu refleks patella, achiles dan lainnya untuk mengetahui adanya gangguan

refleks fisiologis tersebut, misalnya pada hernia nucleus pulposus. Selain itu juga perlu juga diperiksa refleks patologis, seperti refleks babinski 4. Pemeriksaan radiologist 5. Pemeriksaan laboratorium pemeriksaan laboratorium merupakan salah satu data yang diperlukan untuk melakukan diagnosis yaitu melalui pemeriksaan laboratorium dari bahan cairan seperti pemeriksaan hematology, biokimia, sel dan imunologi. Pemeriksaan darah dan serum

Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan hemoglobin, sel darah putih, sel darah merah, hiutng differential, laju endap darah, pemeriksaan asam urat dan kultur darah serta pemeriksaan darah lainnya yang dianggap berhubungan dengan keluhan pasien. Pemeriksaan urin Meliputi pemeriksaan makroskopis, albumin, glukosa dan lainnya hingga pemeriksaan khusus, seperti Bence Jones untuk penyakit mieloma multipel 6. pemeriksaan khusus artroskopi artroskopi adalah suatu pemeriksaan yang berguna untuk visualisasi adanaya kelainan pada sendi, misalnya ada trauma, fraktur intraartikuler, atau adanya

robekan meniscus dan ligamen. Artroskopi terutama dipergunakan pada sendi lutut, panggul, siku, dan persendian lainnya. Elektrodiagnosis Kegunaannya adalah untuk mengetahui fungsi saraf dari otot yang dipelajari dengan menggunakan metode elektrik. Namun informasi aktivitas fisiologis dari pemeriksaan saraf dan otot tidak penting artinya pada kelainan musculoskeletal dan hanya merupakan pemeriksaan tambahan dan tidak dapat menggantikan pemeriksaan fisik secara sistematik.

PEMERIKSAAN ORTOPEDI
Pada bidang ilmu bedah ortopedi, pemeriksaan fisik pada dasarnya dibagi menjadi 2yaitu : 1. Pemeriksaan Fisik Umum Pemeriksaan fisik ini dilakukan sebagaimana pemeriksaan fisik di bidang kedokteran lainnya dan bertujuan untuk mengevaluasi keadaan fisik penederita secara umum serta meihat apakah ada indikasi penyakit lainnya selain kelainan muskuluskletal. 2. Pemeriksaan Fisik Ortopedi A. Pemeriksaan Ortopedi Umum Status Generalis Status Lokalis Inspeksi Palpasi Kekuatan Otot Pergerakan Auskultasi

B. Pemeriksaan Fisik Ortopedi Regional

PEMERIKSAAN ORTOPEDI UMUM


a. Status Generalis
Pemeriksaan postur dan cara berjalan. Pemeriksaan ortopedi yang dilakukan meliputi : Pemeriksaan bagian dengan keluhan utama Pemeriksaan kemungkinan nyeri kiriman dari sumber di tempat lain (referred pain)

Prinsip dasar pemeriksaan ini terdiri atas : 1. Perlu cahaya yang baik atau terang dan bagian tubuh yang diperiksa atau tidak tertutup atau telanjang. Anggota gerak yang sehat diperiksa dan harus terbuka 2. Jangan memeriksa secara tergesa-gesa dan hadapkan muka pemeriksa ke muka penderita untuk memberikan kepercayaan 3. Selalu menyiapkan perlengkapan pemeriksaan 4. Pemeriksaan bagian badan secara hati-hati, sistematik, dan terarah 5. Periksa tempat lain yang mungkin ada hubungannya

6. Pemeriksaan secara tepat di daerah lain yang ada hubungannya untuk menegakkan diagnostic. Untuk pemeriksaan muskuluskletal diperlukan alat-alat : 1. Stetostkop 2. Refleks hammer 3. Pensil untuk kulit (marker) 4. Meteran 5. Kapas 6. Jarum kecil 7. Senter saku 8. Goniometer

b. Status Lokalis
Inspeksi (look) Inspeksi sebenarnya telah dimulai ketika penderita memasuki ruangan periksa. Pada inspeksi secara umum diperhatikan raut muka penderita, apakah terlihat kesakitan. Cara berjalan sekurang-kurangnya 20 langkah cara duduk dan cara tidur. Inspeksi dilakukan secara sistematik dan perhatian terutamaditujukan pada: a. Kulit, meliputi warna kulit dan tekstur kulit b. Jaringan lunak, yaitu pembuluh darah, saraf, otot, tendo, ligament, jaringan lemak, fasia, kelenjar limfe c. Tulang dan sendi d. Sinus dan jaringan parut Apakan sinus berasal dari permukaan saja, dari dalam tulang atau dalam sendi Apakah jaringan parut berasal dari luka operasi, trauma atau supurasi

Palpasi (feel) Yang perlu diperhatikan pada palpasi adalah : a. Suhu kulit, apakah lebih panas atau dingin dari biasanya, apakah denyutan arteri dapat diraba atau tidak b. Jaringan lunak dilakukan untuk mengetahui adanya spasme otot, atrofi otot, keadaan membrane sinovia, penebalan membrane jaringan sinovia, adanya tumor

dan sifat-sifatnya, adanya cairan di dalam/di luar sendi atau adanya pembengkakan. c. Nyeri tekan perlu diketahui lokalisasi yang tepat dari nyeri, apakah nyeri setempat atau nyeri yang bersifat kiriman dari tempat lain (referred pain) d. Tulang diperhatikan bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan dari tulang atau adanya gangguan di dalam hubungan yang normal antara tulang yang satu dengan yang lainnya e. Pengukuran panjang anggota gerak terutama untuk anggota gerak bawah dimana adanya perbedaan panjang, juga berguna untuk mengetahui adanya atrofi/pembengkakan otot dengan membandingkannya dengan anggota gerak yang sehat. f. Penilaian deformitas yang menetap dilakukan apabila sendi tidak dapat diletakkan pada posisi anatomis yang normal

Kekuatan otot (power) Penilaian dilakukan menurut Medical Research Council dimana kekuatan otot dibagi dalam 5 grade yaitu : Grade 0 Grade 1 : tidak ditemukan adanya kontraksi pada otot : kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan dari tonus otot yang dapat diketahui dengan palpasi dan tidak dapat menggerakkan sendi Grade 2 : otot hanya mampu menggerakkan persendian tetapi kekuatannya tidak dapat melawan pengaruh gravitasi Grade 3 : di samping dapat menggerakkan otot, otot juga dapat melawan pengaruh gravitasi tetap tidak kuat terhadap tahanan yang diberikan oleh pemeriksa Grade 4 : kekuatan otot seperti pada Grade 3 disertai dengan kemampuan otot terhadap tahanan yang ringan Grade 5 : kekuatan otot normal

Pergerakan (move) Dikenal 2 istilah yaitu : Pergerakan yang aktif :pergerakan sendi yang dilakukan oleh penderita sendiri Pergerakan yang pasif : pergerakan sendi dengan bantuan pemeriksa.

Pada pergerakan dapat diperoleh informasi mengenai : a. Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif o Apakah gerakan ini menimbulkan rasa sakit o Apakah gerakan ini disertai dengan adanya krepitasi b. Stabilitas sendi Terutama ditentukan oleh integritas permukaan kedua sendi dan keadaan ligament yang mempertahankan sendi. Pemeriksaan stabilitas sendi dapat dilakukan dengan memberikan tekanan pada ligament dan gerakan sendi diamati. c. Pemeriksaan ROM (Range of Joint Movement) Pemeriksaan batas gerakan sendi harus dicatat pada setiap pemeriksaan ortopedi yang meliputi batas gerakan aktif dan batas gerakan pasif. Setiap sendi mempunyai nilai batas gerakan normal yang merupakan patokan untuk gerakan abnormal dari sendi. Dikenal beberapa macam gerakan pada sendi, yaitu : Fleksi dan ekstensi Abduksi dan Adduksi Dorsofleksi dan plantafleksi/palmar fleksi Inverse dan eversi Rotasi interna dan rotasi eksterna Pronasi dan supinasi Gerakan sendi sebaiknya dibandingkan dengan mencatat gerakan sendi normal dan abnormal secara aktif dan pasif. Auskultasi Pemeriksaan auskultasi pada bidang bedah ortopedi jarangd dilakukan biasanya dilakukan bila ada krepitasi misalnya pada fraktur atau untuk mendengar bising fistula arteriovenosa.

PEMERIKSAAN REGIONAL
a. Pemeriksaan Tulang BelakangPemeriksaan Leher dan Vertebra Servikalis, Pemeriksaan Vertebra Torakal dan Lumbal Pemeriksaan Leher Dan Vertebra Servikalis
Kelainan yang palin serng ditemukan pada leher adalah degenerasi vertebra servikalis dan osteoarthritis sekunder pada diskus intervertebra servikalis yag dapat mengakibatkan prolapsus dari diskus dan spondilosis servikal. Kelainan pada vertebra servikalis sering disertai dengan kelainan pada pangkal pleksus brakialis yang menyebabkan nyeri, kelemahan otot atau gangguan sensibilitas pada anggota gerak yag bersangkutan. Anamnesis Adakah hubungan antara gejala sekarang dengan keluhan pada leher sebelumnya Apakah ada trauma leher Apakah ada gejala kekakuan leher yang merupaka gejala awal prolapsus diskus intervertebra servikalis Nyeri pada anggota gerak atas harus diketahui sumbernya. Tekanan saraf pada daerah servikal memberikan gambaran klinis sesuai dengan distribusi sarafnya. Nyeri ini menjalar ke lengan atas dan bawah pada satu jari atau lebih. Gejala saraf bisa berupa parastesia, rasa kram atau rasa seperti tertusuk jarun di tangan. Pemeriksaan Pada pemeriksaan leher, baju harus dibuka dan harus terlihat jelas bagian leher secara keseluruhan.Pemeriksaan ini dilakukan dalam keadaan penderita berdiri ataupun duduk. Deformitas. Kolumna vertebra servikalis biasanya sedikit lordosis ke depan. Perubahan kurva ini menjadi lurus atau melengkung ke belakang (kifosis) merupakan tanda kelainan yang mencurigakan. Juga perhatikan deformitas vertebra ke lateral atau rotasi. Pergerakan. Gerakan pada leher yang diperiksa meliputi rotasi, fleksi lateral kanan/ke kiri, fleksi-ekstensi. Gerakan fleksi ekstensi minimal terjadi pada sendi oksipito-atlantoid. Pemeriksaan neurologic. Perlu dilakukan karena lesi pada daerah servikal dapat menyebabkan gangguan pada pleksus brakialis,meliputi :

a. a.sistem muskuler b. system sensoris c. kelenjar keringat d. reflex Radiologis. Pemeriksaan radilogis rutin vertebra servikal berupa foto polos AP dan Lateral.

Pemeriksaan Vertebra Torakal dan Lumbal


Anamnesis Adanya nyeri skiatika ditandai dengan penjalaran nyeri sepanjang persarafan nervus skiatika pada tungkai bawah. Nyeri punggung bawah disertai penjalaran nyeri bokong, tungkai atas, dan tungkai bawah baik unilateral maupun bilateral. Pemeriksaan klinik rutin gangguan pada punggung 1. Pemeriksaan lokal punggung dan survey neurologis anggota gerak bawah a. Penderita berdiri Inspeksi : kontur tulang, kontur jaringan lunak, warna dan tekstur kulit, adanya jaringan parut atau sinus Pergerakan: sendi spinal yaitu fleksi 80, ekstensi 30, fleksi lateral 35, rotasi 45 (nyeri pada pergerakan, spasme otot); sendi sakroilika (nyeri pada pergerakan); sendi kostovertebral (jarak indikasi ekspansi dada) Palpasi : suhu kulit, kontur tulang, kontur jaringan lunak, nyeri local b. Penderita berbaring Palpasi fossa iliaka (pemeriksaan khusus abses atau adanya massa) c. Status neurologis Uji Straight Leg Raising (SLR) Pemeriksaan system muskuler Pemeriksaan system sensoris Pemeriksaan reflek 2. Pemeriksaan ekstrinsik punggung dan skiatika Bila tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan local, meliputi : pemeriksaan abdomen, pelvis dan rektal, anggota gerak bawah, system vaskuler perifer 3. Pemeriksaan Umum: Pemeriksaan umum bagian tubuh yang lain. Gejala local dapat merupakan salah satu manifestasi klinis dari suatu penyakit sistemik.

Penilaian deformitas Setiap kelainan bentuk yang ditemukan baik pada inspeksi maupun palpasi harus dicatat dengan baik. Deformitas tulang belakang dapat berbentuk kifosis,lordosis, atau skoliosis. Radiologis Foto rontgen : foto polos AP dan lateral Radioistop bone scanning, CT scan, MRI, diskografi

b. Pemeriksaan Sendi Bahu


Sendi bahu secara terdiri atas 3 komponen persendian : sendi glenohumeral, sendi akromiklavikular, sendi sternoklavikular. Anamnesis Pada sendi bahu harus ditentukan dengan jelas lokasi dan distribusi nyeri. Nyeri biasanya berasal dari ujung akromion menjalar ke bawah pada lengan atas sampai pada insersi otot deltoid.Jarang sekali nyeri pada bahu yang menjalar melewati sendi siku. Pemeriksaan klinik rutin gangguan pada sendi bahu 1. Pemeriksaan local sendi bahu Inspeksi Kontur tulang,kontur jaringan lunak, warna dan tekstur kulit, adanya jaringan parut atau sinus. Pergerakan Membedakan pergerakan antara sendi glenohumeral dan sendi scapula pada gerakan abduksi, fleksi, ekstensi,rotasi lateral dan rotasi medial Nyeri pada saat pergerakan Spasme otot Krepitasi pada saat pergeraka

Sendi akromioklavikular Pemeriksaan pembengkakan, rasa panas, nyeri,nyeri bila digerakkan dan stabilitas Palpasi Suhu kulit, kontur tulang, kontur jaringan lunak, nyeri local

Kekuatan Kekuatan otot servikoskapula dan otot torakoskapula Uji elevasi scapula, retraksi scapula, abduksi-rotasi scapula Otot skapulo-humeral (mengontrol pergerakan sendi glenohumera) yaitu pergerakan abduksi 180, adduksi 75, fleksi 180, ekstensi 60, rotasi lateral 80, rotasi medial 80. 2. Pemeriksaan gejala yang kemungkinan merupakan factor ekstrinsik pada sendi bahu Pemeriksaan ini meliputi : pemeriksaan leher dan pleksus, toraks, jantung dan pleura,abdomen dan lesi subdiafragma 3. Pemeriksaan umum bagian tubuh lainnya Kelainan gerakan sendi bahu Pada pemeriksaan sendi bahu sangat penting diketahui berapa besar gerakan yang terjadi pada sendi glenohumeral dan berapa besar gerakan rotasi sakpula. Untuk membedakannya maka pemeriksa perlu memegang atau memfiksasi bagian bawah scapula. Dalam keadaan normal gerakan sendi bahu berupa abduksi yang terjadi dari sebagian sendi glenohumeral dan sebagian dari rotasi sendi scapula sendiri. Kelainan pada sendi bahu akan memberikan hambatan pada gerakan sendi glenohumeral tetapi tidak pada gerakan scapula. Radiologis Pemeriksaan foto polos sendi glenohumeral : proyeksi AP dalam posisi anatomis anggota gerak atas Radiologis dengan kontras berupa penyuntikan kontras Radioisotope scanning, CT scan, MRI

c. Pemeriksaan Lengan Atas dan Sendi Siku


Kelainan yang biasa ditemukan pada humerus adalah trauma, infeksi pada tulang, tumor tulang terutama oleh karena metastasis. Sedangkan sendi siku berupa arthritis. Anamnesis Nyeri pada lengan atas mungkin merupakan nyeri yang berasal dari bahu. Pada sendi siku sebaiknya ditanyakan adanya riwayat trauma sebelumnya misalnya trauma ketika masih kanak-kanak.

Tahap-tahap pemeriksaan rutin kelainan lengan atas dan sendi siku 1. Pemeriksaan local lengan dan sendi siku Inspeksi kontur tulang, kontur jaringan lunak,warna dan tekstur kulit, adanya jaringan atau sinus Palpasi suhu kulit, kontur tulang, kontur jaringan lunak, nyeri lokal Pergerakan (aktifdan pasif) Sendi humero-ulnar Fleksi 150 Ekstensi 0 Sendi radio-ulnar Supinasi 80 Pronasi 90 Nyeri pada pergerakan Krepitasi pada pergerakan

Kekuatan 1. Fleksi 150 2. Ekstensi 0 3. Supinasi 80 4. Pronasi 90 Stabilitas Ligamentum lateral Ligamentum medial Fungsi sensoris Fungsi motoris (gerakan oponen) Kelenjar keringat Nervus radialis Fungsi sensoris Fungsi motoris ( ekstensi pergelangan tanga, ibu jari, dan jari-jari) Nervus ulnaris Fungsi sensoris Fungsi motoris Kelenjar keringat

Nervus medianus

2. Pemeriksaan nyeri lengan yang disebabkan oleh factor ekstrinsik Penting untuk menerangkan gejala yang tidak ditemukan pada pemeriksaan local, meilputi : leher dan pleksus brakialis, pemeriksaan bahu 3. Pemeriksaan umum Gerakan sendi siku pada sendi siku terdapat 2 komponen persendian yaitu : antara humerus dengan ulna, dan antara ulna dengan radius yang memberikan kemungkinan gerakan fleksi dan ekstensi serta rotasi pada lengan bawah. Radiologis Foto polos humerus : AP dan proyeksi lateral Radioisotope scanning, CT scan, MRI

d. Pemeriksaan Lengan Bawah, Pergelangan Tangan dan Jari-Jari Tangan


Gerakan pada pergelangan tangan 1. Sendi radiokarpal : termasuk sendi interkarpal yang memungkinkan fleksi 80,

ekstensi 90, abduksi/deviasi radial 25, adduksi/deviasi ulnar 30 2. Sendi radioulnar : gerakan supinasi 90, pronasi 90 Gerakan pada jari-jari 1. Sendi karpometakarpal ibu jari : fleksi, ekstensi, abduksi, adduksi, dan oposisi 2. Sendi metakarpofalangeal ibu jari dan jari-jari : gerakan feksi dan ekstensi sebesar 90 3. Sendi interfalangeal ibu jari dan jari-jari :fleksi dan ekstensi Pemeriksaan Klinik Rutin Gangguan Lengan Bawah, Pergelangan Tangan dan JariJari 1. Pemeriksaan local lengan bawah, pergelangan tangan, dan jari-jari Inspeksi kontur tulang, kontur jaringan lunak,warna dan tekstur kulit, adanya jaringan atau sinus Pergerakan (aktif dan pasif) : Pergelangan tangan Sendi radiokalpar : fleksi-ekstensi, adduksi-abduksi

Sendi radioulnar inferior : supinasi dan pronasi Tangan Sendi karpometakarpal : fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, oposisi Sendi metakarpofalangeal: fleksi-ekstensi, adduksi-abduksi Sendi interfalangeal : fleksi-ekstensi Palpasi suhu kulit, kontur tulang, kontur jaringan lunak, nyeri lokal Kekuatan Kekuatan tiap kelompok otot dikontrol oleh : pergerakan pergelangan tangan, pergerakan ibu jari dan jari-jari Stabilitas : uji untuk pergerakan abnormal

Fungsi saraf uji fungsi sensoris, fungsi motoris, dan kelenjar keringat pada bagian medial saraf ulna dan radius Sirkulasi denyut arteri, warna dan rasa hangat, pengisian kembali kapiler, sensibilitas kulit 2. Pemeriksaan bagian yang kemungkinan dapat merupakan factor ekstrinsik gangguan pada lengan bawah, pergelangan tangan, dan jari-jari, meliputi : pemeriksaan leher-thoraks, lengan atas secara tersendiri, siku secara tersendiri. 3. Pemeriksaan umum Radiologis Foto polos AP dan lateral lengan bawah, pergelangan tangan serta jari-jari.

e. Pemeriksaan Sendi Panggul


Anamnesis Nyeri pada sendi panggul biasanya dikeluhkan pada daerah lipat paha bagian dalam dan depan. Sering dirasakan pada daerah lutut dan kadangkala merupakan nyeri yang dominan pada kelainan sendi panggul. Biasanya nyeri akan bertambah berat apabila penderita berjalan atau menggerakkan sendi panggul. Pemeriksaan klinik rutin gangguan pada panggul 1. Pemeriksaan local sendi panggul a. Penderita berbaring

Inspeksi kontur tulang, kontur jaringan lunak,warna dan tekstur kulit, adanya jaringan atau sinus Palpasi suhu kulit, kontur tulang, kontur jaringan lunak, nyeri local Pergerakan (aktif dan pasif) fleksi, abduksi saat fleksi, rotasi medial (interna), rotasi lateral (eksterna) Pemeriksaan adanya deformitas Dilakukan uji Thomas untuk mendeteksi dan mengukur deformitas pada posisi fleksi. Kekuatan (Dilakukan uji yang berlawanan dengan tahanan pemeriksa) : estimasi kekuatan pada kelompok otot fleksor, ekstensor, abductor, adductor dan rotator Pengukuran panjang tungkai Panjang klinik (true/real length) Penjang yang tampak (apparent length) Pemeriksaan pergerakan abnormal Uji pergerakan longitudinal (teleskopik) Uji klik (pada bayi baru lahir)

2. Pemeriksaan factor ekstrinsik yang mungkin memberika gejala pada panggul, meliputi : Pemeriksaan sendi sakroiliaka Pemeriksaan abdomen-pelvis Pemeriksaan pembuluh darah besar 3. Pemeriksaan umum b. Penderita berdiri Pemeriksaan stabilitas postural cara berjalan (Gait) : Uji Trendelenburg Radiologis Foto polos AP dan Lateral meliputi seluruh daerah panggul. Bisa juga tomografi, artrografi, radioisotope scanning tulang, CT scan dan MRI apabila ada indikasi.

f. Pemeriksaan Sendi Lutut


Anamnesis Keadaan yang perlu ditanyakan yaitu : apakah dapat berjalan, dapat meluruskan atau membengkokkan lutut. Beberapa penderita dengan jelas menguatarakan lututnya menjadi terkunci (locking) Menentukan kausa pembengkakan pada sendi Pembengkakan yang difus pada lutu dapat diketahui dengan mudah dengan jalan membendingkan kedua lutut. Pembengkakan pada lutut terutama disebabkan oleh 3 hal, yaitu: 1. Penebalan tulang Dapat diketahui dengan palpasi pada daerah yang sakit lalu dibandingkan dengan yang normal. Penebalan dapat disebabkan oleh infeksi, tumor, atau kista tulang. 2. Efusi sendi Bisa merupakan penimbunan cairan serosa, pus, atau oleh darah. Cairan dalam tendo diketahui dengan melakukan pemeriksaan uji fluktuasi. 3. Penebalan mebran sinovia Merupakan gambaran atritis inflamasi kronik. Penebalan membrane umumnya terjadi diatas patella, dan dapat diraba pada palpasi dan biasanya lutut terasa hangat. Pemeriksaan rutin kelainan pada lutut 1. Pemeriksaan local pada lutut Inspeksi kontur tulang, kontur jaringan lunak,warna dan tekstur kulit, adanya jaringan atau sinus Palpasi suhu kulit, kontur tulang, kontur jaringan lunak, nyeri local Pergerakan (aktif dan pasif dibandingkan dengan lutut yang normal) : fleksi, ekstensi, nyeri bila digerakkan, krepitasi bila digerakkan Stabilitas Ligamentum medial Ligamentum lateral Ligamentum krusiatum anterior Uji drawer, uji Lachman, Uji pivot shift lateral

Ligamentum krusiatum posterior Kekuatan : fleksi, ekstensi Uji rotasi Mc Murray Cara berjalan (gait) 2. Pemeriksaan gejala yang mungkin merupakan factor ektrinsik meliputi :tulang belakang dan panggul 3. Pemeriksaan umum

Radiologis. Foto polos AP dan lateral dimana bagian dari femur dan tibia harus terlihat.

g. Pemeriksaan Tungkai Bawah, Pergelangan Kaki, dan Jari-jari Kaki


Anamnesis Pada anamnesis ditanyakan secara jelas distribusi nyeri yang terjadi, disamping riwayat pekerjaan, kebiasaan penderita, dan riwayat trauma sebelumnya serta gangguan yang terjadi pada saat berdiri dan berjalan. Pemeriksaan klinik pada tungkai bawah, pergelangan kaki, dan kaki 1. Pemeriksaan local tungkai bawah, pergelangan kaki, dan kaki Inspeksi kontur tulang, kontur jaringan lunak,warna dan tekstur kulit, adanya jaringan atau sinus Palpasi suhu kulit, kontur tulang, kontur jaringan lunak, nyeri local Sirkulasi perifer denyut a. dorsalis pedis, a. tibialis posterior, a. poplitea, a. femoral, dan adanya sianosis pada kaki. Kekuatan setiap otot harus diuji dan dibandingkan dengan sisi yag sebelah Penapakan kaki saat berdiri bentuk arcus longitudinal, bentuk jari, efisiensi jari, efisiensi otot betis Pergerakan Pergerakan kakiplantar fleksi, ekstensi (dorsofleksi) Sendi subtalar inversi-adduksi,eversi-abduksi

Sendi midtarsalinversi-adduksi,eversi-abduksi Jari kaki fleksi, ekstensi

Stabilitas integritas ligament khususnya ligementum lateral dari pergelangan kaki Cara berjalan (gait) Keadaan alas kaki (sepatu) bandingkan dengan sisi yang sebelahnya 2. Pemeriksaan umum anggota tubuh yang lainnya untuk menentukan apakah gejala yang terjadi merupakan manifestasi dari suatu penyakit sistemik tubuh. Radiologis. Foto polos AP dan Lateral

Anda mungkin juga menyukai